PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada umumnya, penyakit-penyakit yang terjadi pada lanjut usia termasuk juga
penyakit infeksi serimg memberikan gejala-gejala yang tidak jelas, sehingga
memerlukan kecermatan untuk segera dapat mengenalnya, karena penaganan atau
pengobatan yang terlambat terhadap penyakit infeksi dapat berakibat fatal. Pada
infeksi slauran pernafasan misalnya, lansia sering tidak mengalami demam atau hanya
demam ringan disertai batuk-batuk ringan bahkan hanya didapati nafsu makan
berkurang atau tidak ada sama sekali, rasa lelah disertai penampilan seperti orang
binggung yang dialami dalam beberapa hari ini, yang jelas berbeda dengan gejala-
gejala penyakit pada infeksi orang dewasa. Gejala-gejala penyakit infeksi yang tidak
khas tadi bukan saja perlu dikenal dan dipahami oleh dokter ataupun petugas
kesehatan lainnya tetapi perlu juga dikenal dan dipahami oleh masyarakat awam agar
sesegera mungkin membawa lansia untuk mendapat pengobatan.
Secara umum, memang penyakit infeksi telah dapat dikendalikan, akan tetapai
pada lansia hal ini masih merupakan suatu masalah, karena berkaitan dengan
menurunnya fungsi organ tubuh dan daya tahan tubuh terhadap proses menua. Bahkan
diluar negeri yang kemjauan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak diragukan lagi
ternyata angka kematian akibat beberapa penyakit infeksi pada lansia masih ajuh lebih
tinggi dibandingkan dengan orang dewas, yang membuktikan bahwa infeksi masih
merupakan masalah penting pada lansia.
Pada usia lanjut, selain terjadi perubahan anatomik-fisiologik dapat timbul pula
penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Umumnya, penyakit-prnyakit yang diderita
kelompok usia lanjut merupakan : (1) kelanjutan penyakit yang diderita sejak umur
muda; (2) akibat gejala sisa penyakit yang pernah diderita sebelumnya; (3) penyakit
akibat kebiasaan- kebiasaan tertentu di masa lalu (misalnya kebiasaan merokok,
minum alkohol dan sebagainya); dan (4) penyakit-penyakit yang mudah terjadi akibat
usia lanjut. Penyakit-penyakit paru yang diderita kelompok usia lanjut juga mengikuti
pola penyebab atau kejadian tersebut.
1
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan mengidentifikasi sindrome geriatri dan gangguan
kesehatan yang utama pada lansia Respirasi
2. Tujuan khusus
1. Menjelaskan Definisi Sindrom Geriatri
2. Menjelaskan Jenis dan klasifikasi geriatri syndrom
3. Menjelaskan Etiologi Geriatric Syndrome
4. Menjelaskan Manifestasi Geriatric Syndrome
5. Menjelaskan Penatalaksanaan Geriatric Syndrome
6. Menjelaskan Pencegahan Geriatri Syndrom
7. Menjelaskan Gangguan Fisiologis karena Menua
8. Menjelaskan Gangguan Kesehatan yang Utama Respiratorik pada Lansia
9. Menjelaskan Faktor-faktor yang Memperburuk Fungsi Paru
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sindrom Geriatri
1. Definisi Sindrom Geriatri
Sindrom geriatri adalah serangkaian kondisi klinis pada orang tua yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan dikaitkan dengan kecacatan. Tamplan klinis
yang tidak khas sering membuat sindrom geriatri tidak terdiagnosis. (Vina. 2015)
Sindrom geriatri meliputi gangguan kognitif, depresi, inkontinesia,
ketergantungan fungsional, dan jatuh. Sindrom ini dapat menyebabkan angka
morbiditas yang signifikan dan keadaan yang buruk pada usia tua yang lemah.
Sindrom ini biasanya melibatkan beberapa sistem organ. Sindrom geriatrik mungkin
memiliki kesamaan patofisiologi meskipun presentasi yang berbeda, dan memerlukan
interventasi dan strategi yang berfokus terhadap faktor etiologi (Panitaetal, 2011)
Dalam menilai kesehatan lansia perlu dibedakan antara perubahan akibat
penuaan dengan perubahan akibat proses patologis. Beberapa problema klinik dari
penyakit pada lanjut usia yang sering dijumpai.
Sindrom geriatri antara lain:
- “The O Complex” : fall, confusion, incontinence, iatrogenic disorders,
impaired homeostasis
- “The Big Three”: Intelectual failure, instability, incontinence
- “The 14 I” : Immobility, impaction, Instability, iatrogenic, intelectual
Impairment, Insomnia, Incontinence, Isolation, Impotence,
Immunodeffciency, Infection, Inanition, Impairment of Vision, Smelling,
Hearing, Impecunity.
Imobilisasi adalah keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih,
diiringi gerak anatomis tubuh yang menghilang akibat perubahan fungsi fisiologis.
Gangguan keseimbangan (Instabilitas) akan memudahkan pasien geriatri terjatuh dan
dapat mengalami patah tulang. Inkontinesia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin
yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan
frekuensi dan jumlahnya, sehingga mengakibatkan masalah sosial dan higienis.
Inkontinesia urin seringkali tidak dilaporkan oleh pasien atau keluarganya karena
malu atau tabu untuk diceritakan, ketidaktahuan dan menganggapnya sebagai sesuatu
3
yang wajar pada orang usia lanjut serta tidak perlu diobati. Gangguan depresi pada
usia lanjut kurang dipahami sehingga banyak kasus tidak dikenali. Gejala depresi pada
usia lanjut seringkali dianggap sebagai bagian dari proses menua. Infeksi sangat erat
kaitannya dengan penurunan fungsi sistem imun pada usia lanjut. Infeksi yang sering
dijumpai adalah infeksi saluran kemih, pneumonia, sepsis, dan meningitis. Kondisi
lain seperti kurang gizi, multipatologi dan faktor lingkungan memudahkan usia lanjut
terkena infeksi.
Gangguan penglihatan dan pendengaran juga sering dianggap sebagai hal yang
biasa akibat proses menua. Gangguan penglihatan berhubungan dengan penurunan
kegiatan waktu senggang, status fungsional, gunsi sosial, dan mobilitas. Gangguan
penglihatan dan pendengaran berhubungan dengan kualitas hidup, meningkatkan
disabiltas fisik, ketidakseimbangan, jatuh, fraktur panggul dan mobilitas. Pasien
geriatri sering disertai penyakit kronis degeneratif. Masalah yang muncul sering
tumpang tindih dengan gejala yang sudah lama diderita sehingga tampilan gejla
menjadi tidak jelas. Penyakit degeneratif yang banyak dijumpai pada pasien geriatri
adalah hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, osteoartritis, dan penyakit
kardiovaskular.
2. Jenis dan klasifikasi geriatri sindrome (Vina, 2015)
a) Imobility (Imobilisasi)
4
otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar
lebih aman seperti pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.
c) Intelektual Impairment (Gangguan Kognitif)
Keadaan yang terutama menyebabkan gangguan intelektual pada pasien
lanjut usia adalah delirium dan demensia. Demensia adalah gangguan fungsi
intelektual dan memori yang dapat disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak
berhubungantingkat kesadaran. Demensia tudak hanya masalah pada memori.
Demensia mencakup berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir,
menyimpan atau mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola
sentuh, psien menjadi perasa dan terganggunya aktivitas.
d) Incontinence (Inkontinensia Urin dan alvi)
WHO mendefinisikan Faecal Incontinence sebagai hilangnya tak sadar
feses cair atau padat yang merupakan masalah sosial atau higienis. Definisi lain
menyatakan inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau
keyidakmampuan untuk mengendalikan pembuangan feses melalui anus.
Kejadian inkontinensia alvi/fekal lebih jarang dibandingkan inkontinensia urin.
Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak
terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi
dan jumlahnya, sehingga mengakibatkan masalah sosial dan higienis.
Inkontinensia urin seringkali tidak dilaporkan oleh pasien atau keluarga karena
malu atau tabu untuk diceritakan, ketidaktahuan dan mengganggapnya sebagai
sesuatu yang wajar pada orang usia lanjut serta tidak perlu diobati.
5
bermanfaat karena dapat membantu evaluasi dan intervensi klinis. Kategori
meliputi:
3) Inkontinensia urin stres
Tak terkendalinnya aliran urin akibat meningkatnya tekanan intraabdominal
seperti pada saat batu, bersin atau berolehraga. Umumnya disebabkan oleh
melemahnya urin pada lansia dibawah 75 tahun. Lebih sering terjadi pada
wanita tetapi mungkn terjadi pada laki-laki akibat kerusakan pada sfingter
urethra setelah pembedahan transurethral dan radiasi. Pasien mengeluh
mengeluarkan urin pada saat tertawa, batu atau berdiri. Jumlah urin yang
keluar dapat sedikit atau banyak.
4) Inkontinensia urin urgensi
Keluarnya urin secara tak terkendali dikaitkan dengan sensasi
keinginanberkemih. Inkontinensia urin jenis ini umumnya dikaitkan dengan
kontraksi detrusor tak terkendali. Masalah-masalah neurologis sering
dikaitkan dengan inkontenansia urin urgensi ini, meliputi stroke, penyakit
parkinson, demensia dan cedera medula spinalis. Pasien mengeluh tak cukup
waktu untuk sampai ditoilet setelah timbul keinginan untuk berkemih
sehingga timbul peristiwa inkontinensia urin. Inkontinensia tipe urgensi ini
menrupakan penyebab tersering inkontinensia pada lansia diatas 75 tahun
5) Inkontinensia urin luapan/overflow
Tidak terkendalinya pengeluaran urin dikaitkan dengan distensi kandung
kemih yang berlebihan. Hal ini disebabkan oleh obstruksi anatomis, seperti
pembesaran prostat, faktor neurogenik pada diabetes melitus atau sclerosis
mulltiple yang menyebabkan berkurang atau tidak berkontraksinya kandung
kemih dan faktor-faktor obat-obatan. Pasien mengeluh keluarnya sedikit urin
tanpa adanya sensasi bahwa kandung kemih sudah penuh.
6) Inkontenansia urin fungsional
Merupakan keadaan yang mengalami pengeluaran urin secara tanpa disadari
dan tidak dapat diperkirakan. Inkontenansia fungsional merupakan
intenkonensia dengan fungsi saluran kemih bagian bawah yang utuh tetapi
ada faktor lain seperti gangguan kognitif berat meyebabkan pasien sulit untuk
mengidentifikasi perlunya urinasi (misal demensia Alzheimer) atau gangguan
fisik yang menyebabkan pasien sulit atau tidak mungkin menjangkau toiley
untuk melakukan urinasi.
6
e) Isolation (Depresi)
Gangguan depresi pada usia lanjut kurang dipahami sehngga banyak kasus tidak
dikenali. Gejala depresi pada usia lanjut sering kali dianggap sebagai bagian dari
proses menua. Faktor yang memeperberat depresi adalah kehilangan orang yang
dicintai, kehilangan rasa aman, taraf kesehatan menurun
f) Impotence (impotensi)
50% pria pada umur 65 tahun dan 75 % pria pada usia 80 tahun mengalami
impotensi. 25 % terjadi akibat mengkonsumsi obat-obatan seperti : anti
hipertensi, anti psikosa, anti depressant, litium (mood stabilizer). Selain karena
mengkonsumsi obat-obatan, impotensi dapat terjadi akibat menurunnya kadar
hormon.
g) Immunodeficiency (penurunan imunitas)
Perubahan yang dapat terjadi dari proses menua adalah: berkurangnya imunitas
yang dimediasi oleh sel, rendahnya afinitas produksi antibodi, meningkatnya
autoantibodi, terganggunya fungsi makrofag, berkurangnya hipersensitivitas tipe
lambat, atrofi timus, hilangnya hormon timus, berkurangnya produksi sel B oleh
sel-sel sumsum tulang
h) Infection (infeksi)
Infeksi sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi sistem imun pada usia
lanjut. Infeksi yang sering dijumpai adlaah saluran kemih, pneumonia, sepsis dan
meningitis. Kondisi lain seperti kurang gizi, multipatologi, dan faktor lingkungan
memudahkan usia lanjut terkenaa infeks.
i) Inanitation (malnutrisi)
Etiologi malnutrisi yaitu : malnutrisi primer terjadi sebab dietnya mutlak salah
satu kurang, malnutrsi sekunder atau bersayarat. Kelemahan nutrisi panda
hendaya terjadi pada lansia karena kehilangan berat badan fisiologis dan patologis
yang tidak disengaja. Anoreksia pada lanjut usia merupakan penurunan fisiologis
nafsu makan dan asupan makan yang menyebabkan kehilangan berat badan yang
tidak diinginkan. Faktor predisposisi malnutrisi adlah: pancaindra untuk rasa dan
bau berkurang, kehilangan gigi alamiah, gangguan motilitas usus akibat tonus
otot menurun, penurunan produksi asam lambung.
j) Impaction (konstipasi)
Konstipasi oleh Holson adalah 2 dari keluhan-keluhan berikut yang berlangsung
dalam 3 bulan, konsistensi fese keras, mengejan dnegna keras saat BAB, rasa
7
tidak tuntas saat BAB meliputi 25 % dari keseluruhan BAB. Faktor resiko yang
menyebabkan konstipasi adalah: obat-obatan (narkotik golongan NSAID , antasid
aluminium, diuretik, analgeti), kondisi neurologis, gangguan metabolik,
psikologis, penyakit saluran cerna, lain-lain (diet rendah serat, kurang olahraga,
kurnag cairan)
k) Insomnia (gangguan tidur)
Merupakan gangguan tidur yang sering dijumpai pada pasien geriatri. Umumnya
mereka mengeluh bahwa tidurnya tidak memuaskan dan sulit memetahankan
kondisi tidur. Sekitar 57% orang lanjut usia di komunitas mengalami insomnia
kronis, 30% pasien usia lanjut mengeluh tetap terjaga sepnjang malam, 19 %
mengeluh bangun terlalu pagi, dan 19 % mengalami kesulitan untuk tertidur.
Pada usia lanjut umunya mengalami gangguan tidur seperti: kesulitan untuk
tertidur, kesulitan mempertahankan tidur nyenyak, bangun terlalu pagi. Faktor
yang menyebabkan insomnia: perubahan irama sirkadian, gangguan tidur primer,
penyakit fiisik (hipertiroid, arteritis), penyakit jiwa, pengobatan polifarmasi,
demensia.
l) Latrogenik disorder (gangguan latrogenik)
Karakteristik yang khas dari pasien geriatri yaitu multipatologik, sering kali
menyebabkan pasien mengkonsumsi obat yang tidak sedikit jumlahnya.
Pemberian oabta pada lansia haruslah sangat hati-hati dan rasional karena obat
akan dimetabolisme dihati sedangkan pada lansia terjadi penurunan faal hati juga
terjadi penurunan faal ginjal (jumlah glomerulus berkurang), dimana sebagian
besar obat dikeluarkan melalui ginjal sehingga pada lansia sisa metabolisme obat
tidak dapat dikeluarkan dengan baik dan dapat berefek toksik.
m) Gangguan pendengaran, penglihatan dan penciuman
Gangguan penglihatan dan pendengaran juga sering dianggap sebagai hal yang
biasa akibat proses menua. Prevalensi gangguan penglihatan pada pasien geriatri
yang diarawat di indonesia mencapai 24 %. Gangguan penglihatan berhubungan
dengan penurunan kegiatan waktu senggang , status fungsional, fungsi sosial dan
mobilitas. Gangguan pengliahatn dan pendengaran berhubungan dengan kualitas
hidup, meningkatkan disabilitas fisik, ketidakseimbangan, jatuh, fraktur panggul
dan mortalitas.
3. Etiologi (Vina. 2015)
a. Immobility
8
Lansia yang terus-menerus berada ditempat tidur (disebut berada pada keadaan
(bed rdden). Berakiabt atrofi otot, decubitus, malnutrisi, serta pnemonia. Faktor
resikonya dapat berupa osteortritis, gangguan penglihatan, fraktur, hipotensi
postural, anemia, stroke, nyeri, demensia, lemah otot, vertigo, keterbatsan ruang
lingkup, PPOK, gerak sendi hipotiroid dan sesak napas, imobilisasi pada lansia
diakibatkan oleh adanya gangguan nyeri, kekakuan, ketidakseimbangan, serta
kelainan psikologis.
b. Instability
Akibat yang ditimbulkan seperti peristiwa jatuh merupakan masalah yang juga
penting pada lansia terutama lansia wanita.
c. Intelektual impaired
Gangguan intelektual berlangsung progresif disebut demensia. Muncil secara
perlahan tetapi progresif (biasanya selang bulanan hingga tahunan). Gangguan
depresi juga merupakan penyebab kemunduran intelektual yang cukup sering
ditemukan namun seringkali terabaikan.depresi disebabkan oleh adanya suasana
hati atau mood yang bersifat depresif yang berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu yang disertai keluhan-keluhan vegetatif (berupa gangguan tidur,
penurunan minat, perasaan bersalah, merasa tidak bertenaga, kurang konsentrasi,
hilangnya nafsu makan.
d. Incontinance
Adalah penegluaran urin/feses tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang
cukup sehingga mengakibatkan maslah gangguan kesehatan atau sosial. Ini bukan
kinsekuensi normal dari pertambahan usia. Penyebanya kelainan urologi (radang,
batu, tumor), kelainan neurologi (stroke, trauma medula spinalis, demensia)lainya
(imobilisasi, lingkungan). Dapat akut disaat timbul penyakit atau yang kronik.
e. Isolation
Penyebabnya : kehilangan orang/objek yang dicintai, sikap pasimistik,
kecenderungan beradumsi negatif terhadap suatu pengalaman yang
mengecewakan, kehilangan integritas pribadi, penyakit degeneratif kronik tanpa
dukungan sosial yang adekuat.
f. Impotance
1) DE organik akibat gangguan endokrin, neurogenik, vaskuler (aterosklerosis
atau fibrosis)
9
2) DE psikogenik merupakan penyebab utama pada gangguan organik,
walaupun faktor psikogenik ikut memegang peranan. DE jenis ini yang
berpotensi reversible potensial biasanya yang disebabkan oleh kecemasan,
depresi, rasa bersalah, masalah perkawinan atau juga akibat dari rasa takut
akan gagal dalam hubungan seksual.
g. Immuno-deficiensi
Daya tahan tubuh yang menurun pasa lansai merupakan fungsi tubuh yang
terganggu dengan bertambahnya umur seseorang. Walupun tidak selamanya hal
ini disebabkan oleh proses menua, tapi dpaat pula karena berbagai keadaan seperti
penyakit menahun maupun penyakit akut yang dapat menyebabkan penurunan
daya tahan tubuh seseorang, demikian juga penggunaaan berbagai obat, gizi yang
kurang, penurunan fungsi organ tubuh dan lain-lain.
h. Infection
Terjdi akibat beberapa hal antara lain adanya penyakit penyakit yang cukup
banyak, menurunnya daya takan/imunitas terhadap infeksi, menurunya daya
komunikasi sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi
secara dini. Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan
peningkatan temperatur badan, sering dijumpai pada usia lanjut.
i. Inanitation
Penyebab terjadinya gizi buruk adalah depresi berkabung, imobilisasi, penyakit
kronis (PPOK, rematik, gagal jantung, diabetes, gagal ginjal, dispepsia, gangguan
hati, keganasan), demensia dan demam.
j. Impaction
Konstipasi yang terjadi pada lansia dibabkan karena pergerakan fisik pada lansia
yang kurang mengkonsumsi makan berserat, kurang minum, juga akibat
pemberian obat-obatan tertentu.
k. Insomnia
Pada lansia dapat disebabkan oleh faktor yang trdiri dari nyeri kronis, sesak napas
pada penyakit paru obstruktif kronis, gangguan psikiatrik (gangguan cemas dan
depresi), penyakit neurologi (parkinson’s disease, alzheimer disease)dan obat-
obatan kortikosteroid dan diuretik)
l. Gangguan pendengaran, penglihatan dan penciuman
Sistem pendengaran: kehilangan mendengar bunyi dengan nada yang sangat tinggi
akibat dari berhentinya pertumbuhan saraf dan berakhirnya pertumbuhan organ
10
basal yang mengakibatkan matinya rumah siput didalam telinga. Dapat mendengar
pada suara rendah.
Sitem penglihatan daa penurunan yang konsissten dalam kemampuan untuk
melihat objek pada tingkat penerangan yang rendah serta menurunnya sensivitas
terhadap warna.
Daya penciuman menjadi kurang tajam dengan bertambahnya usia,
sebagian karena pertumbuhan sel didalam hidung berhenti dan sebagian lagi
karena semakin lebatnya bulu rambut dilubang hidung.
11
4) Perasaan tidak tuntas saat BAB
5) Sakit pada daerah rectum saat BAB
6) Adanya perembesan feses cair pada pakaian dalam
7) Menggunakan bantuan jari-jari untuk mengeluarkan feses
8) Menggunakan obat-obatan pencahar untuk bisa BAB
e. Depresi
1) Ganguan tidur
2) Keluhan somatik berupa nyeri kepala, dizzi (puyeng), pandangan kabur,
gangguan saluran cerna, ganguan nafsu makan, kontipasi, perubahan berat
badan
3) Gangguan psikomotor berupa aktivitas tubuh meningkat, aktivitas mental
meningkat atau menurun, tidak mengacuhkan kejadian disekitarnya, fungsi
seksual berubah (libido menurun), gejala biasanya lebih buruk dipagi hari.
f. Malnutrisi
1) Kelelahan dan kekurangan energi
2) Pusing
3) Sitem kekebalan tubuh yang rendah (mengakibatkan tubuh kesulitan melawan
infeksi
4) Kulit kering dan bersisik
5) Gigi yang membusuk’
6) Gusi bengkak dan berdarah
7) Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
8) Badan badan kurang
9) Pertumbuhan yang lambat
10) Kelemahan pada otot
11) Perut kembung
12) Tulang yang mudah patah
13) Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh
g. Insomnia
1) Perasaan sulit tidur, bangun terlalu awal
2) Wajah kelihatan kusam
3) Mata merah, hingga timbul bayangan gelap dibawah mata
4) Lemas, mudah cemas
5) Sulit berkonsentrasi, depresi, gangguan memori dan mudah tersinggung
12
h. Immune Deficeincy
1) Sering terjadi infeksi virus atau jamur dibandungkan bakteri
2) Diare kronik umum terjadi (sering disebut gastroenteritis)
3) Infeksi respiratorius dan oral thrushumum terjadi
4) Terjadi failure to thrive tanpa adanya infeksi
i. Impoten
1) Tidak mampu ereksi sama sekali atau tidak mampu mempertahankan ereksi
secara berulang (paling tidak selama 3 bulan)
2) Tidak mampu mencapai ereksi yang konsisten
3) Ereksi hanya sesaat
13
e. Terapi pengabatan pada lansia berbeda dari pasien pada usia muda, karena adanya
perubahan kondisi tubuh yang disebabkan oleh usia, dan dampak yang timbul dari
penggunaan obat-obatan yang digunakan sebelumnya.
14
d. Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mutu yang bertujuan
untuk mengurangi karies gigi serta memlihahara kebersihan gigi dan mulut
2) Pencegahan preventif
a. Melakukan pencegahan primer meliputi: pencegahan pada lansia sehat,
terdapat faktor risiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan. Jemisnya:
program imunisasi, konseling, berhenti merokok, dan minum beralkohol,
dukungan nutrisi, keamanan didalan dan sekitar rumah, menejemen stres
b. Melakukan pencegahan sekunder melputi : pemeriksaan terhadap penderita
tanpa gejala dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak
secara klinis dan mengidap faktor resiko. Jenisnya: kontrol hipertensi,
deteksi dan pengobatan kanker, screening, pemeriksaan rektal, papsmear,
gigi mulut
c. Melakukan pencegahan tersier : dilakukan sebelum terdapat gejala penyakit
dan cacat, mencegah cacat bertambah dan ketergantungan serta perawatan
dengan perawtan dirumah sakit, rehabilisasi pasien rawat jalan dan
perawatan jangka panjang.
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
16
Peningkatan kerja pernapasan maksimal
Atrofi otot pernapasan Peningkatan resiko untuk Peningkatan volume
terjadinya kelelahan otot residu
inspirasi Menurunnya kekuatan
Penurunan dalam rekoil Peningkatan volume penutupan kapasitas vital
elastis Peningkatan udara yang Menurunnya kapasitas
terjebak vital
Pembesaran duktus Ketidakcocokan ventilasi
alveolar perfusi
Menurunnya area permukaan
Peningkatan ukuran dan alveolar
kekakuan trakea dan jalan Menurunnya kapasitas difusi
napas pusat Peningkatan ruang mati
(Mickey,2006)
Pada usia lanjut terjadi perubahan-perubahan anatomik yang mengenai hampir seluruh
susunan anatomik tubuh, dan perubahan fungsi sel, jaringan atau organ. Menurut
(Stanley, 2006), perubahan anatomi yang terjadi pada sistem respiratory akibat
penuaan sebagai berikut :
c. Pembesaran alveoli.
17
Perubahan lain seperti hilangnya silia dan menurunnya refleks batuk dan muntah
mengubah keterbatasan fisiologis dan kemampuan perlindungan pada sistem pulmonal.
Penyebab Perubahan Cadangan Fisiologi dan Mekanisme Perlindungan Pulmonal:
Perubahan sistem seperti pulmonal kompliam paru dan dinding dada turut berperan dalam
peningkatan kerja pernafasan sekitar 20% pada usia 60 tahun. Atrofi otot-otot pernafasan
dan penurunan kekuatan otot-otot pernapasan pada lansia. Perubahan-perubahan tersebut
turut berperan dalam penurunan konsumsi oksigen maksimum. Perubahan-perubahan pada
interstisium parenkim dan penurunan pada daerah permukaan alveolar dapat menghasilkan
penurunan difusi oksigen. Perubahan-perubahan ini, bila dikombinasikan dengan sekitar
18
50% pengurangan respons hipoksia danhiperkapnia pada usia 65 tahun. Dapat
mengakibatkan penurunan efisiensi tidur dan penurunan kapasitas aktivitasnya. (buku
gerontik). (Mickey.2006)
Implikasi klinis dari perubahan pada sistem respirasi sangat banyak. Perubahan
struktural, perubahan fungsi pulmonal, dan perubahan sistem imun mengakibatkan suatu
kerentanan untuk mengalami kegagalan respirasi akibat infeksi, kanker paru, emboli
pulmonal, dan penyakit kronis seperti asma dan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK).
Perubahan normal sistem pulmonal akibat penuaan dan implikasi klinisnya.
19
Proses penuaan menyebabkan beberapa perubahan structural dan fungsional pada
toraks dan paru – paru. Kita ketahui bahwa tujuan pernapasan adalah untuk pertukaran
oksigen dan karbondioksida antara lingkungan eksternal dan darah. Pada lansia ditemukan
alveoli menjadi kurang elastic dan lebih berserabut serta berisi kapiler – kapiler yang
kurang berfungsi, sehingga kapasitas penggunaan menurun karena kapasitas difusi paru –
paru untuk oksigen tidak dapat memenuhi permintaan tubuh.
Daya pegas paru – paru berkurang, sehingga secara normal menahan thoraks sedikit
pada posisi terkontraksi disertai dengan penurunan kekuatan otot rangka pada toraks dan
diafragma. Karena dinding toraks lebih kaku dan otot pernapasan menjadi lemah, amka
menyebabkan kemampuan lansia untuk batuk efektif menurun. Dekalsifikasi iga dan
peningkatan klasifiaksi dari akrtilago kostal juga terjadi. Membran mukosa lebih kering,
sehingga menghalangi pembuangan secret dan menciptakan risiko tinggi terhadap infeksi
pernapasan. (Maryam, 2008).
f. Kifosis.
20
k. Ventilasi buruk pada area basal (akibat tertutupnya jalan napas ) yang mengakibatkan
penurunan area permukaan untuk pertukaran gas dan pertukaran tekanan oksigen.
m. Penurunana cairan respiratorik sekitar 30%, peninggian risisko infeksi paru dan
sumbat mukus.
21
berisiko tinggi karena biasanya mengambil tempat pada bagian apeks paru.
Mikroorganisme akan bertambahan banyak dan menyebabkan pneumonitis yang
memicu respons imun. Neutrofl dan makrofag yang menutupi dan meliputi basil-basil,
mencegahpenyebaranlebih lanjut. Penutupan tersebut menyebabkan pembentukan
tuber... granuloma TB akan tetap dorman atau mengalami reaktivitas, atau mungkin
tidak pernah dapat diatasi karena gangguan respons imun. Seperti yang akan
dijelaskan lebih lanjut, munculnya penyakit ini pada lansia.
2. Kanker Paru
Penyebab kematian utama yangberhubungan dengan kanker pada pria dan wanita
adalah kanker bronkogenik. Angka insidensi telah meningkatsecara tetap, dengan
peningkatan paling besar terjadi pada wanita. Untuk pembahasan yag rinci lebih lanjut
tentang kanker paru pada lansia.
3. Penurunan fisiologi Paru-Paru
Fungsi paru-paru mengalami kemunduran disebabkan berkurangnya elastisitas
jaringan paru-paru dan dinding dada, berkurangnya kekuatn kontraksi otot pernafasan
sehingga menyebabkan sulit bernafas. Infeksi sering diderita pada lanjut usia
diantaranya Penumonia, kematian cukup tinggi sampai 40 % yang terjadi karena daya
tahan tubuh yang menurun. Tuberkulosis pada lansia diperkirakan masih cukup tinggi
4. Nyeri Dada
Nyeri dada yang berkaitan dengan kondisi pulmonary mungkin terasa tajam menusuk,
dan intermiten atau mungkin pekak, sakit dan persisten. Nyeri biasanya terasa pada
tempat terjadi patologi,tetapi mungkin dapat beralih keseimbangan tempat, misalnya
leher, punggung, atau abdomen. Penyakit paru tidak selamanya menimbulkan nyeri
dada karena paru-paru dan pleura viseral tidak mengandung saraf sensory dan tidak
sensitif terhadap nyeri.
5. Sesak Nafas
Pada waktu melakukan kerja fisik dapat disebakan oleh :
a. kelemahan jantung
b. gangguan sistem saluran pernafasan
c. karena BB berlebih.
22
1. Faktor merokok
Merokok akan memperburuk fungsi paru, yaitu terjadi penyempitan saluran nafas. Pada
tingkat awal, saluran nafas akan mengalami obstruksi clan terjadi penurunan nilai
VEP1 yang besarnya tergantung pada beratnya penyakit paru tad. Pada tingkat lanjut
dapat terjadi obstruksi yang iereversibel, timbul penyakit paru obstruktif menahun
(PPOM)
2. Obesitas
Kelebihan berat badan dapat memperburuk fungsi paru seseorang. Pala obesitas,
biasanya terjadi penimbunan lemak pada leher, dada dan (finding perut, akan dapat
mengganggu compliance dinding dada, berakibat penurunan volume paru atau terjadi
keterbatasan gerakan pernafasan (restriksi) dan timbul gangguan fungsi paru tipe
restriktif
3. Imobilitas
Imobilitas akan menimbulkan kekakuan atau keterbatasan gerak saat otot-otot
berkontraksi, sehingga kapasitas vital. paksa atau volume paru akan "relatif' berkurang.
Imobilitas karena kelelahan otot-otot pernafasan pada usia lanjut dapat memperburuk
fungsi paru (ventilasi paru). Faktor-faktor lain yang menimbulkan imobilitas (paru),
misalnya efusi pleura, pneumotoraks, tumor paru dan sebagainya (Mangunegoro,
1992).Perbaikan fungsi paru dapat dilakukan dengan menjalankan olah raga secara
intensif.
4. Operasi
Tidak semua operasi (pembedahan) mempengaruhi faal paru. Dari pengalaman para
ahli diketahui bahwa yang pasti memberikan pengaruh faal paru adalah :
a. pembedahan toraks (jantung dan paru);
b. pembedahan abdomen bagian atas; dan
c. anestesi atau jenis obat anestesi tertentu.
Peruhahan fungsi paru yang timbul, meliputi perubahan proses ventilasi,
distribusi gas, difusi gas serta perfusi darah kapiler paru. Adanya perubahan
patofisiologik paru pasca bedah mudah menimbulkan komplikasi paru: atelektasis,
infeksi atau sepsis dan selanjutnya mudah terjadi kematian, karena timbul.
23
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada usia lanjut terjadi penularan analomik-fisiologik paru dan saluran nafas, antara
lain berupa pengurangan elastic recoil paru; kecepatan arus ekspirasi, tekanan oksigen acted
serta respons pusat reflek pernafasan terhadap rangsangan oksigen arteri atau hiperkapnia.
Hal-hal tersebut berpengaruh pada mekanisme perthanan tubuh terhadap timbulnya penyakit
paru. Penyakit paru yang sering ditemukan pada usia lanjut adalah infeksi saluran nafas akut
bagian bawah PPOM. Berhagai cara dapat dilakukan untuk pencegahan terhadap timbulnya
infeksi pernafasan akut bagian bawah, PPOM. Untuk mencegah melanjunya penurunan
fungsi paru, antara lain dapat diatasi dengan melakukan olah raga atau latihan fisik yang
teratur, selain meningkatkan taraf kesehatan usia lanjut. Laju penurunan fungsi paru dapat
diketahui dengan pemeriksaan faal paru secara berkala.
B. Saran
Bagi mahasiswa dapat memahami teori tentang sindrome geriatri dan gangguan
kesehatan yang utama pasa lansia yaitu respirasi. Sehingga dapat memberikan pengetahuan
sesuai teori. Bagi perawata diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam
penanganan pasien lansia dengan sindrome geriatri dan gangguan kesehatan respirasi
sehinggan dapat meningkatkan pelayanan keperawtan yang baik
24
DAFTAR PUSTAKA
Siti, Maryam Rdkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Penanganannya. Jakarta: Salemba
Medika
25