GERIATRIC SYNDROME
Untuk Memenuhi Tugas Clinical Studies 2
Disusun Oleh:
Sanda Prima Dewi
125070201131017
Kelompok 3-A, K3LN
dari
pada
sebagai
bahwa kehidupan
manfaat,
bahkan
ada
sumber
masa
tua
daya.
tidak
yang sampai
Banyak
lagi
orang
memberikan
beranggapan
bahwa
dan
Undang-Undang
Nomor
13
Tahun
1998
tentang
penyakit,
mengakibatkan
tetapi
merupakan
perubahan
kumulatif,
proses
yang
merupakan
berangsur-angsur
proses
menurunya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar
tubuh.
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60
tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999). Pada lanjut usia akan
terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahanlahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994).
B. FISIOLOGI LANSIA dan PROSES MENUA
Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus menerus
secara alamiah. Dimulai sejak manusia lahir bahkan sebelumnya dan
umunya dialami seluruh makhluk hidup. Menua merupakan proses
penurunan fungsi struktural tubuh yang diikuti penurunan daya tahan tubuh.
Setiap orang akan mengalami masa tua, akan tetapi penuaan pada tiap
seseorang
berbeda-beda
tergantung
pada
berbagai
faktor
yang
yang
mengendor,
rambut
memutih,
penurunan
pendengaran,
the O complex
intelectual
failure,
instability,
incontinence
the 14 I
Iatrogenic,
Incontinence,
Impairment,
Isolation,
Immunodefficiency, Infection,
Insomnia,
Impotence,
Inanition, Impairment
agonist
adrenergic
alfa,
analgesic
narcotic,
psikotropik,
tekanan
disebabkan
oleh
melemahnya
otot
dasar
panggul,
transurethral
dan
radiasi.
Pasien
mengeluh
mengeluarkan urin pada saat tertawa, batuk, atau berdiri. Jumlah urin
yang keluar dapat sedikit atau banyak.
2) Inkontinensia urin urgensi (urgency inkontinence)
Keluarnya urin secara tak terkendali dikaitkan dengan sensasi
keinginan berkemih. Inkontinensia urin jenis ini umumnya dikaitkan
dengan kontraksi detrusor tak terken-dali (detrusor overactivity).
Masalah-masalah neurologis sering dikaitkan dengan inkontinensia
urin urgensi ini, meliputi stroke, penyakit Parkinson, demensia dan
cedera medula spinalis. Pasien mengeluh tak cukup waktu untuk
sampai di toilet setelah timbul keinginan untuk berkemih sehingga
timbul peristiwa inkontinensia urin. Inkontinensia tipe urgensi ini
merupakan penyebab tersering inkontinen-sia pada lansia di atas 75
tahun. Satu variasi inkontinensia urgensi adalah hiperaktifitas detrusor
fungsional
merupakan
keadaan
seseorang
yang
sia dengan fungsi saluran kemih bagian bawah yang utuh tetapi
ada
faktor
lain,
seperti
gangguan
kognitif
berat
yang
6) Inkontinensia Total
Inkontinensia total merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urin yang terus menerus dan tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan penyebab inkontinensia total antara lain: disfungsi
neorologis,
karena
1. 2
1. 3
1. 4
1. 5
Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh.
Regenerasi
jaringan
tidak
dapat
mempertahankan
1. 8
Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.
akan
meningkatnya
pada
penurunan
jumlah
2. 3
ini
menyatakan
bahwa
dengan
bertambahnya
usia,
beresiko
akan
mengalami
proses
penuaan
dan
serta
menjadi
lebih
tebal,
seiring
dengan
pertahan
diri
tertentu.
Ketidakmampuan
penurunan
reproduksi
sel
oleh
mitosis
yang
Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa
penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem
yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah putih,
juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan.
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca tranlasi,
dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun
tubuh
mengenali
dirinya
sendiri.
Jika
mutasi
isomatik
pertumbuhan
dan
memperpanjang
umur.
pruferasi
sel
misalnya
insulin
dan
hormon
pertumbuhan.
2. Teori Psikologis
2. 1
Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara
keaktifannya setelah menua. Sense of integrity yang dibangun
dimasa
mudanya
tetap
terpelihara
sampai
tua.
Teori
ini
yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial (Azizah, 2011).
Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia. Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam
memelihara
dengan
2. 3
hubungan
masalah
di
dengan
masyarakat,
masyarakat,
kelurga
melibatkan
dan
diri
hubungan
usia,
sejak manusia dilahirkan. Terdapat banyak definisi proses menua, namun teori yang
paling banyak dianut saat ini adalah teori radikal bebas dan teori telomer.
replikasi DNA. Telomer akan memendek setiap kali sel membelah. Bila
telomer terlalu pendek maka sel berhenti membelah dan menyebabkan
replicative senescence.
Masalah umum pada proses menua adalah penurunan fungsi fisiologis dan
kognitif yang bersifat progresif serta peningkatan kerentanan usia lanjut pada kondisi
sakit. Laju dan dampak proses menua berbeda pada setiap individu karena
dipengaruhi faktor genetik serta lingkungan.
Proses menua mengakibatkan penurunan fungsi sistem organ seperti sistem
sensorik, saraf pusat, pencernaan, kardiovaskular, dan sistem respirasi. Selain itu
terjadi pula perubahan komposisi tubuh, yaitu penurunan massa otot, peningkatan
massa dan sentralisasi lemak, serta peningkatan lemak intramuskular. Perlu diingat
bahwa perubahan fisik yang berhubungan dengan proses menua normal bukanlah
penyakit. Individu yang menunjukkan karakteristik menua dikatakan mengalami
usual aging, sedangkan individu yang tidak atau memiliki sedikit karakteristik menua
disebut successful aging (SA).
SA merupakan konsep multidimensi yang berkaitan dengan kondisi fisik,
psikologis, dan fungsi sosial. Dimensi operasional SA yang paling sering dipakai
adalah menurut Rowe dan Kahn yang meliputi tiga aspek, yaitu bebas dari penyakit
dan hendaya, fungsi kognitif yang baik, dan tetap aktif di dalam kehidupan. SA berarti
memerpanjang usia dan mengupayakan agar penyakit terkait usia terjadi di usia
setua dan sedekat mungkin dengan kematian. Pemeliharaan fungsi fisik yang baik
tercermin pada kemampuan untuk melakukan aktivitas harian, mulai dari hal
sederhana seperti makan, berpakaian, dan naik tangga sampai kegiatan yang lebih
kompleks seperti belanja dan menggunakan alat transportasi. Model SA biologis
dapat dicapai dengan pencegahan primer seperti berhenti merokok, latihan jasmani,
penggunaan vaksin yang tepat, dan penurunan kolesterol.
dan
proses
berpikir
yang
berakibat
terjadinya
benzodiazepine,
barbiturat)
Analgesik (mis: opiat, OAINS?)
Penghambat histamin ( untuk gangguan GI, insomnia, pruritus,
alergi)
Agen antisekretorik ( obat-obatan yang menyerupai atropinik)
Antidiare
Agen inkontinensia
Antidepresan trisiklik
Antipsikotik ( mis: chlorpromazine, thioridazine, mesoridazine)
Obat-obatan antiaritmia (mis: lidokain, prokainamid)
obat-obatan antineoplasma
keadaan ini
dementia.
Diagnosis dementia ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan
Mini Mental State Examination dan penyebab pastinya dengan
pemeriksaan patologi. Dementia dibagi menjadi 4 golongan: dementia
degeneratif primer/Alzheimer (50-60%), dementia multi infark (10-20%),
dementia reversibel/sebagian reversibel (20-30%), dan gangguan lain
(5-10%).
Penyebab dementia yang reversibel dapat dibuat matriks jembatan
keledai berikut:
D
E
M
E
N
T
: drugs
: emotional (emosi, depresi)
: metabolik/endokrin
: eye and ear (mata dan telinga)
: nutrisi
: tumor trauma
I
A
Prinsip
: infeksi
: arteriosklerosis
tatalaksana dementia
adalah
optimalisasi
fungsi
pasien,
dapat
menggunakan
hormon
mineralokortikoid,
setempat.Ulkus
dekubitus
terjadi
terutama
pada
tonjolan
seminggu (Waters et al, 2010). Aktivitas fisik tanpa asupan nutrisi yang
adekuat menyebabkan keseimbangan protein negatif dan menyebabkan
degradasi otot (Sullivan et al, 2009). Kombinasi resistance training
dengan intervensi nutrisi berupa asupan protein yang cukup dengan
kandungan leusin, merupakan intervensi terbaik untuk memelihara
kesehatan otot orang usia lanjut (Setiati et al, 2013)
3. Pencegahan infeksi dengan vaksin
4. Antisipasi kejadian yang dapat menimbulkan stres misalnya pembedahan
elektif dan reconditioning cepat setelah mengalami stres dengan renutrisi
dan fisioterapi individual (Setiati et al, 2011)
5. Terapi pengobatan pada pasien usia lanjut secara signifikan berbeda dari
pasien pada usia muda, karena adanya perubahan kondisi tubuh yang
disebabkan oleh usia, dan dampak yang timbul dari penggunaan obatobatan yang digunakan sebelumnya. Masalah polifarmasi pada pasien
geriatri sulit dihindari dikarenakan oleh berbagai hal yaitu penyakit yang
diderita banyak dan biasanya kronis, obat diresepkan oleh beberapa
dokter, kurang koordinasi dalam pengelolaan, gejala yang dirasakan
pasien tidak jelas, pasien meminta resep, dan untuk menghilangkan efek
samping obat justru ditambah obat baru. Karena itu diusulkan prinsip
pemberian obat yang benar pada pasien geriatri dengan cara mengetahui
riwayat
pengobatan
lengkap,
jangan
memberikan
obat
sebelum
I.
terpapar
dengan
bahan-bahan
kimia
dan
2. Pencegahan (Preventif)
a. Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia
sehat, terdapat faktor risiko, tidak ada penyakit, dan promosi
kesehatan. Jenis pelayanan pencegahan primer adalah: program
imunisasi, konseling, berhenti merokok dan minum beralkohol,
dukungan nutrisi, keamanan di dalam dan sekitar rumah, manajemen
stres, penggunaan medikasi yang tepat.
b. Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap
penderita tanpa gejala dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit
belum tampak secara klinis dan mengindap faktor risiko. Jenis pelayan
pencegahan sekunder antara lain adalah sebagai berikut: kontrol
hipertensi, deteksi dan pengobatan kangker, screening: pemeriksaan
rektal, papsmear, gigi mulut dan lain-lain.
c. Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sebelum terdapat gejala
penyakit dan cacat, mecegah cacat bertambah dan ketergantungan,
serta perawatan dengan perawatan di rumah sakit, rehabilisasi pasien
rawat jalan dan perawatan jangka panjang.
3. Diagnosis dini dan Pengobatan
a. Diagnosis dini dapat dilakukan oleh lansia sendiri atau petugas
profesional dan petugas institusi. Oleh lansia sendiri dengan
melakukan tes dini, skrining kesehatan, memanfaatkan Kartu Menuju
Sehat (KMS) Lansia, memanfaatkan Buku Kesehatan Pribadi (BKP),
serta penandatangan kontrak kesehatan.
b. Pengobatan: Pengobatan terhadap gangguan sistem dan gejala yang
terjadi meliputi sistem muskuloskeletal, kardiovaskular, pernapasan,
pencernaan, urogenital, hormonal, saraf dan integumen.
DAFTAR PUSTAKA