Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau
ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis,
psikologis maupun sosio budaya. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam
pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri
dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan
bagian integral kesehatan. Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan. Penerima Pelayanan Kesehatan adalah setiap orang yang melakukan
konsultasi tentang kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada tenaga kesehatan.
(Undang-undang Kesehatan No.36 tahun, 2014).
Lanjut Usia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai
dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika
manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan
fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia
yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap
fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya
(Darmojo, 2009).
Penyakit pada usia lanjut dengan gejala khas yaitu multipatologi (lebih dari
satu penyakit), kemampuan fisiologis tubuh yang sudah menurun, tampilan gejala
yang tidak khas/menyimpang, dan penurunan status fungsional (kemampuan
kreraktivitas). Penyakit-penyakit yang ditemukan pada pasien geriatri umumnya
adalah penyakit degeneratif kronik (Kane, 2008).
Pengertian penyakit degeneratif secara umum dikatakan bahwa penyakit ini
merupakan proses penurunan fungsi organ tubuh yang umumnya terjadi pada usia tua.
Namun ada kalanya juga bisa terjadi pada usia muda, akibat yang ditimbulkan adalah
2

penurunan derajat kesehatan yang biasanya diikuti dengan penyakit. Akibat yang
paling bahaya dari penyakit ini adalah rasa sakit dan juga sangat menyita biaya
terutama saat masa tua, dan bisa juga akan berakhir dengan kematian (Darmojo,
2009).
Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang bahagia tetapi keinginan
tidaklah selalu dapat menjadi nyata. Pada kehidupan nyata, banyak sekali lansia-lansia
yang menjadi depresi, stress, dan berpenyakitan. Banyak kita temukan lansia yang
dikirim ke panti jompo dan tidak terurus oleh keluarga, ada lansia yang diasingkan
dari kehidupan anak cucunya meskipun hidup dalam lingkungan yang sama, ada
lansia yang masih harus bekerja keras meskipun sudah tua, dan masih banyak hal-hal
lainnya yang menjadi penyebab gangguan keselamatan dan keamanan (Lueckenotte,
2005).
Keselamatan dan keamanan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang
terhindari dari ancaman bahaya atau kecelakaan, keadaan aman dan tentram. Faktor-
faktor yang mempengaruhi gangguan keselamatan dan keamanan yaitu usia, tingkat
kesadaran, emosi, status mobilisasi, gangguan sensori,informasi / komunikasi,
penggunaan antibiotik yang tidak rasional, keadaan imunitas, ketidakmampuan tubuh
dalam memproduksi sel darah putih, status nutrisi, tingkat pengetahuan.
Jatuh merupakan masalah fisik yang sering terjadi pada lansia, dengan
bertambahnya usia kondisi fisik, mental, dan fungsi tubuh pun menurun. Jatuh dan
kecelakaan pada lansia merupakan penyebab kecacatan yang utama. Jatuh adalah
kejadian secara tiba-tiba dan tidak disengaja yang mengakibatkan seseorang
mendadak terbaring atau terduduk dilantai (Maryam, 2008).
Berdasarkan penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah
mencapai angka 11.4% atau tercatat sekitar 28.8 juta orang yang menyebabkan jumlah
penduduk lansia terbesar di dunia (BPS, 2007). Insiden jatuh di Indonesia tercatat dari
115 penghuni panti sebanyak 30 lansia atau sekitar 43.47% mengalami jatuh.
Kejadian jatuh pada lansia dipengaruhi oleh faktor intrinsik seperti gangguan gaya
berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope dan dizziness,
serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata, tersandung benda-benda,
penglihatan kurang karena cahaya kurang terang dan lain-lain (Darmojo, 2009).
Penyebab jatuh pada lansia adalah penyakit yang sedang diderita, seperti
hipertensi, stroke, sakit kepala/pusing, nyeri sendi, reumatik dan diabetes. Perubahan-
perubahan akibat proses penuaan seperti penurunan pendengaran, penglihatan, status
mental, lambatnya pergerakan, hidup sendiri, kelemahan otot kaki bawah, gangguan
3

keseimbangan dan gaya berjalan. Faktor lingkungan terdiri dari penerangan yang
kurang, bendabenda dilantai (tersandung karpet), tangga tanpa pagar, tempat tidur
atau tempat buang air yang terlalu rendah, lantai yang tidak rata, licin serta alat bantu
jalan yang tidak tepat. Jatuh (falls) merupakan suatu masalah yang sering terjadi pada
lansia (Maryam, 2008).
Faktor risiko jatuh meliputi faktor intrinsik dan ekstrinsik, faktor intrinsik
antara lain sistem saraf pusat, demensia, gangguan sistem sensorik, gangguan sistem
kardiovaskuler, gangguan metabolisme, dan gangguan gaya berjalan. Faktor ekstrinsik
meliputi lingkungan, aktifitas, dan obat-obatan, selama proses menua, lansia
mempunyai konsekuensi untuk jatuh salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi
pada lansia adalah instabilitas yaitu berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh.
Jatuh dianggap sebagai konsekuensi alami tetapi jatuh bukan merupakan bagian
normal dari proses penuaan (Stanley, 2006).
Upaya pencegahan perlu dilakukan untuk meminimalisir kejadian jatuh pada
lansia. Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada
lansia, mengidentifikasi faktor risiko dilakukan untuk mencari adanya faktor intrinsik
risiko jatuh, keadaan lingkungan rumah yang berbahaya yang dapat menyebabkan
jatuh harus dihilangkan. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan dilakukan untuk
berpindah tempat dan pindah posisi, penilaian postural sangat diperlukan untuk
mengurangi faktor penyebab terjadinya risiko jatuh, serta mengatur atau mengatasi
fraktur situasional dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaaan rutin kesehatan
lansia secara periodik (Mariyam, 2008).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis beralasan mengambil judul
penelitian tentang. “Asuhan Keperawatan Pada Klien Gerontik dengan Gangguan
Keamanan : Resiko Jatuh ”.

KONSEP DASAR ASKEP


A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/Istirahat:
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada
sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.Limitasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan.
Tanda :Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/kelaianan
pada sendi.
2. Kardiovaskular:
4

Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3. Integritas Ego:
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan, keputusan dan ketidakberdayaan
(situasi ketidakmampuan), ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi
( misalnya ketergantungan pada orang lain).
4. Makanan/Cairan:
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat: mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.

5. Hygiene:
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi,
ketergantungan.
6. Neurosensori:
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Tanda : Pembengkakan sendi simetris.
7. Nyeri/Kenyamanan:
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan
lunak pada sendi).
8. Keamanan:
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan
dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan
menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
9. Interaksi Sosial:
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan keterbataan rentang gerak.
2. Gangguan nyaman nyeri yang berhubungan dengan trauma jaringan akibat jatuh
3. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan fraktur,
pemasangan traksi pen, imobilitas fisik.
5

C. INTERVENSI
1. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan keterbatasan rentang gerak
Tujuan atau kriteria hasil yang diharapkan:
- Klien mampertahankan kekuatan dan ketahanan sistem muskuloskeletal dan
fleksibilitas sendi-sendi dibuktikan oleh tidak adanya kontraktur.
Intervensi Keperawatan Rasional
Observasi tanda dan gejala penurunan Memberikan informasi sebagai dasar
mobilitas sendi, dan kehilangan dan pengawasan keefektifan intervensi.
ketahanan
Observasi status respirasi dan fungsi Memberikan informasi tentang status
jantung klien. respirasi dan fungsi jantung klien.
Observasi lingkungan terhadap bahaya- Mencegah risiko cedera pada lansia
bahaya keamanan yang potensial. Ubah
lingkungan untuk menurunkan bahaya-
bahaya keamanan.
Ajarkan tentang tujuan dan pentingnya Meningkatkan harga diri: meningkatkan
latiha rasa kontrol dan kemandirian klien
Membantu perawatan diri dan
Ajarkan penggunaan alat-alat bantu yang kemandirian pasien.
tepat

2. Gangguan nyaman nyeri yang berhubungan dengan trauma jaringan akibat jatuh
Tujuan atau kriteria hasil yang diharapkan:
- Klien menyatakan nyeri terkontrol
- Klien mampu membatasi fungsi posisi dengan pembatasan kontraktur
- Klien mampu mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi
kompensasi tubuh.
- TTV dalam batas normal
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Evaluasi atau lanjutkan pemantauan Tingkat aktifitas atau latihan tergantung
tingkat inflamasi atau rasa sakit pada dari perkembangan atau resolusi dari
sendi. proses inflamasi
2. Bantu dan ajari keluarga klien untuk Istirahat sistemik dianjurkan selama
pertahankan istirahat tirah baring atau eksaserbasi akut dan seluruh fase
duduk jika diperlukan, jadwal aktifitas penyakit yang penting untuk mencegah
untuk memberikan periode istirahat kelelahan dan mempertahankan
6

yang terus menerus dan tidur dimalam kekuatan.


hari yang tidak terganggu.
3. Bantu dan ajari keluarga dengan Mempertahankan atau menigkatkan
rentang gerak aktifatau pasif, demikian fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina
juga latihan resistif dan isometric jika umum. Catatan: latihan yang tidak
memungkinkan. adekuat dapat menyebabkan kekakuan
sendi
4. Ajari klien dan keluarga ubah posisi Menghilangkan tekanan pada jaringan
dengan sering dengan personel cukup dan meningkatkan sirkulasi, tehnik
serta demonstrasikan atau bantu tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah
pemindahan dan penggunaan bantuan robekan abrasi kulit.
mobilitas, mis: trapeze.
5. Dorong klien mempertahankan postur Memaksimalkan fungsi sendi,
tegak dan duduk tinggi, berdiri, mempertahankan mobilitas.
berjalan.
6. Ajarkan keluarga untuk memberikan Menghindari cedera akibat kecelakaan
lingkungan yang aman, mis: menaikkan atau jatuh.
kursi atau kloset, menggunakan
pegangan tangga pada bak atau
pancuran dan toilet, penggunaan alat
bantu mobilitas atau kursi roda

3. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan fraktur,


pemasangan traksi pen, imobilitas fisik.
Tujuan atau kriteria hasil yang diharapkan:
- Klien menyatakan ketidaknyamanan hilang
- Klien menunjukkan perilaku untuk mencegah kerusakan kulit atau
memudahkan penyembuhan sesuai indikasi
- Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu atau penyembuhan lesi terjadi

Intervensi Keperawatan Rasional


7

Kaji kulit untuk luka terbuka, benda Memberikan informasi tentang sirkulasi
asing, kemerahan , perdarahan, kulit dan pembentukan edema yang
perubahan warna, kelabu, memutih. membutuhkan intervensi medik lanjut
1.
Mengurangi tekanan konstan pada area
Ajarkan keluarga lansia agar mengubah
yang sama dam meminimalkan resiko
posisi sesering mungkin.
2. kerusakan kulit .
3. Ajarkan keluarga lansia agar sesering Menurunkan kadar kontaminasi kulit
mungkin membersihkan kulit dengan air
sabun hangat.
4. Tekuk ujung kawat atau tutup ujung Mencegah cedera pada bagian tubuh lain
kawat atau pen dengan karett atau gabus
pelindung atau tutup jarum. Mencegah tekanan berlebihan pada kulit,
5. Ajarkan keluarga agar memberikan meningkatkan eaporasi kelembapan yang
bantalan atau pelindung dari kulit menurunkan resiko ekskoriasi.
domba atau busa.

Anda mungkin juga menyukai