Anda di halaman 1dari 48

ANALISIS PENGARUH IKLAN ROKOK di TELEVISI TERHADAP

KEPUTUSAN PEMBELIAN ROKOK SISWA SMA


di KOTA MADYA JAKARTA

VIANA ANANTA SISKA SIMANJUNTAK

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh


Iklan Rokok terhadap Keputusan Pembelian Rokok di Televisi Siswa SMA di
Kota Madya Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

Viana Ananta Siska Simanjuntak


H24100057
ABSTRAK

VIANA ANANTA SISKA SIMANJUNTAK. Analisis Pengaruh Iklan Rokok di


Televisi Terhadap Keputusan Pembelian Rokok Siswa SMA di Kota Madya
Jakarta. Dibimbing oleh MUKHAMAD NAJIB.

Iklan rokok yang ditayangkan di televisi memiliki konsep iklan yang


sangat berbeda dengan iklan pada produk lainnya. Selain itu juga iklan televisi
menduduki persentasi yang tertinggi yang mana iklan rokok tersebut banyak di
tonton oleh anak remaja. Dari tahun ke tahun persentase remaja yang
mengkonsumsi rokokpun terus meningkat. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis pengaruh iklan rokok terhadap sikap remaja dalam keputusan
pembelian rokok dan mengidentifikasi faktor-faktor yang dominan pada variabel
iklan yang mempengaruhi keputusan pembelian rokok para remaja. Model
analisis menggunakan Structural Equation Model (SEM) dengan AMOS 18.0
dimana iklan sebagai variabel eksogen (x) dan keputusan pembelian sebagai
variabel endogen (y). Hasil penelitian ini menunjukkan: 1. Iklan rokok
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian rokok siswa
SMA di Jakarta, 2. Baik faktor internal, eksternal atau exposure iklan sama-sama
berpengaruh positif dan signifikan membentuk iklan dalam mempengaruhi
keputusan pembelian, namun demikian faktor internal merupakan faktor yang
paling dominan, kemudian faktor yang paling kurang dominan adalah faktor
eksternal.
Kata kunci: iklan, keputusan pembelian, SEM

ABSTRACT

VIANA ANANTASISKA SIMANJUNTAK. Analysis of Influence of Cigarette


Advertising on Television against Cigarette Purchasing by High School Students
at Jakarta Region. Supervised by MUKHAMAD NAJIB.

Cigarette advertising on television has a very different concept of


advertising compare to advertising on other products. It occupies the highest
percentage of advertisement in which cigarette ads are being watched on
television by teenagers. Every year, the percentage of adolescents who consume
cigarette is increasing. This research aimed to analyze the effect of cigarette
advertising on adolescent attitudes in cigarette purchasing decisions and to
identify the dominant factors in the variables that influence purchasing decisions
ads cigarette by teenagers. Structural Equation Model (SEM) with AMOS 18.0
was used as the model where advertising is exogenous variables (x) and
purchasing decisions is endogenous variables (y). The results showed: 1. Cigarette
advertising had a significant positive influence on cigarette purchasing decision
by high school students in Jakarta, 2. Both internal and external factors or ads
exposure are both positive and have significant impact in shaping advertising
affects purchasing decisions, however, the internal factor is the most dominant
factor and the external factor is the least dominant factor.

Keywords: advertising, purchasing decisions, SEM


ANALISIS PENGARUH IKLAN ROKOK di TELEVISI TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN ROKOK SISWA SMA
di KOTA MADYA

VIANA ANANTA SISKA SIMANJUNTAK

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ANALISIS PENGARUH IKLAN ROKOK di TELEVISI TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN ROKOK SISWA SMA
di KOTA MADYA JAKARTA

VIANA ANANTA SISKA SIMANJUNTAK

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Iklan Rokok di Televisi Terhadap Keputusan
Pembelian Rokok Siswa SMA di Kota Madya Jakarta
Nama : Viana Ananta Siska Simanjuntak
NIM : H24100057

Disetujui oleh

Dr Mukhamad Najib, STP,MM


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Mukhamad Najib, STP,MM


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 sampai Desember
2013 adalah manajemen pemasaran, dengan judul Analisis Pengaruh Iklan Rokok
di Televisi terhadap Keputusan Pembelian Rokok Siswa SMA di Kota Madya
Jakarta.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Mukhamad Najib, STP, MM
selaku dosen pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada beberapa sekolah menengah atas di kota madya Jakarta yang telah
bersedia untuk dijadikan sebagai tempat penelitian. Penulis juga ucapkan terima
kasih kepada Dr Siswoyo Haryono, MM, MPd yang telah membantu dalam
pembuatan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada alm.
ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa
kepada teman-teman Manajemen 47 khususnya Icha, Mirza, Desi, Melia, Tommy,
Heru, Marda, Wida dan teman-teman satu bimbingan skripsi “Najibers” (Lidia,
Wina, Edelia, Dian), dan sahabat yang selalu memberikan dukungan yaitu
Annetta, Revina, Novia dan Nabila serta yang teristimewa Jise Sitompul yang
selalu meluangkan waktunya dan memberikan dukungan dan bantuan dalam
pembuatan skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2014

Viana Ananta Siska Simanjuntak


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 4
METODE 4
Kerangka Pemikiran 4
Lokasi dan Waktu Penelitian 6
Metode Pengumpulan Data 6
Metode Penarikan Sampel 6
Metode Pengolahan dan Analisis Data 7
Penyusunan Instrumen 7
HASIL dan PEMBAHASAN 10
Uji Instrumen Penelitian 10
Uji Normalitas Data 11
Uji Measurement Model 12
Uji Structural Model 16
Pengujian Hipotesis 16
Pengaruh iklan rokok terhadap keputusan pembelian rokok. 17
Variabel Iklan yang paling dominan 17
Dimensi variabel keputusan pembelian yang dominan 18
Implikasi Manajerial 19
SIMPULAN DAN SARAN 20
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 23
RIWAYAT HIDUP 35
DAFTAR TABEL

1 Persentase perokok remaja menurut jenis kelamin di Indonesia 2


2 Persentase remaja yang melihat pemasaran rokok di berbagai
3 tempat dengan karakteristik demografi yang dipilih oleh GATS
Indonesia 3
4 Persentase jumlah responden 6
5 Skala Likert pada penelitian 8
6 Ringkasan goodness of fit 10
7 Karakteristik responden 11
8 Assesment of normalitiy 12
9 Hasil goodness of fit 13
10 Nilai loading factor 13
11 Nilai loading factor dimensi dalam iklan 14
12 Hubungan konstruk berdasarkan covariance 14
13 Standardize regression weight 15
14 Square multiple correlations 15
15 Estimasi parameter 16

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran 5
2 Model analisis penelitian 10
3 Final model 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner penelitian 22
2 Hasil uji validitas 26
3 Hasil uji reliabilitas 35
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rokok merupakan produk yang sudah tidak asing lagi didengar dan masih
kontroversi dikalangan masyarakat Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat di
kehidupan nyata bahwa, rokok merupakan produk yang berbahaya baik bagi
penggunan dan non pengguna serta bersifat mematikan tetapi masih saja di
konsumsi oleh masyarakat. Padahal, disetiap media pemasaran rokok juga sudah
terterta efek sampingnya yaitu rokok menyebabkan kanker, serangan jantung,
impotensi, gangguan kehamilan dan janin. Perkembangan rokok yang pesat di
Indonesia merupakan dampak dari lemahnya peraturan dari pemerintah untuk
melarang rokok di Indonesia.
Berbagai macam merek yang memproduksi rokokpun bertebaran di
Indonesia. Produk rokok yang dihasilkan oleh beragam merek tersebut tidak
berbeda jauh karakteristiknya antara satu merek dengan merek rokok lainnya. Hal
tersebut membuat produsen-produsen rokok menyusun strategi pemasaran
seefektif mungkin untuk meningkatkan penjualan. Beberapa strategi yang mereka
lakukan salah satunya seperti dengan menggunakan komunikasi pemasaran.
Komunikasi pemasaran yang sering digunakan dalam mempromosikan produknya
adalah dengan menggunakan iklan. Iklan dikenal sebagai media pemasaran yang
sangat efektif karena iklan merupakan teknik penyebaran informasi melalui media
yang dapat menjangkau lapisan waktu, heterogenitas, dan tersebar secara luas
tanpa tergantung dengan jarak. Tujuan dari periklanan bukan hanya
mengkomunikasikan produk yang dipasarkan namun juga membujuk dan
mengubah pola pikiran para konsumen.
Produsen rokok berlomba-lomba menampilkan iklan sekreatif mungkin agar
konsumen yang melihatnya dapat tertarik dan memutuskan untuk membeli produk
yang diiklankan. Media komunikasi massa yang kebanyakan digunakan terutama
adalah televisi (TV). Menurut data (Penetrasi Televisi 2013) menyatakan, tingkat
penetrasi televisi bertambah besar dibandingkan media lainnya yaitu tingkat
penetrasi TV tumbuh dari 9.2 persen (2,435 juta orang) pada tahun sebelumnya
menjadi 10.1 persen (2,857 juta orang). Oleh karena itu, keberadaan siaran TV
memiliki dampak yang besar bagi masyarakat Indonesia karena minat membaca
masyarakat Indonesia yang rendah dan masih mahal atau kurangnya pengetahuan
terhadap sarana teknologi informasi lainnya seperti akses internet.
Iklan rokok yang di tayangkan di TV memiliki konsep iklan yang sangat
berbeda dengan iklan pada produk lainnya. Hal tersebut dikarenakan di dalam
dunia periklanan rokok merupakan produk yang paling keras diatur dalam
peraturan internal periklanan yang meliputi tata cara dan tata krama periklanan
maupun perundang-undangan negara baik dalam UU penyiaraan dan UU
Perlindungan Konsumen maupun PP (Peraturan Pemerintah) tentang Pengamanan
Rokok Bagi Kesehatan.
Pemerintah Indonesia memperketat kebijakan pembuatan iklan rokok
kepada industri rokok. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi kematian dan
mencegah penyakit akibat mengkonsumsi rokok. Peraturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah diantaranya adalah PP 81/1999 tentang Pengamanan Rokok Bagi
2 Lan
Kesehatan yaitu dalam peraturan tersebut terdapat larangan-larangan tentang
rokok dan periklanan iklan rokok. Selain itu juga dikeluarkan peraturan
pemerintah (PP) nomor 38 tahun 2000 tentang perubahan atas PP no 81 Tahun
1999 pada pasal 17 ayat (2). Dijelaskan bahwa iklan rokok pada media elektronik
hanya dapat dilakukan pada pukul 21.30 sampai dengan pukul 5.00 waktu
setempat. Hal tersebut dilakukan supaya anak-anak tidak menonton iklan rokok
tersebut.
Dari sekian banyak aturan dan larangan yang ditujukan untuk periklanan
rokok, berakibat industri rokok kretek tidak bisa mengiklankan secara khusus
produk rokok yang ingin mereka pasarkan tersebut. Maka dari itu industri rokok
dituntut untuk mengembangkan kreatifitas mereka dalam membuat iklan yang
atraktif dengan menerjemahkan citra atau imej yang ingin dibangun oleh produsen
melalui bahasa simbolik sehingga dapat menyentuh sisi psikologi target sasaran
yaitu anak muda dan remaja. Hal tersebut dapat dilihat pada setiap iklan rokok
yang mana mereka tidak mempromosikan produknya secara langsung melainkan
mereka menggunakan model anak muda. Anak muda tersebut disimbolkan
sebagai seorang pria yang jantan, setia, gagah, dan perkasa. Hal tersebut secara
tidak langsung dapat memicu para remaja yang menyaksikan iklan tersebut ingin
mencoba produk rokok.
Menurut (Wakefield, McElrath, dan Emery 2006), industri tembakau telah
secara aktif berusaha untuk membuat citra publik dalam menanggapi bukti bahwa
produk dipasarkan untuk remaja dan menyesatkan publik tentang risiko kesehatan
merokok. Pada usia remaja (15-21 tahun) seorang individu masih mencari jati diri
yang mana mereka masih memiliki sifat yang labil dan mudah terpengaruh
sehingga membuat industri rokok memfokuskan para remaja menjadi target
pemasaran. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil data Survei Sosial Ekonomi
Nasional dan berdasarkan Global Adult Tobacco Survey (Persentase Perokok
Remaja 2013) berikut :

Tabel 1 Persentase perokok remaja menurut jenis kelamin di Indonesia


Tahun Pria Perempuan Rata-Rata

1995 53.9 1.7 27.2


2001 62.9 1.4 31.8
2004 63 5 35
2007 65.3 5.6 35.4
2010 65.9 4.2 35.7
Sumber : Global Tobacco Survey Indonesia (2011)

Pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun persentase remaja
yang mengkonsumsi rokok terus meningkat terutama pada pria remaja yang selalu
konstan persentasenya dan tidak pernah mengalami penurunan. Selain itu juga
pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa rokok menggunakan media pemasaran yang
begitu banyak dan beragam dalam memasarkan produknya. TV menduduki
persentase yang tertinggi yang mana iklan rokok tersebut banyak di tonton oleh
anak remaja. Oleh karena itu, TV dan beragam media pemasaran lainnya dapat
menimbulkan pengaruh negatif bagi remaja untuk mencoba mengkonsumi rokok.
3

Tabel 2 Persentase remaja yang melihat pemasaran rokok di berbagai tempat,


dengan karakteristik demografi yang di pilih oleh GATS Indonesia
tahun 2011
Media Pemasaran Rata- Pria Wanita Usia (15-
Rata 24 tahun)

Toko 44.9 52.7 37.1 51.9


Televisi 65.9 72 59.9 76.6
Radio 4.4 5.3 3.5 5.2
Papan Iklan 38.8 47.8 29.9 48.6
Poster 41.8 48.9 34.7 52
Koran / majalah 9.7 11.9 7.5 12
Bioskop 0.5 0.5 0.5 1.1
Internet 1.6 1.9 1.2 3.7
Transportasi umum/ stasiun 13.1 16.2 10.1 17.2
Dinding Umum 15.8 20.1 11.4 21.1
Spanduk 47 55.5 38.6 54
Tempat Lain 7.5 9 6.1 10.3
Sponsor Acara Olahraga 31.4 43.5 19.4 39
Musik/Fashion 19.4 24.4 14.4 29.8

Sumber : Global Tobacco Survey Indonesia (2011)

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, perumusan


masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1)Apakah terdapat pengaruh iklan rokok terhadap sikap remaja dalam keputusan
pembelian rokok; (2)Faktor-faktor apa saja yang dominan pada variabel iklan
yang mempengaruhi keputusan pembelian rokok para remaja serta variabel
keputusan pembelian yang dominan.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan yang


ingin dicapai dalam penelitian antara lain : (1) Menganalisis pengaruh iklan rokok
terhadap sikap remaja dalam keputusan pembelian rokok; (2)Menganalisis faktor-
faktor yang dominan pada variabel iklan yang mempengaruhi keputusan
pembelian rokok para remaja serta variabel keputusan pembelian yang dominan.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapakan dapat dijadikan masukan bagi pihak


pemerintah serta lembaga-lembaga terkait untuk lebih mempertimbangkan dan
memperketat iklan rokok yang dapat mempengaruhi psikologi remaja serta
4 Lan
merancang iklan yang berguna bagi remaja seperti penayangan pesan kesehatan
sehingga dapat mempengaruhi hal yang positif bagi para remaja.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memfokuskan untuk menganalisis pengaruh iklan rokok di


televisi terhadap sikap remaja dalam keputusan pembelian terutama
mengkhususkan untuk pelajar di SMA kota madya Jakarta. Responden dalam
penelitian ini adalah pelajar SMA di kota madya Jakarta yang merokok maupun
tidak pernah merokok dan pernah melihat iklan rokok di televisi.

METODE

Kerangka Pemikiran

Rokok merupakan salah satu produk yang pasarnya sangat besar di


Indonesia. Menurut data Ditjen Bea Cukai, produksi rokok di Indonesia pada
tahun 2009 mencapai 245,0 sedangkan pada tahun 2010 mencapai 249,1 dan pada
tahun 2011 mencapai 279,4 milyar batang. Hal tersebut dapat dilihat dari tahun ke
tahun produksi rokok selalu terjadi peningkatan. Total produksi rokok itu dihitung
berdasarkan pembelian pita cukai di Ditjen Bea dan Cukai. Selain itu juga
banyakanya pemain yang bergerak di pasar rokok ini baik pemain lokal maupun
pemain asing yang mana membuat perusahaan rokok menjadi semakin sulit untuk
melakukan diferensiasi dengan merek rokok lainnya. Maka dari itu, dalam
menghadapi persaingan tersebut, sangat dibutuhkan strategi pemasaran yang baik
yaitu dengan menggunakan komunikasi pemasaran yang efektif.
Komunikasi pemasaran yang baik adalah bagaimana industri rokok tersebut
mampu menginformasikan dengan baik kepada publik khususnya target sasaran
mengenai keberadaan produk mereka. Salah satu bentuk komunikasi pemasaran
adalah periklanan. Iklan tersebut diharapkan mampu menaikkan penjualan dengan
cara mengubah perilaku orang yang tadinya tidak menjadi pembeli akan menjadi
pembeli, baik dengan cara menginformasikan kepada orang yang tidak tahu
menjadi tahu sehingga akhirnya target sasaran akan membeli produk yang
diiklankan tersebut.
Media yang paling efektif untuk mendukung kegiatan periklanan tersebut
adalah dengan menggunakan televisi (TV) karena iklan TV dapat menjangkau
khalayak yang luas. Iklan TV bertujuan bukan hanya untuk menginformasikan
produk secara visual namun juga untuk meraih perhatian konsumen terhadap
produk sehingga timbullah faktor internal yang timbul terhadap isi pesan iklan
tersebut dan exposure iklan televisi.
Exposure iklan terdiri dari tiga aspek meliputi durasi, frekuensi, dan
intensitas para remaja dalam menyaksikan iklan rokok. Sedangkan faktor internal
dari iklan rokok akan dilihat dari dua aspek yaitu kognisi dan afeksi. Kognisi
terdiri dari aspek-aspek awareness (kesadaran) dan knowledge (pengetahuan) atas
iklan tersebut. Afeksi terdiri atas aspek-aspek liking (kesukaan) atas iklan dan
preference (kecenderungan) untuk memperhatikan iklan secara keseluruhan. Dari
5

kedua faktor yaitu faktor internal dan eksternal tersebut nantinya akan
mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian. Keputusan pembelian
tersebut dapat disebabkan karena adanya perhatian, ketertarikan, keinginan, dan
tindakan setelah melihat iklan rokok tersebut.
Penelitian ini terdapat sebelas indikator. Dari kesebelas indikator tersebut,
datanya diolah menggunakan structural equation modeling dengan software
AMOS 18 yang mana akan dilihat pengaruh iklan rokok terhadap keputusan
pembelian rokok dan variabel dari iklan yang paling dominan dalam
mempengaruhi keputusan pembelian rokok serta indikator yang paling dominan
dari variabel keputusan pembelian. Hasil yang di dapatkan nantinya akan
dijadikan saran atau masukan bagi pihak organisasi sekolah, pemerintah serta
lembaga-lembaga terkait untuk lebih mempertimbangkan dan memperketat iklan
rokok yang dapat mempengaruhi remaja. Kerangka penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 1.

Komunikasi Pemasaran

Iklan Televisi

Pengaruh faktor internal : Exposure Iklan (Faktor eksternal) :


- Kognisi - Lamanya individu mendengarkan
- Afeksi iklan (durasi)
- Keseringan individu mendengarkan
iklan (frekuensi)
- keseriusan / seberapa jelas individu
saat melihat atau mendengarkan
iklan (intensitas)

Keputusan Pembelian
- Perhatian
- Ketertarikan
- Keinginan
- Tindakan

Analisis Model Struktural (SEM)

Hasil

Saran

Gambar 1 Kerangka pemikiran


6 Lan
Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA X di kota madya Jakarta dimana


respondennya adalah pelajar SMA X tersebut. Waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan penelitian ini yaitu bulan Oktober hingga Desember 2013.

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer di peroleh dari hasil pengisian kuesioner kepada responden
yaitu pelajar SMA di kota Jakarta. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur
dari berbagai sumber seperti buku, internet, dan sebagainya.

Metode Penarikan Sampel

Pada penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel dengan


nonprobability sampling yang menggunakan metode quota sampling. Menurut
(Noor 2011) quota sampling yaitu teknik penarikan sampel yang menentukan
jumlah sampel dari populasi yang memiliki ciri tertentu sampai jumlah kuota
(jatah) yang diinginkan. (Puguh 2009) mengatakan bahwa, proporsi orang yang
telah ditetapkan diambil didalam sampel dari kelompok yang berbeda, tetapi
berdasarkan kemudahan (convenience).
(Waluyo 2011) menyarankan agar ukuran sampel minimum yang digunakan
dalam SEM adalah sebanyak 5-10 kali jumlah indikator yang akan diestimasi.
Dalam penelitian ini terdapat sebelas indikator yang digunakan. Sampel yang
dijadikan responden diambil berdasarkan metode purposive sampling . Kriteria
yang dijadikan responden adalah :
a. Siswa SMA yang pernah menyaksikan iklan rokok di televisi
b. Siswa SMA yang mengkonsumsi rokok maupun tidak mengkonsumsi
rokok.
Populasi dari penelitian ini adalah pelajar SMA di kota madya Jakarta yang
terdiri dari lima kota madya yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat,
Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur seperti pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3 Persentase jumlah responden


Kota/Kabupaten Pelajar SMAa Proporsi Jumlah Jumlah
(%) Contoh Contoh
Uji
Coba
NEGERI SWASTA JUMLAH (Orang) (Orang)
Jakarta Pusat 8.761 9.843 18.604 11.55% 3 12
Jakarta Utara 11.455 10.153 21.608 13,42% 5 13
Jakarta Barat 12.426 17.222 29.648 18,42% 6 18
Jakarta Selatan 23.706 15.939 39.645 24,63% 7 25
Jakarta Timur 33.256 18.227 51.483 31,98% 9 32
Jumlah 89.604 71.384 160988 100 30 100

a
Sumber : Data Pokok Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta (2010)
7

Responden akan diambil dari SMA negeri maupun swasta di setiap kota
madya Jakarta. Masing-masing kota madya diambil dua SMA yaitu satu SMA
negeri dan satu lagi SMA swasta. Pemilihan sekolah dipilih berdasarkan
kesediaan atau perizinan dari sekolah untuk dijadikan sampel dalam penelitian.
Penelitian ini menggunakan 100 responden. Kuesioner yang dibagikan disetiap
SMA berdasarkan masing-masing jumlah contoh orang per kota madya diambil
dari proporsi. Proporsi didapatkan dari hasil perhitungan jumlah siswa di masing-
masing kota madya dibagi dengan jumlah siswa kota madya Jakarta dikali 100.
Hal tersebut dilakukan supaya populasi dari masing-masing kota madya terwakili.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penyusunan Instrumen
Berdasarkan tinjauan teori, maka instrumen penelitian dapat disusun untuk
mengukur variabel penelitian yang di teliti, yaitu Iklan (X) dan Keputusan
Pembelian Rokok (Y).Variabel iklan (X) terdiri dari kognisi (X1.1), afeksi (X1.2)
dan exposure (X1.3). Sedangkan variabel keputusan pembelian (Y) memiliki
empat indikator yaitu perhatian (Y1), ketertarikan (Y2), keinginan (Y3), dan
tindakan (Y4). Kemudian dari masing-masing variabel diturunkan atau
dikembangkan menjadi indikator dan kemudian disusun menjadi daftar
pertanyaan yang akan disebarkan kepada responden. Adapun daftar pertanyaan
dapat dilihat pada lampiran.

Uji Validitas
Menurut (Umar 2005), uji validitas digunakan untuk mengetahui sejauh
mana suatu alat ukur (instrumen) mengukur apa yang ingin diukur. Penelitian ini
akan menghitung nilai korelasi data pada masing-masing pertanyaan dengan skor
total dengan menggunakan teknik korelasi product moment.
Rumusnya adalah sebagai berikut :
( ) ( )( )
r= (1)
√( ( ) ( ) ( )

dimana:
r = koefisien korelasi pearson
n = jumlah responden
x = variabel bebas ( skor masing-masing pertanyaan dari tiap responden)
y = variabel terikat (skor total semua pertanyaan dari tiap responden)

Data dikatakan valid apabila nilai korelasi hitung data tersebut melebihi
nilai korelasi tabelnya. JIka positif dan lebih besar dari pada
maka butir pertanyaan atau variabel tersebut dikatakan valid.

Uji Reliabilitas
Jika alat ukur telah dinyatakan valid, selanjutnya reliabilitas alat ukur
tersebut diuji. Menurut (Umar 2005) reliabilitas adalah suatu nilai yang
menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang
sama. Teknik reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah tenik Alpha
Cronbach (Umar 2005).
8 Lan
Rumusnya adalah sebagai berikut:
r11 = ( )( ) ( )
dimana:
r11 : Reliabilitas Instrumen
k : Banyak Butir Pernyataan
: Varian Total
: Jumlah Varian Pernyataan

Rumus Varian dapat diperoleh dari rumus :


( )

( )
dimana :
= Varians
= Jumlah Responden
= Nilai Skor yang dipilih ( total nilai dari nomor-nomor item
pernyataan)

Analisis Deskriptif
Data yang akan dianalisis deskriptif dikumpulkan dari hasil pengisian
kuesioner oleh pelajar dengan menggunakan skala likert. Skala likert ini skala
yang dipergunakan untuk mengukur sikap terhadap suatu objek dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan / pernyataan. Dalam tahap pengolahan data
jawaban diganti dengan angka 1 sampai 5 supaya dapat dijumlahkan. Total nilai
yang semakin besar menandakan semakin sering responden merespon dan terkena
terpaan iklan rokok di televisi, dan sebaliknya.
Pembobotan skala likert pada kuesioner penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 4.

Tabel 4 Skala likert pada penelitian


Sikap Skala Likert
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Ragu-ragu 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1

Structural Equation Modeling


Menurut (Kusnendi 2008), model persamaan struktural merupakan metode
multivariate yang bertujuan menguji model pengukuran dan model sturktural
variabel laten.
Penelitian ini menganalisis pengaruh iklan rokok dan respon remaja
terhadap keputusan pembelian rokok dengan menggunakan analisis structural
equation modeling (SEM). Pengolahan data di lakukan dengan menggunakan
software AMOS 18.0. SEM digunakan untuk menentukan suatu besaran yang
menyatakan bagaimana kuat hubungan suatu variabel dengan variabel lain dengan
tidak mempersoalkan apakah suatu variabel tertentu tergantung kepada variabel
lain.
9

Menurut (Santoso 2007), dalam model SEM terdapat dua variabel yaitu
variabel laten (konstruk) dan variabel manifest (measured variable). Variabel
laten adalah variabel yang tidak dapat diukur secara langsung kecuali diukur
dengan satu atau lebih variabel manifes. Dalam AMOS sebuah variabel laten
diberi simbol lingkaran dan harus selalu di sertai dengan variabel manifes.
Sedangkan variabel manifes adalah variabel yang digunakan untuk menjelaskan
atau mengukur sebuah variabel laten. Dalam AMOS, sebuah variabel manifes
diberi simbol kotak.
Tahapan pokok yang di lalui dalam aplikasi SEM dengan menggunakan
AMOS menurut (Widagdo dan Widayat 2011) adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi (awal ) model penelitian
Langkah awal dalam permodelan struktural adalah melakukan identifikasi
model yang hendak diajukan. Dalam indentifikasi tersebut peneliti menentukan
variabel latent dan indikator-indikatornya sekaligus menentukan hubungannya
antara masing - masing variabel laten.
2. Menggambarkan diagram Path pada program AMOS
Setelah model dibuat, jalankan program AMOS pada komputer anda lalu
gambarkan variabel laten dan indikatornya serta isikan nama variabel latent
dan indikator pada kotak dialok yang tersedia.
3. Mengaktifkan file data
Setelah program path digambarkan semuanya, untuk melakukan estimasi
(koesfisien) model yang dibangun terlebih dahulu aktifkan data yang akan
digunakan.
4. Pengaturan Output (keluaran)
Setelah data diaktifkan, aturlah keluaran yang diinginkan.
5. Kalkulasi estimasi koefisien model
Untuk memperoleh hasil (luaran) koefisien estimasi dari model yang di ajukan
dapat dilakukan dengan jalan memilih atau mengaktifkan menu : Model – Fit
dan Calculate Estimates.

Menilai kelayakan Model (Goodness of Fit)


Menurut (Widagdo dan Widayat 2011), untuk sebuah model yang dibentuk
harus diawali dengan analisis Goodness of fit yang tujuannya adalah untuk
mengetahui apakah model sturktural dan pengukurannya dapat dikatakan baik (fit)
atau tidak. Jika goodness of fit yang dihasilkan suatu model itu baik maka model
tersebut dapat diterima dan begitu juga dengan sebaliknya.
Tiga jenis ukuran goodness of fit yaitu absolute fit measures, incremental fit
measures, dan parsimony fit measures. Menurut (Haryono 2013), absolute fit
measures mengukur fit secara keseluruhan (baik model struktural maupun model
pengukuran secara bersama), sedangkan incremental fit measures ukuran untuk
membandingkan proposed model dengan model lain yang dispesifikasi oleh
peneliti dan parsimony fit measures untuk dapat diperbandingkan antar model
dengan jumlah koefisien yang berbeda.
Menurut (Latan 2012) dalam sebuah penelitian empiris, seorang peneliti
tidak dituntut untuk memenuhi semua kriteria goodness of fit, akan tetapi
tergantung dari judgment masing-masing peneliti. Penggunaan empat sampai lima
kriteria goodness of fit dianggap sudah mencukupi untuk menilai kelayakan suatu
10 Lan
model, asalkan masing-masing kriteria dari goodness of fit yaitu absolute fit
measures, incremental fit measures, dan parsimony fit measures terwakili.

Tabel 5 Ringkasan goodness of fit


No Goodness of Fit Cut-off value
1 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) < 0.90
2 Chi-square diharapkan kecil
3 Comparative Fit Index (CFI) > 0.90
4 CMIN/DF <2
diharapkan
5 Degree of freedom (df) besar
6 Goodness of Fit Index (GFI) > 0.90
7 Normed Fit Index (NFI) > 0.90
8 Parsimonious Normed Fit Index (PNFI) 0.60 - 0.90
Parsimonious Goodness of Fit Index
9 (PGFI) 0 - 1.0
10 Probability ≥ 0.05
11 P Value for RMSEA > 0.05
12 Tucker-Lewis Index (TLI) > 0.90
13 Root Means Square Error Approximation < 0.08
(RMSEA)
Sumber :Haryono (2013)

Pengetahuan
Kognisi Perhatian

Kesadaran Ketertarikan

Ketertarikan Keputusan
Afeksi Iklan Pembelian

Kecenderungan
Keinginan

Durasi

Exposure
Frekuensi Iklan Tindakan

Intensitas Gambar 2 Model analisis penelitian

HASIL dan PEMBAHASAN

Uji Instrumen Penelitian

4.1.Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner


Mengingat instrumen penelitian yang digunakan harus valid dan reliabel,
11

sebelum dilakukan penelitian terhadap 100 responden, terlebih dahulu dilakukan


pengujian instrumen. Uji instrumen dilakukan terhadap 30 responden uji coba
instrumen untuk mendapatkan validitas butir-butir kuesioner dan reliabilitas atau
konsistensi jawaban responden terhadap kuesioner.
Validitas instrumen diuji dengan korelasi product moment atau Pearson
correlation, dengan cara mengkorelasikan nilai r product moment setiap butir
instrumen dengan jumlah total skor setiap butir instrumen dari seluruh jawaban
responden. Nilai r product moment pada tabel statistik dengan n = 30 α = 0,05.
Nilai rtabel atau nilai kritis diperoleh 0,361. Jika nilai rhitung ≥ 0,361 berarti butir
kuesioner tersebut valid. Dari uji validitas tersebut, didapatkan hasil yang valid
pada instrumen penelitian ini (tabel terdapat di Lampiran 2).
Uji reliabilitas menggunakan teknik Alpha Cronbach, dimana sebuah
instrumen penelitian dianggap reliabel jika nilai Alpha Cronbach (α) ≥ 0,7. Dari
uji reliabilitas yang dilakukan, didapatkan hasil yang reliabel pada instrumen
penelitian ini (tabel terdapat di Lampiran 3).

4.2.Karakteristik Responden

Tabel 6 Karakteristik responden


No Karakteristik Jumlah (Orang) % (Persen)
1 JENIS KELAMIN
a. Laki-laki 66 66
b. Perempuan 34 34
2 USIA (tahun)
a. 15 25 25
b. 16 54 54
c. 17 16 16
d. 18 5 5
3 STATUS MEROKOK
a. Merokok 43 43
- Perempuan 1 1
- Laki-Laki 42 42
b. Tidak merokok 57 57
4 ASAL SEKOLAH
a. Jakarta Pusat 12
SMA Negeri 30 6
SMA Ksatria 6
b. Jakarta Utara 13
SMA Negeri 45 7
SMA Wijaya Kusuma 6
c. Jakarta Barat 18
SMA Negeri 78 8
SMA Harapan Jaya 10
d. Jakarta Selatan 25
SMA Negeri 26 15
12 Lan
Lanjutan Tabel 6
No Karakteristik Jumlah (Orang) % (Persen)
4 SMA Dewi Sartika 10
e. Jakarta Timur 32
SMA Negeri 36 21
SMA Fransiskus I 11

Uji Normalitas Data


Asumsi yang relatif penting didalam analisis SEM adalah data yang
dianalisis harus memiliki distribusi normal, hal ini sesuai dengan persyaratan yang
diperlukan dalam metode Maximum Likelihood Estimation. Normalitas tersebut
harus dipenuhi baik untuk masing-masing variabel maupun secara keseluruhan
(multivariate). Caranya adalah dengan me-run model SEM dengan data yang
sudah ada kemudian dilihat pada Assessment of normality.
Data di katakan normal apabila angka c.r skweness atau angka c.r kurtosis
ada diantara -2,58 sampai + 2,58. Namun jika angka tersebut ada di bawah -2,58
(missal -4, -5) atau di atas + 2,58 dapat dikatakan tidak normal. Jika dilihat dari
tabel di bawah, terlihat secara keseluruhan (multivariate) distribusi dikatakan
normal karena angka Multivariate 0,567< 2,58. Hasil perhitungan sebagai berikut:

Tabel 7 Assessment of normality


kurtos
Variable Min max Skew c.r. is c.r.
Y4 4 15 0.033 0.137 1.918 3.916
Y3 7 11 -0.011 -0.046 -0.808 -1.649
X5 9 15 0.38 1.55 0.201 0.41
X6 15 29 -0.164 -0.671 0.416 0.849
X7 10 15 0.092 0.376 -0.763 -1.558
X3 15 35 -0.41 -1.674 0.945 1.928
X4 17 25 0.842 3.439 -0.257 -0.525
X1 16 25 0.451 1.843 -0.718 -1.466
X2 15 25 0.148 0.604 -0.094 -0.192
Y2 7 14 0.648 2.647 -0.032 -0.066
Y1 8 15 0.962 3.925 0.62 1.265
Multivariate 1.918 0.567

Uji Measurement Model


Setelah sebuah model di buat, data untuk pengujian model telah
dikumpulkan dan di-input, dan sejumlah asumsi terpenuhi, tahapan selanjutnya
adalah melakukan pengujian measurement model. Measurement model adalah
proses pemodelan dalam penelitian yang di arahkan untuk menyelidiki
undimensionalitas dari indikator-indikator yang menjelaskan sebuah variabel laten.
Tujuan pengujian adalah untuk mengetahui seberapa tepat variabel-variabel
manifest dapat menjelaskan variabel laten yang ada. Hasilnya sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 3.
13

Gambar 3 Final model

Pertama, menilai Goodness of Fit. Hasil perhitungan model SEM


menghasilkan indeks goodness of fit sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 8 :

Tabel 8 Hasil goodness of fit


Cut-off
Goodness of fit Index Value Hasil Kesimpulan
X2-Chi-square (df = 17,p =
0,005) < 35,72 22.09 Fit
Sign.Probability ≥ 0.05 0.181 Fit
Df ≥0 17 Fit
CMIN/DF < 2.00 1.299 Fit
GFI > 0.90 0.946 Fit
AGFI < 0.90 0.885 Fit
CFI > 0.90 0.961 Fit
RMSEA ≤ 0.08 0.055 Fit
PGFI 0-1 0.447 Fit

Kedua, pengujian validitas. Setelah model dapat dianggap fit, proses


selanjutnya adalah uji validitas konstruk (variabel laten) yang dilakukan lewat uji
convergent validity yakni indikator yang menyusun sebuah konstruk mempunyai
loading factor yang tinggi dengan konstruk tersebut dan total indikator akan
mempunyai nilai variance extraced yang cukup tinggi. Nilai loading factor dari
semua indikator yang ada dalam model ditunjukkan pada Tabel 9. Hasil
perhitungan lengkap dapat di lihat pada lampiran hasil perhitungan koefisien
validitas indikator & hasil uji reliabilitas konstruk.
Berdasarkan Tabel 9, ternyata semua nilai loading factor indikator > 0,50.
Sehingga indikator-indikator yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi
syarat untuk menjadi indikator konstruk iklan dan keputusan pembelian.
Sedangkan hasil variance extracted, menunjukkan angka minimal 0,5 yang
menunjukkan adanya convergent validity yang baik. Nilai variance extracted yang
tinggi menunjukkan bahwa indikator-indikator itu telah mewakili baik secara
variabel bentukan yang dikembangkan.
14 Lan
Tabel 9 Nilai loading factor
Konstruk Indikator Kode Loading Variance
Factor Extracted
Kognisi Pengetahuan X1 0.582 0.487
Kesadaran X2 0.796 (dapat di
bulatkan
0,5)
Afeksi Ketertarikan X3 0.655 0,454
Kecenderungan X4 0.677 (dapat di
bulatkan
0,5)
Exposure Iklan Durasi X5 0.841 0,707
Frekuensi X6 0.852
Konstruk Indikator Kode Loading Variance
Factor Extracted
Keputusan
Pembelian Ketertarikan Y2 0.735 0,556
Tindakan Y4 0.539

Tabel 10 Nilai loading factor dimensi dalam iklan


Konstruk Dimensi Loading Variance
Factor Extracted
Kognisi 0.997 0,5
Iklan Afeksi 0.870 0,5
Exposure Iklan 0,720 0,707

Hubungan kognisi ke iklan memberikan nilai estimasi parameter sebesar


0.997 dengan nilai p-value 0.01. Pengaruh tersebut signifikan karena nilai p-value
lebih kecil dari 0.05. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa dimensi kognisi
mempengaruhi iklan.
Hubungan afeksi ke iklan memberikan nilai estimasi parameter sebesar
0.870 dengan nilai p-value 0.01. Pengaruh tersebut signifikan karena nilai p-value
lebih kecil dari 0.05. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa dimensi kognisi
mempengaruhi iklan.
Hubungan exposure iklan ke iklan memberikan nilai estimasi parameter
sebesar 0.720 dengan nilai p-value 0.01. Pengaruh tersebut signifikan karena nilai
p-value lebih kecil dari 0.05. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa dimensi kognisi
mempengaruhi iklan.
Ketiga, pengujian reliabilitas. Reliabilitas adalah ukuran mengenai
konsistensi internal dan indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan
derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah
konstruk yang umum. Hasil perhitungan construct reability untuk setiap kosntruk
disajikan pada Tabel 11. Construct reability diatas 0.70 menunjukkan reliabilitas
yang baik. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, karena tidak ada nilai construct
15

reability yang di bawah nilai 0.70 maka semua konstruk dalam penelitian ini layak
digunakan dalam model.
Tabel 11 Hubungan konstruk berdasarkan covariance
Estimate S.E. C.R. P Label
Keputusan_Y <--- Iklan_X 0.499 0.198 2.523 0.012 par_1
Kognisi <--- Iklan_X 1.312 0.242 5.42 *** par_6
Afeksi <--- Iklan_X 2.119 0.404 5.247 *** par_7
Exposure_Iklan <--- Iklan_X 0.773 0.13 5.962 *** par_8
Y2 <--- Kep_Y 0.942 0.268 3.515 *** par_2
X2 <--- Kognisi 1.325 0.289 4.583 *** par_3
X1 <--- Kognisi 1
X4 <--- Afeksi 0.553 0.117 4.736 *** par_4
X3 <--- Afeksi 1
X6 <--- Exposure 1.994 0.284 7.014 *** par_5
X5 <--- Exposure 1
Y4 <-- Kep_Y 0.793 0.217 3.648 *** par_9

Tabel 12 Standardize regression weight


Estimate
Keputusan_Y <--- Iklan_X 0.446
Kognisi <--- Iklan_X 0.997
Afeksi <--- Iklan_X 0.87
Exposure_Iklan <--- Iklan_X 0.727
Y2 <--- Keputusan_Y 0.735
X2 <--- Kognisi 0.796
X1 <--- Kognisi 0.582
X4 <--- Afeksi 0.677
X3 <--- Afeksi 0.655
X6 <--- Exposure_Iklan 0.852
X5 <--- Exposure_Iklan 0.841
Y4 <--- Keputusan_Y 0.539

Tabel 13 Squared multiple correlations


No Indikator Estimate
1 Exposure Iklan 0.529
2 Kognisi 0.994
3 Afeksi 0.758
4 Keputusan Pembelian 0.199
5 X1 0.338
6 X2 0.634
7 X3 0.428
8 X4 0.458
9 X5 0.708
10 X6 0.726
11 Y2 0.540
12 Y4 0.291
16 Lan
Pada Tabel 13 dapat dijelaskan bahwa koefisien determinasi yang paling
besar diantara tiga dimensi iklan adalah kognisi sebesar 99,4 persen. Sedangkan
koefisien determinasi yang paling besar diantara indikator dijelaskan oleh
variabilitas X6 sebesar 72,6 persen.

Uji Structural Model


Setelah melakukan measurement model, selanjutnya model diuji pada
structural model. Perbedaan dengan measurement model adalah kalau
measurement model adalah hubungan (nilai loading) antar indikator dengan
konstruk (laten) sedangkan structural model adalah hubungan antara kosntruk
independen dan dependen. Pada penelitian ini variabel independen adalah iklan
dan variabel dependennya adalah keputusan pembelian. Hasil dari Tabel 14
didapatkan nilai estimasi dari persamaan structural sebagai berikut.

Tabel 14 Estimasi parameter


Konstruk Iklan_X
Exposure iklan <---- Iklan 0.727
Kognisi <---- Iklan 0.997
Afeksi <---- Iklan 0.870
Keputusan Pembelian <---- Iklan 0.446

Pertama, kognisi = 0,997 Iklan. Artinya, pengaruh iklan rokok terhadap


kognisi bernilai positif dan signifikan, bahwa semakin baik kognisi (pengetahuan
dan kesadaran) penonton maka semakin besar pengaruh iklan rokok.
Kedua, afeksi = 0,870 Iklan. Artinya, pengaruh iklan rokok terhadap
kognisi bernilai positif dan signifikan, bawah semakin baik afeksi (ketertarikan
dan kecenderungan menonton) maka semakin besar pengaruh iklan rokok.
Ketiga, exposure = 0,727 Iklan. Artinya, pengaruh iklan rokok terhadap
exposure (durasi, frekuensi dan intensitas) bernilai positif dan signifikan, bahwa
semakin besar exposure iklan maka semakin besar pengaruh iklan rokok.
Keempat, keputusan pembelian = 0,446 Iklan. Artinya, pengaruh iklan
terhadap keputusan pembelian bernilai positif dan signifikan, bahwa semakin
besar pengaruh iklan maka semakin besar keputusan pembelian rokok.

Pengujian Hipotesis

Model Regresi yang Dihasilkan.


Y_Keputusan Membeli = 0,446 Iklan_X + 0,801*
* Keterangan : 0,801 diperoleh dari (1-0,199)

Uji Hipotesis.
Hipotesis Utama.
H0 : Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan iklan rokok
terhadap keputusan pembelian rokok.
H1 : Terdapat pengaruh positif dan signifikan iklan rokok
terhadap keputusan pembelian rokok.
17

Kriteria Pengujian:
Ho diterima jika Critical Rasio (CR) atau thitung ≤ 1,96 untuk  0,05.

Kesimpulan :
Berdasarkan Tabel 11 nilai C.R. sebesar 2,523> 1,96 atau p = 0,012 < 0,05,
maka Ho ditolak dan terima H1. Dengan demikian dapat disimpulkan : “Terdapat
pengaruh positif dan signifikan iklan rokok terhadap keputusan pembelian rokok”.

Pengaruh iklan rokok terhadap keputusan pembelian rokok.


Menurut (Blech 2004) periklanan dan promosi dapat menciptakan perilaku
positif terhadap produk atau jasa baru, menguatkan perilaku positif yang ada dan
atau juga dapat mengubah perilaku negatif. Setelah dilakukan pengujian terhadap
model analisis, diketahui bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh
positif dan signifikan iklan rokok terhadap keputusan pembelian rokok dinyatakan
diterima. Model regresi yang diperoleh adalah : Y_Keputusan Pembelian + 0,446
Iklan X + 0,801*.
Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa iklan rokok
mempengaruhi keputusan membeli responden sebesar 0,446 satuan. Artinya setiap
kenaikan satu satuan iklan rokok akan meningkatkan keputusan membeli rokok
sebesar 0,446.
Besarnya pengaruh determinasi iklan terhadap keputusan pembelian sebesar
0,199 atau 19,9 persen. Artinya iklan rokok hanya mampu menjelaskan keputusan
pembelian rokok sebesar 19,9 persen, sedangkan sisanya 80,1 persen keputusan
pembelian rokok dipengaruhi oleh faktor-faktor lain selain faktor iklan yang tidak
diteliti.
(Botvin, Botvin, Dusenbury, dan Goldberg 1993) mengemukakan remaja
responsif terhadap gambar visual dan pesan dari iklan rokok. Hal tersebut dapat
dilihat dimana pembuat iklan rokok mengecilkan masalah kesehatan dan sebagai
gantinya mengasosiasikan merokok dengan atribut positif seperti pemuda yang
gagah dan sehat sehingga dengan iklan yang atraktif tersebut meningkatkan para
remaja untuk melakukan keputusan pembelian rokok.

Variabel Iklan yang paling dominan


Variabel iklan terdiri dari dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal dalam iklan terdiri dari kognisi dan afeksi. Berdasarkan Hierrarchy of
Effect, kognisi dapat dibagi menjadi dua sub dimensi yaitu awareness (kesadaran)
dan knowledge (pengetahuan), sedangkan afeksi dapat dibagi menjadi liking
(ketertarikan) dan preference (kecenderungan). Sedangkan exposure iklan (faktor
eksternal) menurut (Effendy dan Onong 1992) terdiri dari frekuensi, durasi, dan
intensitas,
Pada Tabel 11 dapat di lihat dimensi kognisi, afeksi, dan exposure iklan
semuanya signifikan dalam membentuk variabel yang fit. Hal ini ditunjukkan oleh
nilai CR masing-masing dimensi ≥ 2,00 , nilai CR kognisi = 5,420, afeksi =
5,247 dan exposure iklan = 5,962 dari tabel tersebut juga diketahui semua dimensi
memiliki nilai signifikansi ≤ 0,01karena semuanya memiliki tanda *** .
Untuk mengetahui faktor-faktor pembentuk variabel (dimensi) iklan yang
dominan dapat dilihat dari Tabel 12. Dari Tabel 12 diketahui dimensi kognisi
memiliki Loading Factor yang terbesar (0,997). Indikator yang paling besar dari
18 Lan
kognisi adalah “Kesadaran” dengan nilai koefisien 0,796 dan “Pengetahuan”
dengan koefisien sebesar 0,582. Hasil ini sejalan dengan penelitan sebelumnya
oleh (Botvin, Botvin, Dusenbury, dan Goldberg 1993) bahwa awareness dan
knowledge memiliki peran yang paling besar pada iklan rokok yang berdampak
pada keputusan pembelian rokok.
Dari hasil koefisien pada indikator awarenesss dan knowldege pada
penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun tingkat kesadaran dari responden
sudah tinggi terhadap iklan rokok, namun masih ada saja responden yang
melakukan pembelian rokok. Hal tersebut dapat disebabkan karena faktor
knowledge (pengetahuan) responden yang masih rendah terhadap iklan rokok
karena produk maupun komposisi rokok yang tidak di munculkan diiklan rokok
serta bahaya rokok yang hanya sekilas dimunculkan diakhir iklan rokok. Menurut
(Kotler 2003), knowledge merupakan pesan-pesan yang disampaikan dalam iklan
harus mengandung informasi-informasi mengenai produk. Informasi tersebutlah
yang akan menjadikan pengetahuan konsumen mengenai produk yang diiklankan.
Hasil faktor dominan berikutnya adalah afeksi memiliki Loading Factor
0,870 dengan indikator yang terbesar adalah “Kecenderungan” dengan koefisien
sebesar 0,677 dan “Ketertarikan” dengan koefisien 0,655. Hasil ini menunjukkan
responden cenderung untuk menonton isi pesan iklan rokok secara keseluruhan.
Hal ini juga dapat dilihat bahwa koefisien ketertarikan dengan kecenderungan
tidak berbeda jauh dikarenakan responden tertarik atau menyukai model iklan,
backsound, alur cerita, dan tagline iklan rokok sehingga membuat mereka ingin
mengkonsumsi rokok. Hal tersebut berarti para produsen rokok kreatif dan sukses
dalam membuat iklan yang atraktif yaitu menerjemahkan citra atau imej yang
mereka bangun melalui bahasa simbolik, sehingga dapat menyentuh sisi psikologi
target sasaran mereka yaitu anak muda dan remaja tanpa harus menunjukkan
produk fisik rokok.
Selanjutnya koefisien yang paling rendah nilai Loading Factor-nya adalah
exposure sebesar 0,727. Menurut (Batra 2002) exposure iklan merupakan sebuah
komunikasi dan sebuah alat persuasi yang mempunyai efek terhadap pemirsa.
Hasil penelitian ini menunjukkan koefisien indikator “Frekuensi” sebesar 0,852
dan “Durasi” sebesar 0,841. Hal ini menunjukkan bahwa iklan rokok tersebut
sering ditayangkan sehingga membuat individu sering menonton iklan tersebut
dan cenderung mengenali iklan rokok tersebut. Selain itu semakin lama individu
melihat atau mendengar iklan rokok akan menimbulkan keinginan untuk
melakukan pembelian rokok. Menurut (Grube dan Wallack 1994), paparan
sederhana untuk iklan sudah cukup untuk membawa perubahan sikap dan perilaku.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa semua dimensi iklan
merupakan pembentuk variabel iklan yang signifikan. Kesimpulan lainnya adalah
pembentuk iklan yang paling dominan adalah kognisi diikuti oleh afeksi yang
merupakan faktor internal dan paling kurang dominan pengaruhnya adalah
exposure iklan yang merupakan faktor eksternal.

Dimensi variabel keputusan pembelian yang dominan


Menurut (Kasali 1992) hubungan antara iklan televisi dan keputusan
pembelian terdiri dari perhatian, ketertarikan, keinginan, dan tindakan.
Berdasarkan Tabel 11, dari keempat dimensi variabel keputusan pembelian
(Perhatian, Ketertarikan, Keinginan dan Tindakan), hanya dua dimensi yang
19

merupakan pembentuk variabel keputusan pembelian yang signifikan. Dua


dimensi lain yang tidak signifikan adalah Y1 (Perhatian) dan Y3 ( Keinginan). Hal
tersebut karena nilai loading factor kedua indikator tersebut < 0,5. Itu berarti
perhatian dan keinginan tidak terlalu berpengaruh dalam keputusan pembelian
para siswa. Maka dari itu, di setiap model AMOS terdapat error yang mana
didalam error tersebut terdapat faktor-faktor lain selain yang diteliti yang
berpengaruh dalam keputusan pembelian rokok siswa.
Kedua dimensi yang signifikan adalah Y2 (Ketertarikan) dan Y4
(Tindakan). Dimensi Y2 memiliki nilai CR 3,515  1,96 sehingga disimpulkan
signifikan sebagai pembentuk variabel keputusan pembelian. Menurut (Kasali,
1992) tahap ketertarikan terjadi karena kekuatan tampilan iklan (pewarnaan,
gambar atau copy iklan yang menarik) dan hal ini pada gilirannya akan semakin
diperkuat oleh keorisinilan penampilan dan penyusunan kalimat dalam copy iklan.
Demikian juga dimensi Y4 memiliki nilai CR 3,648  1,96 sehingga
disimpulkan signifikan sebagai pembentuk variabel keputusan pembelian.
Menurut (Nylen 1975) tujuan periklanan adalah menggerakan orang melalui
serangkaian tahapan dalam proses pengambilan keputusan yang pada akhirnya
mendorong orang untuk melakukan tindakan pembelian dari produk yang
diiklankan. Dari Tabel 12 dapat diketahui dimensi atau faktor pembentuk
keputusan pembelian yang paling dominan adalah Y2 (Ketertarikan) dengan nilai
loading factor 0,735 dan diikuti oleh Y4 (Tindakan) dengan nilai loading factor
0,739.

Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka implikasi


manajerial yang dapat diberikan kepada lembaga periklanan, produsen rokok, dan
organisasi sekolah SMA di kota madya Jakarta. Bagi lembaga periklanan
sebaiknya melakukan controlling terhadap tayang iklan rokok di televisi.
Sehingga, apabila ada kekurangan dan tidak berjalan efektif dalam penerapannya,
akan dilakukan evaluasi dan pihak perusahaan akan mengkaji untuk dapat
menetapkan kebijakan pemasaran yang baru dalam mencapai tujuan perusahaan.
Selain itu juga sebaiknya lembaga periklanan mengurangi frekuensi munculnya
iklan rokok di televisi.
Sedangkan bagi produsen rokok sebaiknya menampilkan peringatan
bahaya rokok secara lebih jelas seperti menampilkan gambar akibat dari merokok
dengan durasi tidak terlalu cepat sehingga konsumen yang menonton iklan rokok
memperoleh pengetahuan dari produk serta bahaya rokok tersebut. Dengan
menampilkan sisi tersebut, membuat mereka akan lebih bijak lagi untuk tidak
melakukan pembelian rokok. Selain itu juga, ada baiknya jika produsen rokok
memproduksi rokok yang berisi kandungan tar yang sedikit dan tidak terlalu
membahayakan bagi kesehatan.
Dalam menanggulangi masalah merokok, pemerintah dan para siswa harus
memiliki kesamaan visi dan misi serta sinergi yang baik seperti yang dilakukan
oleh kalangan industri. Sosialisasi kebijakan menjadi suatu hal yang penting
terutama di era reformasi yang mana kekuatan politik pemerintah melemah dan
kekuatan pasar menjadi suatu kekuatan politik yang tidak dapat diremehkan.
20 Lan
Berdasarkan hal tersebut dapat terlihat bahwa kekuatan pasar (industri rokok)
memiliki pengaruh yang kuat terhadap pembentukan wacana di media cetak
mengenai pelarangan iklan rokok.
Bagi organisasi sekolah untuk meminimalisir atau mencegah bahaya yang
ditimbulkan dari iklan rokok kepada para siswanya antara lain adalah dengan
memberikan pengetahuan (knowledge) dan menumbuhkan kesadaran (awareness)
para siswa tentang bahaya merokok. Salah satunya adalah guru memberikan
contoh teladan bagi siswanya yaitu dengan tidak merokok. Langkah selanjutnya
adalah dengan mengurangi atau mengalihkan kesukaan dan kecenderungan para
siswa dalam melihat iklan rokok, diganti dengan kegiatan-kegiatan yang lebih
bermanfaat dan mendidik. Dan yang terakhir adalah memberikan pemahaman
kepada para siswa agar mengurangi dalam hal frekuensi, durasi, dan intensitas
dalam menonton tayangan iklan televisi terutama tentang rokok.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Terdapat pengaruh positif dan signifikan iklan rokok terhadap keputusan


pembelian rokok. Ketiga dimensi variabel iklan merupakan pembentuk variabel
iklan yang signifikan. Dimensi atau faktor pembentuk iklan yang paling dominan
adalah kognisi, kemudian diikuti oleh afeksi. Kognisi dan afeksi adalah dimensi
iklan internal. Sedangkan dimensi iklan yang paling kurang dominan adalah
exposure iklan. Exposure adalah dimensi eksternal variabel iklan.
Dari keempat dimensi variabel keputusan pembelian (perhatian,
ketertarikan, keinginan, dan tindakan), hanya dua dimensi yang merupakan
pembentuk variabel keputusan pembelian yang signifikan. Kedua dimensi yang
signifikan adalah Y2 (ketertarikan) dan Y4 (tindakan). Dimensi atau faktor
pembentuk keputusan pembelian yang paling dominan adalah Y2 (ketertarikan)
dan diikuti oleh Y4 (tindakan).

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dirumuskan beberapa saran, seperti :


a. Organisasi sekolah sebaiknya memberikan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat
baik di dalam maupun di luar sekolah. Hal ini berguna untuk mengisi waktu
luang siswa, penghilang stress dan pengalihan atas kecanduan rokok yang di
derita siswa SMA di kota madya Jakarta.
b. Organisasi sekolah SMA di kota madya Jakarta juga diharapkan dapat
memberikan pengetahuan (knowledge) dan menumbuhkan kesadaran
(awareness) para siswa akan bahaya merokok. Salah satunya adalah guru
memberikan contoh teladan kepada siswanya dengan tidak merokok. Serta
melarang para siswa untuk tidak berlebihan baik frekuensi, durasi maupun
intensitas dalam menonton iklan rokok
c. Saran untuk produsen rokok dan lembaga periklanan
21

Dalam mengembangkan strategi kreatif sebaiknya iklan rokok yang akan


dibuat kemudian dapat lebih menyesuaikan dengan kondisi dan harapan yang
sedang berlangsung di tengah masyarakat. Selain itu juga, durasi penayangan
bahaya merokok yang terletak di bagian akhir pada iklan rokok lebih diperlama
durasinya sehingga penonton dapat dengan jelas membaca bahaya yang timbul
dari rokok tersebut.
d. Saran Untuk Penelitian Lanjutan
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel-variabel bebas
lainnya yang terkait dengan pengaruh iklan terhadap keputusan pembelian.

DAFTAR PUSTAKA

Batra R, Myers J, David. 2002. Advertising Management. New Jersey (US):


Prentice Hall
Blech G, Blech M. 2004. Advertising and Promotion 6th ed New York (US):
Mc.Graw-Hill
Botvin G, Botvin E, Dusenbury L, Goldberg C. 1993. Smoking Behaviour of
Adoloescents Exposed to Cigarette Advertising Journal of Public Health
[internet]. [diunduh 2013 Novemeber 3]; Volume 108 No.2: 217-224. Tersedia
pada
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1403364/pdf/pubhealthrep0006
8-0075.pdf
Effendy, Onong. 1992. Televisi Siaran: Teori dan Praktek. Bandung (ID): Citra
Aditya Bakti
Grube J, Wallack L. 1994. Television Beer Advertising and Drinking Knowledge,
Beliefs, and Intentions among Schoolchildren. American Journal of Public
Health Volume 84 No 2: 254-259. [internet]. [diunduh pada 2013 November 7].
Tersedia pada http://ajph.aphapublications.org/doi/pdf/10.2105/AJPH.84.2.254
Haryono S. 2013. Structural Equation Modeling untuk Peneitian Manajemen
Menggunakan AMOS 18.00. Jakarta (ID): Intermedia Personalia Utama
Kasali R. 1992. Manajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya di Indonesia.
Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama
Kotler P, Keller. 2003. Manajemen Pemasaran Jilid 1. Jakarta (ID): Erlangga
Kusnendi. 2008. Model-Model Persamaan Struktural Satu dan Multigroup
Sampel dengan Lisrel. Bandung (ID):Alfabeta
Latan H. 2012. Structural Equation Modeling Konsep dan Aplikasi Menggunakan
Program LISREL 8.80. Bandung (ID): Alfabeta
Noor J. 2011. Metodologi Penelitan Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah.
Jakarta (ID): Kencana
Nylen D. 1975. Advertising: Planning, Implementation, and Control. Cincinnati
(US): South Western
Penetrasi Televisi. [Internet]. [diunduh 2013 Juli 2]. Tersedia pada :
www.agbnielsen.net
Perkembangan Produksi Rokok. [Internet]. [di unduh 2013 November 14] .
Tersedia pada: www.kemenprin.go.id
22 Lan
Persentase Perokok Remaja. [Internet]. [diunduh 2013 Juli 2]. Tersedia
pada :http://www.searo.who.int/entity/tobacco/data/gats_indonesia_2011.pdf
Puguh S. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis: PendekatanFilosofi
dan Praktis. Jakarta (ID): PT.Indeks Permata Puri Media
Santoso S. 2007. Structural Equation Modelling Konsep dan Aplikasi dengan
Amos. Jakarta (ID): PT.Elex Media Komputindo
Umar H. 2002. Metode Riset Bisnis. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama
Wakefield M, McElrath Y, Emery S. 2006. Effect of Television, Tobacco
Company–Funded Smoking Prevention Advertising on Youth Smoking-Related
Beliefs, Intentions, and Behavior. Jurnal of Public Health Volume 96 (12) :
2154-2160. [internet]. [diunduh pada 2013 Desember 1]. Tersedia pada
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1698148/
Waluyo M. 2011. Panduan dan Aplikasi Structural Equation Modeling. Jakarta
(ID): PT Indeks
Widagdo B, Widayat. 2011. Permodelan Persamaan Sturkutral Aplikasi dalam
Penelitian Manajemen. Malang (ID): UPT Penerbitan Universitas Malang
23

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner penelitian

PENGARUH IKLAN ROKOK di TELEVISI TERHADAP


KEPUTUSAN PEMBELIAN ROKOK SISWA SMA di
KOTA MADYA JAKARTA

-
_________________________________________________________________
Kepada Yth
Siswa/Siswi
Di SMA X
Dengan hormat, penyusunan skripsi dalam rangka memenuhi syarat untuk
menyelesaikan program sarjana (S1) pada Institut Pertanian Bogor memerlukan
data-data dan informasiyang mendukung penelitian ini. Demi tercapainya tujuan
penelitian maka saya memohon kesediaan dari Saudara untuk mengisi daftar
pertanyaan yang telah disediakan (terlampir berikut ini). Atas kesedian saudara
yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner penelitian ini, saya
mengucapkan banyak terimakasih dan mohon maaf apabila ada pertanyaan yang
tidak berkenan di hati Saudara.
Hormat saya

VIANA ANANTA SISKA SIMANJUNTAK

I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Usia :
4. No.HP/Telepon :
5. Status Merokok : (a) Merokok (b) Tidak Merokok
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kotak jawaban yang Anda anggap paling sesuai yang
sebenarnya.
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu-ragu
TS: Tidak Setuju
STS: Sangat Tidak Setuju
24 Lan
Lanjutan Lampiran 1
VARIABEL IKLAN (X)

Variabel Iklan terdiri dari terdiri dari tiga (3) dimensi, yaitu Faktor Internal terdiri
dari Kognisi (X1.1) dan Afeksi (X1.2) dan Faktor Eksternal (X1.3).

1. Dimensi Kognisi (X1.1)

Jawaban
Kode Pernyataan
SS S R TS STS
Knowledge (Pengetahuan) tentang iklan rokok (X1)

KG01 Saya memahami penggunaan model iklan adalah anak


muda
KG02 Saya memahami arti dari masing - masing slogan
(tagline) yang ada di iklan rokok di televisi
KG03 Saya memahami jalan cerita iklan rokok di televisi

KG04 Saya mengetahui adanya tulisan peringatan bahaya


rokok di bagian akhir iklan rokok
KG05 Saya sering membaca tulisan peringatan bahaya rokok
di iklan rokok

Jawaban
Kode Pernyataan
SS S R TS STS
Awareness (Kesadaran)
(X2)
AW01 Saya sadar melihat iklan rokok di televisi

AW02 Saya menyadari model utama iklan rokok adalah anak


muda
AW03 Saya mengingat jingle (musik) iklan rokok di televisi

AW04 Saya menyadari adanya logo yang ditampilkan dari


berbagai merek rokok di iklan televisi
AW05 Saya menyadari adanya slogan atau tagline produk
rokok yang di tampilkan di iklan rokok

2. Dimensi Afeksi (X1.2)


Jawaban
Kode Pernyataan
SS S R TS STS
Liking (Kesukaan)
(X3)
LK01 Alur cerita iklan rokok di televisi sangat menarik

LK02 Saya menyukai model yang digunakan pada iklan


rokok karena sesuai dengan cerita iklannya
LK03 Pesan yang disampaikan oleh announcer di iklan rokok
mudah dimengerti
LK04 Saya sangat menyukai elemen-elemen yang digunakan
di iklan rokok
LK05 Saya menyukai logo dari berbagai merek produk rokok
LK06 Saya menyukai slogan /tagline iklan rokok di televisi
LK07 Saya menjadi bersemangat melihat iklan rokok
25

Lanjutan Lampiran 1
Jawaban
Kode Pernyataan
SS S R TS STS
Preference (Kecenderungan)
(X4)
PR01 Saya cenderung lebih suka melihat penayangan iklan
produk rokok di televisi sambil melakukan pekerjaan
lain.
PR02 Saya cenderung lebih suka menghentikan aktivitas
pada saat saya menyaksikan iklan produk rokok di TV
PR03 Saya cenderung lebih suka menonton iklan produk
rokok di televisi dari awal hingga selesai ikilan tersebut
PR04 Saya cenderung melihat artisnya dari sebuah iklan
rokok
PR05 Saya cenderung menyukai cerita dari ikalan rokok
tersebut.

3.Dimensi Exposure Iklan (Faktor Eksternal) (X1.3)

Jawaban
Kode Pernyataan
SS S R TS STS
Seberapa sering (frekuensi = FR)
membaca,melihat,dan mendengar elemen-elemen
iklan rokok di televisi (X5)
FR01 Saya sering melihat iklan rokok di TV
FR02 Saya sering melihat logo dari berbagai merek produk
rokok di televisi
FR03 Saya sering mendengar musik/backsound dalam iklan
rokok di TV

Jawaban
Kode Pernyataan
SS S R TS STS
Seberapa lama (durasi = DU)
membaca,melihat,dan mendengar elemen-
elemen iklan rokok di televise (X6)
DU01 Saya membaca logo dari berbagai merek produk rokok
di televisi lebih dari 15 detik
DU02 Saya mendengar tagline produk rokok di televisi
selama lebih dari 15 detik
DU03 Saya melihat alur cerita dalam iklan rokok di televisi
selama lebih dari 15 detik
DU04 Saya membaca slogan menarik terhadap iklan rokok di
televisi lebih dari 15 detik
DU05 Saya melihat anak muda atau pria jantan yang dijadikan
model dalam iklan rokok di televisi lebih dari 15 detik
DU06 Saya mendengar cerita dari temen tentang rokok lebih
dari 20 detik.
26 Lan
Lanjutan Lampiran 1
Jawaban
Kode Pernyataan
SS S R TS STS
Seberapa jelas (intensitas= IT)
membaca,melihat,dan mendengar elemen-
elemen iklan rokok di televise (X7)
IT01 Saya jelas dalam melihat iklan rokok di televisi
IT02 Saya jelas membaca logo dari berbagai merek produk
rokok di iklan televisi
IT03 Saya jelas mendengar tagline produk rokok dalam
iklan di TV

VARIABEL KEPUTUSAN PEMBELIAN (Y)

Variabel Keputusan Pembelian terdiri dari terdiri dari empat (4) indikator, yaitu
Perhatian (Y1), Ketertarikan (Y2), Keinginan (Y3) dan Tindakan (Y4).

Jawaban
Kode Pernyataan
SS S R TS STS
a. Perhatian (Y1)
PT01 Saya memperhatikan iklan rokok karena iklannya
inspiratif
PT02 Saya memperhatikan iklan rokok karena iklannya
prestisius
PT03 Saya memperhatikan iklan rokok karena
mengekspresikan selera muda

Jawaban
Kode Pernyataan
SS S R TS STS
b. Ketertarikan (Y2)
KT01 Saya tertarik membeli rokok karena terisnpirasi dari
iklan rokok
KT02 Saya tertarik melihat membeli rokok karena iklannya
bagus
KT03 Saya membeli rokok karena kemasan rokok yang
menarik

Jawaban
Kode Pernyataan
SS S R TS STS
c. Keinginan (Y3)
KI01 Saya ingin membeli rokok supaya terlihat seperti pria
jantan yang terdapat di iklan rokok di TV
KI02 Saya ingin membeli rokok karena untuk
gaya/pergaulan
KI03 Saya ingin membeli rokok karena pengaruh teman dan
keluarga
27

Lanjutan Lampiran 1
Jawaban
No Pernyataan
SS S R TS STS
a. Tindakan (Y4)

TD01 Saya membeli rokok sebagai pengisi waktu luang

TD02 Saya membeli rokok untuk menghilangkan stress

TD03 Saya membeli rokok karena saya sudah kecanduan

TERIMA KASIH
28 Lan
Lampiran 2 Hasil Uji Validitas

I . Variabel Iklan
1.1 Kognisi
a. Pengetahuan (Knowledge)

b, Awareness (kesadaran)
29

Lanjutan Lampiran 2
1.2 Afeksi
a. Liking (kesukaan)

b. Preference (kecenderungan)
30 Lan
Lanjutan Lampiran 2
1.3 Exposure Iklan
a. Frekuensi

b.Durasi

c. Intensitas
31

Lanjutan Lampiran 2
II .Keputusan Pembelian
a. Perhatian

b. Ketertarikan

c. Keinginan
32 Lan

Lanjutan Lampiran 2
d. Tindakan

Lampiran 3 Reliabilitas
I.Variabel Iklan
1.1 Kognisi
a. Knowldege (pengetahuan)

b. Awareness (kesadaran)
33

Lanjutan Lampiran 3
1.2 Afeksi
a. Liking (kesukaan)

b. Preference (kecenderungan)

1.3Exposure Iklan
a. Frekuensi

b. Durasi

c. Intensitas
34 Lan
Lanjutan Lampiran 3

II. Keputusan Pembelian


a. Perhatian

b. Ketertarikan

c. Keinginan

d. Tindakan
35

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 April 1993 dari pasangan


Ir.Slamat Marnaek Simanjuntak, SE (alm) dan Anny Laury Simbolon. Penulis
adalah anak keempat dari empat bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Fransiskus III pada tahun
2004 dan pendidikan menengah pertama di SMP Fransiskus II pada tahun 2007.
Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 77 Jakarta dan pada tahun yang
sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI IPB) dan diterima di Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti pendidikan
penulis merupakann anggota UKM Persekutuan Mahasiswi Kristen IPB di Komisi
Kesenian tahun 2010-2014.
36 Lan

Anda mungkin juga menyukai