Disusun Oleh :
Rizma Tia Yuniar
Nurdila Dwi Putri
Vivi Anggreini
Nurul Fajrin Desprina
Jihan Khusnul Kharimah
Dosen Pengampu :
Ns.Maswarni, S.Kep., M.Kes
Lanjut Usia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan
adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia mencapai
usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi
hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya,
yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap
menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan
kondisi lingkunganya (Darmojo, 2009).
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-menerus
dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001 dalam Maryam dkk, 2011). Proses ini merupakan
tahap akhir dari siklus hidup manusia yang akan dialami oleh setiap individu (Surilena&
Agus, 2006). Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-perubahan pada struktur dan
fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ dan sistem yang ada pada tubuh manusia sehingga
menyebabkan sebagian besar lansia mengalami kemunduran atau perubahan pada fisik,
psikologis, dan sosial (Mubarak dkk, 2010; Putri dkk, 2008).
Salah satu perubahan fisik yang terjadi pada lansia yaitu perubahan morfologi pada otot yang
menyebabkan perubahan fungsional otot, yaitu terjadi penurunan kekuatan dan kontraksi otot,
elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu rekasi. Penurunan fungsi dan
kekuatan otot akan mengakibatkan penurunan kemampuan mempertahankan keseimbangan
poostural atau keseimbangan tubuh lansia. Gangguan keseimbangan tubuh akibat penuaan
merupakan masalah yang sering terjadi pada lansia. Apabila gangguan keseimbangan ini
tidak dikontrol maka akan meningkatkan risiko jatuh pada lansia (Kustanto dkk, 2007). Jatuh
dan kecelakaan pada lansia merupakan penyebab kecacatan yang utama. Jatuh adalah
kejadian secara tiba-tiba dan tidak disengaja yang mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring atau terduduk dilantai (Maryam, 2008).
Berdasarkan penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai
angka 11.4% atau tercatat sekitar 28.8 juta orang yang menyebabkan jumlah penduduk lansia
terbesar di dunia (BPS, 2007). Insiden jatuh di Indonesia tercatat dari 115 penghuni panti
sebanyak 30 lansia atau sekitar 43.47% mengalami jatuh. Kejadian jatuh pada lansia
dipengaruhi oleh faktor intrinsik seperti gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas
bawah, kekakuan sendi, sinkope dan dizziness, serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin
dan tidak rata, tersandung benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya kurang terang dan
lain-lain (Darmojo, 2009).
Penyebab jatuh pada lansia adalah penyakit yang sedang diderita, seperti hipertensi, stroke,
sakit kepala/pusing, nyeri sendi, reumatik dan diabetes. Perubahan-perubahan akibat proses
penuaan seperti penurunan pendengaran, penglihatan, status mental, lambatnya pergerakan,
hidup sendiri, kelemahan otot kaki bawah, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan. Faktor
lingkungan terdiri dari penerangan yang kurang, bendabenda dilantai (tersandung karpet),
tangga tanpa pagar, tempat tidur atau tempat buang air yang terlalu rendah, lantai yang tidak
rata, licin serta alat bantu jalan yang tidak tepat. Jatuh (falls) merupakan suatu masalah yang
sering terjadi pada lansia (Maryam, 2008).
Faktor risiko jatuh meliputi faktor intrinsik dan ekstrinsik, faktor intrinsik antara lain sistem
saraf pusat, demensia, gangguan sistem sensorik, gangguan sistem kardiovaskuler, gangguan
metabolisme, dan gangguan gaya berjalan. Faktor ekstrinsik meliputi lingkungan, aktifitas,
dan obat-obatan, selama proses menua, lansia mempunyai konsekuensi untuk jatuh salah satu
masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia adalah instabilitas yaitu berdiri dan
berjalan tidak stabil atau mudah jatuh. Jatuh dianggap sebagai konsekuensi alami tetapi jatuh
bukan merupakan bagian normal dari proses penuaan (Stanley, 2006).
Upaya pencegahan perlu dilakukan untuk meminimalisir kejadian jatuh pada lansia.
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia,
mengidentifikasi faktor risiko dilakukan untuk mencari adanya faktor intrinsik risiko jatuh,
keadaan lingkungan rumah yang berbahaya yang dapat menyebabkan jatuh harus
dihilangkan. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan dilakukan untuk berpindah tempat
dan pindah posisi, penilaian postural sangat diperlukan untuk mengurangi faktor penyebab
terjadinya risiko jatuh, serta mengatur atau mengatasi fraktur situasional dapat dicegah
dengan melakukan pemeriksaaan rutin kesehatan lansia secara periodik (Mariyam, 2008).
Rumusan Masalah
Jatuh adalah suatu kejadian secara tiba-tiba dan tidak disengaja yang mengakibatkan
seseorang terbaring atau terduduk dilantai (Maryam, 2008). Jatuh pada lanjut usia
merupakan masalah yang sering terjadi, penyebabnya adalah multi-faktor, serta banyak yang
berperan didalamnya, baik faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik. Pencegahan risiko jatuh
pada lansia misalnya dengan memindahkan benda berbahaya, ruangan tidak gelap, lantai
tidak licin dan lain-lain. Peningkatan jumlah penduduk lansia berdampak pada masalah-
masalah yang ditimbulkan seperti yang diuraikan diatas salah satunya adalah risiko jatuh.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut:
Tujuan Umum
Memahami asuhan keperawatan lansia dengan permasalahan degeneratif : Jatuh
Tujuan Khusus
Memahami pengertian dari resiko jatuh.
Memahami penyebab dari jatuh pada lansia.
Memahami faktor risiko jatuh pada lansia.
Memahami pencegahan jatuh pada lansia.
Memahami komplikasi jatuh pada lansia.
Memahami pendekatan diagnostik dari jatuh pada lansia.
Memahami penatalaksanaan jatuh pada lansia.
Memahami asuhan keperawatan pada lansia.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah terdiri dari:
Bagi Intitusi Pendidikan
Sebagai bahan informasi untuk mengetahui asuhan keperawatan lansia dengan permasalahan
degeneratif : Jatuhdan sebagai sumber bacaan bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan perbandingan, bahan kajian, atau pengembangan terhadap ilmu
keperawatan khususnya keperawatan gerontik.
Bagi Masyarakat
Dapat memberikan informasi kepada keluarga dan masyarakat bahwa kejadian jatuh pada
lanjut usia berhubungan erat dengan faktor kondisi lingkungan fisik rumah yang
membahayakan sehingga keluarga dan masyarakat dapat memodifikasi kondisi lingkungan
fisik rumah yang baik dan aman bagi lanjut usia dalam mencegah kejadian jatuh pada lanjut
usia.
Bagi Penulis
Sebagai bahan masukan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, memberikan
kritik dan saran, serta tambahan informasi guna memecahkan masalah atau mencari solusi
untuk menurunkan faktor risiko yang dapat menyebabkan jatuh pada lansia.
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep jatuh
Definisi
Jatuh merupakan masalah kesehatan utama pada lansia, yang menyebabkan cidera,
hambatan mibilitas serta kematian. Selain cidera fisik yang berkaitan dengan jatuh,
individu dapat mengalami dampak psikologis seperti takut terjatuh kembali, kehilangan
kepercayaan diri, peningkatan ketergantungan, dan isolasi social. (Downton &
Andrews,1990; Tideiksaar, 1997; Tinetti & Powell, 1993).
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang
melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai /
tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka ( Reuben,
1996 ).
Faktor Risiko
Untuk dapat memahami faktor risiko jatuh, maka harus dimengerti bahwa stabilitas
badan ditentukan atau dibentuk oleh:
Sistem sensori
Yang berperan di dalamnya adalah: visus ( penglihatan ), pendengaran, fungsi
vestibuler, dan proprioseptif. Semua gangguan atau perubahan pada mata akan
menimbulkan gangguan penglihatan. Semua penyakit telinga akan menimbulkan
gangguan pendengaran. Vertigo tipe perifer sering terjadi pada lansia yang diduga
karpena adanya perubahan fungsi vestibuler akibat proses manua. Neuropati perifer dan
penyakit degeneratif leher akan mengganggu fungsi proprioseptif ( Tinetti, 1992 ).
Gangguan sensorik tersebut menyebabkan hampir sepertiga penderita lansia mengalami
sensasi abnormal pada saat dilakukan uji klinik.
Sistem saraf pusat ( SSP )
SSP akan memberikan respon motorik untuk mengantisipasi input sensorik.
Penyakit SSP seperti stroke, Parkinson, hidrosefalus tekanan normal, sering diderita oleh
lansia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak baik terhadap
input sensorik ( Tinetti, 1992 ).
Kognitif
Pada beberapa penelitian, dementia diasosiasikan dengan meningkatkan risiko jatuh.
Muskuloskeletal ( Reuben, 1996; Tinetti, 1992; Kane, 1994; Campbell, 1987; Brocklehurs,
1987 ).
Faktor ini disebutkan oleh beberapa peneliti merupakan faktor yang benar benar murni
milik lansia yang berperan besar terhadap terjadinya jatuh. Gangguan muskuloskeletal.
Menyebabkan gangguan gaya berjalan (gait) dan ini berhubungan dengan proses menua yang
fisiologis. Gangguan gait yang terjadi akibat proses menua tersebut antara lain disebabkan
oleh:
Kekakuan jaringan penghubung
Berkurangnya massa otot
Perlambatan konduksi saraf
Penurunan visus / lapang pandang
Kerusakan proprioseptif
Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan gerak, langkah yang
pendek, penurunan irama, dan pelebaran bantuan basal. Kaki tidak dapat menapak
dengan kuat dan lebih cenderung gampang goyah. Perlambatan reaksi mengakibatkan
seorang lansia susah / terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan seperti terpleset,
tersandung, kejadian tiba tiba, sehingga memudahkan jatuh.
Faktor resiko jatuh lainnya pada lansia dibagi menjadi 2 faktor yaitu faktor
intrinsik dan ekstrinsik :
Faktor intrinsik
Proses penuaan dan beberapa kondisi penyakit, termasuk penyakit jantung dan stroke dan
gangguan ortopedik serta neurologic.
Pasien yang mempunyai diagnosis kompleks, individu dengan rawat inap lebih pendek
difasilitas perawatan akut, dan individu yang menjalani fase rehabilitasi lebih cepat sangat
rentan terhadap jatuh.
Kebutuhan eliminasi individu saat dikamar mandi, diakibatkan oleh pergerakan yang tidak
focus, serta penglihatan yang kurang jelas.
Perubahan status mental misalnya agitasi, depresi, dan ansietas.
Faktor ekstrinsik
Alat alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil, atau tergeletak di
bawah
tempat tidur atau WC yang rendah / jongkok
tempat berpegangan yang tidak kuat / tidak mudah dipegang
Lantai yang tidak datar baik ada trapnya atau menurun
Karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal / menekuk pinggirnya, dan benda-
benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser
Lantai yang licin atau basah
Penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan)
Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya.
Komplikasi
Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi komplikasi seperti : ( Kane, 1994; Van
der Cammen, 1991 )
Perlukaan ( injury )
Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot,
robeknya arteri / vena
Patah tulang ( fraktur ) : Pelvis, Femur ( terutama kollum ), humerus, lengan bawah, tungkai
bawah, kista
Hematom subdural
Perawatan rumah sakit
Komplikasi akibat tidak dapat bergerak ( imobilisasi )
Risiko penyakit penyakit iatrogenic
Disabilitas
Penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik
Penurunan mobilitas akibat jatuh, kehilangan kepercayaan diri, dan pembatasan gerak
Resiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatan ( nursing home )
Mati
Pencegahan
Usaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila sudah
terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan.
Ada 3 usaha pokok untuk pencegahan, antara lain : ( Tinetti, 1992; Van der
Cammen, 1991; Reuben, 1996 )
Alat bantu berjalan yang dipakai lansia baik berupa tongkat, tripod, kruk atau
walker harus dibuat dari bahan yang kuat tetapi ringan, aman tidak mudah bergeser
serta sesuai dengan ukuran tinggi badan lansia.
Faktor situasional yang bersifat serangan akut / eksaserbasi akut, penyakit yang
dideriata lansia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lansia secara periodik.
Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan mengusahakan perbaikan
lingkungan seperti tersebut diatas. Faktor situasional yang berupa aktifitas fisik dapat
dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan penderita. Perlu diberitahukan pada penderita
aktifitas fisik seberapa jauh yang aman bagi penderita, aktifitas tersebut tidak boleh
melampaui batasan yang diperbolehkan baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik.
Bila lansia sehat dan tidak ada batasan aktifitas fisik, maka dianjurkan lansia tidak
melakukan aktifitas fisik sangat melelahkan atau beresiko tinggi untuk terjadinya jatuh.
Manajemen Lingkungan
Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
Identifilasi kebutuhan rasa aman bagi pasien berdasarkan tingkat fungsi fisik dan kognitif dan
riwayat perilaku masa lalu
Jauhkan lingkungan yang mengancam
Jauhkan objek yang berbahaya dari lingkungan
Berikan side rail
Antarkan pasien selama aktivitas di luar rumah sakit
Mencegah Jatuh :
Kaji penyebab defisit fisik pasien
Kaji karakteristik lingkungan yang menyebabkan jatuh
Monitor gaya jalan pasien, keseimbangan, tingkat kelelahan
Berikan penerangan yang cukup
Pasang siderail tempat tidur
Gangguan mobilitas fisik b/d pengobatan, terapi pembatasan gerak, nyeri, kerusakan persepsi
sensori, intoleransi aktivitas, malnutrisi, kerusakan neuromuskuloskeletal, penurunan
kekuatan otot.
NOC : Level Mobilitas ( Mobility Level )
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat :
a. Klien meningkat dalam aktivitas fisik
b. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
c. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan
berpindah
d. Pergerakan yang seimbang
e. Klien mampu melakukan ADL secara bertahap
NIC : Terapi latihan : Mobilitas sendi
Kaji keterbatasan pergerakan sendi dan pengaruh terhadap fubgsi tubuh
Kolaborasi pada fisioterapi untuk program latihan
Jelaskan kepada pasien dan keluarga tujuan dan rencana untuk melakukan latihan sendi
Monitor daerah yang tidak nyaman atau nyeri selama pergerakan /latihan
Hindari terjadinya trauma selama latihan
Dukung untuk latihan ROM aktif/pasif sesuai indikasi
Berikan reinforcement positif untuk hasil latihan yang telah dicapai klien
Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik dan onset, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi
observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya dalam
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif
Berikan analgetik sesuai dengan anjuran
Gunakan komunikiasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
Kaji latar belakang budaya pasien
Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup: pola tidur, nafsu makan,
aktifitas kognisi, mood, relationship, pekerjaan, tanggungjawab peran
Kaji pengalaman individu terhadap nyeri, keluarga dengan nyeri kronis
Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan
Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga
Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan
pencegahan
kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (seperti: temperatur ruangan, penyinaran, dll)
Anjurkan pasien untuk memonitor sendiri nyeri
Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (seperti: relaksasi, guided imagery, terapi
musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massase)
ASUHAN KEPERAWATAN
Tn. D berumur 89 tahun, yang bertempat tinggal di Desa Banjaranyar, Jl. Brawijaya
no. 8 RT 1/ III, Sokaraja, Banyumas yang tinggal bersama dengan anak, menantu dan 1 orang
cucu perempuan, klien mengeluh penglihatannya agak berkurang sejak lima tahun yang lalu
dan merasa nyeri pada daerah ekstremitas kanan bawah. Klien mengatakan sekarang sering
sakit persendian, kadang-kadang kalau sakit sampai tidak bisa jalan. Klien mengatakan rasa
sakit mulai timbul sekitar 3 bulan yang lalu. Nyeri terasa betul pada saat cuaca dingin. Rasa
nyeri berkurang jika banyak istirahat. Nyeri terasa betul pada saat cuaca dingin. Fungsi
penglihatan klien sudah mulai berkurang.
PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama : Tn.D
Jenis Kelamin : Laki-Laki
TTL : Banyumas, 12 Desember 1924
Pendidikan Terakhir : SR
Agama : Islam
Status Perkawinan : Cerai Mati
Suku/Bangsa : Jawa /Indonesia
TB / BB : 165 cm / 57 kg
Penampilan umum : Tinggi, badan sedang (tidak terlalu kurus atau gemuk)
Alamat : Jl. Brawijaya no. 8 Rt 1/III, Desa Banjaranyar, Kec. Sokaraja, Kab.
Banyumas.
Orang terdekat
yang bisa dihubungi : Ny. T
Hubungan dengan lansia : Anak kandung
Alamat & No. Telp : Jl. Brawijaya no. 8 Rt 1/III, Desa Banjaranyar, Kec. Sokaraja, Kab.
Banyumas., 085647980300
Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Klien mengatakan sekarang sering sakit persendian, kadang-kadang kalau sakit sampai tidak
bisa jalan.
Keluhan Tambahan
Klien mengatakan fungsi penglihatannya berkurang sejak 5 tahun yang lalu.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn.D merasa dirinya sakit tetapi sakitnya tidak terlalu parah, keluhannya yang sering adalah
merasa nyeri pada daerah ekstremitas kanan bawah. Penglihatan agak berkurang
dibandingkan lima tahun lalu.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan pernah menjalani operasi katarak 5 tahun yang lalu pada mata sebelah
kirinya.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit seperti klien
alami, dan tidak ada riwayat keturunan dari keluarganya.
Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Pensiunan Veteran
Pekerjaan Sebelumnya : Veteran dan pedagang
Sumber-sumber Pendapatan : Gaji Pensiunan veteran dan dari anak
Kecukupan terhadap kebutuhan : cukup
Genogram
Beliau mempunyai 6 orang anak, semua anaknya sudah berkeluarga dan mempunyai anak
dan cucu. Anak pertama adalah perempuan, sudah mempunyai suami tetapi sudah meninggal,
dan tidak mempunyai anak; anak kedua laki-laki , sudah mempunyai istri dan mempunyai 4
orang anak (laki-laki semua) dan sudah mempunyai cucu; anak ketiga adalah perempuan,
sudah mempunyai suami, mempunyai 4 anak (perempuan, laki-laki, laki-laki,
perempuan),anak pertamanya sudah meninggal, sudah mempunyai cucu dan sekarang beliau
tinggal bersama klien; anak keempat adalah laki-laki, sudah mempunyai istri, dan
mempunyai 3 orang anak laki-laki dan cucu; anak kelima adalah perempuan, sudah bersuami
dan mempunyai 2 orang anak laki-laki dan cucu; anak terakhir adalah perempuan sudah
bersuami dan mempunyai 2 orang
anak perempuan.
Genogram :
Riwayat rekreasi
Tn. D hobi berjalan-jalan dan berkunjung kerumah saudara-saudara dan anak-anaknya,
sekarang klien tidak memungkinkan untuk melakukan rekreasi/ melakukan hobinya seperti
biasa karena kondisi yang tidak memungkinkan dan lemah. Klien mengatakan
penglihatannya sudah berkurang jika melihat jarak dekat dan jauh, dan sakit pada
persendiannya.
Sistem Pendukung
Didekat rumah Tn. D terdapat Bidan Desa bernama Bidan Ny. A, jarak bidan tersebut
berjarak sekitar 200 meter , terdapat Puskesmas di daerah Banjarsari yang berjarak sekitar 1
km, dan terdapat mantra Tn. D di daerah Banjarsari yang berjarak sekitar 800 meter dari
rumah Tn. D.
Keterangan:
0 : Mandiri 3 :Dibantu alat dan orang lain
1 : Dibantu alat 4 : Ketergantungan total
2 : Dibantu orang lain
e. Pola Istirahat Tidur
DS: Klien mengatakan jika istirahat klien tidur dengan nyenyak,
dan sering terbangun pada malam hari karena pusing dan
gatal di kepalanya, Klien didalam kamar hanya tiduran saja.
Siang tidur pukul 13.00 WIB atau setelah solat dhuhur, dan
pada malam hari tidur pukul 19.00 WIB setelah solat isya.
DO Tidak terlihat lemas karena kurang tidur dan klien tidak
: terlihat mengantuk,
f. Pola Persepsi Kognitif
DS: Klien mengatakan bahwa penglihatannya sudah berkurang.
Sering meminta bantuan keluarga jika berjalan atau dengan
menggunakan tongkat.
DO Klien tampak menggunakan tongkat serta sesekali dibantu
: ketika berjalan oleh keluarganya dan klien memakai
kacamata.
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
DS: Klien mengatakan ekstremitas kanannya terasa sakit disertai
penglihatannya yang sudah berkurang
DO Klien mengatakan sudah sakit sejak 3 bulan lama dan ingin
: sembuh dari penyakitnya
h. Pola Peran dan Hubungan
DS: Klien mengatakan tidak ada masalah dalam berinteraksi
dengan orang lain, terjalin hubungan yang harmonis dengan
keluarga dan teman /tetangga, kadang ada yang menjenguk
klien dirumah. Keluarga selalu memperhatikan dan
memberikan kasih sayang kepada klien.
DO Pasien tinggal bersama dengan anak kandungnya, menantu
: dan seorang cucunya dan dijenguk oleh keluarga/tetangga.
i. Pola Seksualitas
DS: Klien mengatakan bahwa klien adalah laki-laki dan sudah
mempunyai istri, anak , ,cucu dan buyut.
DO Klien berumur 89 tahun dan seorang laki-laki , mempunyai
: istri, anak, cucu dan buut.
j. Pola Koping dan Toleransi Stres
DS: Klien merasakan sakit dipersendian dan gangguan
penglihatan namun klien dapat menahan sakitnya dan selalu
terbuka jika ada masalah kepada keluarga
DO Klien selalu terbuka jika ada masalah
:
k. Pola Nilai dan keyakinan
DS: Klien mengatakan beragama islam , setiap hari selalu
berdzikir dan menjalankan solat 5 waktu dan berdoa
DO Klien terlihat sedang berdoa dan berdzikir
:
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis GCS: E3 M6 V4
TTV : TD : 130/110 mmHg R: 23x.menit
N : 88 x/menit S: 37 Celcius
Pemeriksaan Head To Toe
Integument
Terjadi perubahan pada kulit yaitu tampak keriput, perubahan pigmentasi, turgor dan tekstur
cukup baik.
Kepala
Tidak ada keluhan yang berarti
Mata
Klien mengatakan terjadi penurunan penglihatan dibanding lima tahun lalu.
Telinga
Klien masih mampu mendengar dengan nada yang sedang tapi jika menggunakan suara
dengan frekwensi yang rendah, klien kurang mendengar.
Hidung
Tidak ada keluhan
Mulut dan tenggorokan
Klien mengatakan giginya sudah tanggal semua sehingga susah untuk mengunyah makanan,
kesulitan menelan kadang terjadi bila makanan yang dikonsumsi tidak lembut, terjadi juga
perubahan pada suara klien yaitu nada yang cukup rendah/ pelan.
Leher
Tidak ada keluhan yang serius hanya klien mengatakan sedikit agak terbatas gerakan
lehernya/pelan.
Payudara
Tidak ada kelainan.
System pernafasan
Tidak ada keluhan yang serius hanya apabila klien terlalu banyak aktivitas tampak seperti
kelelahan.
System kardiovaskuler
Tidak ada keluhan yang berarti. Tidak ada kelainan bunyi jantung 1 dan 2 masih terdengar
baik. CRT < 3 detik.
System gastrointestinal
Klien mengatakan tidak bisa mengunyah makanan oleh karena gigi sudah tanggal, klien juga
mengatakan nafsu makan berkurang, pola defekasi masih normal.
System perkemihan
Frekuensi BAB klien dan BAK lancar.
System genitoreproduksi
Tidak ada keluhan penting.
System musculoskeletal
Klien mengatakan sering terasa nyeri pada ekstremitas kanan bawah terutama bila cuaca
dingin.
System sarat pusat
Tidak ada keluhan yang berati. Daya ingat, cukup baik pada masalah jangka pendek dan
jangka panjang kadangkadang ada yang terlupakan.
System endokrin
Terjadi perubahan pigmentasi kulit, perubahan rambut.
System Sensori
Penglihatan berkurang dibandingkan lima tahun yang lalu. Pendengaran, agak berkurang
dengan frekuensi yang rendah, Pengecapan, sensitifitas pengecapan berkurang, terjadi
perubahan nafsu makan. Penciuman, masih baik.
Pengkajian Keseimbangan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini, beri nilai 1 jika klien
menunjukan salah satu kondisi di bawah ini. Intervensi hasil jumlahkan semua nilai yang
diperoleh klien dan interpretasikan sebagai berikut:
05 : Risiko jatuh rendah
6 10 : Risiko jatuh sedang
11 15 : Risiko jatuh tinggi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis/ terganggunya system musculoskeletal
Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh / proses menua
Gangguan Persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori
karena proses menua
INTERVENSI KEPERAWATAN
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Kriteria
Hasil
Rencana Keperawatan
1.
Nyeri akut b/d agen injury biologis
NOC : Pain Level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang atau
hilang.
Indikator
Awal
Tujuan
5
5
Indicator scala :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
NIC : Pain Management
0. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
1. Observasi non verbal dan ketidaknyamanan
2. Gunakan tekhnik komunikasi teraupetik
3. Ajarkan teknik non farmakologis
4. Motivasi peningkatan istirahat
.
2.
Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh / proses menua
Indikator
Awal
Tujuan
Indicator scala :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
NIC : Pencegahan jatuh
Identifikasi penurunan kogniitif atau kelemahan fisik klien yang meningkatkan potensial
jatuh
Identifiksi kebiasan dan faktor yag mempengaruhi resiko jatuh
Review riwayat jatuh klien
Identifikasi lingkungan yang dapat meningkatkan potensial jatuh
Ajrakan klien untuk meminta bantuan dalam hal perpindahan
Pasang side rail
Bantu toileting pasien
Gunakan bed alarm
Berikan pencahayaan yang cukup
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk meminimalkan efek samping pengobatan yang
berkontribusi meningktaan resiko jatuh (eg.ortostatic hipotensi)
3.
Gangguan Persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori
karena proses menua
Awal
Tujuan
3
3
5
5
Indicator scala :
Keluhan ekstrim
Keluhan berat
Keluhan sedang
Keluhan ringan
Tidak ada keluhan
NIC: Terapi kegiatan
Kaji penyebab adanya gangguan penglihatan pada klien.
pastikan objek yang dilihat dalam lingkup lapang pandang klien.
beri waktu lebih lama untuk memfokuskan sesuatu.
bersihkan mata, apabila ada kotoran gunakan kapas basah dan bersih.
kolaborasi untuk penggunaan alat Bantu penglihatan seperti kacamata.
Berikan penerangan yang cukup.
Hindari cahaya yang menyilaukan.
Tulisan dicetak tebal dan besar untuk menandai atau pemberian informasi tertulis
Periksa kesehatan mata secara berkala.
IMPLEMENTASI
NO
Tanggal/Waktu
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Respon
Paraf
1.
17/10/2016
14:00 WIB
14:10 WIB
14:20 WIB
14:35 WIB
DS : Pasien mengatakan sakit sakit pada ekstremitas kanan bawah dan kaku pada
persendiannya
DO :
P: nyeri karena proses penyakit
Q: Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R: Nyeri pada ekstermitas kanan bawah
S: Skala 5
T: Pada waktu aktifitas lama
DS : -
DO :
TD = 130/110mmHg
N = 88 x/menit
RR = 23 x/menit
S = 37o C
DS : Pasien mengatakan merasa lebih nyaman.
DO : pasien dapat melakukan teknik relaksasi secara mandiri
DS : Pasien mengatakan mengerti tentang pentingnya istirahat untuk mengurangi nyeri
DO: Pasien tampak berusaha untuk istirahat
2.
17/10/2016
15.00 WIB
15.30 WIB
15.45 WIB
3.
17/10/2016
16.30 WIB
16.40 WIB
EVALUASI
N Tanggal/ Diagnosa
Evaluasi Paraf
O Waktu Keperawatan
1. 19/10/201 Nyeri akut b/d S : Klien mengatakan masih merasa
6 agen injury sakit pada persendiannya terutama
16:00 biologis jika cuaca dingin
WIB P: nyeri karena proses penyakit
Q: Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R: Nyeri pada ekstremitas kanan
bawah
S: Skala 3
T: Pada waktu aktifitas lama
O : TD = 130/120 mmHg
N = 89 x/menit
RR = 24 x/menit
S = 36,8o C
A : Masalah belum teratasi
Indikator
Awal
Tujuan
Akhir
5
5
Keterangan Skala :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
P : Lanjutkan intervensi
2. 19/10/201 Risiko jatuh S : Pasien mengatakan tidak pernah
6 berhubungan jatuh ketika beraktivitas karena
16:00 dengan penurunan keluarganya terkadang membantunya
WIB fungsi tubuh / dalam berjalan
proses menua Indikator
Tujuan
5
5
Akhir
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-menerus
dan berkesinambungan. Proses ini merupakan tahap akhir dari siklus hidup manusia yang
akan dialami oleh setiap individu. Salah satu perubahan fisik yang terjadi pada lansia yaitu
perubahan perubahan fungsional otot, yang akan mengakibatkan penurunan kemampuan
mempertahankan keseimbangan tubuh lansia. Hal ini lah yang menimbulkan risiko jatuh pada
lansia.
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang melihat kejadian
mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai / tempat yang lebih rendah
dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Risiko jatuh pada lansia banyak
dipengaruhi akibat kecelakaan, obat-obatan, proses penyakit yang spesifik serta syncope. Hal
lain yang akan mencetuskan terjadinya jatuh adalah aktivitas seperti berjalan, naik turun
tangga, serta lingkungan sekitar lansia tersebut tinggal.
Upaya yang dapat mencegah terjadinya jatuh pada lansia antara lain adalah memodifikasi
lingkungan sekitar lansia tinggal seaman mungkin, seperti menghindari pemilihan lantai yang
licin, menyediakan pegangan pada kamar mandi, memasang penghalang tempat tidur dan lain
sebagainya. Dengan adanya upaya pencegahan yang optimal, akan menghindarkan lansia
untuk jatuh serta akan menghindarkan dari terjadinya komplikasi.