Anda di halaman 1dari 19

BAB I

TINJAUAN TEORI

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keamanan merupakan keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis yang merupakan
salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Lingkungan klien mencakup semua
faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan
kelangsungan hidup klien. Keamanan yang ada didalam lingkungan ini akan mengurangi
insiden terjadinya penyakit dan cidera, memperpendek lama tindakan dan/atau hospitalisasi,
meningkatkan kesejahteraan klien.

Jatuh merupakan salah satu bahaya yang mengancam keamanan dan keselamatan
terhadap manusia. Selain itu, 90% jenis kecelakaan yang dilaporkan dan seluruh kecelakaan
yang terjadi di RS adalah jatuh. Dalam makalah ini penyusun akan mencoba membahas
tentang asuhan keperawatan apa yang bisa dilaksanakan untuk mencegah resiko jatuh
terhadap pasien.

1.2 Tujuan

Diharapkan mahasiswa mampu untuk sama-sama belajar bagaimana merawat pasien


yang beresiko untuk jatuh khususnya pada lansia dan pasien-pasien yang mengalami
gangguan neurologis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan di dalamnya,
baik faktor intrinsic dalam diri lansia tersebut seperti gangguan gaya berjalan, kelemahan otot
ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope dan dizzines, serta faktor ekstrinsik seperti lantai
yang licin dan tidak rata, tersandung benda benda, penglihatan kurang karena cahaya
kurang terang, dan sebagainya.

jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang melihat
kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai / tempat yang lebih
rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka ( Reuben, 1996 ).

B. PREEVALENSI

Berdasar survai di masyarakat AS, Tinetti ( 1992 ) mendapatkan sekitar 30% lansia
umur lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahunnya, separuh dari angka tersebut mengalami jatuh
berulang.

Reuben dkk ( 1996 ) mendapatkan insiden jatuh di masyarakat AS pada umum lebih
dari 65 tahun berkisar populasi lansia setiap tahun, dengan rata-rata jatuh 0,6/orang.
Insiden di rumah rumah perawatan (nursing home) 3 kali lebih banyak ( Tinetti, 1992 ). 5 %
dari penderita jatuh ini mengalami patah tulang atau memerlukan perawatan di rumah sakit.

Kane dkk ( 1994 ) mendapatkan dari survai masyarakat di AS lansia umur lebih
dari 65 tahun menderita jatuh setiap tahunnya dan sekitar 1/40 memerlukan perawatan rumah
sakit. Sedangkan di rumah rumah perawatan sekitar 50% penghuninya mengalami jatuh
dengan akibat antara 10 25%nya memerlukan perawatan di rumah sakit.

C. MORBIDITAS

Kecelakan merupakan penyebab kematian no.6 di Amerika Serikat tahun 1992, dan
no.5 pada 1994 untuk penderita lansia, 2/3 nya akibat jatuh. Kematian akibat jatuh sangat
sulit diidentifikasi karena sering tidak disadari oleh keluarga atau dokter pemeriksanya,
sebaliknya jatuh juga bisa merupakan akibat penyakit lain misalnya serangan jantung
mendadak. (Tinetty, 1992).

Fraktur kolum femoris merupakan merupakan komplikasi utama akibat jatuh pada
lansia, diderita oleh 200.000 lebih lansia di AS pertahun, sebagian besar wanita. Di
estimasikan 1% lansia yang jatuh akan mengalami fraktur kolum femoris, 5% akan
mengalami fraktur tulang lain seperti iga, humerus, pelvis dan lain-lain, 5% akan mengalami
perlukaan jaringan lunak. Perlukaan jaringan lunak yang serius seperti subdural hematom,
hemarthroses, memar dan keseleo otot juga sering merupakan komplikasi akibat jatuh. ( Kane
et al, 1994 ).
D. FAKTOR RESIKO

Untuk dapat memahami faktor risiko jatuh, maka harus dimengerti bahwa stabilitas
badan ditentukan atau dibentuk oleh:

1. Sistem sensori

Yang berperan di dalamnya adalah: visus ( penglihatan ), pendengaran, fungsi


vestibuler, dan proprioseptif. Semua gangguan atau perubahan pada mata akan menimbulkan
gangguan penglihatan. Semua penyakit telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran.
Vertigo tipe perifer sering terjadi pada lansia yang diduga karpena adanya perubahan fungsi
vestibuler akibat proses manua. Neuropati perifer dan penyakit degeneratif leher akan
mengganggu fungsi proprioseptif ( Tinetti, 1992 ). Gangguan sensorik tersebut menyebabkan
hampir sepertiga penderita lansia mengalami sensasi abnormal pada saat dilakukan uji klinik.

2. Sistem saraf pusat ( SSP )

SSP akan memberikan respon motorik untuk mengantisipasi input sensorik. Penyakit
SSP seperti stroke, Parkinson, hidrosefalus tekanan normal, sering diderita oleh lansia dan
menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak baik terhadap input sensorik
( Tinetti, 1992 ).

3. Kognitif

Pada beberapa penelitian, dementia diasosiasikan dengan meningkatkan risiko jatuh.

4. Muskuloskeletal ( Reuben, 1996; Tinetti, 1992; Kane, 1994; Campbell, 1987;


Brocklehurs, 1987 ).

Faktor ini disebutkan oleh beberapa peneliti merupakan faktor yang benar benar murni
milik lansia yang berperan besar terhadap terjadinya jatuh. Gangguan muskuloskeletal.
Menyebabkan gangguan gaya berjalan (gait) dan ini berhubungan dengan proses menua yang
fisiologis. Gangguan gait yang terjadi akibat proses menua tersebut antara lain disebabkan
oleh:

1. Kekakuan jaringan penghubung

2. Berkurangnya massa otot

3. Perlambatan konduksi saraf

4. Penurunan visus / lapang pandang

5. Kerusakan proprioseptif

Yang kesemuanya menyebabkan:

1. Penurunan range of motion ( ROM ) sendi


2. Penurunan kekuatan otot, terutama menyebabkan kelemahan ekstremitas bawah

3. Perpanjangan waktu reaksi

4. Kerusakan persepsi dalam

5. Peningkatan postural sway ( goyangan badan )

Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan gerak, langkah yang pendek,


penurunan irama, dan pelebaran bantuan basal. Kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan
lebih cenderung gampang goyah. Perlambatan reaksi mengakibatkan seorang lansia susah /
terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan seperti terpleset, tersandung, kejadian tiba
tiba, sehingga memudahkan jatuh.

E. PENYEBAB PENYEBAB JATUH PADA LANSIA

Penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor, antara lain:

( Kane, 1994; Reuben , 1996; Tinetti, 1992; campbell, 1987; Brocklehurs, 1987 ).

a. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama ( 30 50% kasus jatuh lansia ), Murni
kecelakaan misalnya terpeleset, tersandung.

Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan kelainan akibat proses menua
misalnya karena mata kurang awas, benda benda yang ada di rumah tertabrak, lalu jatuh,
nyeri kepala dan atau vertigo, hipotensi orthostatic, hipovilemia / curah jantung rendah,
disfungsi otonom, penurunan kembalinya darah vena ke jantung, terlalu lama berbaring,
pengaruh obat-obat hipotensi, hipotensi sesudah makan

b. Obat obatan ( sebahagian saja )

c. Alkohol

d. Proses penyakit yang spesifik

Stroke

Serangan kejang

Parkinson

Kompresi saraf spinal karena spondilosis

e. Sinkope : kehilangan kesadaransecara tiba-tiba

Drop attack ( serangan roboh )

Penurunan darah ke otak secara tiba tiba


F. FAKTOR FAKTOR LINGKUNGAN YANG SERING DIHUBUNGKAN
DENGAN KECELAKAAN PADA LANSIA

1. Alat alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil, atau tergeletak di
bawah

2. tempat tidur atau WC yang rendah / jongkok

3. tempat berpegangan yang tidak kuat / tidak mudah dipegang

4. Lantai yang tidak datar baik ada trapnya atau menurun

5. Karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal / menekuk pinggirnya, dan benda-
benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser

6. Lantai yang licin atau basah

7. Penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan)

8. Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya.

G. FAKTOR FAKTOR SITUASIONAL YANG MUNGKIN


MEMPRESIPITASI JATUH ANTARA LAIN : ( Reuben, 1996; Campbell, 1987 )

1. Aktivitas

Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa seperti berjalan, naik
atau turun tangga, mengganti posisi. Hanya sedikit sekali ( 5% ), jatuh terjadi pada saat lansia
melakukan aktivitas berbahaya seperti mendaki gunung atau olahraga berat. Jatuh juga sering
terjadi pada lansia dengan banyak kegiatan dan olahraga, mungkin disebabkan oleh kelelahan
atau terpapar bahaya yang lebih banyak. Jatuh juga sering terjadi pada lansia yang imobil
( jarang bergerak ) ketika tiba tiba dia ingin pindah tempat atau mengambil sesuatu tanpa
pertolongan.

2. Lingkungan

Sekitar 70% jatuh pada lansia terjadi di rumah, 10% terjadi di tangga, dengan kejadian jatuh
saat turun tangga lebih banyak dibanding saat naik, yang lainnya terjadi karena tersandung /
menabrak benda perlengkapan rumah tangga, lantai yang licin atau tak rata, penerangan
ruang yang kurang

3. Penyakit Akut

Dizzines dan syncope, sering menyebabkan jatuh. Eksaserbasi akut dari penyakit kronik yang
diderita lansia juga sering menyebabkan jatuh, misalnya sesak nafas akut pada penderita
penyakit paru obstruktif menahun, nyeri dada tiba tiba pada penderita penyakit jantung
iskenmik, dan lain lain.
H. KOMPLIKASI

Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi komplikasi seperti : ( Kane, 1994; Van der
Cammen, 1991 )

1. Perlukaan ( injury )

a. Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan
otot, robeknya arteri / vena

b. Patah tulang ( fraktur ) : Pelvis, Femur ( terutama kollum ), humerus, lengan bawah,
tungkai bawah, kista

c. Hematom subdural

2. Perawatan rumah sakit

a. Komplikasi akibat tidak dapat bergerak ( imobilisasi )

b. Risiko penyakit penyakit iatrogenik

3. Disabilitas

a. Penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik

b. Penurunan mobilitas akibat jatuh, kehilangan kepercayaan diri, dan pembatasan gerak

4. Resiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatan ( nursing home )

5. Mati

I. PENCEGAHAN

Usaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh
pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan.

Ada 3 usaha pokok untuk pencegahan, antara lain : ( Tinetti, 1992; Van der Cammen,
1991; Reuben, 1996 )

1. Identifikasi faktor resiko

Pada setiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor intrinsik
risiko jatuh, perlu dilakukan assesmen keadaan sensorik, neurologik, muskuloskeletal dan
penyakit sistemik yang sering mendasari / menyebabkan jatuh.

Keadaan leingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus
dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup tetapi tidak menyilaukan. Lantai rumah datar,
tidak licin, bersih dari benda benda kecil yang susah dilihat. Peralatan rumah tangga
yangsudah tidak aman ( lapuk, dapat bergeser sendiri ) sebaiknya diganti, peralatan rumah ini
sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu jalan / tempat aktifitas
lansia. Kamar mandi dibuat tidak licin, sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu
yang mudah dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi pegangan di dinding.

Obat obatan yang menyebabkanhipotensi postural, hipoglikemik atau penurunan


kewaspadaan harus diberikan sangat selektif dan dengan penjelasan yang komprehensif pada
lansia dan keluargannya tentang risiko terjadinya jatuh akibat minum obat tertentu.

Alat bantu berjalan yang dipakai lansia baik berupa tongkat, tripod, kruk atau walker
harus dibuat dari bahan yang kuat tetapi ringan, aman tidak mudah bergeser serta sesuai
dengan ukuran tinggi badan lansia.

2. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan ( gait )

Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam melakukan


gerakan pindah tempat, pindah posisi. Penilaian postural sway sangat diperlukan untuk
mencegah terjadinya jatuh pada lansia. Bila goyangan badan pada saat berjalan sangat
berisiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medik. Penilaian gaya
berjalan ( gait ) juga harus dilakukan dengan cermat apakah penderita mengangkat kaki
dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah penderita cukup
untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus dikoreksi bila terdapat kelainan /
penurunan.

3. Mengatur / mengatasi fraktur situasional

Faktor situasional yang bersifat serangan akut / eksaserbasi akut, penyakit yang
dideriata lansia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lansia secara periodik.
Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan mengusahakan perbaikan
lingkungan seperti tersebut diatas. Faktor situasional yang berupa aktifitas fisik dapat dibatasi
sesuai dengan kondisi kesehatan penderita. Perlu diberitahukan pada penderita aktifitas fisik
seberapa jauh yang aman bagi penderita, aktifitas tersebut tidak boleh melampaui batasan
yang diperbolehkan baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik. Bila lansia sehat dan
tidak ada batasan aktifitas fisik, maka dianjurkan lansia tidak melakukan aktifitas fisik sangat
melelahkan atau beresiko tinggi untuk terjadinya jatuh.
FORMAT PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. PENGKAJIAN

Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 10 JUNI tahun 2016 pada pukul : 15.00 WIB sampai
dengan selesai pada pukul :

1. Identitas Klien

a. Nama : Ny.M

b. Tempat dan tanggal lahir : Aceh, 14 juli 1946

c. Pendidikan terakhir :

d. Agama : Islam

e. Status perkawinan : Janda

f. TB/bb : 165 cm BB: 55kg

g. Penampilan umum : Baik

h. Ciri ciri tubuh : Tinggi, kurus, kulit sawo matang.

j. Orang yang dekat dihubungi : Tn. K

k. Hubungan dengan klien : Anak

2. Riwayat pekerjaan

Ny.M saat ini tidak bekerja. Dahulu dia hanya seorang petani, tempatnya bercocok tanam
dibelakang rumah. Jaraknya sekitar 500 m. Alat transportasinya hanya jalan kaki.

3. Riwayat lingkungan hidup

Ny.M tinggal bersama anaknya di rumah sendiri. Rumahnya semi permanen. Jumlah
kamarnya 4, tidak tingkat & lantainya keramik. Jumlah orang yang tinggal di rumah itu 4
orang. Rumah cukup melindungi, tetangga terdekatnya namanya Tn. P alamatnya samping
rumah Tn. K. Kondisi rumahnya bersih.

4. Riwayat rekreasi

Ny.M mempunyai hobi bersih bersih di pekarangan rumah. Ny.M tidak punya hari libur,
hari hari dianggap hari biasa. Kesibukannya di rumah hanya bersih bersih rumah dan
mengasuh cucunya yang masih SD.
6. Sistem pendukung yang digunakan

Ny.M memanfaatkan fasilitas kesehatan terdekat yaitu rumah sakit. Jarak dengan
rumah sakit sekitar 1 km. Untuk menjangkaunya biasanya klien diantar oleh anaknya dengan
sepeda motor. Makanan yang dimakan oleh klien sehari hari dimasak oleh menantunya.

7. Deskripsi kekhususan / kebiasaan ritual

Agama Ny.M adalah islam. Klien selalu menjalankan kewajibannya yaitu sholat 5
waktu dan berdzikir. Ny.M hanya tidur di malam hari.

8. Status kesehatan saat ini

Klien tidak mempunyai penyakit apa-apa, yang dirasakan sekarang hanya proses
penuaan secara alami seperti; pandangan kabur, sering tidak bisa menahan kencing,
kelemahan otot.

9. Status kesehatan masa lalu

Ny.M tidak mempunyai penyakit yang serius pada masa kanak kanak. Tidak pernah
operasi dan tidak pernah opname di rumah sakit.

10. ADL (activity daily living)

a. Berdasarkan indeks KATZS :

Pasien masih bisa melakukan tindakan dengan mandiri misalnya mandi, kontinen, ke kamar
kecil, berpakaian, dan makan sehingga Ny.M diberi nilai A.

b. Psikologi klien meliputi :

* Persepsi klien terhadap penyakit

Ny.M percaya bahwa setiap penyakit pasti bisa sembuh dengan sendirinya dan pasti ada
obatnya.

* Emosi

Ny.M bisa menahan amarah ketika sedang marah.

* Kemampuan adaptasi

Ny.M mampu bersosialisasi dengan tetangga terdekatnya dan beradaptasi di segala tempat.

* Mekanisme pertahanan diri

Jika ada masalah Ny.M selalu menceritakannya dengan keluarganya.


11. Tinjauan sistem

a. Keadaan umum : Baik

b. Tingkat kesadaran : Composmentis

c. Skala koma glasgow : GCS 15

d. Tanda tanda vital

N : 78 x/mnit

S : 36,5 0C

RR : 20 x/mnit

TD : 130/90 mmHg

e. Tinggi Badan dan Berat Badan : 165 cm, 55 kg

f. Kulit : Keriput

g. Kepala : Mesochepal

h. Rambut dan Kuku : Rambut bersih, beruban, panjang dan tidak

rontok, Kuku pendek dan bersih.

i. Mata : Simetris, sklera putih tidak ikterik,

konjungtiva tidak anemis.

j. Telinga : Bersih tidak ada serumen.

k. Hidung : Septum hidung utuh, bersih tidak ada

sekret

l. Mulut & Gigi : Mulut lembab tidak stomatitis dan gigi baik

tidak caries.

m. Leher : Tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid.

n. Sistem cardiovaskuler

*Inspeksi : Tidak tanpak ictus cordis

*Palpasi : Teraba ictus cordis, tidak ada nyeri tekan.


* Perkusi : Redup

* Auskultasi : Terdengar bunyi S1 dan S2 dan tidak ada suara tamabahan seperti gallop.

o. Sitem pernafasan

* Inspeksi : Tidak retraksi intercosta

* Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

* Perkusi : Sonor

* Auskultasi : Vesikuler

p. Sistem gastrointestinal

* Inspeksi : Perut tidak buncit dan tidak ada perubahan warna.

* Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

* Perkusi : Tympani

* Auskultasi : 10 x/mnit

q. Anus dan genetalia : Bersih tidak ada benjolan.

r. Sistem perkemihan : Tidak ada nyeri saat berkemih.

s. Sistem muskuloskeletal : Kekuatan otot : dapat mengangkat beban

sedang ( skor 4 )

t. Sistem indokrin : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.

u. Sistem imun : Tidak mudah terserang penyakit.

12. Pengkajian status fungsional


Untuk mengukur kemampuan lansia untuk melakukan aktivitas sehari hari secara
mandiri diukur dengan INDEKS KATZ.

SKORE KRITERIA INDEKS KATZ


A Kemandirian dalam hal

Makan

Kontinen

Berpindah

Kekamar kecil

Berpakaian

Mandi

B Kemandirian dalam semua aktivitas sehari hari kecuali salah satu dari fungsi
tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas sehari hari kecuali hal

Mandi

Dan satu fungsi tambahan

D Kemandirian dalam semua aktivitas sehari hari kecuali hal

Berpakaian

Mandi

Dan satu fungsi tambahan

E Kemandirian dalam semua aktivitas sehari hari kecuali

Kekamar kecil

Berpakaian

Mandi

Dan satu fungsi tambahan

F Kemandirian dalam semua aktivitas sehari hari kecuali

Berpindah
Berpakaian

Mandi

Dan satu fungsi tambahan

G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut


Lain lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan
sebagai CDEFG.

Dalam pengukuran indeks KATZ Ny.M mendapat nilai A sebab dapat melakukan
tindakan sehari hari dengan mandiri, seperti makan, kontinen, ke kamar kecil,
berpakaian, dan mandi

.13. Status kognitif dan afektif

Mengidentifikasi kerusakan intelektual menggunakan Short Portable Mental Status


Questioner (SPSMQ) untuk mendeteksi adanya dan tingkatan kerusakan intelektual, terdiri
10 hal yang mengetes orientasi, memori dalam hubunganya dengan kemampuan perawatan
diri, memori jauh, kemampuan matematis.

BENAR SALAH NO PERTANYAAN

01 Tanggal berapa hari ini ?


02 Hari apa sekarang ini ?
03 Apa nama tempat ini ?
04 Dimana alamat anda ?
05 Berapa umur anda ?
06 Kapan anda lahir ? (minimal tahun lahir)
07 Siapa Presiden Indonesia sekarang ?
08 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ?
09 Siapa nama ibu anda ?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara manurun

Penilaian SPMSQ :

1. Salah 0 2 : Fungsi intelektual utuh

2. Salah 3 4 : Kerusakan intelektual ringan

3. Salah 5 7 : Kerusakan intelektual sedang


4. Salah 8 10 : Kerusakan intelektual berat

Dari hasil pengukuran SPSMQ Ny.M memiliki fungsi intelektual utuh.

14. Pengajian Status Sosial

Status sosial dapat diukur dengan menggunakan APGAR Keluarga. Penilaian jika pertanyaan
pertanyaan yang dijawab selalu point 2

APGAR Keluarga
No Fungsi Uraian Skore
Saya puas bahwa saya dapat
kembali pada keluarga (teman
1 Adaptasi teman) saya untuk membantu 1
pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
Saya puas dengan cara
keluarga ( teman teman )
saya membicarakan sesuatu
2 Hubungan 1
dengan saya dan
mengungkapkan masalah
dengan saya
Saya puas bahwa keluarga
( teman teman ) saya
menerima dan mendukung
3 Pertumbuhan 1
keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah
baru
Saya puas dengan cara
keluarga ( teman teman )
saya mengekspresikan afek dan
4 Afeksi 2
berespon terhadap emosi emosi
saya, seperti marah, sedih atau
mencintai
Saya puas dengan cara temen
temen saya dan saya
5 Pemecahan 2
menyediakan waktu bersama
sama
B. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. Subyektif : Lingkungan yangResiko cidera
kurang aman
Pasien mengatakan lantai licin dan kamar
mandi yang kurang nyaman.

Obyektif :

Di rumah pasien lantainya keramik dan


lumayan licin.

kamar mandi terdapat WC jongkok.

lantainyapun berlumut sehingga licin.


C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRORITAS

NO Diagnosa Keperawatan

1. Resiko cidera berhubungan dengan lingkungan yang tidak aman

D. PERENCANAAN

No Diagnosa Tujuan Kriteria Rencana


Evaluasi
Umum Khusus Criteria Standart
1. Dx. 1 Setelah akhirSetelah Terjadi Supaya 4. Kognitif :
dari semuadilakukan peningkatan klien dapatberikan
tindakan pencegahan pengetahuan menjelaskanpengetahuan /
pencegahan selama 1 x 24klien yaitukembali cara
resiko cidera,jam tatapmacam macamtentang pencegahan
klien tidakmuka, keluargapencegahan macam terjadinya
mengalami mampu terjadinya resikomacam resiko cidera /
cidera mengurangi cidera / jatuh pencegahan jatuh
resiko cidera terjadinya
pada keluarga resiko Identifikasi
terutama Ny.M cidera /faktor resiko,
jatuh Penilaian
keseimbangan
dan gaya
berjalan,

Mengatur /
mengatasi
fraktur
situasional

5.Afektif :
anjurkan klien
untuk
mengikuti
semua saran
petugas
kesehatan

6. Psikomotor :
demonstrasika,
lakukan
bagaimana
caranya
melakuakan
pencegahan
terjadinya
cidera / jatuh.

E. IMPLEMENTASI

No Diagnosis Tanggal Implementasi


1 dx.1 10/06/2016 1. Kognitif : memberikan pengetahuan / cara pencegahan
terjadinya resiko cidera / jatuh Identifikasi faktor resiko,
Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan, Mengatur /
mengatasi fraktur situasional

2. Afektif : menganjurkan klien untuk mengikuti semua saran


petugas kesehatan

3. Psikomotor : mendemonstrasikan, lkukan bagaimana


caranya melakuakan pencegahan terjadinya cidera / jatuh

F. EVALUASI
No Tanggal Waktu Diagnosa Evaluasi
1. 10/06/2016 Dx 1 S : Keluarga klien dan klien mengatakan mengerti semua
yang dianjurkan oleh petugas kesehatan dan mau
menerapkannya.

O : Keluarga klien dan klien terlihat antusias dan


kooperatif.

A : Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

BAB III

KESIMPULAN

Jatuh merupakan salah satu geriatric giant, sering terjadi pada usia lanjut, penyebab
tersering adalah masalah di dalam dirinya sendiri ( gangguan gait, sensorik, kognitif, sistem
syaraf pusat ) didukung oleh keadaan lingkungan rumahnya yang berbahaya ( alat rumah
tangga yang tua / tidak stabil, lantai yang licin dan tidak rata, dll ).

Jatuh sering mengakibatkan komplikasi dari yang paling ringan berupa memar dan keseleo
sampai dengan patah tulang bahkan kematian, oleh karena itu harys dicegah agar jatuh tidak
terjadi berulang-ulang,dengan cara identifikasi faktor risiko, penilaian keseimbangan dan
gaya berjalan, serta mengatur / mengatasi faktor situasional.

Pada prinsipnya mencegah terjadinyajatuh pada usia lanjut sangat penting dan lebih utama
daripada mengobati akibatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Nugroho, Wahjudi.1995. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai