Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI

RENDAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


PADA TN.A DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH
DI WISMA SADEWA RSJ PROF. DR. SOEROYO, MAGELANG

Disusun Oleh :

GABRIEL FESONTA FEBRI


12160086

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2013

TINJAUAN TEORI

HARGA DIRI RENDAH

A. PENGERTIAN
Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
( Keliat B.A , 2002 )
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif, dapat secara
langsung atau tidak langsung di ekspresikan.
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada
kehidupannya sendiri.(Stuart dan Sundeen, 2005)
Harga diri rendah adalah penilaian negative seseorang terhadap diri dan kemampuan yang diekspresikan secara
langsung dan tidak langsung (Bawlis,2002)
Dari pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa harga diri rendah adalah sebagai perasaan negative terhadap diri
sendiri dalam kepercayaan diri yang gagal mencapai keinginan.

B.

FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI


1.
a.

Faktor Predisposisi

Faktor yang mempengaruhi harga diri.

Harga diri adalah sifat yang diwariskan secara genetik. Pengaruh lingkungan sangat penting dalam pengembangan
harga diri. Faktor-faktor predisposisi dari pengalaman masa anak-anak merupakan faktor kontribusi pada gangguan atau
masalah konsep diri. Anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua. Penolakan orang tua menyebabkan anak
memilki ketidakpastian tentang dirinya dan hubungan dengan manusia lain. Anak merasa tidak dicintai dan menjadi gagal
mencintai dirinya dan orang lain.
Saat ia tumbuh lebih dewasa, anak tidak didorong untuk menjadi mandiri, berpikir untuk dirinya sendiri, dan
bertanggung jawab atas kebutuhan sendiri. Kontrol berlebihan dan rasa memiliki yang berlebihan yang dilakukan oleh orang
tua dapat menciptakan rasa tidak penting dan kurangnya harga diri pada anak. Orangtua membuat anak-anak menjadi tidak
masuk akal, mengkritik keras, dan hukuman.
Tindakan orang tua yang berlebihan tersebut dapat menyebabkan frustasi awal, kalah, dan rasa yang merusak dari
ketidak mampuan dan rendah diri. Faktor lain dalam menciptakan perasaan seperti itu mungkin putus asa, rendah diri, atau
peniruan yang sangat jelas terlihat dari saudara atau orangtua. Kegagalan dapat menghancurkan harga diri, dalam hal ini dia
gagal dalam dirinya sendiri, tidak menghasilkan rasa tidak berdaya, kegagalan yang mendalam sebagai bukti pribadi yang tidak
kompeten.
Ideal diri tidak realistik merupakan salah satu penyebab rendahnya harga diri.Individu yang tidak mengerti maksud
dan tujuan dalam hidup gagal untuk menerima tanggung jawab diri sendiri dan gagal untuk mengembangkan potensi yang
dimilki. Dia menolak dirinya bebas berekspresi, termasuk kebenaran untuk kesalahan dan kegagalan, menjadi tidak sabaran,
keras, dan menuntut diri. Dia mengatur standar yang tidak dapat ditemukan. Kesadaran dan pengamatan diri berpaling kepada
penghinaan diri dan kekalahan diri. Hasil ini lebih lanjut dalam hilangnya kepercayaan diri.
b.

Faktor yang mempengaruhi penampilan peran


Peran yang sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh masyarakat, misalnya wanita dianggap
kurang mampu, kurang mandiri , kurang objektif, dan kurang rasional dibandingkan pria. Pria dianggap kurang sensitive,
kurang hangat, kurang ekpresif dibanding wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak seperti
lazimnya maka akan menimbulkan konflik didalam diri mapun hubungan sosial. Misalnya wanita yang secara tradisional harus
tinggal dirumah saja, jika ia mulai keluar rumah untuk mulai sekolah atau bekerja akan menimbulkan masalah. Konflik peran
dan peran yang tidak sesuai muncul dari faktor biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita atau pria.

c.

Faktor yang mempengaruhi identitas diri


Intervensi orangtua terus-menerus dapat mengganggu pilihan remaja. Orang tua yang selalu curiga pada anak
menyebakan kurang percaya diri pada anak. Anak akan ragu apakah yang dia pilih tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan
orang tua maka timbul rasa bersalah. Ini juga dapat merendahkan pendapat anak dan mengarah pada keraguan, impulsif, dan

bertindak keluar dalam upaya untuk mencapai beberapa identitas. Teman sebayanya merupkan faktor lain yang mempengaruhi
identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan, diingikan, dan dimilki oleh kelompoknya.
2.

Faktor Presipitasi
a.

Trauma

Masalah khusus tentang konsep diri disebabakan oleh setiap situasi dimana individu tidak mampu menyesuaikan. Situasi
dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Situasi dan stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri dan
hilangnya bagian badan, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh
kembang, dan prosedur tindakan dan pengobatan.
b.

Ketegangan peran

Ketegangan peran adalah stres yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam peran.
-

Transisi perkembangan

Transisi perkembangan adalah perubahan normatif berhubungan dengan pertumbuhan. Setiap perkembangan dapat
menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap perkembangan harus dilakukan inidividu dengan menyelesaikan tugas
perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stressor bagi konsep diri.
-

Transisi situasi

Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan. Transisi situasi merupakan bertambah atau berkurangnya orang yang
penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti, misalnya status sendiri menjadi berdua
atau menjadi orang tua.
-

Transisi sehat sakit

Transisi sehat sakit berkembang berubah dari tahap sehat ke tahap sakit. Beberapa stressor pada tubuh dapat menyebabakan
gangguan gambaran diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen
konsep diri yaitu gambaran diri, peran ,dan harga diri. Masalah konsep diri dapat dicetuskan oleh faktor psikologis, sossiologis,
atau fisiologis, namun yang lebih penting adalah persepsi klien terhadap ancaman.
perilaku.

C. MANIFESTASI KLINIK
Menurut L. J Carpenito dan Keliat , perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :
Data Subjektif:

Mengkritik diri sendiri atau orang lain

Perasaan tidak mampu

Pandangan hidup yang pesimis

Perasaan lemah dan takut

Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri

Pengurangan diri/mengejek diri sendiri

Hidup yang berpolarisasi

Ketidakmampuan menentukan tujuan

Mengungkapkan kegagalan pribadi

Merasionalisasi penolakan

Data Objektif:

Produktivitas menurun

Perilaku destruktiv pada diri sendiri dan orang lain

Penyalahgunaan zat

Menarik diri dari hubungan social

Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah

Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)

Tampak mudah tersinggung /mudah marah

D. PSIKOPATOLOGI
Menurut Stuart (2005), berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang yaitu Faktor
predisposisi yang merupakan faktor pendukung harga diri rendah meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal
diri yang tidak realistis. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah peran gender, tuuntutan peran kerja, dan harapan
peran budaya. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok
sebaya, dan perubahan struktur sosial. Sedangkan faktor presipitasi munculnya harga diri rendah meliputi trauma seperti
penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksika kejadian yang megancam kehidupan dan ketegangan peran
beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalami frustrasi.
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang
lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin
mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman. Klien
semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri
begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan
rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan.
Semakin klien menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain.
Tanda dan gejala yang muncul pada gangguan konsep diri harga diri rendah yaitu mengkritik diri sendiri, termasuk
hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan,gangguan dalam berhubungan, penurunan
produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, rasa bersalah, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup
yang pesimis, adanya keluhan fisik, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung, menarik diri secara realitas,penyalahgunaan
zat dan menarik diri secara sosial.(Stuart & Sundeen, 1998, hal. 230).melihat tanda dan gejala diatas apabila tidak
ditanggulangi secara intensif akan menimbulkan distress spiritual, perubahan proses pikir (curiga), perubahan interaksi sosial
(menarik diri) dan resiko terjadi amuk.

E.

PENATALAKSANAAN
Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga penderita
tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :

a.

Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut :

Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat.

Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil.

Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif maupun gejala negative skizofrenia.

Tidak menyebabkan kantuk

Memperbaiki pola tidur

Tidak menyebabkan lemas otot.


Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan
2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi
pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya :
Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole.

b.

Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter.
Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005)

c.

Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)


ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui
elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga
terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005)

d.

Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan
kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.
Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Therapi kelompok bagi skizofrenia
biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas
kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan
Akemat,2005). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan
gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK)
stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005).

F.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan konsep diri; Harga diri rendah

G. FOKUS INTERVENSI

Tgl

No
DX

Dx
Keperawatan

Perncanaan
Tujuan

Gangguan
TUM : klien
konsep diri ; memiliki konsep
harga
diri diri yang positif.

Kreteria
evaluasi

Intervensi

rendah
TUK :
1.klien
dapat
membina
hubungan saling
percaya dengan
perawat
1.Klien
menunjukan
ekspresi wajah
bersahabat
,menunjukan
rasa senang, dan
kontak
mata,
mau
berjabat
tangan
,mau
menyebutkan
nama , mau
menjawab salam
,klien
mau
duduk
berdampingan,
dengan
perawat , mau
mengutarakan
masalah
yang
dihadapi.

1.Bina hubungan
saling
percaya
dengan
menggunakan
prinsip
komunikasi
terapiutik ;
- Sapa klien
dengan
ramah
baik
verbal
maupun
non
verbal.
Perkenalkan
diri
dengan
sopan.
- Tanyakan nama
lengkap
dan
nama pangilan
yang
disukai
klien.
- jelaskan tujuan
pertemuan
Jujur
dan
menepati janji.
- Tunjukan sikap
empati
dan
menerima klien
apa adanya.
-Beri perhatian
dan perhatikan
kebutuhan dasar
klien.

2.Klien
dapat
mengidentifikasi
aspek
positif
dan kemampuan
yang dimiliki.

2.Klien
menyebutkan :

2.1 Diskusikan
dengan klien
tentang :

- Aspek positif
dan kemampuan -Aspek positif
klien
yang yang dimiliki
dimiliki klien.
klien, keluarga
dan lingkungan.
- Apek Positif
keluarga
- Kemampuan
yang dimiliki
- Aspek positif klien
lingkungan
klien.
2.2 Bersama
klien buat daftar
tentang:
-Aspek positif
klien ,keluarga,
lingkungan.
- Kemampuan
yang dimiliki
klien.
2.3 Beri Pujian
yang realistis
,hindarkan
member
penilaian
negative.

3.Klien
dapat
menilai
kemampuan
yang
dimiliki
untuk
dilaksanakan.

3. klien mampu
menyebutkan
kemampuan
yang
dapat
dilaksanakan.

2.4 Diskusikan
denan
klien
kemampuan
yang
dapat
dilaksanakan.
2.5 Diskusikan
kemampuan
yang
dapat
dilanjutkan.

4.klien
dapat 4.Klien mampu 4.1Rencanakan
merencanakan
rencana kegiatan bersama
klien
kegiatan sesuai harian.
aktivitas
yang
dengan
dapat dilakukan

kemampuan
yang dimiliki.

setiap hari sesuai


kemampuan
klien:
kegiatan
mandiri
-kegiatan dengan
bantuan
4.2.Tingkatkan
kegiatan sesuai
kondisi klien.
4.3. Beri contoh
pelaksanaan
kegiatan
yang
dapat
klien
lakukan.

5. Klien dapat
melakukan
kegiatan sesuai
rencana
yang
dibuat.

5.Klien
dapat
melakukan
kegiatan sesuai
jadwal
yang
dibuat.

5.1.
Anjurkan
klien
melaksanakan
kegiatan
yang
telah
direncanakan.
5.2.
Pantau
kegiatan
yang
dilaksanakan
klien.
5.3. Beri pujian
atas usaha usaha
yang dilakukan
klien .
5.4. Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan
kegiatan setelah
pulang.

6.Klien
dapat
memanfaatkan
system
pendukung yang

6.Klien mampu
memanfaatkan
system
pendukung yang

6.1.
Beri
pendidikan
kesehatan pada
keluarga tentang

ada.

ada di keluarga.

cara
merawat
klien
dengan
harga
diri
rendah.
6.2.
Bantu
keluarga
memberikan
dukungan selama
klien di rawat.
6.3.
Bantu
keluarga
menyiapkan
lingkungan
di
rumah.

TINJAUAN KASUS

Nama Pengkaji

: Putu Eka Sudarma Putra

Tgl Pengkajian

: 25-3-2013

Tgl MRS: 13-3-2013


No RM : 83749

A. IDENTITAS
Pasien
Nama

: Tn A

Umur

: 28 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki


Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan
Alamat

:-

: Gombong , Kebumen
Penanggung jawab

Nama

: Tn T

Umur

: 53 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki


Pekerjaan

: Wiraswata

Hub. dg klien : Paman Klien


Alamat

: Gombong, Kebumen

B.

ALASAN MASUK

Klien suka marah-marah, mudah tersinggung dan sering melamun sendiri.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
a.

Gangguan jiwa dimasa lalu


Klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya karena mengamuk di rumahnya dan menjalani pengobatan
di RS Banyumas dan keluar dari RS Banyumas klien melakukan rawat jalan dan setelah beberapa bulan klien mengatakan
putus obat dank lien mengamuk lagi di rumah dan keluarga membawa klien ke rumah sakit jiwa Magelang.

b.

Pengobatan sebelumnya
Pengobatan yang dilakukan klien sebelumnya adalah belum berhasil karena masih ada gejala yang timbul.

c.

Tumbuh Kembang

Lahir sampai preskul


Klien mengatakan tidak mengingatnya karena sudah lama

Usia sekolah
klien mengatakan dulu waktu sekolah klien memang pendiam, tidak suka bergaul dengan temannya. Tetapi klien
mengatakan keluarga klien terutama ibunya sering memotivasi klien untuk bergaul dengan temannya

Praremaja sampai remaja


Klien mengatakan saat remaja klien sudah memiliki pacar dan tidak pendiam lagi.

d.

Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


Klien mengatakan ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yaitu adiknya .

e.

Factor Presipitasi
Klien mengatakan dirinya korban PHK

D. FISIK
a.

Tanda vital
TD: 100/60 mmHg
N: 86 x/mnt
RR: 22 x/mnt

b.

Ukur
TB: 170 cm
BB: 64 kg
c.

Keluhan Fisik

Klien mengatakn tidak ada keluhan fisik yang dirasakan sekarang.

E.

PSIKOSOSIAL
a.

Genogram

Keterangan:

:Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

: Grs Pernikahan
: Grs Keturunan
: Tinggal Serumah
b.
-

Konsep diri
Citra Tubuh / Gambaran Diri
Klien mengatakan tidak memiliki pandangan buruk terhadap tubuhnya,klien mengatakan merasa bersyukur diberikan tubuh
yang sehat dan tidak cacad.

Identitas
Klien mengatakan dirinya adalah seorang laki-laki yang bernama Tn. A,belum mempunyai istri dan belum juga mendapatkan
kerja

Peran
Klien mengatakan dirinya dirumah sebagai kakak dari tiga adiknya,selama dirawat di wisma sadewa klien merasa tidak
berguna karena tidak bisa membiayai adiknya sekolah dan merasa kurang beruntung dan merasa kesepian.

Ideal diri
Klien mengatakan ingin menjadi lebih baik dari sekarang dan ingin menjadi yang berguna bagi semua orang dan mendapatkan
kerja lagi

Harga diri
Klien merasa tidak berguna, karena tidak bisa membiayai sekolah adiknya dan membanggakan orang tuanya klien
mengatakan merasa kurang beruntung dan malu dengan keadaannya sekarang yang tidak bekerja,sehingga klien menyendiri
dan tidak mau bergaul dengan temannya.

c.

Hubungan Sosial

Orang yang berarti


Orang yang berarti dalam hidup klien adalah ibunya. Jika ada masalah ibunya sebagai tepat mencurahkan perasaanya . dan
saat dirawat di rumah sakit jiwa klien mengatakan merasa sendiri dan ingin diam saja tanpa mau berbagi masalah dengan
orang lain.

Peran serta kegiatan kelompok


Klien mengatakan tidak ada niat untuk berhubungan dengan orang lain dank lien mengatakan lebih baik sendiri .Selama klien
dirawat di Wisma Sadewa klien lebih bnayak menyendiri , jarang berkomunikasi dengant eman-teman. Saat ada kegiatan klien
mau bekerja dengan motivasi. Saat di interaksi kontak mata klien kurang serta jawaban yang disampaikan klien simple dan
pendek.

Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain


Klien mengatakan tidak ada keinginan dalam berhubungan dengan orang lain dank klien mengatakan ingin sendiri saja.

d.
-

Spiritual
Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan dia seorang muslim

Kegiatan ibadah
Klien mengatakan jarang Sholat

F.

STATUS MENTAL

a.

Penampilan
Klien tampak rapid an berpakaian sesuai dengan pakaian teman-temanya yang ada di bangsal,baju di kancingkan, rambut
disisir.

b.

Pembicaraan
Klien kooperatif saat berkomunikasi , pembicaraan klien sesuai dengan topic yang di bicarakan dan tidak ada inisisatif untuk
bertanya kepada perawat.
c.

Aktivitas motorik

Klien tampak lesu, sering menyediri dan melamun , klien melakukan kegiatan jika di motivasi perawat.

d.

Alam perasaan
Klien mengatakan sedih , karena merasa tidak berguna bagi keluarganya dan kurang bersemangat.

e.

Afek klien
Afek klien yaitu afek datar, dimana saat diajak ngobrol klien tidak menunjukkan perubahan raut muka atau ekspresi wajah.

f.

Interaksi secara wawancara


Selama interaksi klien kooperatif, kurang konsentrasi dan kontak mata kurang sering berpaling pandangan, sering menunduk
ketika diajak ngobrol jawaban klien simple dan singkat

g.

Persepsi; Halusinasi

Klien mengatakan dulu sempat klien mendengar bisikan-bisikan tapi saat klien dibawa ke Rsj Magelang, klien mengatakan
bisikan itu sudah hilang.
h.

Isi pikir
Klien tidak mengalami fobia, pikiran magic atau depersonalisasi (perasaan asing terhdap diri sendiri, orang lain dan
lingkungan), klien tidak mengalami waham baik waham curiga,waham agama, waham kebesaran, maupun waham somatic.

i.

Proses pikir
Klien tidak mengalami waham.

j.

Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien adalah bingung, klien tidak disorientasi waktu, tempat maupun orang.

k.

Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, pendek, maupun saat ini, karena klien mampu menjawab tentang
pertanyaan hari ini , tanggal dan tahun dan klien mengingat kegiatan yang dilakukan kemarin yaitu seperti senam,dan lain-lain.

l.

Tingkat konsentrasi dan berhitung


Klien tidak mampu berkosentarasi secara penuh, karena klien terihat binggung dan sering berpaling muka saat diajak
berbicara, klien dapat berhitung dengan pertanyaan yang sederhana seperti 2+3= 5 dan klien mampu menjawabnya.

m. Daya tilik diri


Klien menyadari dirinya sedang mengalami suatu masalah / sakit(pasien)

G. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


a.

Makan, mandi, dan berpakaian


Klien dapat menyiapkan makanan, mandi dan berpakaian secara mandiri

b.

BAB dan BAK


Klien mampu BAB dan BAK pada tempatnya serta dapat membersihkan toilet dan membersihkan diri saat BAB dan BAK

c.

Istirahat dan Tidur


Klien mengatakna susah tidur dimalam hari dan sering terbangun

d.

Penggunaan Obat
Klien minum obat secara teratur dengan bantuan perawat

H. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping klien inefektif, selalu mengganggap diri tidak berguna, tidak berguna bagi keluarga dan orang lain.
I.

ASPEK MEDIS
Diagnosa Medis: F.20.3 (skizofrenia tidak terperinci)
Terapi Medis :

Haloperidol (2x5mg) 5mg/12 jam (oral) antipsikotik turunan

Indikasi: Management of manifestasi psikosis akut dan kronis, termasuk skizofrenia dan manik negara
Kontra indikasi: Pada keadaan koma dan dalam kehadiran depresi SSP karena alkohol atau obat depresan lainnya
Efek samping: Insomnia, reaksi depresif, dan beracun negara confusional adalah efek yang lebih umum ditemui. Mengantuk,
kelesuan, pingsan dan katalepsia, kebingungan, kegelisahan, agitasi, gelisah, euforia, vertigo, kejang grand mal, dan
eksaserbasi gejala psikotik
-

Chlorpromazine 100 mg/12 jam(oral)


Indikasi : Skizofrenia dengan gejala agitasi, ansietas, tegang, bingung, insomnia, waham,halusinasi; Gangguan kepribadian,
Psikosis involusional, Psikosis pada anak
Kontra indikasi: koma, keracunan alcohol, hipersensitif (alergik)
Efek samping: lesu, ngantuk, hipotensi, mulut kering, amenore pada wanita.

Triheksipenidile 2mg/12 jam(oral)


Indikasi : Parkinson. Ggn ekstrapiramidal yg disebabkan obat SSP.
Kontra indikasi: -Efek samping: Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, semas, konstipasi, retensi urin, takikardi, dilatasi pupil, TIO meningkat,
sakit kepala.

J.

ANALISA DATA

Tgl

Data Fokus

25/3/2013-

Ds :

Jam
10.00

Diagnosa

Gangguan konsep
diri ; Harga Diri
- Klien mengatakan selama dirawat di wisma Rendah
sadewa klien merasa tidak berguna karena
tidak bisa membiayai adiknya sekolah dan
merasa kurang beruntung.
-

Klien
mengatakan
malu
dengan
keadaannya sekarang yang tidak bekerja

Do :

Klien tampak sedih , klien tampak


menunduk ketika diajak berbincang
bincang , dan jawaban klien saat diajak
Berbincang-bincang singkat dan tidak ada
inisiatif untuk bertanya.

ttd

25/3/2013-

Ds :

Isolasi sosial ;
Menarik Diri.

Jam - saat dirawat di rumah sakit jiwa klien


10.05
mengatakan merasa sendiri dan ingin diam
saja tanpa mau berbagi masalah dengan
orang lain.
-

Klien mengatakan tidak ada niat untuk


berhubungan dengan orang lain dank lien
mengatakan lebih baik sendiri

Do :

Klien terlihat menyendiri dan jarang


berkomunikasi dengan teman-temanya
sebangsal , dank lien hanya mau bekerja
jika dimotivasi perawat

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Gangguan Konsep Diri; Harga diri rendah


2.

L.

Tgl

Isolasi social; Menarik diri

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Dx
DX Keperawatan

Perncanaan
Tujuan

Gangguan
konsep diri ;
harga diri
rendah

TUM : klien
memiliki konsep
diri yang positif.

Kreteria
evaluasi

Intervensi

TUK :
1.klien dapat
membina
hubungan saling
percaya dengan
perawat

1.Klien
menunjukan
ekspresi wajah
bersahabat
,menunjukan
rasa senang, dan
kontak mata,
mau berjabat
tangan ,mau
menyebutkan
nama , mau
menjawab
salam ,klien mau
duduk
berdampingan,
dengan perawat ,
mau
mengutarakan
masalah yang
dihadapi.

1.Bina hubungan
saling percaya
dengan
menggunakan
prinsip
komunikasi
terapiutik ;
- Sapa klien
dengan ramah
baik verbal
maupun non
verbal.
- Perkenalkan diri
dengan sopan.
- Tanyakan nama
lengkap dan
nama pangilan
yang disukai
klien.
- jelaskan tujuan
pertemuan
- Jujur dan
menepati janji.
- Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien
apa adanya.
-Beri perhatian
dan perhatikan
kebutuhan dasar
klien.

2.Klien dapat
2.Klien
mengidentifikasi menyebutkan :
aspek positif

2.1 Diskusikan
dengan klien

dan kemampuan
yang dimiliki.

- Aspek positif
dan kemampuan
klien yang
dimiliki klien.
- Apek Positif
keluarga
- Aspek positif
lingkungan
klien.

tentang :
-Aspek positif
yang dimiliki
klien, keluarga
dan lingkungan.
- Kemampuan
yang dimiliki
klien
2.2 Bersama
klien buat daftar
tentang:
-Aspek positif
klien ,keluarga,
lingkungan.
- Kemampuan
yang dimiliki
klien.
2.3 Beri Pujian
yang realistis
,hindarkan
member penilaian
negative.

3.Klien dapat
menilai
kemampuan
yang dimiliki
untuk
dilaksanakan.

3. klien mampu
menyebutkan
kemampuan
yang dapat
dilaksanakan.

2.4 Diskusikan
denan klien
kemampuan yang
dapat
dilaksanakan.
2.5 Diskusikan
kemampuan yang
dapat dilanjutkan.

4.klien dapat
merencanakan
kegiatan sesuai
dengan
kemampuan
yang dimiliki.

4.Klien mampu
rencana kegiatan
harian.

4.1Rencanakan
bersama klien
aktivitas yang
dapat dilakukan
setiap hari sesuai
kemampuan
klien:

- kegiatan
mandiri
-kegiatan dengan
bantuan
4.2.Tingkatkan
kegiatan sesuai
kondisi klien.
4.3. Beri contoh
pelaksanaan
kegiatan yang
dapat klien
lakukan.
5. Klien dapat
melakukan
kegiatan sesuai
rencana yang
dibuat.

5.Klien dapat
melakukan
kegiatan sesuai
jadwal yang
dibuat.

5.1. Anjurkan
klien
melaksanakan
kegiatan yang
telah
direncanakan.
5.2. Pantau
kegiatan yang
dilaksanakan
klien.
5.3. Beri pujian
atas usaha usaha
yang dilakukan
klien .
5.4. Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan
kegiatan setelah
pulang.

6.Klien dapat
memanfaatkan
system
pendukung yang
ada.

6.Klien mampu
memanfaatkan
system
pendukung yang
ada di keluarga.

6.1. Beri
pendidikan
kesehatan pada
keluarga tentang
cara merawat
klien dengan
harga diri rendah.

6.2. Bantu
keluarga
memberikan
dukungan selama
klien di rawat.
6.3. Bantu
keluarga
menyiapkan
lingkungan di
rumah.

M. LEMBAR KEGIATAN KLIEN

Jam

Kegiatan

Evaluasi
25-3-2013

26-3-2013

27-3-2013

07.00

Menyapu lantai kamar

08.00

Menyapu lantai ruang makan

08.30

Mengepel lantai ruang makan

09.00
10.00

11.00
12.00
13.00

Menyapu ruang makan

13.30

Mengepel lantai ruang makan

14.00
B

Keterangan:

: mandiri

: bantuan

: total care (tergantung)

N. EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl/
jam

Dx Kep

25/03/1
3

HDR
SP1

Implementasi

Evaluasi

1. Mengidentifikasi
S:
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki klien.
- Klien mengatakan
mengatakan bisa
2. Memantau pasien menilai menyapu, mengepel
kemampuan pasien yang lantai dan membantu
masih dapat digunakan .
kegiatan harian di
ruangan lainnya.
3. Membantu pasien memilih
kegiatan yang akan dilatih -Klien mengatakan lebih
sesuai dengan kemampuan senang dan memilih
pasien.
menyapu.
4. Melatih
pasien
sesuai
kemampuan yang dipilih
O:
5. Memberikan pujian yang
wajar terhadap keberhasilan -Klien
pasien.
mendemonstrasikan
menyapu lantai dengan
6. Menganjurkan pasien untuk bantuan , dengan
memasukan
ke
dalam motivasi, dengan wajah
jadwal harian.
senang dan tanpa paksan
-klien memasukan ke
dalam jadwal harian.

A : Klien menyapu lantai


kurang optimal. Tujuan
belum tercapai

P:
Ulangi intervensi SP 1
Bimbing klien untuk
melakukan kegiatan
sesuai jadwal
07.00 menyapu ruang
tidur

Ttd

08.00menyapu ruang
makan
13.00 menyapu ruang
makan

26/3/13

HDR
SP1

1. Mengidentifikasi
S:
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki klien.
-Klien mengatakan
sudah bisa menyapu
2. Memantau pasien menilai dengan benar dan bersih
kemampuan pasien yang
masih dapat digunakan .
3. Membantu pasien memilih O :
kegiatan yang akan dilatih
sesuai dengan kemampuan -Klien
pasien.
mendemonstrasikan
menyapu ruang tidur dan
4. Melatih
pasien
sesuai ruang mkan dengan
kemampuan yang dipilih
benar, senang dan wajah
tanpa paksaan perawat.
5. Memberikan pujian yang
wajar terhadap keberhasilan - Klien memasukan ke
pasien.
dalam jadwal harian
6. Menganjurkan pasien untuk
memasukan
ke
dalam
jadwal harian.
A : Tujuan tercapai,
klien sudah mampu
menyapu dengan
optimal

P:
Pertahankan SP1
Lanjutkan intervensi
SP2
Bimbing klien untuk
melakukan kegiatan
sesuai jadwal

07.00 menyapu ruang


tidur
08.00menyapu ruang
makan
08.30 mengepel ruang
makan
13.00 menyapu ruang
makan
13.30 mengepel ruang
makan

27/3/13

HDR

1. Mengevaluasi jadwal harian S :


pasien.
SP1, SP2
-Klien mengatakan
2. Melatih kemampuan kedua. sudah bisa menyapu
lantai dengan benar,
bersih dan tidak
3. Menganjurkan pasien
terpaksa.
memasukan dalam jadwal
harian.
- Klien mengatakan
belum bisa mengepel
dengan benar dan
sempurna

O:
- Klien menyapu ruang
makan dan lantai ruang
tidur dengan benar dan
optimal. Klien mengepel
lantai ruang makan
dengan bantuian dan
kurang bersih

A : Klien sudah bisa


menyapu dengan
optimal, klien belum
bisa mengepel lantai

dengan optimal, tujuan


belum tercapai.

P:
Ulangi intervensi SP2
Bimbing klien untuk
melakukan kegiatan
sesuai jadwal
07.00 menyapu ruang
tidur
08.00menyapu ruang
makan
08.30 mengepel ruang
makan
13.00 menyapu ruang
makan
13.30 mengepel ruang
makan

PEMBAHASAN

A. Kesesuaian anatara kasus dengan teori baik data focus ,masalah keperawatan yang muncul maupun implementasi
yang dilakukan untuk mengatasi diagnose keperawatan dan mencari pemecahanya.

Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori, akan tetapi juga di sesuaikan dengan kondisi klien saat dikaji. Pada
saat dilakukan pengkajian klien cukup terbuka dan sudah terjalin hubungan saling percaya antara klien dengan penulis
sehingga mempermudahkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Data yang di dapat pada saat pengkajian padaTn A
diperoleh Tn A mengatakan tidak berguna karena tidak bisa membiayai adik-adiknya dan keluarganya, klien mengatakan
kurang beruntung dan malu dengan keadaannya yang tidak bekerja, klien mengatakan tidak ada minat dalam berhubungan
dengan orang lain, klien selalu menganggap diri negative, tidak berguna bagi orang lain, kontak mata klien kurang, afek klien
datar, klien menyendiri, tidak mau bergaul, dengan teman-temannya, konsentrasi klien kurang.
Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan analisa dan identifikasi masalah yang dihadapi oleh klien yang
merupakan data fokus dan selanjutnya dirumuskan diagnosa atau masalah keperawatan.
1.

Gangguan konsep diri ; harga diri rendah

Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada
kehidupannya sendiri
2.

Isolasi Sosial; Menarik diri

B. Kekuatan dan kemudahan yang ditemukan selama pemberian asuhan keperawatan


Kekuatan selama pemeberian asuhan keperawatan perawat harus memiliki pengetahuan terlebih dahulu tentang
masalah keperawatan harga diri rendah dan supaya bisa mempraktekan antara teori dengan yang ada dilapangan .Pada
masalah keperawatan utama harga diri rendah, intervensi yang dilakukan adalah SP1 (Strategi Pelaksanaan 1) pada pasien
dengan Harga Diri Rendah yaitu diskusikan sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, bimbing klien untuk
menilai kegiatan yang sesuai dan dapat di fasilitasi di RS, bimbing klien untuk memilih satu kegiatan yang mampu dilakukan
saat ini, demonstrasikan kegiatan yang dipilih; menyapu lantai, dan motivasi klien untuk melakukannya, bantu klien
menjadwalkan kegiatan positif dalam jadwal kegiatan harian. Setelah SP 1 tercapai dilanjutkan dengan SP2 yaitu bimbing dan
bantu klien untuk memilih kegiatan positif yang dipilih berikutnya; mengepel lantai. Untuk hari kedua tujuan tercapai karena
klien sudah mampu melakukan SP1 (menyapu lantai) dengan optimal. Hari ketiga dilanjutkan SP2 untuk HDR dan SP1 masih
dipertahankan dimana tujuan belum tercapai karena SP2 (mengepel lantai) belum bisa dilakukan dengan optimal.
Dari hasil evaluasi kemudahan yang ditemukan selama pemberian asuhan keperawatan adalah pasien yang
kooperatif dan mau mengikuti implementasi yang diberikan perawat dengan penuh konsentrasi, kelemahan atau kesulitan
dalam mengatasi diagnose keperawatan terutama saat implementasi yaitu pasien harus dimotivasi untuk melakukan
implementasi yang dianjurkan.

IMPLIKASI KEPERAWATAN

A. KESIMPULAN
1.

Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada
kehidupannya sendiri.

2.

Masalah keperawatan yang muncul pada kasus ini adalah :

Gangguan konsep diri ; harga diri rendah

B.

SARAN

Diharapkan bagi perawat agar meningkatkan keterampilan dalam memberikan praktik asuhan keperawatannya, serta
pengetahuannya pada pasien dengan Harga Diri Rendah, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang maksimal
dan dapat menjadi edukator bagi klien maupun keluarganya.
2.

Bagi Mahasiswa

Diharapkan bagi mahasiswa dengan adanya makalah ini dapat membantu dalam dalam pembuatan asuhan keperawatan.
Bagi Dunia Keperawatan
Diharapkan asuhan keperawatan ini dapat terus ditingkatkan kekurangannya sehingga dapat menambah pengetahuan yang
lebih baik bagi dunia keperawatan, serta dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. EGC. Jakarta

Anonim. 2013. http://www.wordpress.hargadirirendah.com (2 April 2013)

Carpenito, L. 2008. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis (terjemahan). EGC. Jakarta

Dalami,W. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Tiras Info Medika: Jakarta.

FKUI dan WHO. 2006. Modul Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. (MPKP Jiwa). FKUI&WHO

Mubarak, W. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi Dalam Praktik. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai