Anda di halaman 1dari 35

Tugas : Keperawatan Jiwa 2

Dosen : Dahrianis,S.Kep.Ns,.M.Kep

HARGA DIRI RENDAH

OLEH :
KELOMPOK III
NURUL KHALISA (NH0117116)
NURSINDI (NH0117112)
NURSYAHIDAH (NH0117113)
NURUL AZIZAH (NH0117114)
RESKI ENDRIANI (NH0117123)
RISDANIAR (NH0117128)
RISNAWATI (NH0117130)
RITA YULIANTI (NH0117131)
ROHANAH (NH0117133)
SERLINA (NH0117138)
SITI SAKINAH (NH0117141)
SITTI NURMUSLIMAH HASMIN (NH0117143)
YULITA WALUN (NH0117154)
RISMAYANI NABU (PASIF) (NH0117129)
RION (PASIF) (NH0117126)
YUMAITER (PASIF) (NH0117155)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESAHATAN

NANI HASANUDDIN

i
MAKASSAR

2019

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Makalah dengan judul ” HARGA DIRI RENDAH ” . Makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa 2.
Dalam pembuatan makalah ini, kami tidak lepas dari bantuan dan
dukungan dari pihak-pihak terkait serta kecanggihan teknologi untuk memperoleh
informasinya.Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah membantu kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan,
tentu hasil makalah kami ini tidak mungkin luput dari kekurangan. Kami
senantiasa mengharapkan konstribusi pemikiran anda sehingga makalah  ini
bermanfaat bagi kita semua.

PENULIS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... ........................................................................................i

DAFTAR ISI ....... ...................................................................................................... ................... ii


A.KONSEP KEPERAWATAN...................................................................................................1
1. PENGERTIAN...................................................................................................................1
2. ETIOLOGI.........................................................................................................................1
3. TANDA DAN GEJALA....................................................................................................3
4. PROSES TERJADINYA...................................................................................................4
5. PATOFISIOLOGI.............................................................................................................5
6. RENTANG RESPON........................................................................................................6
7. FASE.................................................................................................................................7
8. JENIS-JENIS.....................................................................................................................8
9. MEKANISME KOPING...................................................................................................9
10.PERILAKU......................................................................................................................10
11.PENATALAKSANAAN.................................................................................................10
B. PROSES KEPERAWATAN.................................................................................................11
1. PENGKAJIAN.................................................................................................................14
2. DIAGNOSA.....................................................................................................................17
3. INTERVENSI..................................................................................................................17
4. IMPLEMENTASI............................................................................................................25
5. EVALUASI......................................................................................................................25
6. TAK PADA PASIEN HDR...............................................................................................27

PENUTUP......................... ..................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................30

ii
A. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGERTIAN
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif
terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Atau perasaan hilang
kepercayaan diri. Merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan
sesuai ideal diri. [ CITATION Kar15 \l 1057 ]
Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang,
perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang
buruk, tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai
rendah individu yang memiliki harga diri, menghadapi lingkungan secara
aktif dan mampu beradaptasi secara efektif Untuk berubah dan cenderung
merasa aman, individu yang memiliki harga diri rendah melihat
lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman. [
CITATION Iyu14 \l 1057 ]
Menurut Antai Otong (1995:297) self esteem dalam buku
[ CITATION Iyu14 \l 1057 ] harga diri rendah dipengaruhi oleh pengalaman
individu dalam Perkembangan fungsi ego, dimana anak anak yang dapat
beradaptasi dengan lingkungan internal dan eksternal biasa nya memiliki
perasaan aman terhadap lingkungan dan menunjukkan self esteem yang
positif, sedangkan individu yang memiliki harga diri rendah cenderung
untuk mempersepsikan lingkungan nya yang negatif dan sangat
mengancam. Mungkin karena pernah mengalami depresi atau gangguan
dalam fungsi ego nya. [ CITATION Iyu14 \l 1057 ]

2. ETIOLOGI
Harga diri rendah disebabkan karena ada nya koping individu yang
tifak efektif akibat ada nya kurang umpan balik yang positif, kurang nya
system pendukung kemunduran Perkembangan ego, pengulangan umpan
balik yang negatif, difungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap

1
perkembangan awal. Menurut Carpenito koping individu tidak efektif
adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami atau beresiko
mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami stressor Internal atau
lingkungan dengan adekuat karena ketidakkuatan sumber sumber. ( fisik,
psikologis perilaku atau kognitif )[CITATION Lil16 \l 1057 ]
Harga diri rendah di akibatkan oleh rendah nya cita cita seseorang.
Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan.
Tantangan menyebabkan upaya yang rendah. Selanjut nya hal ini
menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Harga diri
seseorang muncul saat lingkungan Cenderung menguncilkan dan
menuntun lebih dari kemampuan nya. [ CITATION Lil16 \l 1057 ]
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor biologis
a) Kerusakan lobus frontal
b) Kerusakan hipotalamus
c) Kerusakan system limbic
d) Kerusakan Neurotransmitter
2) Faktor psikologis
a) Penolakan orangtua
b) Harapan orangtua
c) orangtua yang tidak percaya pada anak
d) Tekanan teman sebaya
e) kurang reward system
f) dampak penyakit kronis
3) Faktor sosial
a) Kemiskinan
b) terisolasi pada lingkungan
c) interaksi kurang baik dalam keluarga
4) faktor cultural
a) tuntutan peran
b) perubahan kultur

2
Faktor predisposisi terjadi nya harga diri rendah adalah penolakan
orangtua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang
tidak realistis.[ CITATION Lil16 \l 1057 ]

b. Faktor presipitasi
Adalah kehilangan bagian tubuh perubahan penampilan /
bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun, secara
umum menurun gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi
secara situsional atau kronik. Secara situsional misal nya karena trauma
yang muncul secara tiba tiba misal nya harus di operasi , kecelakaan
atau pemerkosaan di penjara termasuk di rawat di rumah sakitbisa
menyebabkan harga diri, harga diri rendah di sebabkan karena penyakit
fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman.
[ CITATION Lil16 \l 1057 ]
Penyebab lain nya adalah harapan fungsi tubuh yang tidak
tercapai serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai
klien dan keluarga. Harga diri rendah kronik biasa nya dirasakan klien
sebelum sakit atau sebelum di rawat di rumah sakit klien sudah
memiliki fikiran negatif an mingkat saat di rumah sakit. Dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal. [ CITATION Lil16 \l 1057 ]

3. TANDA DAN GEJALA


Menurut [ CITATION Kar15 \l 1057 ] : perilaku yang berhubungan
dengan harga diri rendah antara lain:
a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan
c. Perasaan tidak mampu
d. Rasa bersalah
e. Sikap negative pada diri sendri
f. Sikap pesimis pada kehidupan
g. Keluhan sakit fisisk

3
h. Pandangan hidup yang terpolarisasi
i. Menolak kemampuan diri sendiri
j. Pengurangan diri atau mengejak diri sendiri
k. Perasaan cemas dan takut
l. Merasionalisasi penolakan atau menjauh dari umpan balik positif
m. Ketidak mampuan menentukan tujuan

4. PROSES TERJADINYA
Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya harga
diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian
atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya
kurang di hargai, tidak di beri kesempatan dan tidak di terima. Menjelang
dewasa awal sering gagal di sekolah,pekerjaan atau pergaulan. Harga diri
rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut
lebih dari kemampuannya.[ CITATION Iyu14 \l 1057 ]
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
ideal diri yang tidak realistis. [ CITATION Iyu14 \l 1057 ]
b. Faktor presipitalis
Faktor presipitalis terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, berubahan penampilan/bentuk tubuh,
kegagalan atau produktivitas yang menurun.[ CITATION Iyu14 \l 1057 ]
Baik faktor predisposisi maupun presipitasi di atas bila memengaruhi
seseorang dalam berfikir, bersikap maupun bertindak, maka di anggap
akan memengaruhi terhadap koping individu tersebet sehingga menjadi
tidak aktif (mekanisme koping individu tidak efektif). Bila kondisi pada
klien tidak dilakukan intevensi lebih lanjut dapat menyebabkan klien tidak
mampu bergaul dengan orang lain (isolasi sosial: menarik diri) yang

4
menyebabkan klien asik dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga
dapat muncul resiko perilaku kekerasan. [ CITATION Iyu14 \l 1057 ]
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan
kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak
terbentuk sejak lahir namun dipelajari. Salah satu kompenen konsep diri
yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan
ideal diri . Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupan sendiri. Jika individu
sering gagal maka cenderung harga diri rendah.[ CITATION Rid15 \l 1057 ]
Harga diri rendah bisa terjadi karena kehilangan kasih sayang dan
penghargaan orang lain. Harga diri di peroleh dari diri sendiri dan orang
lain, aspek utama adalah di terima dan menerima penghargaan dari orang
lain. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan
produktivitas, destruktif yang di arahkan pada orang lai, perasaan tidak
mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial. [ CITATION Rid15
\l 1057 ]
Proses terjadinya harga diri rendah yaitu kurangnya kasih sayang
baik itu dari keluarga, masyarakat dilingkungannya yang membuat
seseorang tumbuh dengan tidak percaya diri yang mengakibatkan koping
seseorang tidak efektif.[ CITATION Rid15 \l 1057 ]
5. RENTANG RESPON

Respons adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga diri Keracuan


depersonalisasi
diri diri positif rendah identitas

6. PATOFISIOLOGI

5
Faktor predisposisi
Perubahan penampilan: 1. Faktor biologis
1. Kehilangan bagian 2. Faktor psikologis
tubuh 3. Faktor sosial
2. Bentuk badan 4. Faktor kultural
berubah 5. Faktor precipitasi

Harapan yang tidak sesuai


Dengan kenyataan

Equilibrium
(keseimbangan)

Kecewa/ stress

POSITIF NEGATIF

Ada faktor yang mengimbangi tidak ada faktor yang


mengimbangi
Realitas terhadap kejadian
tidak realitas terhadap kejadian

Dorongan situasi kuat Dorongan situasi tidak kuat

Mekanisme pertahanan kuat Mekanisme pertahanan tidak kuat

Problema terpecahkan Equilibrlum tidak seimbang

Equilibrlum seimbang
KRISIS
TIDAK KRISIS
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri
akibat penyakit
2. Percaya diri kurang
Harga diri rendah 3. Perasaan tidak mampu
7. FASE-FASE 4. Pandangan hidup yang pesimistis

6
Fase kehilangan pada harga diri rendah melalui beberapa tahap
menurut [ CITATION Lod13 \l 1057 ] yaitu :
a. Denial (Penolakan)
Fase ini merupakan reaksi pertama individu terhadap
kehilangan/individu tidak percaya. Menolak atau tidak menerima
kehilangan yang terjadi. Pernyataan yang sering diucapkan adalah “
itutidak mungkin”, “saya tidak percaya” seseorang yang mengalami
kehilangan karena kematian orang yang berarti baginya, tetap
merasa bahwa orang tersebut masih hidup. Dia mungkin mengalami
halusinasi,melihat orang yang meninggal tersebut berada di tempat
yang biasadigunakan atau mendengar suaranya.[ CITATION Lod13 \l
1057 ]
b. Anger (Marah)
Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan
kenyataanterjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan marah
pada diri sendiri atau kepada orang yang berada di lingkungannya.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi
cepat,susah tidur, tangan mengepal mau memukul, agresif. [ CITATION
Lod13 \l 1057 ]
c. Bargaining (Tawar-menawar)
Individu yang telah mampu mengekspresikan rasa marah
akankehilangannya, maka orang tersebut akan maju ke tahap tawar
menawar dengan memohon kemurahan Tuhan, individu ingin menunda
kehilangan dengan berkata “seandainya saya hati-hati” atau “kalau saja
kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa”.[ CITATION
Lod13 \l 1057 ]
d. Depresi
Individu berada dalam suasana berkabung, karena
kehilanganmerupakan keadaan nyata, individu sering menunjukkan
sikap menarik diri, tidak mau berbicara atau putus asa dan mungkin
sering menangis.[ CITATION Lod13 \l 1057 ]

7
e. Acceptance (Penerimaan)
Pada fase individu menerima kenyataan kehilangan, misalnya :
ya,akhirnya saya harus dioperasi, apa yang harus saya lakukan agar
saya cepat sembuh, tanggung jawab mulai timbul dan usaha untuk
pemulihandapat lebih normal.Secara bertahap perhatiannya beralih pada
objek yang baru, dan pikiran yang selalu terpusat pada objek atau orang
yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Jadi individu yang
masuk pada fase penerimaanatau damai, maka ia dapat mengakhiri
proses berduka dan mengatasi perasaan kehilangannya secara tuntas.
[ CITATION Lod13 \l 1057 ]

8. JENIS-JENIS
Menurut [ CITATION Ami16 \l 1057 ] gangguan harga diri yang disebut
harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situsional, yaitu terajadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus
operasi,Kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan
kerja, perassan malu karen asesuatu (korban perkosaan, ditubuh KKN,
dipernjara tiba-tiba). Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri
rendah karena :
1) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran
pubis,pemasangan kateter,pemeriksaan perineal).
2) Harapan akan struktur,bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/sakit/penyakit.
3) Perlakuan akan struktur kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, tanpa persetujuan.
Kondisi ini banyak ditemukan pada klien gangguan fisik.
b. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien mempunyai cara berfikir yang

8
negatif. Kejadian sakit dan sirawat akan menambah persepsi negatif
terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang maladaptif.
Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau
pada klien gangguan jiwa.

9. MEKANISME KOPING
Menurut [ CITATION Muk14 \l 1057 ] mekanisme koping yang
termasuk pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri
dalam menghadapi presepsi diri yang menyakitkan. [ CITATION Muk14 \l
1057 ]
Pertahanan tersebut yang di sebutkan [ CITATION Muk14 \l 1057 ]
mencakup berikut ini
a. Jangka pendek
1) Aktivitas yang memeberikan pelarian sementara dari krisis identitas
diri (misalnya, konser musik, bekerja keras, menonyon televisi
secara obsesif),
2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara
(misalnya,ikut serta dalam klub sosial, agama,
politik,kelompok,gerakan, atau geng).
3) Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan
diri yang tidak menentu (misalnya, olahraga yang kompetitif,
prestasi akademik, konteks untuk mendapatkan popularitas).
b. Pertahanan jangka panjang
1) Penutupan identitas adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh
orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan,aspirasi,atau potensi
diri individu
2) Identitas negatif: asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat.

9
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi,
isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement), berbalik marah terhadap diri
sendiri, dan amuk.[ CITATION Muk14 \l 1057 ]
10. PERILAKU
Menurut [ CITATION Eko14 \l 1057 ] perilaku yang tercermin pada
gangguan konsep diri : harga diri rendah yaitu :
a. Mengkritik diri atau orang lain, produktivitas menurun, gangguan
berhubungan, dan keteganggan peran, pesimis menghadapi hidup,
keluhan fisik, penolakan kemampuan diri,pandangan hidup
bertentangan, destruktif kepada diri, menarik diri secara sosial,
penyalahgunaan zat, menarik diri dari realitas, khawatir, merasa diri
paling penting.
b. Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat
terhadaptindakan penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut
menjadirontok (botak) karena pengobatan akibat penyakit kronis.
c. Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika sayatidak
kerumah sakit menyalahkan dan mengejek diri sendiri.
d. Merendahkan martabat. Mis: saya tidak bisa, saya tidak mampu,saya
memang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
e. Gangguan hubungan sosial. Mis: menarik diri, klien tidak
mau bertemu orang lain, lebih suka menyendiri.
f. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan yang
surammungkin memilih alternatif tindakan.
g. Mencederai diri akibat harga diri rendah disertai dgn harapan ygsuram
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
h. Mudaah tersinggung atau marah yang berlebihan.
i. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri.

11. PENATALAKSANAAN
Terapi pada gangguan jiwa harga dri rendah dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi, bahkan

10
metode nya lebih manusiawi daripada masa sebelum nya, terapi yang
dimaksud menurut [ CITATION Eko14 \l 1057 ] meliputi :

a. Psikofarmaka
1) Chlorpromazine ( CPZ ): 3 x100 mg
a) Indikasi
Untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya
nilai norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam
fungsi-fungsi mental : waham, halusinasi, gangguan perasaan
dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, menarik diri,
berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu
bekerja, hubungan sosial dam melakukan kegiatan rutin.
b) Cara kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak
khususnya sistem ekstra piramidal.
c) Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung,
febris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran
yang disebabkan CNS Depresi.
d) Efek samping
1.) Sedasi
2.) Gangguan otonomik (hypotensi, antikolinergik /
parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi dan
defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra
okuler meninggi, gangguan irama jantung).
3.) Gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia, sindrom
parkinsontremor, bradikinesia rigiditas).
4.) Gangguan endokrin (amenorhoe, ginekomasti).
5.) Metabolik (Jaundice)

11
6.) Hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian
jangka panjang.

2) Halloperidol ( HP ): 3 x 5 mg
a) Indikasi
Penatalasanaan psikosis kronik dan akut, gejala demensia
pada lansia, pengendalian hiperaktivitas dan masalah perilaku
berat pada anak-anak.
b) Cara kerja
Halloperidol merupakan derifat butirofenon yang bekerja
sebagai antipsikosis kuat dan efektif untuk fase mania, Di
samping itu halloperidol juga mempunyai daya anti emetik yaitu
dengan menghambat sistem dopamine dan hipotalamus. Pada
pemberian oral halloperidol diserap kurang lebih 60–70%, kadar
puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 2-6 jam dan menetap
2-4 jam. Halloperidol ditimbun dalam hati dan ekskresi
berlangsung lambat, sebagian besar diekskresikan bersama urine
dan sebagian kecil melalui empedu.
c) Kontra indikasi
Parkinsonisme, depresi endogen tanpa agitasi, penderita
yang hipersensitif terhadap halloperidol, dan keadaan koma.
d) Efek samping
Pemberian dosis tinggi terutama pada usia muda dapat
terjadi reaksi ekstapiramidal seperti hipertonia otot atau
gemetar. Kadang-kadang terjadi gangguan percernaan dan
perubahan hematologik ringan, akatsia, dystosia, takikardi,
hipertensi, EKG berubah, hipotensi ortostatik, gangguan fungsi
hati, reaksi alergi, pusing, mengantuk, depresi, oedem, retensio
urine, hiperpireksia, gangguan akomodasi.
3) Trihexypenidil ( THP ) : 3 x 2 mg

12
a) Indikasi
Semua bentuk parkinson (terapi penunjang), gejala ekstra
piramidal berkaitan dengan obat-obatan antipsikotik.

b) Cara kerja
Kerja obat-obat ini ditujukan untuk pemulihan
keseimbangan kedua neurotransmiter mayor secara alamiah
yang terdapat di susunan saraf pusat asetilkolin dan dopamin,
ketidakseimbangan defisiensi dopamin dan kelebihan
asetilkolamin dalam korpus striatum. Reseptor asetilkolin
disekat pada sinaps untuk mengurangi efek kolinergik berlebih.
c) Kontra indikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini atau antikolonergik
lain, glaukoma, ulkus peptik stenosis, hipertrofi prostat atau
obstruksi leher kandung kemih, anak di bawah 3 tahun, kolitis
ulseratif.
d) Efek samping
Pada susunan saraf pusat seperti mengantuk, pusing,
penglihatan kabur, disorientasi, konfusi, hilang memori,
kegugupan, delirium, kelemahan, amnesia, sakit kepala. Pada
kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, hipertensi, takikardi,
palpitasi. Pada kulit seperti ruam kulit, urtikaria, dermatitis lain.
Pada gastrointestinal seperti mulut kering, mual, muntah, distres
epigastrik, konstipasi, dilatasi kolon, ileus paralitik, parotitis
supuratif. Pada perkemihan seperti retensi urine, hestitansi urine,
disuria, kesulitan mencapai atau mempertahankan ereksi. Pada
psikologis seperti depresi, delusu, halusinasi, dan paranoid.

b. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali Untuk mendorong penderita bergaul
lagi dengan orang lain, Penderita lain, perawat dan dokter, maksud

13
nya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri,
ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama. [ CITATION Eko14 \l
1057 ]

B. PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tehap
pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis,
social dan spiritual.[ CITATION Rid15 \l 1057 ]
a. Data fokus
1) Keluhan utama : di rumah pasien susah tidur, sering keluyuran,
melamun, sering marah-marah, bicara kacau dan binggung
2) Pengalaman masa lalu yg tidak menyenangkan : pasien sempat
menikah dan di karuniai seorang anak dan bercerai
3) Konsep diri
a) Gambaran diri
Pasien mengatakan tidak mempunyai cacat tubuh, dan
pasien juga mengatakan ridak mempunyai anggota tubuh yang
paling di sukai
b) Ideal diri
Pasien berharap agar cepat pulang ke rumah dan dapat
bekerja lagi
c) Harga diri
Pada saat di kaji pasien merasa dirinya tidak bisa
merangkai kata-kata, merasa minder jika ingin bergaul dengan
teman-temanya dan merasa malu untuk berhubungan dengan
orang lain sehingga pasien sering menyendiri dan melamun
d) Identitas

14
Pasien seorang perempuan yang pernah menikah
mempunyai satu anak dan sudah bercerai
e) Peran
Pasien adalah seorang anak dari dua bersaudara, pasien
tidak pernah bertemu dengan kakaknya karena tidak tinggal
dalam satu rumah. Pasien merasa belum bisa membahagiakan
ibunya.
Masalah keperawatan : harga diri rendah
4) Alam perasaan
[ √ ] Sedih [ ] Putus asa
[ ] Ketakutan [ ] Gembira berlebihan
Jelaskan : pada saat di kaji klien terlihat sedih karena ingin pulang
ke rumahnya dan klien selalu mengatakan dia sehat
Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan
5) Interaksi selama wawancara
[ ] Bermusuhan [ ] Tidak kooperatif
[ ] Mudah tersinggung [ ] Kontak mata kurang
[ ] Defensive [ ] Curiga
Jelaskan : pada saat berkomunikasi klien menjawab dengan aktif
dan becerita tentang kehidupan klien dan sesuai dengan
topic pembicaraan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
6) Penampilan
Jelaskan : Pada saat di kaji penampilan klien rapi, rambut rapi,
tidak kotor dan tidak berketombe
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
[ CITATION Bud19 \l 1057 ]

b. Masalah kemungkinan muncul


1) Harga diri rendah kronis
2) Koping individu tidak efektif

15
3) Isolasi sosial

c. Analisis data

DATA FOKUS MASALAH


1) Mengkritik diri sendiri atau Gangguan konsep diri : Harga
orang lain diri rendah
2) Perasaan dirinya sangat penting
yang berlebih-lebihan
3) Perasaan tidak mampu
4) Rasa bersalah
5) Sikap negative pada diri sendri
6) Sikap pesimis pada kehidupan
7) Keluhan sakit fisisk
8) Pandangan hidup yang
terpolarisasi
9) Menolak kemampuan diri
sendiri
10) Pengurangan diri atau
mengejak diri sendiri
11) Perasaan cemas dan takut
12) Merasionalisasi penolakan
atau menjauh dari umpan balik
positif
13) Ketidak mampuan menentukan
tujuan

16
d. Pohon Masalah

Isolasi Sosial : Menarik Diri Effect

Gangguan Konsep Diri: Harga Cor Problem


Diri Hendah

Koping Individu Inefektif Causa


2. DIAGNOSA
Masalah konsep diri berkaitan dengan perasaan ansietas,
bermusuhan dan rasa bersalah. Masalah ini sering menimbulkan proses

17
penyebaran diri dan sirkular bagi individu yang dapat menyebabkan
respon koping maladaptif. Respon ini dapat terlihat pada berbagai macam
individu yang mengalami ancaman integritas fisik atau sistem diri.
[ CITATION Rid15 \l 1057 ]

Diagnosa keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

3. INTERVENSI
a. Konsep Intervensi
Rencana tindakan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan
umum, tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum
berfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari diagnose tertentu.
Tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah
tercapai.[ CITATION Rid15 \l 1057 ]
Tujuan khusus terfokus pada penyelesaian etiologi ( E ) dari
diagnose tertentu. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan
pasien yang perlu dicapai atau dimiliki pasien. Kemampuan ini dapat
bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan pasien. Umumnya
kemampuan pada tujuan khusus dapat dibagi tiga aspek yaitu
kemampuan koknitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari
diagnose keperawatan, kemampuan psikomotor yang diperlukan agar
etiologi dapat selesai dan kemampuan afektif yang perlu dimiliki agar
pasien percaya akan kemampuan menyelesaikan masalah. Kata kerja
yang dignakan untuk menuliskan tujuan ini harus berfokus pada
perilaku. [ CITATION Rid15 \l 1057 ]

Aspek Kata kerja yang dipakai


Kongnitif Jelaskan, hubungan, uraikan,
identifikasikan, bandingkan,
diskusikan, membuat daftar,
menyebut
Afektif Menerima , mengakui, menyadari,

18
menilai, mengungkapkan,
pempercayai
Psikomotor Menempatkan, meniru, menyiapkan,
mengulang, mengubah,
mendemonstrasikan, menampilkan,
member
Ketiga aspek tersebut dapat pula dikaitkan dengan berbagai
kemampuan pasien. Yang pertama, kemampuan kognitif, psikomotor,
afektif yang terkait langsung dengan kemampuan pasien terhadap diri
sendiri. Yang kedua, kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif
yang terkait dengan kemampuan pasien memnggunakan sumber daya
yang tersedia ( system pendukung sosial yang tersedia ). Yang ketiga,
kemampuan kongnitif, psikomotor, dan afektif pasien terkait dengan
terapi medic atau terapi lain yang diperlukan.[ CITATION Rid15 \l 1057 ]
b. Standar Intervensi
Menurut [ CITATION Lil16 \l 1057 ] SP untuk harga diri rendah
meliputi :

N Pasien Keluarga
o SPIP SPIK
1. Identifikasi kemampuan melakukan Diskusikan masalah yang
kegiatan dan aspek positif pasien dirasakan dalam merawat pasien
(buat daftar kegiatan)
2. Bantu pasien menilai kegiatan yang Jelaskan pengertian, tanda &
dapat dilakukan saat ini (pilih dari gejala, dan proses terjadinya
daftar kegiatan) buat daftar kegiatan harga diri rendah (gunakan
yang dapat dilakukan saat ini. booklet)

3. Bantu pasien memilih salah satu Diskusikan kemampuan atau


kegiatan yang dapat dilakukan saat aspek positif pasien yang pernah
ini untuk dilatih. dimiliki sebelum dan sesudah
sakit
4. Latih kegiatan yang dipilih (alat, dan Jelaskan cara merawat harga diri

19
cara melakukannya) rendah terutama memberikan
pujian semua hal positif pada
pasien
5. Masukan pada jadwal kegiatan untuk Latih keluarga memberi
latihan dua kali per hari. tanggungjawab kegiatan
pertama yang dipilih pasien:
bimbing dan beri pujian
6. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan memberikan
pujian
SPIIP SPIIK
1. Evaluasi kegiatan pertama yang telah Evaluasi kegiatan keluarga
dilatih dan berikan pujian dalam membimbing pasien
melaksanakan kegiatan pertama
yang dipilih dan dilatih pasien.
Beri pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan Bersama keluarga melatih
kedua yang akan dipilih pasien dalam melakukan
kegiatan kedua yang dipilih
pasien
3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara) Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan memberi
pujian
4. Masukkan pada jadwal kegiatan

untuk latihan: dua kegiatan masing-


masing 2 kali per hari
SPIIIP SPIIIK
1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua Evaluasi kegiatan keluarga
yang telah dilatih dan berikan pujian dalam membimbing pasien
melaksanakan kegiatan pertama
dan kedua yang telah dilatih.
Beri pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan Bersama keluarga melatih

20
ketiga yang akan dilatih pasien melakukan ketiga yang
dipilih
3. Latih kegiatan ketiga (alat dan cara) Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan berikan pujian
4. Masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan: tiga kegiatan masing-
masing 2 kali per hari
SPIVP
1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua Evaluasi kegiatan keluarga
dan ketiga yang telah dilatih dan dalam membimbing pasien
berikan pujian melaksanakan kegiatan pertama,
kedua dan ketiga. Beri pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan Bersama keluarga melatih
keempat yang akan dilatih pesien melakukan kegiatan
keempat yang dipilih rujukan
3. Latih kegiatan keempat (alat dan Jelaskan follow up ke
cara) RSJ/PKM, tanda kambuh
4. Masukkan pada jadwal kegiatan Anjurkan membantu pasien
untuk latihan: empat kegiatan sesuai jadwal dan memberikan
masing-masing dua kali per hari pujian

SPVP SPVK
1. Evaluasi kegiatan latihan dan berikan Evaluasi kegiatan keluarga
pujian dalam membimbing pasien
melakukan kegiatan yang dipilih
oleh pasien. Beri pujian
2. Latih kegiatan dilanjutkan sampai Nilai kemampuan keluarga
tak terhingga
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri Nilai kemampuan keluarga
membimbing pasien melakukan
kontrol ke RSJ/PKM.
4. Nilai apakah harga diri pasien
meningkat

c. Penjabaran Tuk-Tak

21
Fokus Intervensi : Isolasi social menarik diri dengan harga diri
rendah.[ CITATION Kar15 \l 1057 ]
1) Tujuan Umum
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
2) Tujuan Khusus
a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
1) Kriteria Evaluasi:
a) Ekspresi wajah klien bersahabat
b) Menunjukkan rasa tenang da nada kontak mata.
c) Mau berjabat tangan dan mau menyebutkan nama.
d) Mau menjawab salam dan mau duduk berdampingan
dengan perawat.
e) Mau mengutarakan masalah yang dihadapi
2) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan
prinsip komunikasi terapeutik :
a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non
verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien

Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi selanjutnya.

b. TUK II : klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek


positif yang dimiliki.

22
1) Kriteria Evaluasi :
Klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki klien :
a) Kemampuan yang dimiliki klien
b) Aspek positif keluarga
c) Aspek posistif lingkungan yang dimiliki klien.
2) Intervensi.
a) Diskusikan kemampuan dan aspek posistif yang dimiliki
klien.
Rasional :
Mendiskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai
realitas, control diri atau integritas ego diperlukan sebagai
dasar asuhan keperawatannya.
b) Setiap bertemu hindarkan dari memberi nilai negative.
Rasional :
Reinforcement posistif akan meningkatkan harga diri klien.
c) Usahakan memberi pujian yang realistic.
Rasional :
Pujian yang realistic tidak menyebabkan klien melakukkan
kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian.
c. TUK III : Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
1) Kriteria Evaluasi
Klien menilai kriteria yang dapat digunakan
2) Intervensi
a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
dilakukkan dalam sakit.
Rasional :
Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki
adalah prasarat untuk berubah.
b) Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilanjutkan
penggunaannya.

23
d. TUK IV : Klien dapat merencanakan kegiatan dengan
kemampuan yang dimiliki.
1) Kriteria evaluasi
Klien membuat rencana kegiatan harian
2) Intervensi
a) Rencana bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai dengan kemampuan : kegiatan mandiri,
kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang
membutuhkan bantuan total.
Rasional :
Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri.
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi
klien.
Rasional :
Klien perlu bertindak secara realistik dalam kehidupannya.
c) Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan
klien.
Rasional :
Contoh perilaku yang dilihat klien akan memotivasi klien
untuk melaksanakan kegiatan.
e. TUK V : pasien dapat melaksanakan kegiatan yang boleh di
lakukan .
1. Kriteria evaluasi
Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya
2. Intervensi
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
telah di rencanakan.
Rasional :

24
Memberikan ksempatan kepada klien mandiri dapat
meningkatkan motivasi dan harga diri klien.
b. Berikan pujian atas keberhasilan klien
Rasional :
Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
Rasional :
Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan
kegiatan yang biasa di lakukan.
f. TUK VI : klien dapat memanfaatkan sisten pendukung yang
ada di keluarga.
1) Kriteria evaluasi
Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
2) Intervensi
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien dengan harga diri rendah
Rasional :
Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mendiri di
rumah
b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di
rawat.
Rasional :
Suppor sistem keluarga akan sangat memperngaruhi dalam
mempercepat proses penyembuhan klien.
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah
Rasional :
Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di
rumah.

4. IMPLEMENTASI
Konsep Implementasi

25
Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan
yang sudah direncanakan, perawat perlu mevalidasi dengan singkat,
apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh pasien saat
ini. Semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta respons pasien
didokumentasikan.[ CITATION Eko14 \l 1057 ]

5. EVALUASI
a. Konsep Evaluasi Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat di bagi dua yaitu
evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan
dengan membandingkan antara respon pasien dan tujuan khusus serta
umum yang telah ditentukan.[ CITATION Rid15 \l 1057 ]

b. Standar Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
SOAP. Sebagai pola piker.[ CITATION Rid15 \l 1057 ]
1) S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan dapat diukur dengan menanyakan : “bagaimana
perasaan ibu setelah latihan nafas dalam”
2) O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilakasanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku
pasien pada saat tidakan tersebut.
3) A : Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah
baru atau ada data yang kontrakdiksi dengan masalah yang ada.

26
4) P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada
respons pasien yang terdiri dari tidakan lanjut pasien dan tindakan
lanjut oleh perawat. Rencana tindakan lanjut dapat berupa :
a) Rencana diteruskan juka masalah tidak berubah
b) Rencana dimodifikasi jika masalah tetap , semua tindakan
sudah dijalankan tetapi hasil belum memuaskan
c) Rencana dibatalkan jika ditemukan maslah baru dan bertolak
belakang dengan masalah yang ada serta diagnose lama
dibatalkan.
d) Rencana atau diagnose selesai jika tujuan sudah tercapai dan
yang diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan
kondisi yang baru.

Pasien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat


melihat perubahan berupaya memertahankan dan memelihara. Pada
evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubahan
yang positif. Pasien dan keluarga juga dimotivasi untuk melakukan self-
reinforcement. Dokumentasi implementasi dan evaluasi tindakan
keperawatan oleh perawat dan peserta didik keperawatan dianjurkan
menggunakan formulir yang sama dengan petujuk di bawah ini.
[ CITATION Rid15 \l 1057 ].

Dx Hari/Tgl/pkl Implementasi Evaluasi


Diagnosa 10-05-2019 Bina hubungan saling S : klien menjawab
gangguan 08.00 percaya dengan : salam dan
konsep diri : a. Menyapa klien mengatakan selamat
harga diri dengan ramah pagi, menyebabkan
rendah b. Memperkenalkan nama dan alamat.
diri dengan sopan O:
c. Menanyakan nama a. Klien mau
lengkap serta berjabat
alamat klien tangan

27
d. Menunjukkan sikap b. Klien mau
empati, jujur dan duduk
menempati janji berdampingan
e. Menanyakan dengan
masalah yang perawat
dihadapi c. Klien mau
mengutarakan
masalahnya
A : harga diri rendah
(+)
P : melanjutkan SP 2
dengan kontrak
waktu pertemuan
berikutnya.

6. TAK pada Pasien HDR


Terapi aktivitas kelompok (TAK) yang cocok untuk kasus di atas
“Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Presepsi” peningkatan harga diri.
Karena TAK peningkatan harga diri merupakan upaya untuk
meningkatkan harga dirinya bagi pasien menarik diri yang harga dirinya
rendah. TAK meningkatkan harga diri memiliki tujuan untuk menerima
dirinya sendiri dengan penuh kepercayaan, menghargai dirinya, dan
menilai positif diri sendiri. [ CITATION Lil16 \l 1057 ]
a. Karakteristik / kriteria : klien yang mengikuti TAK ini adalah yang
mengalami gangguan harga diri rendah (HDR).
b. Proses seleksi
Klien di pilih berdasarkan :
1) Klien memiliki masalah keperawatan utama yang sama yaitu klien
yaitu klien dengan gangguan harga diri rendah (HDR)
2) Klien senang dan kooperatif
3) Klien dalam kondisi fisik yang baik

28
4) Klien mau mengikuti terapi aktivitas
5) Klien yang pancaindra nya masih memungkinkan
c. Sesi TAK
Adapun sesi-sesi dalam TAK peningkatan harga diri yaitu
sebagai berikut :
1) Sesi 1 : Identifikasi hal positif pada diri
Tujuan :
a) Klien dapat mengetahui penting menghargai diri sendri
b)Klien dapat mengidentifikasi hal positif diri
2) Sesi II : Menghargai hal positif orang lain
Tujuan :
a) Klien dapat memahami pentingnya mengahrgai orang lain
b) Klien dapat mengidentifikasi hal-hal positif orang lain
c) Klien dapat memberikan umpan balik positif kepada orang lain
3) Sesi III : Menetapkan tujuan hidup yang realistic
Tujuan :
a) Klien mengetahui pentingnya menetapkan tujuan hidup
b) Klien menetapkan tujuan yang realistic.

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang,
perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang
buruk, tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai
rendah individu yang memiliki harga diri, menghadapi lingkungan secara
aktif dan mampu beradaptasi secara efektif Untuk berubah dan cenderung
merasa aman, individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan
dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman.
Harga diri rendah disebabkan karena ada nya koping individu yang
tifak efektif akibat ada nya kurang umpan balik yang positif, kurang nya

29
system pendukung kemunduran Perkembangan ego, pengulangan umpan
balik yang negatif, difungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap
perkembangan awal.

B. SARAN
Semoga makalah ini dapat menambah pemahaman mengenai konsep
harga diri rendah dan di harapkan juga kepada pembaca agar mencari
informasi dari referensi lain untuk membah pengetahuan lebih. Demikian
pula dalam pembuatan makalah ini ada banyak kekurangan . Oleh sebab itu
penulis sangat membutuhkan saran dan kritik dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, R. (2015). Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Amin, & Hardhi. (2015). Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC JILID 3. Jogjakarta: Mediaction.

Azizah, L. M., & dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Damaiyanti, M., & Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT


Refika Aditama.

30
Keliat, B. A., & Akemat. (2019). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC.

Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Wijayaningsih, K. S. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa.


Jakarta Timur: CV Trans Info Medika.

Yosep, I., & Sutini, T. (2014). Buku AJar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental
Healt Nursing. Bandung: PT Refika Aditama.

31

Anda mungkin juga menyukai