TINJAUAN PUSTAKA
luka kanker sebagai kerusakan integritas kulit yang disebabkan infiltrasi sel
kanker. Luka kanker disebabkan oleh pertumbuhan sel kanker sampai menembus
lapisan dermis dan/atau epidermis kulit, sehingga menonjol keluar atau bentuknya
menjadi tidak beraturan. Sel kanker yang menonjol keluar kulit umumnya berupa
benjolan yang keras, sukar digerakkan, berbentuk seperti jamur atau bunga kol,
mudah terinfeksi sehingga menyebabkan lendir, cairan dan bau yang tidak sedap
(Diananda, 2009) . Luka kanker terjadi ketika kanker yang tumbuh dibawah kulit
merusak lapisan kulit sehingga terbentuk luka. Seperti pertumbuhan kanker, luka
kanker juga akan menyebabkan penghambatan dan merusak pembuluh darah tipis,
dimana daerah tersebut kekurangan oksigen. Hal ini akan menyebabkan kulit dan
jaringan menjadi mati (nekrosis). Selain jaringan menjadi nekrosis, bakteri atau
kuman juga akan mudah menginfeksi luka sehingga luka akan berbau (Naylor,
2002).
Luka kanker merupakan luka kronik yang sukar sembuh. Luka kronik adalah
luka yang gagal mengalami perbaikan untuk mngembalikan integritas fungsi dan
anatomi sesuai dengan tahap dan waktu yang normal. Seperti luka yang lainnya,
luka kanker juga mengalami tahapan proses penyembuhan luka. Luka kanker ada
pada tahap poliferasi yang memanjang dimana akan terjadi penurunan fibroblast,
itu luka kanker terus ada pada kondisi hipoksia panjang yang kemudian menjadi
menuju epidermis kulit. Tumor ini dapat tumbuh secara cepat lebih kurang 24 jam
dengan bentuk seperti cauliflower (Naylor, 2002). Luka kanker dapat pula
berkembang dari tumor local menuju epithelium (Kalinski,dkk., 2005). Selain itu,
Sel kanker akan tumbuh terus menerus dan sulit untuk dikendalikan. Sel
kanker dapat menyebar melalui aliran pembuluh darah dan permeabilitas kapiler
akan terganggu sehingga sel kanker dapat berkembang pada jaringan kulit . Sel
kanker tersebut akan terus menginfiltrasi jaringan kulit, menghambat dan merusak
jaringan dan lapisan kulit akan mati (nekrosis) kemudian timbul luka kanker,
baik bakteri aerob atau anaerob (Bale,dkk., 2004). Cooper dan Grey (2005)
menyebutkan bahwa proporsi bakteri anaerob yang relatif tinggi pada luka kanker.
Bakteri anaerob berkolonisasi pada luka kanker dan melepaskan volatile fatty acid
2.1.3.1 Malodor
terletak dibelakang hidung. Produksi odor pada luka kanker selalu dirasakan dan
dapat menstimulasi reflek gag maupun muntah. Malodor pada luka kanker
merupakan sumber bau yang menyengat bagi pasien, keluarga, maupun petugas
kolonisasi bakteri anaerob, dan nekrosis pada jaringan (Bale,dkk., 2004). Bakteri
(Draper, 2005). Volatile fatty acid sebagai hasil akhir metabolisme dari kolonisasi
bakteri anaerob merupakan hal yang menimbulkan malodor pada luka kanker
(Kalinski,dkk., 2005)
penilaian seseorang untuk mengenal bau dengan lebih baik. Menurut Bates-Jensen
wound assessment tool (Bates-Jensen & Sussman, 1998) beberapa kriteria yang
dapat memonitor bau dan dapat membantu dalam pengkajian dan evaluasi
perawatan yaitu ; Bau kuat : bau tercium kuat dalam ruangan (6- 10 langkah dari
pasien) dengan balutan tertutup.Bau sedang : bau tercium kuat dalam ruangan (6-
10 langkah dari pasien) dengan balutan terbuka.Bau ringan : bau tercium bila
dekat dengan penderita pada saa balutan dibuka. Bau tidak ada : bau tidak tercium
Malodor juga dapat diukur menggunakan skor odor dari skala analog
visual. Malodor dari luka kanker pasien diberi skor 0 10 ; 0 = tidak ada bau, 1
(Kalinski,dkk., 2005)
2.1.3.2 Eksudat
yang berlebihan. Produksi eksudat juga akan meningkat ketika terjadi infeksi dan
Eksudat adalah setiap cairan yang merupakan filter dari system peredaran
dari air dan zat-zat yang terlarut pada cairan sirkulasi utama seperti darah. Dalam
hal ini, darah akan berisi beberapa protein plasma, sel darah putih, trombosit dan
2001).
Jumlah eksudat juga dapat diukur dengan menggunakan alat ukur yang
terpapar eksudat. Jumlah eksudat diukur dengan membagi area menjadi 4 bagian.
Kurang = jaringan luka tampak lembab, tidak terdapat eksudat yang diukur pada
balutan
Sedang = jaringan luka tampak jenuh, drainase dapat terdistribusi pada luka,
Besar = jaringan luka basah, drainase bebas, dapat terdistribusi pada luka,
akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap
secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang
2009)
Dharmais, Jakarta, dalam buku Seluk Beluk Kanker (Diananda, 2009), prinsip-
8. Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan
2.3 Antibiotik
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, yang dapat
langkah berikutnya ialah memilih jenis antimikroba yang tepat, serta menentukan
dosis dan cara pemberiannya. Dalam memilih jenis antimikroba yang tepat harus
2.4 Metronidazol
2.4.1 Pengertian
tahun 1950. Dikembangkan menjadi antibiotik yang sering dan sangat penting
dalam menangani infeksi yang disebabkan oleh bakteri anaerob (Hauser, 2007)
injeksi yang didapar , mengandung metronidazol, tidak kurang dari 90,0% dan
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Depkes RI, 1995).
adalah nitro group yang tersambung pada ring siklik. Nitro group ini harus
produk polar. Hasil reduksi ini mempunyai aksi antibakteri dengan jalan
telah digunakan secara luas sebagai agen topikal untuk mengatasi gejala luka
eksudat dan tidak menimbulkan rasa nyeri ataupun tidak enak (Kalinski, dkk.,
2005).
yang identik dengan infeksi anaerob. Formulasi metronidazol gel topikal yang
2.5 Larutan
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang terlarut, misal: terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
Infus intravenus adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas
langsung kedalam vena dalam volume relatif banyak. Infus intravenus tidak
2.5.2 Irigasi
seringkali mengandung pelarut lain, seperti etanol dan poliol, untuk penggunaan
Bakteri anaerob adalah bakteri yang tidak dapat tumbuh pada lingkungan
yang kaya akan oksigen. Sebagian besar organisme ini tumbuh normal pada
rongga mulut manusia, saluran gastrointestinal dan saluran genital wanita. Infeksi
dari bakteri ini sering diikuti dengan kerusakan permukaan mukosa dimana
racun yang berbahaya. Beberapa racun yang dihasilkan dari species clostridial
2.7.1 Definisi
DRPs adalah suatu kejadiaan yang tidak diinginkan yang dialami oleh
pasien yang mana melibatkan atau diduga melibatkan terapi obat dan itu
DRPs terdiri dari Actual DRPs dan Potential DRPs. Actual DRPs adalah
masalah yang sedang terjadi berkaitan dengan terapi obat yang sedang diberikan
akan terjadi yang berkaitan dengan terapi obat yang sedang digunakan oleh
prioritas untuk DRPs tersebut, yang manakah yang harus diselesaikan terlebih
dahulu. Prioritas masalah tersebut didasarkan pada risiko yang mungkin timbul
a. Masalah yang manakah yang dapat diselesaikan atau dihindari segera , dan
b. Masalah yang merupakan bagian dari tugas atau tanggung jawab seorang
farmasis.
c. Masalah yang dapat diselesaikan dengan cepat oleh seorang farmasis dan
penderitanya.
kesehatan lainnya (dokter, perawat, keluarga penderita, dan lain- lain) (Seto,
2001).
Reaksi obat yang merugikan 1. Pasien yang faktor risiko yang berbahaya
bila obat digunakan.
2. Ketersediaan dari obat dapat menyebabkan
terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan
pemeliharaan kesehatan yang baik. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakan untuk
melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan
pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan
dasar keberadaan rumah sakit adalah mengobati dan perawatan penderita sakit dan
terluka. Sehubungan dengan fungsi dasar ini, rumah sakit memberikan pendidikan
bagi mahasiswa dan penelitian yang juga merupakan fungsi yang penting. Fungsi
keempat yaitu pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan juga telah menjadi
fungsi rumah sakit. Jadi empat fungsi dasar rumah sakit adalah pelayanan