Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Covid 2019 (Coronavirus) adalah penyakit saluran
pernapasan yang disebabkan oleh infeksi SARS-CoV-2. Infeksi mahkota
(Coronavirus) dikomunikasikan melalui kontak langsung dan tetes
pernapasan (Yanti, 2020). Manifestasi Covid muncul dalam 2-14 hari
setelah pembukaan, digambarkan dengan efek samping dari gangguan
pernapasan yang parah seperti demam, batuk, dan sesak napas. Dalam
kasus ekstrim menyebabkan pneumonia, gangguan pernafasan yang parah,
gagal ginjal dan bahkan kematian (Amira, 2021). Coronavirus pertama
kali dijawab terjadi di Wuhan, Wilayah Hubei, Cina pada Desember 2019
(Desky, 2021).
Otoritas publik secara resmi mengumumkan kasus utama virus
corona di Indonesia pada Walk 2, 2020. Dua warga Indonesia yang positif
mengaku pernah kontak langsung dengan warga Jepang yang sedang
berkunjung ke Indonesia (Sukur, 2020). Pada 25 Mei 2021, jumlah kasus
virus corona di Indonesia mencapai 1.775. 220 yang terkonfirmasi positif,
sembuh menjadi 1.633.045 dan menendang ember menjadi 49.328 (Amira,
2021). Di Sulawesi Selatan, pada 25 Mei 2021, 287 kasus terkonfirmasi
positif, 61.909 kasus sembuh, dan 946 kasus kick the bucket.
Situasi pandemi virus corona merupakan latihan bagi Indonesia,
khususnya di bidang klinis. Kondisi saat ini tentu menjadi kekhawatiran
bagi semua jaringan yang terkait dengan upaya pengendalian dan
penanggulangan virus Corona. Penyebaran virus corona juga berdampak
pada berbagai bidang, mulai dari ekonomi, industri perjalanan,
transportasi, masalah pemerintahan hingga administrasi publik termasuk
kesehatan. Administrasi klinik medis selama pandemi Coronavirus
mengalami penurunan kritis pada tahun 2020. Penurunan administrasi
karena harapan individu menunda mengunjungi klinik medis terinspirasi
oleh ketakutan yang tidak dapat dipercaya untuk diperkenalkan ke
Coronavirus, atau klinik membatasi administrasi sehingga volume
administrasi berkurang. (Amir, 2021).
Tenaga medis merupakan salah satu tenaga kesehatan yang benar-
benar tidak berdaya menghadapi dampak maraknya virus Corona. Stres
dapat dengan mudah dilakukan oleh petugas dengan sumber penyebab
yang berbeda, khususnya ketidakmampuan petugas medis untuk
memberikan perawatan kepada pasien dengan Coronavirus adalah salah
satu peningkatan tekanan kerja bagi petugas medis dalam merawat pasien
Coronavirus. Meski demikian, tenaga medis sebagai garda terdepan dalam
mendapatkan dan merawat pasien virus corona tentunya perlu melakukan
kewajiban ini. Dampak lain yang membuat tekanan kerja petugas
disebabkan oleh konsistensi yang tenang dengan konvensi yang diterapkan
oleh klinik darurat, kelemahan dalam melakukan tugas, kelelahan daerah
dalam memenuhi konvensi kesejahteraan, jumlah pekerja kesehatan yang
menendang ember karena Coronavirus berbalik. menjadi sumber tekanan
kerja bagi tenaga medis (Yanti, 2020)
Menurut Fransisca (2020) Stres dicirikan sebagai respons individu
terhadap variabel baru atau kompromi di tempat kerja seseorang. Stres
kerja adalah kondisi berbahaya bagi yang antusias dan aktual yang
dihasilkan dari komunikasi pekerja dan iklim di mana permintaan
pekerjaan melebihi kapasitas pekerja dan aset mereka. Sesuatu yang dapat
mewujudkan hal ini adalah ide pekerjaan dan kesiapan yang tidak
memadai. Perendaman adalah masalah utama untuk panggilan
keperawatan yang dianggap sama sekali tidak berdaya melawan tekanan.
Petugas sebagai panggilan berada pada risiko stres yang tinggi karena
mereka langsung terkait dengan perawatan pasien virus corona.
Peningkatan tekanan kerja juga karena cara alat pacu jantung harus
konsisten maksimal dalam melayani pasien virus corona. Dengan
meningkatnya permintaan di tempat kerja, hampir pasti perawat medis
menghadapi tekanan (Fransisca., 2020).
Petugas akan menghadapi kondisi mental yang lebih serius,
perpisahan dari keluarga, keadaan yang tidak biasa, keterbukaan yang
meluas terhadap Covid, ketakutan akan penularan, dan sensasi
kekecewaan karena komponen otoritas, misalnya, kekhawatiran tidak
memiliki pilihan untuk memberikan pertimbangan yang terampil kepada
pasien Coronavirus. . Unsur-unsur lain yang dapat menyebabkan tekanan
kerja memelihara termasuk bergerak di malam hari, banyak bentrokan
pekerjaan, tidak adanya bantuan sosial, perjuangan antara pekerjaan dan
keluarga, berbagai permintaan tugas yang tidak pantas, tanggung jawab
yang berlebihan, kondisi kerja yang canggung, kerentanan kerja, tidak
bekerja seperti yang diharapkan. adanya hibah, kemajuan yang ekstrim
atau kemajuan yang kurang dan keseimbangan proporsi kuantitas tenaga
medis dengan kuantitas pasien (Handayani et al., 2020)
Tekanan kerja yang konsisten terlihat oleh petugas medis yang
terlibat dengan perawatan Coronavirus mungkin akan mencapai kelelahan.
Stres kerja adalah jenis reaksi baik secara tulus maupun intelektual
terhadap perubahan di tempat kerja yang dirasakan mengganggu dan
menyebabkan diri sendiri dikompromikan. Tekanan kerja yang berlarut-
larut dapat menyebabkan keputusasaan dan jika tidak segera diatasi dan
akan menghabiskan sebagian besar hari dapat membuat petugas
mengalami kondisi yang penuh gairah di mana seseorang merasa terkuras
dan kelelahan baik secara aktual maupun intelektual, karena permintaan
pekerjaan yang meluas (Sukur, 2020).
Sumber tekanan kerja bagi petugas terkait penanganan virus corona
di klinik antara lain: ketakutan terhadap bantuan pemerintah terhadap diri
sendiri atau kerabat dan rekan kerja yang mungkin tercemar Covid, faktor
penekan terkait bisnis seperti waktu yang terbatas, jam kerja yang panjang
bagi tenaga medis yang merawat. dari virus Corona. 19, bekerja setelah
teknik K3 yang parah, atau berbicara dengan kelompok besar dengan
berbagai masyarakat dan disiplin ilmu, pekerjaan aktif yang disertai
dengan peralatan yang tidak realistis (misalnya APD) sering disertai
dengan tekanan panas, kekurangan hidrasi, dan kelemahan, pencemaran
nama baik individu yang bekerja di daerah di mana ada bahaya
keterbukaan yang tinggi terhadap infeksi Coronavirus dapat menyebabkan
pengucilan oleh keluarga atau komunitas, ketegangan antara protokol
keselamatan yang di terapkan dan keinginan untuk merawat atau
medukung individu (misalnya memastikan penguburan yang aman, isolasi,
menerapkan kebijakan tanpa sentuhan) (Rudianto, 2020)
Dari hasil tinjauan di Klinik Dadi Wilayah Sulawesi Selatan, ada
51 tenaga medis yang terkait dengan penanganan virus corona. Pada 25
April 2021, jumlah pasien terkonfirmasi positif sebanyak 779 orang, 300
orang sembuh dan 58 orang sembuh.
Audit yang metodis terhadap faktor-faktor penyebab tekanan
diharapkan dapat memberikan pemahaman dan kontribusi terhadap
pengaturan-pengaturan kunci untuk memperluas kewaspadaan dan
pengelolaan diri agar terhindar dari masalah mental sebagai tekanan
selama pandemi virus Corona (Yanti, 2020).Berdasarkan dengan hasil
penelitian (Sri Febriani, 2017) tentang gambaran stres kerja perawat di
ruang rawat inap bagian perawatan jiwa rumah sakit khusus daerah
provinsi Sulawesi selatan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami stress
ringan 13,8%, stress sedang 86,2%, stress berat 12,9%.diharapkan RSKD
provinsi Sulawesi selatan melakukan pengadaan terapi psikoregius dengan
menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahn
psikoregius dengan melakukan program senam.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan
penelitian ”Identifikasi Tingkat Stres Kerja Perawat Yang Terlibat Dalam
Perawatan Covid-19 di RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarka uraian latar belakang maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana Tingkat Stres Kerja Perawat Yang
Terlibat Perawatan Covid-19 di RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan”?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan di lakukannya penelitian ini adalah untuk Mengidentifikasi
Tingkat Stres Kerja Perawat Yang Terlibat Dalam Perawatan Covid-19 di
RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
berbagai pihak antara lain :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat mengembangkan ilmu
pengetahuna serta sebagai wahana bagi peneliti dalam rangka
menambah wawasan pengetahuan diri khususnya dalam bidang
penelitian
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
berbagai pihak antara lain :
a. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
masukan bagi pihak Rumah Sakit untuk meningkatkan kesehatan
kerja di masa mendatang
b. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan
dan informasi bagi peneliti selanjutnya khusunya di STIKES Nani
Hasanuddin Makassar yang tertarik untuk meneliti hal yang
serupa.
c. Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan pengalaman berharga dan sebagai
bahan penambah wawasan dan pengetahuan terkait stres kerja
perawat yang terlibat dalam perawatan covid-19
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
A. Tinjauan Umum masing-masing variabel penelitian
1. Tinjauan umum tentang stres
a. Pengertian stres .
Stres juga dicirikan sebagai respons individu terhadap
elemen baru atau kompromi di tempat kerja seseorang. Tempat
kerja seringkali mengandung keadaan menyedihkan yang bersifat
individual, dan dapat disampaikan dengan antusias, perseptual,
melakukan perubahan (Sri Febriani, 2017).
Stres juga dicirikan sebagai respons mental dan aktual
terhadap kondisi internal atau ekologis yang tertunda, dan
kemampuan serbaguna dari orang yang kelelahan. Stres adalah
reaksi serbaguna terhadap bahaya yang disadari atau tidak disadari.
Stres adalah konsekuensi dari bahaya yang nyata, dan tidak
berpengaruh pada kondisi alam yang nyata. Ukuran tekanan yang
dihasilkan melalui suatu kondisi bergantung pada pandangan
individu terhadap keadaan, bukan hanya keadaan, atau pada
akhirnya, stres adalah keajaiban yang relatif (Dwi Kartika Sari,
2017)..
b. Sifat dasar stres
Sifat dasar stres dapat dikelompokkan menjadi empat aspek
Dwi Kartika Sari (2017) yaitu :
1) Stres dapat dialami baik yang disebabkan oleh peluang maupun
ancaman
Kesempatan adalah sesuatu yang berpotensi menguntungkan
seseorang, sedangkan ujian adalah sesuatu yang mungkin dapat
melemahkan seseorang. Pembukaan dapat melalui perolehan
kemampuan baru atau menemukan bidang pekerjaan lain yang
dapat menyebabkan perwakilan merasa putus asa ketika mereka
kehilangan karma dan ketakutan bahwa mereka tidak dapat
ditampilkan ke tingkat yang memuaskan. Perkumpulan yang
mengecilkan ukuran tenaga kerjanya akan membuat wakilnya
mengalami tekanan karena membahayakan kemampuan
keuangan, kesejahteraan mental, dan peningkatan profesi
pekerja.
2) Aspek stres yang berupa ancaman atau peluang yang dialami
dianggap penting oleh seseorang
Ancaman atau peluang tersebut dianggap penting karena
memiliki potensi yang mempengaruhi kesejahteraan seseorang
atau muatan yang dapat membuat seseorang bahagia, sehat, dan
makmur.
3) Aspek stres yang berupa ketidakpastian
Orang yang mengalami peluang atau ancaman yang
penting tidak yakin untuk secara efektif menangani suatu
peluang atau ancaman, bahkan biasanya tidak mengalami stres.
4) Aspek stres yang berakar dalam persepsi
Seseorang mengalami stres tergantung pada bagaimana
seseorang merasakan peluang-peluang dan ancaman-ancaman
potensial, dan bagaimana seseorang merasakan kecakapan-
kecakapan yang berhubungan dengannya. Seseorang mungkin
merasa perubahan jabatan atau promosi sebagai suatu peluang
untuk belajar dan kemajuan karier, namun orang lain mungkin
merasa perubahan jabatan atau promosi yang sama sebagai
suatu ancaman karena berpotensi menuju kegagalan.
c. Tingkatan Stres
Stres dibagi menjadi 3 kategori menurut Dwi Kartika Sari
(2017) yaitu: Berdasarkan gejalanya, stress dibagi menjadi tiga
tingkat yaitu :
1) Stres Ringan
Tekanan lembut adalah stressor yang dihadapi setiap orang
secara konsisten, misalnya, istirahat yang berlebihan, kemacetan,
analisis dari bos. Keadaan seperti ini biasanya berlangsung
beberapa saat atau jam. Stresor ringan biasanya tidak disertai
dengan efek samping, khususnya keinginan yang meningkat,
persepsi visual yang tajam, namun daya tahan yang berkurang,
peningkatan kapasitas untuk menyelesaikan latihan, sering merasa
lelah karena alasan yang tidak diketahui, dalam beberapa kasus
ada masalah kerangka seperti pemrosesan, otot, perasaan tidak
nyaman .
2) Stres Sedang
Bertahan lebih lama dari beberapa jam hingga beberapa
hari. Situasi perdebatan yang tidak terselesaikan dengan rekanan;
anak muda yang lemah; atau ketidakmunculan yang tertunda dari
kerabat adalah alasan untuk tekanan sedang. Atributnya adalah
sakit perut, gangguan pencernaan, otot terasa tegang, percaya
tegang, istirahat berpengaruh meresahkan, badan terasa ringan.
3) Stres Berat
Stress berat adalah keadaan konstan yang bisa berlangsung
sebentar, berbulan-bulan atau lama, seperti pernikahan tanpa
henti; kesulitan keuangan yang panjang; meninggalkan keluarga;
pindah rumah; memiliki penyakit yang sedang berlangsung dan
menggabungkan perubahan fisik, mental, sosial di usia lanjut.
Semakin terus menerus dan semakin lama situasi yang tidak
menyenangkan, semakin tinggi bahaya kesejahteraan. Stres yang
dapat mempengaruhi kapasitas untuk melakukan pekerjaan
formatif. Ciri-cirinya adalah masalah dengan latihan, hubungan
sosial yang cacat, masalah istirahat, fokus yang berkurang,
ketakutan menjadi kabur, kelelahan yang meluas, tidak layak
untuk menyelesaikan pekerjaan dasar, gangguan sistem kerja
yang meluas, rasa takut yang meluas..
d. Cara mengatasi stres
Menurut Sri Febriani (2017) Stres dan bentuk reaksinya dapat di
atasi memlalui tiga pola sebagai berikut:
1) Pola sehat
Pola sehat adalah contoh terbaik untuk mengelola tekanan
dengan kapasitas untuk mengawasi perilaku dan kegiatan
sehingga tekanan tidak menyebabkan pengaruh yang meresahkan,
namun menjadi lebih baik dan menciptakan. Mereka yang
memiliki tempat dengan pertemuan ini umumnya siap untuk
menghabiskan waktu dan kesibukan mereka dengan cara yang
baik dan efisien sehingga mereka tidak perlu merasa ada sesuatu
yang terjepit, meskipun ada banyak kesulitan dan tekanan. faktor
2) Pola harmonis
Pola harmonis adalah contoh mengelola tekanan dengan
kemampuan mengatur waktu dan latihan secara selaras dan tidak
menimbulkan hambatan lain. Dalam contoh ini, individu dapat
menangani latihan dan kesulitan yang berbeda dengan mengawasi
waktu dengan baik dan terus-menerus mengelola tugas dengan
tepat, dan jika penting menunjuk tugas tertentu kepada orang lain
dengan memberikan kepercayaan penuh..
3) Pola patologis
Pola patologis adalah contoh mengelola tekanan dengan
efek masalah fisik dan sosial-mental yang berbeda. Dalam contoh
ini, orang akan menghadapi kesulitan yang berbeda tanpa
memiliki kapasitas dan konsistensi untuk mengawasi usaha dan
waktu. Teknik ini dapat memicu respons berisiko karena dapat
memicu masalah yang mengerikan.Mengikuti kebiasaan diet yang
sehat
Orang yang sedang dalam kondisi stres membakar energi
lebih cepat dibandingkan dalam kondisi normal. Kebiasaan
makan yang tepat sangat penting, tetapi sayangnya makanan tidak
sehat sering menjadi pilihan. Orang-orang harus mengembangkan
tujuan diet yang membatas junk food dan menjaga berat badan
normal.
4) Tahu berhenti kapan
Tahu berhenti kapan sangat penting untuk menenangkan
tekanan. Beberapa kelompok dapat menanggung kondisi yang
menyedihkan untuk waktu yang cukup lama, sementara yang lain
tidak. Bagaimanapun, semua orang harus mencari cara untuk
berhenti.Tinjauan Umum Tentang Stres Kerja
a. Pengertian Stres Kerja
Menurut Sri Febriani (2017) tekanan kerja adalah suatu
kondisi yang mempengaruhi cara pandang, perasaan, dan kondisi
individu, akibatnya tekanan yang berlebihan dapat mengganggu
kemampuan individu untuk mengelola iklim dan pada akhirnya
akan mengganggu pelaksanaan kewajibannya.
Menurut Fransisca (2020) tekanan kerja dapat diartikan
sebagai suatu keadaan dimana seseorang menghadapi atau
melakukan pekerjaan yang tidak dapat atau tidak dapat
diselesaikan sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal kapasitas
seseorang hanya sampai 5 (lima) tetapi menghadapi tugas yang
menuntut 9 (sembilan) kapasitas, maka pada saat itu hampir pasti,
orang tersebut akan dihadapkan pada tekanan kerja.
Menurut Dodi Pratama (2020) mencirikan tekanan sebagai
permintaan luar yang menimpa seseorang, misalnya barang dalam
cuaca atau peningkatan yang cukup merugikan. Stres juga biasanya
diartikan sebagai faktor yang menekan, perubahan atau pengaruh
yang mengganggu yang datang dari luar individu.
Stres kerja adalah suatu kondisi yang memungkinkan
terjadinya keseimbangan fisik dan mental yang mempengaruhi
perasaan, cara berpikir, dan keadaan pekerja. Individu yang
mengalami tekanan menjadi khawatir dan merasa gelisah sehingga
mereka secara teratur menjadi marah, memaksa, tidak mampu
untuk bersantai, atau memiliki sikap yang tidak kooperatif. (Dodi
Pratama dkk., 2020).
Beban pekerjaan pada petugas adalah tanggapan tunggal
terhadap faktor-faktor perusak baru di tempat kerja perawat medis.
Pramugari sebagai panggilan berada dalam bahaya tinggi
menghadapi tekanan kerja karena mereka terlibat dalam
penanganan virus corona. Peningkatan tekanan kerja juga karena
cara alat pacu jantung harus konsisten maksimal dalam melayani
virus Corona. Dengan bertambahnya tanggung jawab, semakin
besar peluang petugas menghadapi tekanan (Handayani et al.,
2020).
Pergerakan kerja tenaga medis selama pandemi meliputi 6
jam shift pagi, 4-8 jam shift malam, dan 12 jam shift malam.
Desain shift tidak terlalu mempengaruhi kesehatan petugas medis
sementara desain shift lainnya secara umum akan fokus pada
kesejahteraan dan keamanan petugas selama pandemi Coronavirus
(Munchen, 2018).
b. Penyebab Stres Kerja
Empat sumber-sumber stres utama yang potensial adalah
kehidupan pribadi seseorang, tanggung jawab tugas, keanggotaan
dalam kelompok kerja dan organisasi, dan hubungan kehidupan
kerja (Sri Febriani, 2017).
Menurut Sri Febriani (2017) Penyebab-penyebab stres dan
konsekuensinya dapat dikelompokkan menjadi :
1) Penyebab stres potensial
a) Penyebab stres pribadi
b) Penyebab stres yang berhubungan dengan kerja
c) Penyebab stres yang berhubungan dengan kelompok dan
organisasi
d) Penyebab stres yang muncul dari hubungan kehidupan kerja
2) Penyebab stres pengalaman
a) Persepsi karyawan
b) Kepribadian
c) Kemampuan
d) Pengalaman
e) Konsekuensi stres potensial
f) Konsekuensi fisiologis
g) Konsekuensi psikologis
h) Konsekuensi perilaku
c. Pendekatan stres kerja
Sri Febriani (2017) mengusulkan bahwa "pendekatan yang
sering mencakup perwakilan dan kolaborasi dewan untuk stres para
eksekutif adalah bantuan sosial, refleksi, biofeedback dan program
kesehatan individu (empat metodologi yang secara teratur
mencakup partisipasi pekerja dan eksekutif untuk stres, eksekutif
adalah sosial). bantuan, kontemplasi, biofeedback, dan program
kesejahteraan individu.Ada empat cara untuk menghadapi tekanan
kerja sebagai berikut:
1) Cara menghadapi bantuan sosial (social help). Metodologi ini
dibawakan melalui latihan-latihan yang dimaksudkan untuk
memberikan pemenuhan sosial kepada petugas. Misalnya
bercanda dan bercanda.
2) Pendekatan melalui refleksi (meditasi). Metodologi ini harus
diselesaikan oleh perawat medis dengan berfokus pada
gagasan otak, mengendurkan kerja otot, dan menenangkan
perasaan.
3) Pendekatan biofeedback. Metodologi ini dibawa keluar melalui
arahan klinis seperti arahan spesialis, terapis, dan dokter
sehingga dipercaya pekerja dapat meredakan tekanan yang
mereka alami.
4) Cara menghadapi program kesejahteraan individu. Metodologi
ini merupakan metodologi preventif sebelum terjadi stres.
Untuk situasi ini, pekerja dalam jangka waktu tertentu
memeriksa kesehatan mereka, melakukan relaksasi otot,
latihan yang sehat, dan berolahraga secara teratur
2. Tinjauan umum tentang Coronavirus Disease 2019 (covid-19)
a. Defenisi
Covid-19 (CoV) adalah infeksi ribonukleat korosif (RNA)
strain tunggal positif, dicontohkan dan tidak terfragmentasi. Covid
mendapat tempat dengan permintaan Nidovirales, famili
Coronaviridae. Coronaviridae diisolasi menjadi dua subfamili yang
dikenali oleh kualitas serotipe dan genomik. Ada empat genera
yaitu alpha Covid, betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma
Covid (Fransisca., 2020).
Covid adalah kumpulan infeksi yang dapat menyebabkan
penyakit pada makhluk atau manusia. Beberapa jenis Covid
diketahui menyebabkan penyakit saluran pernapasan pada orang
mulai dari pilek dan flu hingga kondisi pernapasan timur tengah
(MERS) yang lebih nyata dan gangguan pernapasan intens yang
serius (SARS). Jenis lain dari Covid yang ditemukan menyebabkan
penyakit Coronavirus.
b. Kualitas
Covid-19 memiliki wadah, partikel berbentuk bulat atau
lingkaran, secara teratur pleimorfik dengan jarak sekitar 50-200m.
Semua infeksi dari permintaan Nidovirales adalah infeksi
kontainer, tidak tersegmentasi, dan RNA positif dan memiliki
genom RNA yang sangat panjang. Desain struktur Covid
membentuk blok seperti konstruksi dengan protein S yang terletak
di bagian luar infeksi. Protein S atau protein spike adalah salah satu
protein antigen virus utama dan merupakan struktur prinsip untuk
komposisi kualitas. Protein S ini berperan dalam hubungan dan
bagian infeksi ke dalam sel (komunikasi protein dengan
reseptornya pada sel memiliki) (Fransisca., 2020).
c. Patofisiologi
Covid-19 disebut infeksi prognosis, yaitu infeksi yang
ditularkan dari makhluk ke manusia. Kelelawar, tikus bambu,
unta, dan musang adalah inang normal virus corona. Covid pada
kelelawar adalah hotspot utama frekuensi SARS dan MERS. Pada
umumnya, penyebaran Covid dari makhluk ke manusia dan dari
satu orang ke orang lain melalui penularan kontak, penularan
manik-manik, feses dan oral (Fransisca., 2020).
d. Gejala Klinis
Kontaminasi virus corona dapat menyebabkan efek samping
ringan, sedang, atau ekstrem. Manifestasi klinis mendasar yang
tampak adalah demam (suhu > 38ºC), kejang dan gangguan
relaksasi. Demikian juga, sangat mungkin disertai dengan sesak
napas yang parah, kelelahan, mialgia, gejala gastrointestinal
seperti lari dan gejala pernapasan lainnya. Indikasi klinis sebagian
besar muncul dalam 2 hari sampai 14 hari setelah dibuka
(Fransisca., 2020).
Gejala dan efek samping dari infeksi Covid mencakup
gejala gangguan pernapasan yang parah seperti demam, batuk,
dan sesak napas. Dalam kasus yang serius dapat menyebabkan
radang paru-paru, gangguan pernapasan parah, gagal ginjal, dan
bahkan lewat. Sebagian besar pasien menyebabkan sesak napas
dalam beberapa minggu. Dalam kasus ekstrim memburuk dengan
cepat dan terus-menerus, seperti ARDS, syok septik, asidosis
metabolik yang tidak terkoreksi dan drainase atau kerusakan
sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada pasien tertentu,
indikasinya tampak ringan, tidak disertai demam. Sebagian besar
pasien memiliki antisipasi yang layak, dengan sebagian kecil
dalam kondisi dasar atau bahkan kematian. Berikutnya adalah
efek samping klinis yang dapat muncul setiap kali tercemar
(Fransisca, 2020).
e. Klasifikasi Klinis
Menurut Fransisca (2020) Berikut sindrom klinis yang dapat muncul
jika terinfeksi:
1) Tidak berkomplikasi
2) Pneumonia ringan
3) Pneumonia berat
4) Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
5) Sepsi
6) Syok septik
f. Diagnosis
1) Pasien dalam pengawasan atau kasus suspek / possible
a) Seseorang yang mengalami:
(1) Demam (≥38ºC) atau riwayat demam
(2) Batuk atau pilek atau nyeri tenggorokan
(3) Pneumonia ringan sampai berat berdasarkan klinis
dan/atau gambaran radiologis. (pada pasien
immunocompromised presentasi kemungkinan atipikal).
disertai minimal satu kondisi sebagai berikut:
(1) Memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok atau
wilayah/negara yang terjangkit dalam 14 hari sebelum
timbul gejala.
(2) Petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama
setelah merawat pasien infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) berat yang tidak diketahui
penyebab/etiologi penyakitnya, tanpa memperhatikan
riwayat bepergian atau tempat tinggal.
b) Pasien infeksi pernapasan akut dengan tingkat keparahan
ringan sampai berat dan salah satu berikut dalam 14 hari
sebelum onset gejala:
(1) Kontak erat dengan pasien kasus terkonfirmasi atau
probable covid-19
(2) Riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan
sudah teridentifikasi)
(3) Bekerja atau mengunjungi fasilitas layanan kesehatan
dengan kasus terkonfirmasi atau probable infeksi covid-
19 di Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit.
(4) Memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan dan memiliki
demam (suhu ≥38ºC) atau riwayat demam.
2) Orang dalam Pemantauan
Seseorang yang mengalami gejala demam atau riwayat
demam tanpa pneumonia yang memiliki riwayat perjalanan ke
Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit, dan tidak
memiliki satu atau lebih riwayat paparan diantaranya:
a) Riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi covid-19
b) Bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang
berhubungan dengan pasien konfirmasi covid-19 ditiongkok
atau wilayah/negara yang terjangkit (sesuai dengan
perkembangan penyakit).
c) Memiliki riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan
penular sudah teridentifikasi) di Tiongkok atau
wilayah/negara yang terjangkit (sesuai dengan
perkembangan penyakit.
3) Kasus Probable
Pasien dalam pengawasan yang diperiksakan untuk covid-
19 tetapi inkonklusif atau tidak dapat disimpulkan atau
seseorang dengan hasil konfirmasi positif pan- coronavirus atau
beta coronavirus.
4) Orang tanpa gejala (OTG)
Individu yang tidak menunjukkan gejala dan memiliki

bahaya tertular dari individu yang positif Corona. Orang tanpa

indikasi berhubungan dengan kasus pasien virus Corona, orang

yang melakukan perjalanan di daerah penyebaran infeksi ini

berpotensi tertular Covid (argyo demartono, 2020).


Kasus
terkonfirmasi
Seseorang yang secara laboratorium terkonfirmasi covid-19.
g. Tata laksana pencegahan penyebaran covid-19
Menurut Fransisca (2020) Untuk mencegah penyebaran
covid-19, hal-hal yang perlu dilakukan oleh individu yaitu:
1) Bersihkan tangan Anda sesering mungkin. Gunakan sabun
dan air, atau antiseptik berbasis alcohol
2) Jaga jarak aman dari siapa pun yang batuk atau bersin.
3) Kenakan masker jika jarak fisik tidak memungkinkan.
4) Jangan menyentuh mata, hidung, atau mulut Anda.
5) Tutupi hidung dan mulut Anda dengan siku yang tertekuk
atau tisu saat anda batuk atau bersin.
6) Tetap di rumah jika anda merasa tidak enak badan.
7) Jika Anda mengalami demam, batuk, dan kesulitan
bernapas, dapatkan bantuan medis. penduduk umumnya
disebabkan aktifitas bekerja.(Rachmaty, 2021)
h. Jenis- jenis alat pelindung diri (APD)
Menurut (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2020) jenis
alat pelindung diri sebagai berikut:

Jenis APD Spesifikasi Gambar


Masker bedah Terdiri dari 3 lapisan, bahan non
(surgical/facem woven (tidak dijahit), loose-fitting
ask) dan sekali pakai efektif untuk
memblok percikan (droplet) dan
tetesan dalam partikel besar

Masker N95 Bahan: polyurethane dan


polypropylene; dirancang dengan
segel ketat di sekitar hidung daan
mulut untuk menyaring gampir
95% partikel yang <0,3 µ dapat
menurunkan paparan terhadap
kontaminasi melalui airbome
Pelindung Terbuat dari plastik jernih
wajah (face transparan menutupi wajah
shield) sampai ke dagu sebagai proteksi
ganda terhadap percikan bahan
infeks ius dari pasien

Pelindung mata Terbuat dari plastik, sebagai


(goggles) penutup erat area mata agar
terhindar dari percikan, prosedur
yang menghasilkan aerosol, atau
saat tatap muka dengan pasien
covid-19
Gaun (gown) Pelindung lengan dengn area
tubuh dari pajanan kontak atau
droplet selama prosedur
perawatan pasien syarat gaun
ideal: effective barrier (mencegah
penetrasi cairan), fungsional dan
mobile, nyaman, tidak mudah
robek, pas di badan,
biocompatibility (tidak toksik),
flammability, odor and quality
maintenance.
Jenis gaun menurut
penggunaannya:
1. Gaun sekali (disposable)
2. Gaun dipakai ulang

3. Perawatan covid-19
Langkah-langkah untuk lebih mengembangkan kesejahteraan
telah dilakukan pada premis krisis oleh sebagian besar negara-negara
yang terpengaruh membatasi fleksibilitas individu (isolasi paksa,
pengurungan kasus yang dicurigai, kesimpulan, pemantauan kontak
dan pengamatan) memaksa pembangunan kembali kerangka kerja
kesejahteraan, termasuk migrasi cepat dari ahli kesehatan yang
memberikan bantuan pertimbangan ke unit klinik darurat Coronavirus
yang dibangun kembali atau ke berbagai komunitas perkotaan
(Rosyanti et al., 2020).
a. pelayanan di rumah sakit
Pengaturan bebas kuman dapat digunakan untuk mencuci
tangan, terutama selama prosedur medis, membersihkan kulit
sebelum prosedur medis atau teknik mengganggu lainnya.
Instrumen kotor, sarung tangan, dan barang-barang bekas lainnya
dapat dirawat dengan pemurnian, pembersihan, dan pembersihan,
atau pembersih tingkat yang tidak dapat disangkal (DTT) untuk
mengendalikan penyakit. Sterilisasi dan pembersihan adalah dua
alat pengukur penghindaran dan pengendalian yang sangat layak
dalam membatasi bahaya penularan kontaminasi. Hal penting
dalam pembersihan adalah mensterilkan gadget dengan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Perkembangan ini dapat menonaktifkan mikroorganisme, dan bisa
mendapatkan tenaga kerja yang membersihkan peralatan. Setelah
sterilisasi, tahap selanjutnya adalah pembersihan (Dewi dan
Semedi, 2020).
Dalam pandemi, dianjurkan untuk memindahkan
pertimbangan pasien di unit gawat darurat sebagai ahli
pertimbangan serius untuk membatasi jumlah kelompok klinis lain
yang pergi ke ICU. Disarankan agar semua pasien dievaluasi
untuk kemungkinan kontaminasi Coronavirus. Skrining pasien
harus sesuai dengan proposal publik terbaru untuk definisi kasus
Coronavirus dan harus menyertakan jaminan riwayat klinis,
riwayat kontak, dan perjalanan. Pasien yang dianggap dalam
bahaya harus diputus dan dievaluasi untuk Coronavirus
Langkah-langkah keamanan tergantung pada infeksi atau
penularan. Langkah-langkah keamanan yang bergantung pada
penularan diterapkan pada pasien yang menunjukkan efek
samping, terkait dengan tercemar, atau dijajah dengan kuman yang
sangat menular. Asuransi berbasis transmisi harus diambil terlepas
dari perlindungan standar. Asuransi yang bergantung pada
penularan termasuk perawatan bahan dan pakaian yang kotor,
penanganan peralatan makan pasien, dan pencegahan kontaminasi
untuk metode yang menghasilkan produk kaleng bertekanan pada
pasien yang diduga mengalami penyakit yang tak tertahankan di
udara. Pemutusan hubungan pasien yang akan menjadi sumber
penyakit juga harus diperhatikan untuk mencegah penularan
langsung atau tidak langsung (Dewi dan Semedi, 2020).
Merawat bahan dan pakaian kotor penting karena kain
tercemar oleh mikroorganisme patogen yang parah, bahaya
penularan dapat menjadi tidak signifikan jika kain dirawat dengan
tepat untuk mencegah penularan mikroorganisme ke pasien, staf,
dan iklim

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka teori Menurut Sri Febriani (2017)

Covid-19

Coronavirus diasease 2019 (covid-19) adalah infeksi saluran pernapasan yang di


akibatkan oleh virus SARS-CoV-2. dilaporkan pertama kali terjadi di Wuhan,
Provinsi Hubei, Cina pada bulan Desember 2019 (Desky, 2021). Di Indonesia
kasus covid-19 telah mencapai 1.775,220 yang terkonfirmasi, sembuh mencapai
1.633.045 dan meninggal dunia mencapai 49.328 (Kesehatan Republik
Indonesia, 2021). Dilaporkan kasus di Sulawesi selatan pada bulan Mei 2021
sebanyak 287 dan dinyatakan sembuh sebanyak 61.909 Di laporkan kasus positif
di daerah Maros pada bulan Mei 2021 sebanyak 6 kasus, di nyatakan sembuh
sebanyak 2219 dan di nyatakan meninggal sebanyak 25 kasus

Beban Kerja

Beban kerja terlalu banyak dapat menyebabkan ketegangan dalam diri


seseorang sehingga menimbulkan stres kerja.

1. Stres ringan
2. Stres sedang Stres kerja
3. Stres berat
Stres kerja pada perawat adalah reaksi-reaksi individu terhadap
faktor-faktor baru yang mengancam dalam lingkungan kerja
perawat. Adapun Dampak stres kerja perawat bagi pelayanan
yaitu:
1. kemungkinan timbul emosi perawat yang tidak sesuai dengan
harapan pasien.
2. Berpengaruh terhadap produktifitas tenaga kesehatan

BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel
Berdasarkan uraian secara sistematis tentang variabel yang
tercantum dalam tinjauan pustaka, maka telah didentifikasi variabel
independen/bebas yaitu tingkat stres kerja perawat yang terlibat dalam
perawatan covid-19 di rumah sakit.
Alasannya tergantung pada premis hipotetis yang digambarkan
dalam audit penulisan bahwa perawat medis yang menangani virus
corona berada pada bahaya yang lebih tinggi untuk tercemar virus
corona. Pekerja kesejahteraan, terutama pengasuhan, dapat dihadapkan
pada risiko seperti tekanan mental, kelelahan, penurunan mental, atau
aib. Ada beberapa hal yang menyebabkan tenaga medis mengalami
ketegangan yang berlebihan, antara lain tingginya permintaan pekerjaan
yang spesifik, antara lain jam kerja yang panjang, jumlah pasien yang
terus bertambah, kesulitan dalam mendapatkan bantuan sosial karena aib
daerah terhadap tenaga kerja mutakhir, pemanfaatan pertahanan individu.
peralatan yang membatasi pengembangan, tidak adanya data tentang
keterbukaan jangka panjang. Jangka waktu bagi individu yang
terkontaminasi, dan ketakutan pejabat mutakhir akan
mengkomunikasikan Coronavirus kepada orang yang dicintai mengingat
bidang pekerjaannya, hal seperti ini membuat tenaga medis mengalami
tekanan kerja dalam merawat pasien Coronavirus (Amira, 2021).
Tekanan kerja petugas adalah kecenderungan melankolis yang
dialami oleh tenaga medis dalam mengelola pekerjaan, yang muncul
ketika ada lubang antara kapasitas tunggal dan permintaan pekerjaan
mereka. Kerusakan antusias dan nyata terjadi karena asosiasi pekerja dan
iklim di mana permintaan pekerjaan melebihi kapasitas dan aset spesialis.
perawat medis memiliki permintaan gairah yang tinggi pada pekerjaan
mereka dalam mengendalikan perasaan petugas mengalami tekanan yang
lebih tinggi. Juga, petugas memiliki sumber stres yang signifikan,
khususnya melihat kematian pasien dan menendang ember, bentrokan
dengan rekan kerja, tidak adanya bantuan kepala dan beban kerja yang
berlebihan, perawat medis cenderung menghadapi tekanan dalam
mengelola kebutuhan pasien yang harus tepat dan kuat (Handayani et al.,
2020).
Berdasarkan alasan tersebut, peneliti perlu mengarahkan
penelitian untuk mengenali perasaan cemas kerja para petugas yang
menangani penanganan virus corona di RSKD Dadi, Sulawesi Selatan.
B. Kerangka Konsep
Mengingat penggambaran yang telah dikemukakan dalam audit
penulisan, faktor bebas dan lingkungan dibedakan dari ujian ini
(Nursalam, 2017). Dalam pemeriksaan ini, ID tekanan kerja tenaga medis
yang terlibat terapi virus corona akan dinaikkan. Faktor bebas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tekanan kerja tenaga medis,
sedangkan variabel terikatnya adalah terapi virus Corona di Klinik Dadi
Wilayah Sulawesi Selatan.
C. Hubungan antara variabel
Menurut Nursalam (2017) adapun hubungan antar variabel
sebagai berikut:

Independen Dependen

Stres Kerja
Perawatan Covid-19
Perawat
Keterangan :

= Variabel bebas (Independen)

= Variabel tergantung/terkait (Dependen)

D. Identivikasi Variabel
Menurut (Nursalam, 2017) dalam penelitian ini mengunakan dua
variabel yaitu variabel bebas (variabel independen) Variabel bebas atau
variabel independen merupakan suatu variabel yang ada atau terjadi
dalam hal ini mendahului variabel terkaitnya. Keberdaan variabel ini
dalam satu penelitian dalam hal ini penelitian kuantitatif menjelaskan
bahwa variabel ini adalah fokus masalah atau topik penting dalam
penelitian. Penelitian mempunyai fokus masalah yaitu stres kerja perawat
E. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
Menurut Nursalam (2017) Variabel yang telah didefinisikan perlu
dijelaskan secara operasional, sebab setiap istilah (variabel) dapat
diartikan secara berbeda-beda oleh orang yang berlainan. Defenisi
operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi , komunikasi dan
replikasi.
1. Stres kerja perawat yang terlibat perawat covid-19
a. Defenisi operasional
Stres kerja perawat adalah suatu keadaan tegang yang
mempengaruhi siklus penalaran, perasaan, dan keadaan petugas
medis, akibatnya tekanan yang ekstrim dapat membahayakan
kemampuan petugas medis untuk mengelola iklim dan pada
akhirnya akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
kewajibannya (Dwi Kartika Sari, 2017).
Perawatan pasien covid-19 adalah upaya untuk
mendapatkan obat bagi pasien positif COVID-19. Mencegah
penularan COVID-19, khususnya dengan menggunakan cadar,
rutin mencuci tangan, menjaga jarak, mengurangi
kebermanfaatan sepenuhnya dengan niat memutus mata rantai
penularan COVID-19 (Amira, 2021).

b. Kriteria objektif berdasarkan depression anxiety stres


(DASS 42)
1) Stres ringan :15-18
2) Stres sedang :19-25
3) Stres berat : 26-33
F. Hipotesis Penelitian
Menurut Nursalam (2017), hipotesis penelitian merupakan respon
sementara terhadap perincian masalah atau pertanyaan eksplorasi. Teori
sudah siap sebelum pemeriksaan dilakukan dengan alasan bahwa
spekulasi akan benar-benar ingin memberikan arahan pada tahap
pengumpulan informasi, penyelidikan, dan pemahaman. Dalam
merumuskan teori, ada dua macam spekulasi, yaitu (H0) dan hipotesis
alternative (Ha).
1. (H0) adalah hipetesis penelitian yang digunakan untuk estimasi
faktual dan pemahaman hasil yang terukur (Nursalam, 2017). Dalam
pemeriksaan ini, Ho adalah tidak terdapat tingkat stress kerja
perawat yang terlibat dalam perawatan Covid-19 di RSUD Dadi
Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Hipotesis alternatif (Ha) adalah hipotesis penelitian yang menyatakan
bahwa ada hubungan, dampak dan kontras antara setidaknya dua
faktor (Nursalam, 2017). Teori pilihan dalam pemeriksaan ini adalah
adanya tingkat stress kerja perawat yang terlibat dalam perawatan
Covid-19 di RSUD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.

BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rencana Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain
Penelitian analitik dengan rancangan cross-sectional. Dimana penelitian
cross-sectional adalah Eksplorasi semacam ini menggarisbawahi musim
estimasi/persepsi dari informasi variabel bebas dan lingkungan yang
disurvei sekaligus pada satu waktu. Dalam pemeriksaan ini terbantu
dengan mengetahui melalui penyusunan survei kepada tenaga medis
terkait terapi COVID-19 di RSUD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan untuk
mengetahui ada tidaknya keterkaitan antara faktor-faktor yang akan
dipertimbangkan.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Tempat penelitian pada penelitian ini dilakukan di RSKD Dadi
Provinsi Sulewesi Selatan
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada di bulan 7 juni 2021- 10 juli
2021
C. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang terlibat
dalam perawatan covid-19 yaitu di RSKD Dadi provinsi Sulawesi
selatan terdapat 51 orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2017).
Sampel dari penelitian ini berjumlah 51 perawat yang terlibat dalam
perawatan covid-19 yang memenuhi kriteria inklusi penelitian.
a. Besar Sampel
Dalam penentuan besar sampel dapat menggunakan rumus Slovin
yaitu :
N
n= 2
1+ N ( d )

Keterangan:

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

d 2 :0,05

51
n= 2
1+51(0,05 )
51
n=
1+51(0,0025)
51
n=
1+0,1275
51
n=
1,1275
n=¿ 45,23 dibulatkan menjadi 45
b. Tehnik Sampling
Tehnik sampling adalah proses menyeleksi dari populasi
untuk dapat mewakili populasi. Tehnik sampling dalam penelitian
ini mengunakan metode Purposive Sampling. Cara penetapan
sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi yang ada
dan telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang telah di
tentukan oleh peneliti (Dwi Kartika Sari, 2017).
c. Kriteria Sampel
Jaminan aturan pengujian sangat berguna bagi analisis
untuk mengurangi kecenderungan dalam hasil penelitian,
terutama jika faktor kontrol memengaruhi faktor yang kami
periksa. Langkah-langkah pengujian dapat dipartisi menjadi dua,
untuk lebih spesifiknya:

1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian
dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti.
Kriteria inklusi penelitian ini adalah :
a) Perawat yang terlibat dalam perawatan covid-19
b) perawat yang bersedia menjadi responden
2) Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai
sebab. Kriteria ekslusi penelitian ini adalah: Perawat yang
tidak terlibat dalam perawatan covid-19
D. Alat Dan Instrument Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Peneliti mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk
menjawab pertanyaan secara tertulis.
1. Stres kerja perawat yang terlibat dalam perawatan covid-19
Untuk mengukur stres kerja perawat yang terlibat dalam
perawatan covid-19. Peneliti mengunakan kuesioner depression
anxiety stress scale DASS 42 dengan jumlah pertanyaan 14 point
untuk mewakili stres kerja (ringan,sedang,berat) dengan skala yang di
gunakan yaitu skala likert yaitu: 0 = Tidak ada atau tidak pernah, 1=
Sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu, atau kadang-
kadang, 2 = Sering, 3= Sangat sesuai dengan yang dialami, atau
hampir setiap saat (yohanes , 2020)
Indikator Penilaian Depression Anxiety Stress (DASS 42)

Tingkat Stress
Tidak stress 0-14
Stres Ringan 15-18
Stres Sedang 19-25
Stres Berat 26-33

E. Uji Instrumen Penelitian


Instrument penelitian ini menggunakan DASS-42 telah
diperkirakan oleh (Nurrezki dan Irawan, 2020) dengan penelitian tentang
hubungan stres dengan terjadinya sakit kepala pada studi klinis. Hasil uji
legitimasi adalah 0,551 – 0,975 dari setiap asersi dengan tujuan agar
setiap asersi dapat dianggap sah. Hasil dari uji ketergantungan adalah (α
= 0,956) dengan tujuan agar alat penduga yang digunakan dinyatakan
padat. Dalam penyelidikan ini, survei DASS-42 akan diuji keabsahan dan
uji kualitas yang tak tergoyahkan dengan alasan bahwa para ahli
mengubah polling dengan obat-obatan Coronavirus. Pengujian jajak
pendapat akan dilakukan di tempat yang lebih baik dengan model contoh
serupa pada 15 petugas medis.
Uji keabsahan instrumen eksplorasi bertujuan untuk
mengasosiasikan skor segala sesuatu dengan skor habis-habisan
menggunakan investigasi hubungan Pearson Prodict Second, dimana
nilai hasil tes dari pemeriksaan adalah jika r hitung >r tabel (0,514) hal
tersebut diumumkan sah dengan asumsi r hitung <r tabel (0,514) hal
tersebut dinyatakan tidak sah. Kemudian, pada saat itu hal-hal substansial
akan dicoba untuk kualitas yang tak tergoyahkan dengan alpha Conbach
dengan nilai tingkat keadaan >0,60. Konsekuensi dari instrumen
pendahuluan dapat dilihat sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Pada penelitian ini uji validitas dilakukan terhadap 15 responden
dengan tempat dan sampel yang berbeda tetapi memiliki kriteria
yang sama. Adapun hasil uji validitas yang telah dilakukan
menggunakan SPSS (Statistikal Package for the Social Sciens) yaitu:
Pernyataan r hitung r table Keterangan
P1 0,908 0,514 Valid
P2 0,853 0,514 Valid
P3 0,856 0,514 Valid
P4 0,731 0,514 Valid
P5 0,856 0,514 Valid
P6 0,814 0,514 Valid
P7 0,885 0,514 Valid
P8 0,747 0,514 Valid
P9 0,791 0,514 Valid
P10 0,885 0,514 Valid
P11 0,885 0,514 Valid
P12 0,648 0,514 Valid
P13 0,751 0,514 Valid
P14 0,673 0,514 Valid

2. Uji Reabilitas
Uji reabilitas dilakukan untuk menentukan kepastian suatu
instrumen (uji reabilitas) dalam mengestimasi indikasi yang sama
meskipun pada berbagai kesempatan. Dalam buku V.Wiratna
Sujarweni (2014) alasan dinamis dalam uji ketergantungan adalah
dalam hal Cronbach's Alpha bernilai >0,60, uji reabilitas tersebut
dinyatakan sah, solid atau reliabel. Sementara itu, jika nilai
Cronbach's Alpha <0,60 tersebut dinyatakan meragukan atau
bertentangan. Konsekuensi dari uji kualitas tak tergoyahkan yang
telah diselesaikan adalah Conbach's alpha (0,963) >0,60.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.963 14

Pernyataan r hitung r tabel Keterangan


P1 0,958 0,60 Reliabel
P2 0,959 0,60 Reliabel
P3 0,959 0,60 Reliabel
P4 0,962 0,60 Reliabel
P5 0,959 0,60 Reliabel
P6 0,960 0,60 Reliabel
P7 0,958 0,60 Reliabel
P8 0,961 0,60 Reliabel
P9 0,960 0,60 Reliabel
P10 0,958 0,60 Reliabel
P11 0,958 0,60 Reliabel
P12 0,965 0,60 Reliabel
P13 0,962 0,60 Reliabel
P14 0,963 0,60 Reliabel

F. Proses Pengumpulan Data


Dalam penelitian kuantitatif, Informasi dapat dikumpulkan dari
sumber penting atau opsional. Informasi penting mengacu pada informasi
yang telah dikumpulkan secara langsung. Pendekatan yang paling
terkenal untuk mengumpulkan informasi penting untuk pemeriksaan
kuantitatif adalah pemanfaatan percobaan dan ulasan. Sedangkan
informasi opsional adalah informasi yang dapat diakses sebelumnya yang
dikumpulkan dari bundaran atau sumber daur ulang, misalnya dari
sumber tersusun yang memiliki tempat dengan otoritas publik atau
perpustakaan (Hardani et al., 2020).
1. Data Primer
Dalam penelitian ini peneliti mengambil data primer dengan
pengumpulan data yang diperoleh dari mengumpulkan responden dan
memberikan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang disusun
sesui tujuan penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data informasi korelatif yang dibutuhkan
oleh analis yang diidentifikasi dengan masalah yang akan diperiksa.
Informasi penunjang dalam pemeriksaan ini diperoleh dari informasi
jumlah tenaga medis yang menangani penanganan virus corona di
Klinik Dadi Wilayah Sulawesi Selatan.
G. Pengelohan Dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data untuk penelitian dengan pendekatan kuantitatif
merupakan interaksi dalam mendapatkan informasi garis besar dengan
memanfaatkan strategi atau persamaan tertentu. Penyusunan informasi
menggabungkan latihan yang menyertainya (Nursalam, 2017). Dalam
pengujian ini, para ilmuwan menggunakan program SPPS 2.0 dalam
menangani informasi yang dikumpulkan. SPSS (Faktual Bundle for the
Sociologies) adalah aplikasi yang digunakan untuk melakukan
pemeriksaan yang terukur.
a. Editing
Editing adalah cara untuk memeriksa atau memeriksa informasi
yang telah dikumpulkan secara efektif dari lapangan. Dalam
interaksi mengubah, ilmuwan memverifikasi kembali informasi
yang telah diperoleh, jika informasi tersebut cocok.
b. Codeting
Codeting adalah gerakan membagikan kode tertentu untuk setiap
informasi yang memiliki tempat dengan klasifikasi yang sama.
Dalam pengkodean atau coding, spesialis memberikan kode berupa
angka-angka yang akan menjawab tanggapan atas pertanyaan yang
telah didapat.
c. Tabulasi Data
Tabulasi adalah cara menuju pengaturan informasi ke dalam tabel
yang telah dikodekan oleh kebutuhan pemeriksaan. Selama waktu
yang dihabiskan untuk mengatur informasi, spesialis memasukkan
informasi dalam tabel yang telah dibuat oleh persyaratan
penyelidikan atas informasi tersebut.
2. Analisa Data Univariat
Analisa univariat merupakan analisa yang digunakan dengan
menjelaskan secara deskriptif untuk melihat frekuensi variabel-
variabel yang diteliti. Analisa univariat pada penelitian ini adalah
karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin dan tingkat
stres kerja perawat yang terlibat dalam perawatan covid-19.
H. Etika Penelitian
Menurut Nursalam (2017) Sebagai aturan umum, standar moral
dalam berbagai penelitian/informasi dapat dipisahkan menjadi tiga
bagian, khususnya aturan keuntungan, aturan tentang hak-hak istimewa
subjek, dan pedoman kesetaraan:
1. Prinsip manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan
kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.
b. Bebas dari eksploitasi
Subyek investasi dalam penelitian, harus dijauhkan dari kondisi
yang mengerikan. Subjek harus dijamin bahwa dukungannya
dalam penelitian atau data yang telah diberikan, tidak akan
digunakan untuk hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam
struktur apapun.

c. Risiko (benefits ratio)


Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan
yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia
a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responsden
Subyek harus ditangani dengan empati. Subyek memiliki pilihan
untuk memilih apakah mereka akan menjadi subjek atau tidak,
tanpa persetujuan atau akan membawa pemulihan mereka, jika
mereka adalah pelanggan..
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan
Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta
bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.
c. Informed consent
Subyek harus memperoleh data total tentang alasan untuk
menyelesaikan eksplorasi, memiliki hak istimewa untuk tanpa
ragu-ragu tertarik atau menolak untuk menjadi responden. Dalam
persetujuan terpelajar, penting juga untuk menyatakan bahwa
informasi yang didapat dapat digunakan untuk pergantian
peristiwa yang logis.
3. Prinsip keadilan
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil
Subyek harus ditangani secara wajar sebelumnya, selama dan
setelah investasi mereka dalam pemeriksaan tanpa pemisahan jika
mereka diamati enggan atau dilarang dari penyelidikan.
b. Hak dijaga kerahasiaannya.
Subyek memiliki hak istimewa untuk menuntut agar informasi
yang diberikan dirahasiakan, untuk itu penting untuk menjadi
misterius dan rahasia.

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini di lakukan di RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi stres kerja
perawat yang terlibat dalam perawatan covid-19. Data sekunder yang
diperoleh dari bagian program yaitu data tentang jumlah perawat yang terlibat
dalam perawatan covid-19 di ruangan IGD, ICU, gelatik Sedangkan data
primer diperoleh langsung dari perawat sebagai responden dengan mengisi
lembar pertanyaan dari kuesioner yang dibagikan. Data yang telah terkumpul
diolah dengan menggunakan program SPSS sesuai dengan tujuan penelitian,
kemudian di sajikan dalam bentuk table dan Analisa data.
1. Analisis univariat
Analisis univariat yaitu untuk mengidentifikasi distribusi frekuensi
dan presentasi dari variabel yang di teliti yaitu stres kerja berdasarkan jenis
kelamin, Umur, masa kerja, status perkawinan dan tingkat stres
a. Umur Responden
Tabel 5.1
Karakteristik responden berdasarkan umur perawat
di ruangan perawatan covid-19 di RSKD Dadi
Provinsi Sulawesi Selatan.

No Umur Jumlah
N %
1. 17-25 6 14,28%
2. 26-35 22 52,38%
3. 36-45 9 21,44%
4. 46-55 5 11,90%

Total 42 100%
Sumber :Data Primer 2021
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui presentase tertinggi karakteristik
responden berdasarkan umur perawat di ruang perawatan covid-19
RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan adalah umur 26-35 terdapat 22
responden (52,38%), umur 17-25 sebanyak 6 responden (14,28%),
umur 36-45 sebanyak 9 responden (21,44%) dan umur 46-55 terdapat 5
responden (11,90%).
b. Jenis Kelamin Responden
Tabel 5.2
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
perawat instalasi rawat inap RSKD Dadi
Provinsi Sulawesi Selatan
No Jenis Kelamin Jumlah
N %
1. Laki-Laki 12 28,6%
2. Perempuan 30 71,4%
Total 42 100%

Sumber :Data Primer 2021


Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui presentase tertinggi karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin perawat di ruang perawatan covid-
19 RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan adalah perempuan terdapat
30 responden (71,4%), sedangkan laki-laki terdapat 12 responden
(28,6%)
c. Status Perkawinan
Tabel 5.3
karakteristik responden berdasarkan status perkawinan
perawat di ruang perawatan covid-19 RSKD
Dadi Provinsi Sulawesi Selatan

No Status Perkawinan Jumlah


N %
1. Belum Menikah 13 31%
2. Menikah 29 69%
Total 42 100%

Sumber :Data Primer 2021


Berdasarkan tabel 5.3 dapat di ketahui status perkawinan di ruang
perawatan covid-19 RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan adalah belum
menikah sebanyak 13 responden (31%) sedangkan yang belum menikah
sebanyak 29 responden (69%)
d. Masa kerja
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi tingkat stres pada perawat di ruang
perawatan covid-19 RSKD Dadi
Provinsi Sulawesi Selatan

No Masa kerja Jumlah


N %
1. >1 Tahun 4 9,52%
2. 1-5 Tahun 34 80,96%
3. 6-10 Tahun 4 9,52%
Total 42 100%
Sumber: Data Primer 2021
Berdasarkan tabel 5.4 dapat di ketahui presentase tertinggi masa
kerja perawat di ruang pe rawatan covid-19 RSKD dadi provinsi
sulawesi selatan adalah 1-5 tahun sebanyak 34 responden (80,96%),
masa kerja >1 tahun dan 6-10 tahun sebanyak 4 responden (9,52%)
e. Tingkat Stres Kerja Perawat
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi tingkat stres pada perawat di ruang
perawatan covid-19 RSKD Dadi Provinsi
Sulawesi Selatan

No Tingkat Stres Jumlah


N %
1. Normal 15 35,7%
2. Stres Ringan 23 54,8%
3. Stres sedang 4 9,5%
Total 42 100%
Sumber : Data Primer 2021
Berdasarkan tabel 5.5 dapat di ketahui bahwa perawat di ruang
perawatan covid-19 RSKD dadi provinsi Sulawesi selatan yang
mengalami stres ringan sebanyak 23 responden (54,8)%, stres sedang
sebanyak 4 responden (9,5%) dan normal sebanyak 15 responden
(35,7%)
B. Pembahasan
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui presentase tertinggi karakteristik
responden berdasarkan umur perawat di ruang perawatan covid-19 RSKD
Dadi Provinsi Sulawesi Selatan adalah umur 26-35 terdapat 22 responden
(52,38%), umur 17-25 sebanyak 6 responden (14,28%), umur 36-45 sebanyak
9 responden (21,44%) dan umur 46-55 terdapat 5 responden (11,90%).%).
Kedewasaan usia seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang akan
bersikap dalam menerima stressor dan menghadapi masalah. Semakin dewasa
maka akan semakin matang secara fisik dan emosi.
Menurut (Handayani et al., 2020) menyatakan bahwa pada usia dewasa
maka kesehatan dan kekuatan tenaga fisik mencapai puncaknya, secara psikis
muncul keinginan dan usaha pematapan, sering mengalami ketegangan emosi
karena kompleksitas persoalan, kemampuan mental seperti penalaran
mengingat dan kreatif pada posisi puncak
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui presentase tertinggi karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin perawat di ruang perawatan covid-19
RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan adalah perempuan terdapat 30
responden (71,4%), sedangkan laki-laki terdapat 12 responden (28,6%).
menurut (Amira, 2021) menyatakan berkaitan dengan kecemasan pada pria
dan perempuan lebih cemas akan tidak mampunya dibandingkan dengan laki-
laki-laki cenderung lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih
sensitive. Laki-laki lebih mempeunyai tingkat pengetahuan dan wawasan
lebih luas di banding perempuan, karena laki-laki lebih banyak berinteraksi
dengan lingkungan luar sedangkan sebagian besar perempuan hanya tinggal
dirumah dan menjalani aktivitasnya sebagai rumah tangga, sehingga tingkat
pengetahuan atau informasi yang di dapat terbatas (Putri, 2018)
Berdasarkan tabel 5.3 dapat di ketahui status perkawinan di ruang
perawatan covid-19 RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan adalah belum
menikah sebanyak 13 responden (31%) sedangkan yang belum menikah
sebanyak 29 responden (69%). Menurut peneliti masalah-masalah yang
dihadapi dalam pernikahan bisa menimbulkan dampak pada meningkatkan
stres pada pekerjaan yang mempengaruhi dari kinerja perawat.
Menurut (Handayani et al., 2020) yang menyatakan bahwa konflik yang
timbul dalam keluarga biasanya akan berpengaruh pada pekerjaan seseorang.
Seorang pekerja yang membawa masalah dari rumah akan mempengaruhi
kinerja seseorang. Konflik pekerjaan keluarga pada karyawan yang telah
menikah dan mempunyai anak dapat di definisikan sebagai bentuk konflik
peran dimana tuntutan dari peran pekerjaan kurang dapat dipenuhi karena
pada saat yang sama seseorang berusaha memenuhi tuntutan peran yang lain
Stres merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap
setiap tuntutan atau beban atasnya. Stres dapat muncul apabila seseorang
mengalami tugas yang di bebankan, dan tidak mampu menjalankan tugas
tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stres (Dwi Kartika Sari,
2017).
Berdasarkan tabel 5.4 dapat di ketahui presentase tertinggi masa kerja
perawat di ruang pe rawatan covid-19 RSKD dadi provinsi sulawesi selatan
adalah 1-5 tahun sebanyak 34 responden (80,96%), masa kerja >1 tahun dan
6-10 tahun sebanyak 4 responden (9,52%). Semakin lama perawat masa kerja
yang dijalani akan membuat seorang perawat semakin kompeten dan
professional dalam menjalankan asuhan keperawatan. Hal ini memberikan
pengaruh terhadap kematangan pengalaman perawat di ruang perawatan
covid-19, tetapi bila terlalu lama dapat menimbulkan kebosanan, terutama
bila lingkungan kerja kurang menyenangkan maka kondisi ini akan
menimbulkan stress (Jusnimar, 2019)
1. Identifikasi tingkat stres kerja perawat di RSKD Dadi Provinsi Sulawesi
Selatan
Berdasarkan tabel 5.5 hasil penelitian yang dilakukan RSKD Dadi
Provinsi Sulawesi Selatan responden yang tidak mengalami stres atau di
katakan normal sebanyak 15 responden (35,7%) menunjukkan bahwa
responden tidak pernah mengalami sakit kepala/pusing ketika menghadapi
banyak pekerjaan yang harus diselesaikan saat itu juga. Responden juga
jarang mengalami atau merasakan jantung berdebar saat menerima atau
merawat pasien kritis saat bekerja di rumah sakit (Amira, 2021)
Sebagian besar dari responden mengalami stres ringan sebanyak 23
responden (54,8%). Tingginya angka kejadian stres ini menurut peneliti
karena di sebabkan tingginya yang harus dilakukan oleh perawat dalam
melakukan tindakan dan asuhan keperawatan secara professional kepada
pasien covid-19. Menurut (dwi kartika sari, 2017) beban mempengaruhi
stress kerja perawat serta dapat mempengaruhi pelayanan kepada pasien
covid-19 serta keselamatan pasien covid-19 sehingga kinerja perawat yang
terlibat dalam perawatan covid-19 menjadi rendah. Beban kerja yang
diterima terlalu berat maka akan dapat menimbulkan stress kerja yang bisa
mempengaruhi motivasi kerja dan menurunkan kinerja perawat (Putri,
2018)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSKD Dadi Provinsi
Sulawesi Selatan perawat yang mengalami stres sedang sebanyak 4
responden (9,5%). Adanya responden yang mengalami stress sedang
karena mengalami tekanan dari luar individu (tekanan dalam
pekerjaannya), artinya mereka mengalami gangguan fisik, seperti merasa
sakit kepala, leher terasa tegang saat selesai melakukan keperawatan, nyeri
ulu hati, merasa kelelahan dan nyeri punggung. Meskipun mereka
mengalami gangguan fisiologis dalam tingkat sedang tetapi mereka masih
berada pada tahap eustress yaitu keadaan saat kita mengalami tekanan dari
luar dan kita masih mampu menghadapinya, disebabkan tuntunan
pekerjaan membuat mereka semakin bersemangat untuk menyelesaikan
pekerjaan (Dodi Pratama et al., 2020)
Menurut peneliti Adanya responden yang mengalami stres sedang di
karenakan tingkat emosional perawat yang tinggi yang disebabkan oleh
kondisi pekerjaan seperti sering marah-marah saat bekerja di sebabkan
oleh pasien covid-19 dan merasa adanya tekanan dalam pekerjaannya dan
merasa gagal jika pasien yang ditangani dalam waktu yang lama tetapi
belum sembuh juga. Stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami
pegawai dalam mengaha dapi pekerjaan. Stres kerja ini tampak dari
tampilan diri, antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka
menyendiri, sulit tidur, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan
darah meningkat, dan mengalami gangguan pencernaan (Yohanes
Rudianto, 2020).
Adanya perawat yang mengalami stres sedang menunjukkan sikap
tidak ramah terhadap pasien, cenderung ingin meninggalkan pekerjaan
karena meresa pekerjaan monoton dan ingin mencari pengalaman baru di
tempat kerja yang lain, merasa bosan dengan banyaknya pekerjaan, tetapi
perawat tetapi membina hubungan yang harmonis dan dapat bekerja sama
dengan rekan kerjanya (Novinto et al., 2018)
Hal ini terjadi ketika kemampuan yang kita rasakan untuk mengatasi
tekanan melebihi tuntutan-tuntutan yang terjadi situasi ini justru baik,
sebab dapat memacu semangat kerja seseorang, menimbulkan rasa percaya
diri sehingga mampu mengatasi dan menyelesaikan tugas dengan baik
(Sukur, 2020).
Lingkungan kerja perawat yang buruk berpotensi menjadi penyebab
karyawan mudah jatuh sakit, mudah stres, sulit berkonsentrasi dan
menurunkannya productive kerja. Jika ruangan kerja tidak nyaman, panas,
sirkulasi udara kurang memadai, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan
kerja kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya pada kenyamanan
kerja perawat (Fransisca 2020).
Menurut (Jusnimar, 2019) menyampaikan ada beberapa pendekatan
yang dapat dilakukan dalam upaya menurunkan tingkat stress kerja yang
dialami oleh perawat. Pendekatan tersebut dapat berupa pendekatan secara
personal, pendekatan kepada pihak organisasi atau rumah sakit tempat
perawat bekerja, serta pendekatan terintegrasi antara personal dengan
pihak manajemen rumah sakit. Pihak manajemen rumah sakit tentunya
harus merencanakan intervensi guna menurunkan tingkat stress kerja
perawat ruang rawat inap dengan metode yang dirasa paling efektif dan
efisien. Hal ini bertujuan agar perawat dapat terlepas dari stress akibat
kerja, serta performa kerja perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif dan professional diruang rawat inap dapat
tetap optimal (Amira, 2021)
2. Implikasi penelitian
a. Pelayanan keperawatan
Hasil penelitian ini sebagai sumber masukan bagi institusi rumah sakit
dan pelayanan keperawatan untuk dapat membuat strategi atau
manajemen untuk menurunkan stress kerja pada perawat di ruang
perawatan covid-19
b. Pendidikan keperawatan
Sebagai sumber masukan bahwa materi tentang stress dan mekanisme
koping merupakan pelajaran yang sangat penting untuk dipahami
mahasiswa agar mampu mengaplikasikan manajemen stres yang tepat
c. Penelitian selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan hasil penelitian dengan cara
lebih menggali lagi factor-faktor apa saja yang menyebabkan stress
kerja pada perawat serta dampak stress kerja bagi perawat
3. Keterbatasan penelitian
Selama proses kegiatan penelitian berlangsung, ada beberapa keterbatasan
yang dialami peneliti yaitu
a. kurangnya waktu luang perawat karena beban kerja yang berlebihan
b. kurangnya komunikasi perawat karena banyaknya pekerjaan yang
harus di selesaikan
c. keterbatasan pada penyebaran kuesioner yaitu bahwa beberapa
perawat menolak untuk mengisi kuesioner yang di ajukan oleh peneliti
karena mengingat banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan oleh
perawat
d. penelitian hanya menggunakan kuesioner sebagai metode
pengumpulan data dan tidak menggunakan metode wawancara secara
mendalam dengan responden penelitian
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang identifikasi tingkat stres kerja
perawat yang terlibat dalam perawatan covid-19 di RSKD Dadi Provinsi
Sulawesi Selatan peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa sebagian besar
perawat mengalami tingkat stres ringan sebanyak 23 responden (54,8)%, stres
sedang sebanyak 4 responden (9,5%) sedangkan normal sebanyak 15
responden (35,7%). Hal ini menujukkan adanya tingkat stres kerja perawat
yang terlibat dalam perawatan covid-19 di RSKD Dadi Provinsi Sulawesi
Selatan
B. Saran
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian disarankan untuk:
1. Bagi perawat RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan
Diharapkan pada perawat agar selalu meningkatkan perilaku baik
melalui Pendidikan, pelatihan, pengalaman dan sumber informasi. Untuk
mengembangkan diri yang sudah didapat hendaknya dapat dijadikan alat
memotivasi diri untuk perbaikan perilaku dalam membina hubungan
terapeutik terhadap pasien covid-19 dan mencegah terjadinya stress kerja
yang tidak baik
2. Bagi pihak RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan
Hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu
pertimbangan dalam upaya penanggulangan dan pencegahan stres kerja
pada perawat yang terlibat dalam perawatan covid-19 di RSKD Dadi
Provinsi Sulawesi Selatan dan sebagai bahan informasi bagi pihak
manajemen mengenai permasalahan yang dihadapi oleh perawat dalam
bekerja. Misalnya dengan melakukan training yang berkaitan dengan
pencegahan dan cara mengelola stres kerja
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti yang tertarik untuk mengangkat masalah tingkat stres
kerja pada perawat disarankan untuk tingkat stres kerja tidak hanya dari
gejala-gejala yang dialami akan tetapi faktor-fak tor yang mempengaruhi
dan menyebabkan stres kerja ikut di teliti, yang pada penelitian ini belum
dilakukan penulis karena terbatasan waktu penelitian penulis, agar
penelitian menjadi lebih mendalam
DAFTAR PUSTAKA

Amira. (2021). faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres pada tenaga


kesehatan di RSUD Daya Makassar selama pandemi covid-19.

argyo demartono. (2020). hidup sehat tanpa covid. cv kekata group.

Desky, D. F. (2021). Pengaruh Pandemi Covid - 19 Terhadap Tingkat Stres Dan


PolaTidur Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara. 1–76.
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/30845/170100039.pdf
?sequence=1&isAllowed=y

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2020). Standar Operasional Prosedur


Penanganan Coronavirus Disease 2019. 2019, 1–95.

Dodi Pratama, Y., Devi Fitriani, A., & Harahap, J. (2020). FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STRES KERJA PADA
PERAWAT ICU DI RSUD Dr. R.M. DJOELHAM BINJAI TAHUN 2020.
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE, 6(2).
https://doi.org/10.33143/jhtm.v6i2.1176

dwi kartika sari. (2017). pengaruh stres kerja terhadap kinerja perawat di
instalasi rawat inap RSUD dr. syidiman magetan. 13–14.

Filemon, E. (2019). Gambaran Stres Kerja pada Perawat di Rumah Sakit Tingkat
II Putri Hijau Medan Tahun 2018.
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/15039

Fransisca., A. V. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Skor


Ansietas Pada Tenaga Medis Yang Merawat Pasien Coronavirus Disease
2019 (Covid-19). TURABItttt.

Handayani, R. T., Kuntari, S., Darmayanti, A. T., Widiyanto, A., & Atmojo, J. T.
(2020). Faktor Penyebab Stres Pada Tenaga Kesehatan Dan Masyarakat Saat
Pandemi Covid-19. Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(3), 353.

Hardani, Aulia, N. H., Amdriani, H., Fardani, R. A., Ustiawaty, J., Utami, E. F.,
Sukmana, D. Ju., & Istiqomah, R. R. (2020). Buku Metode Penelitian
Kualitatif & Kuantitatif (Issue April). Putaka Ilmu.

Jusnimar. (2012). Gambaran Tingkat Stres Kerja Perawat INTENSIVE CARE


UNIT (ICU) Di Rumah Sakit Kanker Dharmais. 1–67. http://lib.ui.ac.id/file?
file=pdf/abstrak-20311866.pdf

Munchen, T. U. (2018). pola shift perawat di masa pandemi covid-19. E-


Conversion - Proposal for a Cluster of Excellence, 3(2020), 29–50.

Novinto, A. A., Adawiyah, W. R., & Sudjadi, A. (2018). Pengaruh Stres Kerja
Terhadap Kinerja Perawat Dengan Strategi Coping Sebagai Variabel
Moderasi. Jurnal Ekonomi, Bisnis, Dan Akuntansi (JEBA), 20(04), 1–16.

Nursalam. (2017). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis


(Edisi 4). Salemba Medika.

Putri, I. I. (2018). Hubungan Antara Tingkat Stres Kerja Perawat dengan


Perilaku Caring Perawat. 1–112.
Rachmaty, dkk. (2021). strategi dalam menghadapi tantangan kesehatan pasca
pandemi. insania.

sri febriani. (2017). gambaran stres kerja perawat di ruang rawat inap bagian
perawatan jiwa rumah sakit khusus daerah provinsi sulawesi selatan. 13–14.

Sukur, moch halim. (2020). Penanganan Pelayanan Kesehatan Di Masa Pandemi


Covid-19 Dalam Perspektif Hukum Kesehatan. Journal Inicio Legis Volume
1 Nomor 1 Oktober 2020, 1, 1–17.

Yanti, D. (2020). Gambaran Motivasi Bekerja Perawat Dalam Masa Pandemi


Coronavirus Disease (Covid-19) Di Bali. Coping: Community of Publishing
in Nursing, 8(2), 155. https://doi.org/10.24843/coping.2020.v08.i02.p07

yohanes rudianto. (2020). FAKTOR-FAKTOR INDIVIDUAL YANG


BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT STRES PADA KARYAWAN RS X
YOGYAKARTA PADAMASA PANDEMI COVID-19. 2507(February), 1–9.

Anda mungkin juga menyukai