NIM : 2017750035
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH
I. MASALAH UTAMA :
HARGA DIRI RENDAH
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal dalam
mencapai keinginan(Herman, 2011). Gangguan harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan
yang negatif terhadap diri sendiri, yang menjadikan hilangnya rasa percaya diri seseorang
karena merasa tidak mampu dalam mencapai keinginan.
(Fitria, 2009).
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu dimana individu
mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya sendiri dan kemampuan yang
dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa kepercayaan diri akibat evaluasi negatif yang
berlangsung dalam waktu yang lama karena merasa gagal dalam mencapai keinginan.
B. Klasifikasi
Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya memiliki
harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu
kejadian (kehilangan, perubahan).
2. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang
negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.
Rentang Respon Konsep Diri
Respon Respon
adaptif Maladaptif
C. Etiologi
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
i. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus
sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh
KKN,dipenjaratiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
1. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan,
pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan
perneal).
2. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/ sakit/
penyakit.
3. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan
dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
ii. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/ dirawat.
Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah
persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive.
Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan
jiwa. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh
kembang, misalnya sering disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima dalam kelompok (Yosep, 2007).
c. Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak mampu bergaul
dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi sosial menarik diri
adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive,
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 336).
d. Penatalaksanaan
i. Farmakologi
1. Obat anti psikosis: Penotizin
2. Obat anti depresi: Amitripilin
3. Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
4. Obat anti insomnia: Phneobarbital
ii. Terapi modalitas
1. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien dengan
memberikan perhatian
a. BHSP
b. Jangan memancing emosi klien
c. Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
d. Berikan kesempatan klien mengemukaan pendapat
e. Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang dialaminya
2. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau aktivitas lain dengan
berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena masalah sebagian orang
merupakan persaan dan tingkah laku pada orang lain.
e. Pohon Masalah
g. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah
h. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa I :harga diri rendah.
Tujuan umum:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus:
i. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik:
a. Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
ii. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
3. Utamakan memberi pujian yang realistik
iii. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
1. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
iv. Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.
2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Fitria Nita. Dkk. 2013. Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta: Salemba
Medika.
Herdman, T.H. 2012. International Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. 2006. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CNHM(basic course). Buku
Kedokteran. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN(basic course). Buku
Kedokteran. Jakarta: EGC