Anda di halaman 1dari 20

PENGERTIAN

a. Bahasa: taat (al-tha’ah), tunduk (al- 


khudhu’), hina (al-dzull), dan pengabdian 
(al-tanassuk) 
b.Istilah : 
‫ التقرب الى هللا بامتثال اوامره واجتناب نواهيه‬
‫والعمل بما اذن به الشارع‬
 “Mendekatkan diri kepada Allah dengan cara
mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya dan mengamalkan segala yang
diizinkan Allah”

2/10/2020
PEMBAGIAN
4

JENIS
MAHDAH KHUSUS
KAIFIYAH
IBADAH
BAIK/
GHAIR MANFAAT
UMUM
MAHDAH NIAT
IBADAH

2/10/2020
5

1. IBADAH MAHDHAH (khusus): ibadah yang


sudah ditentukan Allah secara terperinci tentang
jenis dan tatacaranya.
Contoh : wudu, tayammum, mandi, salat, puasa,
hajji dan umrah
2. IBADAH GHAIR MAHDHAH (umum) :
segala amal (hati,lisan,perbuatan) yang diizinkan
Allah. Contoh : menuntut ilmu, bekerja, berkarya,
kuliah, dsb

2/10/2020
Ibadah Mahdhah
6

1. Cakupan : hubungan vertikal (hablum minallah)


 mengatur hubungan manusia dengan Allah
2. Tsabit : tetap, tidak berubah sejak zaman Nabi
Muhammad sampai sekarang, bahkan sampai hari
kiamat, tidak boleh ditambah dan dikurangi
3. Ta’abbudi, ghair ma’qulatul ma’na : tidak
dapat dijangkau rasionalisasinya, pokoknya begitu
4. Sikap : sami’na wa atha’na, kita dengar dan kita
ikuti, tidak boleh berkreasi (tidak ada peran akal)

2/10/2020
Ibadah Ghair Mahdhah
7

1. Cakupan : hubungan horizontal (hablum


minannas)  mengatur hub. manusia dengan
manusia dan alam sekitarnya
2. Dinamis : bisa berubah sesuai dengan
perkembangan zaman (shalihun likulli zamanin
wamakanin)
3. Ta’aqquli, ma’qulatul ma’na : dapat
dijangkau rasionalitasnya, mengapa begini,
mengapa begitu
4. Sikap : bebas berkreasi, akal berperan

2/10/2020
KAIDAH IBADAH
8

 A. Ibadah Mahdlah :
‫ االصل فى العبادة التوقيف‬-1 
“pada prinsipnya dalam ibadah itu menunggu
(sampai datangnya dalil)”
‫االصل فى العبادة البطالن حتى يدل الدليل‬- 2 
‫على االمر‬
“pada prinsipnya dalam ibadah itu batal (tidak
diterima) sampai ada dalil yang
memerintahkannya”

2/10/2020
9

 Ibadah Mahdhah : harus berdasarkan dalil yaitu al-


Qur’an dan Hadis Maqbul, kalaupun awalnya
mengikuti pendapat ulama selanjutnya harus
dicarikan rujukannya dalam kedua sumber tersebut

 Apabila tidak ada dalilnya itu termasuk bid’ah


seperti : salat sunnah Nishfu Sya’ban, puasa Rabu
Wekasan, mengumandangkan adzan setelah mayat
dikubur, dsb.

2/10/2020
Prinsip Ibadah
1. Ada Perintah dan Ketentuan
 Islam tidak memberikan otoritas kepada
manusia untuk turut menentukan ibadah,
kecuali Nabi utusan-Nya. Dalam melakukan
ibadah kepada Allah manusia tidak mempunyai
kekuasaan menentukannya, bahkan sebaliknya
manusia terikat pada ketentuan-ketentuan yang
diberikan Allah dan Rasul-Nya.
 Berbeda halnya dengan mu’amalah (masalah
keduniaan), terdapat kelonggaran yang
demikian luas bagi manusia untuk
menentukannya.
Lanjutan Prinsip Ibadah
2. Meniadakan Kesukaran dan tidak banyak beban

 Keseluruhan ibadah dalam syari’at Islam tidak


ada yang menyukarkan dan memberatkan
mukallaf (orang yang terkena beban
kewajiban beribadah). Perintah ibadah itu
tidak banyak hanya beberapa saja. Semua
ibadah itu dalam batas kewajiban dan berjalan
dengan kadar kesanggupan manusia.
Lanjutan;

Prinsip kedua ini sebagaimana diterangkan Allah dalam


al-Quran berikut :
 “.…Allah menghendaki kemudahan dan tidak
menghendaki kesukaran….” )QS.2/Al-Baqarah : 185)
 “Allah tidak mebebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya. Ia mendapatkan pahala (dari
kejahatan) yang di usahakannya dan ia mendapat siksa
(dari kejahatan) yang dikerjakannya "QS. 2/Al-Baqarah :
286)
3. Yang Berhak Disembah Hanyalah Allah.
 Bahwa kerinduan untuk berhubungan dengan Tuhan Hampir 2000
tahun yang lalu, Prlutarcus, seorang ahli sejarah bangsa Yunani
mengatakan bahwa mungkin kita menjumpai kota-kota tanpa
benteng-benteng, raja-raja yang kaya, sastra maupun teater-
teater. Tetapi tidak ada satu kota pun tanpa tempat ibadah, atau
tidak ada satu kota pun penduduknya yang tidak melakukan
ibadah.
 Dari dalam jiwa manusia sendiri. hanya saja dalam kenyataan
bahwa tempat ibadah itu terdapat di mana-mana, menunjukkan
keanekaragaman dalam tatacara pelaksanaan serta bermacam-
macamnya tujuan ibadah tersebut. Hal ini membuktikan bahwa
keanekaragaman itu tidak berasal dari satu sumber.Oleh karena
itu, ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.,
sebagai nabi terakhir yang memperoleh wahyu terakhir pula,
menegaskan bahwa satu hal yang mutlak dalam hidup beragama,
dan memberi pernyataan bahwa hanya Allah saja yang berhak
disembah.
Lanjutan Prinsip Ibadah

4. Ibadah itu Tanpa Perantara


 Praktek beribadah sebagian umat manusia telah banyak
mengalami kekeliruan. Kekeliruan itu sebenarnya atas
inisiatif dan konsepsi dari para tokoh agamanya sendiri,
di mana mereka membuat jarak antara manusia dengan
Tuhannya.
 Islam sebagai agama lebih mempertegas bahwa
hubungan manusia dengan Tuhan (melalui ibadah)
tidak perlu dengan perantara apa-apa, dan melalui
siapa pun. Manusia harus melakukan langsung dengan
Allah SWT.
Lanjutan Prinsip Ibadah

5. Ikhlas dalam Beribadah


 Dalam beribadah harus didasari dengan niat yang tulus,
semata-mata hanya mengharapkan ridha Allah. Niat adalah
sikap jiwa, dan merupakan motivator dalam mewujudkan
suatu perbuatan.
 Dalam hadis Nabi dinyatakan bahwa segala sesuatu itu
tergantung niatnya (innama al-a’amal bi al-niat).
 Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa orang-orang ahli kitab
hanya diperintah untuk beribadah kepada Allah dengan niat
yang tulus dan murni, taat kepada Allah dan menjauhi
kemusyrikan serta mendirikan shalat dan menunaikan zakat.
Firman Allah dalam al-Quran:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian
Itulah agama yang lurus”. (QS: al-
Bayyinah/98: 5)
BID’AH
17

Pengertian :
1. Bahasa : ‫( الشيء المستحدث‬sesuatu
yang diada-ada)
2. Istilah : ‫التعبد هلل بما ليس عليه النبي‬
“Beribadah kepada Allah yang
tidak ada contohnya dari Nabi
saw.”Berlaku dalam ibadah mahdlah”.

2/10/2020
Hukum Bid’ah
18

)132 ‫ ص‬/ 5 ‫ (ج‬- ‫صحيح مسلم‬


‫ َم ْن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬ ‫سو ُل ه‬ ُ ‫ ع َْن عَا ِئشَةَ قَالَتْ قَا َل َر‬
. ‫س ِم ْنهُ فَ ُُه َو َرد‬ َ ‫َث فِى أ َ ْم ِرنَا َهذَا َما لَ ْي‬ َ ‫أ َ ْحد‬
‫علَ ْي ِه أ َ ْم ُرنَا فَ ُُه َو َرد‬ َ ‫ع َم ٍال لَ ْي‬
َ ‫س‬ َ ‫ َم ْن ع َِم َل‬
“Barang siapa yang mengada-ada dalam
perkara kami yang tidak ada contohnya
maka akan ditolak”
“Barang siapa yang beramal yang tidak
bersumber dari kami akan ditolak”

2/10/2020
artinya
19

“Rasulullah salat Subuh bersama kami, kemudian beliau


menghadap kami seraya memberi nasehat yang membuat
hati kami bergetar dan meneteskan air mata. Lalu kami
merespon, wahai Rasulullah sepertinya nasehat itu
nasehat terakhir darimu, oleh karena itu sampaikanlah
kepada kami.Beliau bersabda, “Saya berwasiat pada
kalian untuk bertakwa hanya kepada Allah, dengar dan
taatilah pemimpinmu meskipun ia berasal dari hamba
sahaya. Sesungguhnya di antara kamu akan
menyaksikan banyak perselisihan. Oleh karena itu, kalian
wajib mengikuti sunnahku dan sunnah khalifah-khalifah
sesudahku. Hati-hati terhadap bid’ah karena semua
bid’ah itu sesat”

2/10/2020

Anda mungkin juga menyukai