Di susun oleh:
Kelompok II AS1A
Devi Annisa Potabuga (22111039)
Fadel Muhamad Nusi (22111034)
Farid Poiyo (22111010)
Nabila Pasambuna (22111041)
DAFTAR ISI.....................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................2
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. HAKIKAT IBADAH...................................................................................................3
B. HIKMAH IBADAH....................................................................................................6
BAB III PENUTUP............................................................................................................7
KESIMPULAN..............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................8
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Allah SWT telah menciptakan jin dan manusia hanya agar mereka dapat
beribadah kepada-Nya. Sebagaimana terdapat dalam firman-Nya pada surah
Az-Zariyat (56).Setiap ibadah yang telah diperintahkan wajib dilaksanakan
sesuai dengan syara’. Dan kita juga selaku kaum muslimin harus mengetahui
hakikat dan hikmah ibadah yang kita laksanakan.
Ada orang yang melaksanakan ibadah tetapi tidak tahu apa yang ia
laksanakan, Padahal penting bagi kita untuk mengerti apa yang kita lakukan,
seperti hakikat dan hikmahnya. Agar kita menjadi yakin dan tidak buta
mengenai ibadah kita sendiri
B. RUMUSAN MASALAH
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT IBADAH
Hakikat sendiri artinya adalah intisari dan dasar. Istilah hakikat adalah
kenyataan yang sebenarnya atau sesungguhnya. Asal usul kata hakikat adalah
berasal dari Bahasa Arab “Al-Haqq” yang artinya adalah hak. 3 Sedangkan
ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari
ketaatan mengajarkan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.4
Hakikat ibadah itu terdapat dalam beberapa firman Allah SWT yang berbunyi :
ۙ ٰۤي َاُّيَها الَّناُس اۡع ُبُدۡو ا َر َّبُك ُم اَّلِذ ۡى َخ َلَقُك ۡم َو اَّلِذ ۡي َن ِم ۡن َقۡب ِلُك ۡم َلَع َّلُك ۡم َتَّتُقۡو َن
1
Lahmuddin Nasution, Fiqih 1. (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 5
2
“Mutaba’ah”, Bina Qurani, 2021, Web. 31 Agustus 2021
3
Laudia Tysara “Hakikat Adalah Kenyataan yang Sebenarnya”, 2021, Web. 31 Agustus 2022
4
“Ibadah", KBBI Daring, 2016, Web. 31 Agustus 2022
3
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku”
Hal-hal yang tidak diperintah oleh Allah SWT dan Rasulnya tidak dapat
disebut sebagai ibadah. Salat, puasa, zakat, dan haji pun hanya menjadi ibadah
apabila dilakukan sesuai dengan ketentuan syara’.Contohnya seperti berpuasa
di hari raya atau salat pada waktu-waktu yang dilarang itu tidak dapat disebut
sebagai ibadah karena telah melanggar ketentuan syara’ dan malah
mendapatkan dosa.
5
Muh. Haluoleo “Ibadah”, 2019, hal. 3
4
Allah SWT dan mengunggulkan-Nya sebagai tumpuan harapan dalam segala
hal.6
َبَلٰى َم ْن َأْس َلَم َو ْج َهُه ِهَّلِل َو ُهَو ُم ْح ِس ٌن َفَلُه َأْج ُر ُه ِع نَد َر ِّبِه َو اَل َخ ْو ٌف َع َلْيِه ْم َو اَل ُهْم َيْح َز ُنوَن
B. HIKMAH IBADAH
6
Lahmuddin Nasution, Fiqih 1. (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 6-7
7
Lahmuddin Nasution, Fiqih 1. (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 7
5
1. Tidak syirik. Seorang hamba yang telah senantiasa beribadah
menyembah Kepada-Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk
syirik. Ia telah mengetahui bahwa tidak ada sesuatupun yang lebih
unggul dan patut disembah selain Allah SWT.
2. Terhindar dari kemaksiatan, ibadah dapat menyucikan hati dan
mencegah kita dari segala bentuk kemaksiatan, tetapi hal ini hanya
berlaku ketika ibadah telah dilaksanakan sesuai syara’.
3. Memiliki ketakwaan, seseorang yang bertakwa dengan landasan cinta
kepada Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya akan senantiasa merasa
tenang dan senang dalam beribadah. Sedangkan ada yang menganggap
ibadah sebagai beban dan bukan sebagai kebutuhan. Biasanya seseorang
yang menganggap ibadah sebagai beban pasti dalam hatinya akan terasa
berat dan tidak ikhlas dalam menjalankan ibadah.
4. Tidak kikir, harta yang kita miliki senantiasa hanyalah titipan dari Allah
SWT dan dari sebagain titipan itu ada hak milik orang lain yang wajib
kita berikan demi kemaslahatan umat. Akan tetapi, begitu besarnya cinta
manusia terhadap harta dan nikmat duniawi menjadikan banyak
daripadanya menjadi orang yang kikir. Sedangkan seseorang yang telah
memahami bahwa dalam hartanya ada hak milik orang lain dan bahwa
semua miliknya hanyalah titipan dari Allah SWT, makai a akan
senantiasa bersedekah di jalan-Nya. Ia akan meraih cinta Allah SWT
dalam harta yang dititipkan kepadanya. Dan itu akan menjadi bekal di
akhirat nanti.8
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
8
Muh. Haluoleo “Ibadah”, 2019, hal. 7
6
Hakikat ibadah ialah mengikuti (mutaba’ah) Nabi SAW. Mutaba’ah
merupakan sebuah kata yang berasal dari Bahasa Arab yaitu taba’a, yang
artinya adalah mengikuti tuntunan Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
contohkan.
7
DAFTAR PUSTAKA