Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGERTIAN, HAKIKAT, TUJUAN DAN HIKMAH BERIBADAH

OLEH :

Rifqi Kader

Dwifian

Shafira Noraini Abduh

AHWAL AL-SYAKHSIYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan segala
kenikmatan dan kesempurnaan kepada kita. Shalawat rangkaian salam kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah merubah pola pikir manusia menjadi
pola pikir yang islami.

Adapun makalah ini berjudul “Pengertian ibadah, hakikat, tujuan dan hikmah
beribadah” yang merupakan kewajiban penulis untuk menyusunnya dalam rangka
proses perkuliahan.

Penyusun menyadari sepenuhnya dalam penulisan makalah ini masih begitu banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat
penulis butuhkan untuk perbaikan penulisan agar lebih baik lagi nantinya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
A. Pengertian ibadah...................................................................................................6
B. Hakikat ibadah.......................................................................................................7
C. Tujuan Ibadah........................................................................................................9
D. Hikmah ibadah.....................................................................................................10
BAB III............................................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................................13
A. KESIMPULAN....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibadah merupakan salah satu aktivitas atau kegiatan yang ada di setiap
agama yang ada di seluruh dunia. Di dalam agama Islam juga terdapat banyak
ibadah yang harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh setiap umatnya kepada Allah
SWT. Salah satu kegiatan ibadah yang sangat penting dan dijadikan tiang agama
dalam agama islam adalah shalat.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “IBADAH


adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan
diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin)
maupun yang nampak (lahir).

Dari definisi singkat tersebut, maka secara umum ibadah seperti yang kita
ketahui di antaranya yaitu mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada
bulan ramadhan (maupun puasa-puasa sunnah lainnya), dan melaksanakan haji.
Selain ibadah pokok tersebut, hal-hal yang sering kita anggap sepele pun
sebenarnya bernilai ibadah dan pahalanya tidak dapat diremehkan begitu saja,
misalnya menjaga lisan dari perbuatan dosa, dengan tidak berdusta dan
mengumbar fitnah, mencaci, menghina atau pun melontarkan perkataan yang bisa
menyakiti hati. Menjaga kehormatan diri dan keluarga serta sahabat. Mampu dan
bersedia menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya dengan penuh tanggung
jawab. Berbakti dan hormat kepada kedua orang tua atau orang yang lebih tua dari
kita.
Menyambung tali silaturahim dan kekerabatan. Menepati janji. Memerintahkan
atau setidaknya menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar.

Begitu pula rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah,
inabah (kembali taat) kepada-Nya, memurnikan agama (amal ketaatan) hanya
untuk-Nya, bersabar terhadap keputusan (takdir)-Nya, bersyukur atas nikmat-
nikmat-Nya, merasa ridha terhadap qadha/takdir-Nya, tawakal kepada-Nya,
mengharapkan rahmat (kasih sayang)-Nya, merasa takut dari siksa-Nya dan lain
sebagainya itu semua juga termasuk bagian dari ibadah kepada Allah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan hakikat ibadah ?
2. Apa tujuan beribadah ?
3. Apa hikmah beribadah ?

C. Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian ibadah
Ibadah secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab yaitu
“abida-ya’budu-‘abdan-‘ibaadatan” yang berarti taat, tunduk, patuh dan
merendahkan diri. Kesemua pengertian itu mempunyai makna yang
berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh dan merendahkan diri
dihadapan yang disembah disebut “abid” (yang beribadah).
Kemudian pengertian ibadah secara terminologi atau secara istilah
adalah sebagai berikut :
1. Menurut ulama tauhid dan hadis ibadah yaitu:
Mengesakan dan mengagungkan Allah sepenuhnya serta
menghinakan diri dan menundukkan jiwa kepada-Nya
Ulama tauhid menyamakan ibadah dengan Tauhid, sesuai dengan
Q.S. al-Nisa (4) : 36.

2. Ulama Tasawuf
Ibadah adalah perbuatan seorang mukallaf yang berlawanan dengan
kehendak hawa nafsunya dalam rangka mengagungkan
Tuhannya. Menurut ulama tasawwuf, ibadah itu mempunyai tiga
bentuk, yaitu :
a. Mengharapkan pahala dan terhindar dari siksa-Nya.
b. Karena memandang bahwa Allah berhak untuk di sembah
tanpa memperdulikan apakah yang akan diperoleh daripada-Nya.
c. Karena Allah sangat dicintainya, sehingga senantiasa berusaha
untuk dekat dengan-Nya.
3. Menurut ahli fikih ibadah adalah:
“Segala bentuk ketaatan yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan
Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya di akhirat.”

Dari semua pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas


dapat ditarik pengertian umum ibadah adalah semua yang mencakup
segala perbuatan yang disukai dan diridhai oleh Allah SWT, baik berupa
perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun tersembunyi
dalam rangka mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya.

Manusia adalah hamba Allah “Ibaadullaah” jiwa raga hanya milik


Allah, hidup matinya di tangan Allah, rizki, miskin, kayanya ketentuan
Allah, dan diciptakan hanya untuk ibadah atau menghamba kepada-Nya:

)56( ‫َو َم ا َخ َلْق ُت اْلِج َّن َو اِاْل ْنَس اَاّلِلَيْع ُبُد ْو ِن‬

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar
mereka beribadah kepada-Ku.” (al-Zariyat/51:56)

B. Hakikat ibadah
Hakikat ibadah menurut Imam Ibnu Taimiyah adalah segala
sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah baik berupa perbuatan maupun
ucapan yang tampak maupun yang tersembunyi.

Dari definisi tersebut kita memahami bahwa cakupan ibadah sangat


luas. Ibadah mencakup semua sektor kehidupan manusia. Dari sini kita
harus memahami bahwa setiap aktivitas kita di dunia ini tidak boleh
terlepas dari pemahaman kita akan balasan Allah kelak. Sebab sekecil
apapun aktivitas itu akan berimplikasi terhadap kehidupan akhirat.
Allah SWT menjelaskan hal ini dalam firman-Nya:

)8( ‫) َو َمْن َّيْع َمْل ِم ْثَق اَل َذَّر ٍة َش ًّر ا َيرُه‬7( ‫َفَمْن َّيْع َمْل ِم ْثَق اَل َذَّر ٍة َخ ْيًر ا َّيَر ُه‬

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah


pun niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar zarrah pun, dia akan melihat
(balasan)nya pula.” (QS Az-Zalzalah 99: 7-8)

Pada suatu risalah, Al-Ghazali menyatakan bahwa hakikat ibadah


adalah mengikuti Nabi Muhammad Saw. Pada semua perintah dan
larangannya. Sesuatu yang bentuknya seperti ibadah, tapi diperbuat
tanpa perintah, tidaklah dapat disebut sebagai ibadah. Shalat dan puasa
sekalipun hanya menjadi ibadah bila dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk syara’. Melakukan shalat pada waktu-waktu terlarang atau
berpuasa pada pada hari raya, sama sekali tidak menjadi ibadah, bahkan
merupakan pelanggaran dan pembawa dosa. Jadi, jelaslah bahwa ibadah
yang hakiki itu adalah menjujung perintah, bukan semata-mata
melakukan shalat dan puasa, sebab shalat dan puasa itu akan menjadi
ibadah bila sesuai dengan yang diperintahkan.
Adapun hakekat ibadah yaitu:
1) Ibadah adalah tujuan hidup kita. Seperti yang terdapat
dalam surat Adz-dzariat ayat 56, yang menunjukan tugas kita
sebagai manusia adalah untuk beribadah kepada Allah.
2) Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah
cintai dan ridhai dengan penuh ketundukan dan perendahan diri
kepada Allah.
3) Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah
Allah dan meninggalkan larangan-Nya.
4) Hakikat ibadah sebagai cinta.
5) Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih
segala sesuatu yang dicintai Allah)
6) Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan
kepada segala bentuk dan jenis makhluk melebihi ketakutannya
kepada Allah SWT

C. Tujuan Ibadah
Tujuan Ibadah adalah Agar manusia selalu tahu dan sadar bahwa
betapa lemah dan hinanya mereka bila berhadapan dengan kekuasaan
Allah, sehingga ia menyadari benar-benar kedudukannya sebagai hamba
Allah.Manusia adalah hamba Allah “Ibaadullaah” jiwa raga hanya milik
Allah, hidup matinya di tangan Allah, rizki, miskin, kayanya ketentuan
Allah, dan diciptakan hanya untuk ibadah atau menghamba kepada-
Nya:

)56( ‫َو َم ا َخ َلْق ُت اْلِج َّن َو اِاْل ْنَس اَاّلِلَيْع ُبُد ْو ِن‬

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar
mereka beribadah kepada-Ku.” (al-Zariyat/51:56)
Ibadah juga menunjukkan rasa syukur kepada Allah sebagai
sumber segala kebaikan juga memuji segala sifat-sifat kesempurnaan-
Nya
Tujuan yang hakiki dari ibadah adalah menghadapkan diri kepada
Allah SWT dan menunggalkan-Nya sebagai tumpuan harapan dalam
segala hal.
D. Hikmah ibadah

1) Untuk Menguji Manusia


Ibadah Allah perintahkan sebagai ujian, agar menjadi jelas siapa
orang-orang yang taat dan siapa orang-orang yang durhaka. Yang
mau beribadah akan beruntung dan yang enggan beribadah kelak
rugi serugi-ruginya. Andai Allah menciptakan manusia begitu saja,
tanpa diperintah untuk melakukan sesuatu dan juga dilarang dari
perbuatan-perbuatan tertentu, maka kehidupan manusia menjadi
sia-sia.
2) Untuk Mengagungkan Allah
Ibadah memiliki dimensi pengagungan (ta’dziim) kepada
Allah. Maka dengan beribadah, berarti kita mengagungkan
Allah SWT, Rabb yang telah menciptakan kita dan semesta, serta
memberi rizki yang melimpah kepada kita. Allah sangat pantas
diagungkan oleh makhluk-makhluk-Nya, karena Dia satu-satunya
Dzat yang Maha sempurna dalam segala hal. Keagungan Allah
tidak terbatas. Kuasa-Nya tidak terhingga. Nama-nama-Nya,
sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya dan syariat-Nya sangat
sempurna, tidak ada kata kurang dan kecacatan. Milik-Nya semua
yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dalam genggaman-Nya
seluruh urusan makhluk dalam semesta ini.
3) Untuk Menguatkan dan Mendekatkan Hubungan dengan Allah

Nama lain dari ibadah adalah qurbah, artinya adalah


sesuatu yang akan mendekatkan diri kepada Allah. Aktifitas
ibadahnya disebut dengan taqarrub. Dengan ibadah, manusia
akan menjadi dekat dengan Allah. Semakin kuat ibadah
seseorang, maka kian dekat ia dengan Allah. Banyak sekali
keistimewaan yang akan didapatkan oleh orang yang dekat
dengan Allah ta’ala. Kedekatan akan mendatangkan cinta.

Sulthan Ulama, al Izz Ibnu


Abdissalam rahimahullah berkata, “Seluruh orientasi ibadat
adalah taqarrub kepada Allah azza wa jalla.

Manusia selalu bergantung dan membutuhkan Penciptanya.


Manusia yang dekat dengan-Nya, akan merasakan ketenangan
jiwa dan kenyamanan batin. Sementara orang yang jauh dari-Nya,
hatinya akan dipenuhi rasa gundah dan ketidaknyamanan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Hati,
tidak akan baik, bahagia, tidak akan mendapat kenikmatan,
kesenangan, kelezatan, ketentraman dan ketenangan, melainkan
dengan ibadah kepada Rabbnya, mencintai dan kembali menuju
kepada-Nya.”
4) Untuk Mensucikan Jiwa

Pensucian jiwa atau yang juga disebut dengan tazkiyatun-


nufuus sangat penting bagi jiwa manusia. Manusia terdiri dari dua
entitas; jasad dan jiwa. Dua-duanya memiliki kehidupan. Jasad
hidup dengan ruh, sementara jiwa hidup dengan kesuciannya.

Ibadah akan membuat jiwa menjadi kaya. Karena dengan


beribadah manusia hanya akan butuh kepada Allah yang
Mahakaya. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyatakan,

“Kekayaan itu bukanlah dengan banyaknya harta benda,


kekayaan sebenarnya adalah kekayaan jiwa atau kekayaan
hati.” (HR Bukhari dan Muslim)

5) Untuk Merealisasikan Ketakwaan

Dengan beribadah, seorang hamba akan menjadi orang


yang bertakwa. Dan takwa, adalah pendorong utama menuju
perilaku yang baik, serta benteng yang kokoh untuk melindungi
manusia dari pengaruh-pengaruh buruk yang akan membawanya
pada perbuatan tidak terpuji. Allah berfirman,

“Hai manusia, beribadahlah kepada Tuhanmu yang telah


menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu
bertakwa.” (QS. Al Baqarah [2]: 21)
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ibadah adalah taat dan merendahkan diri kepada Allah SWT yaitu tinkatan
tunduk disertai kecintaan yang paling tinggi dan melaksanakan perintahnya
(ibadah) atau sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah
SWT baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang batin.

Hakikat ibadah menurut Imam Ibnu Taimiyah adalah segala sesuatu yang
dicintai dan diridhai Allah baik berupa perbuatan maupun ucapan yang tampak
maupun yang tersembunyi.

Adapun hakekat ibadah yaitu:

1) Ibadah adalah tujuan hidup kita. Seperti yang terdapat dalam surat Adz-
dzariat ayat 56, yang menunjukan tugas kita sebagai manusia adalah untuk
beribadah kepada Allah.
2) Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai
dengan penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah.
3) Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan
meninggalkan larangan-Nya.
4) Hakikat ibadah sebagai cinta.
5) Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu
yang dicintai Allah)
6) Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala
bentuk dan jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT
Tujuan Ibadah adalah Agar manusia selalu tahu dan sadar bahwa betapa
lemah dan hinanya mereka bila berhadapan dengan kekuasaan Allah, sehingga ia
menyadari benar-benar kedudukannya sebagai hamba Allah.Manusia adalah
hamba Allah “Ibaadullaah” jiwa raga hanya milik Allah, hidup matinya di tangan
Allah, rizki, miskin, kayanya ketentuan Allah, dan diciptakan hanya untuk ibadah
atau menghamba kepada-Nya

Hikmah ibadah yaitu :

1) Untuk Menguji Manusia


2) Untuk Mengagungkan Allah
3) Untuk Menguatkan dan Mendekatkan Hubungan dengan Allah
4) Untuk Mensucikan Jiwa
5) Untuk Merealisasikan Ketakwaan
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur`an Kariim

Shahih Bukhari Muslim

Syukur, Amin. 2003. Pengantar Studi Islam. Semarang :CV. Bima Sakti.

Alim, Muhammad. 2006. Pendidikan agama islam. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Hasbi ash Shiddieqy, Hasbi. 1991. Kuliah Ibadah. Yogyakarta: Bulan Bintang.

Shalih Su’ad, Ibrahim. 2011. Fiqih Ibadah. Jakarta: Amzah.

Abduh Al manar, Abduh. 1999. Ibadah dan Syari’ah. Surabaya: PT. Pamator.

Maqashidu al Ibadat, 11.

Syarh al Ubudiyyah, 95.


Tafsir al Qur`an al Adzim: 7/579.

Anda mungkin juga menyukai