BANDUNG2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam senantiasa
penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Tak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah dan teman-teman yang telah
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
SWT. Dari ibadah dapat dilihat seberapa bersyukurnya seriap hamba, manusia
tidak dapat dipisahkan dengan penciptanya. Di dunia manusia tidak hidup tanpa
manusia yang lain maksudnya adalah manusia adalah makhluk sosial. Sering
kali dan banyak di antara kita yang menganggap ibadah itu hanyalah sekedar
puasa. Sayangnya, kita lupa bahwa ibadah tidak mungkin lepas dari pencapaian
kepada Tauhid terlebih dahulu. Karena mustahil kita mencapai tauhid tanpa
adalah suatu istilah yang mencangkup segala sesuatu yang dicintai Allah dan
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Konsep Ibadah
1. Pengertian Ibadah
dengan kata al-khudhu dan adz-dzull yang berarti ketundukan dan kehinaan ( Yusuf
Al Qaradhawi, 2005 ). Oleh karena itu, kata at-ta’bid yang berarti menundukkan diri
sama dengan kata at-tadzlil yang bermakna merendahkan diri dihadapan Allah. Kata
al-‘ibadah juga memiliki persamaan makna dengan kata khudhu, dan tadzallul.
Ibadah merupakan suatu bentuk ketundukan kepada Allah yang memberi nikmat dan
ibadah sebagai suatu bentuk ketundukkan dan ketaatan sebagai dampak dari rasa
pengagungan yang bersemai didalam lubuk hati seseorang terhadap siapa yang
menjadi tujuan ketundukannya. Rasa itu lahir akibat adanya keyakinan dalam diri
orang yang bersangkutan bahwa objek tujuan ibadahnya memiliki kekuasaan yang tak
penuh kasih dan cinta kepada Allah SWT, bukan karena terpaksa atau karena yang
lain
Para Nabi dan Rasul merupakan hamba Allah yang terbaik dan senantiasa
Mereka patuhi dengan penuh perasaan cinta dan kasih serta mengharap keridhoan
dari Tuhannya. Mereka menjadi contoh tauladan yang paling baik kepada kita semua
dalam setiap pekerjaan dan amalan sebagaimana yang dianjurkan oleh Al-Qur’an.
segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah, baik berupa perkataan, perbuatan
yang tampak dan yang tidak tampak, serta membebaskan diri dari segala sesuatu yang
dilakukan oleh manusia harus bersumber dari syariah Allah. Semua ibadah yang tidak
didasari oleh syariah berarti bid’ah, ibadah semacam ini tidak saja ditolak tapi lebih
Ibadah tidak hanya sebatas pada menjalankan rukun islam, tetapi ibadah
juga berlaku pada semua aktivitas duniawi yang didasari rasa ikhlas. Oleh karena itu
ibadah terdapat dua klasifikasi yaitu, ibadah khusus ( khas ) dan umum ( ‘amm ).
Ibadah dalam arti khusus adalah ibadah yang berkaitan dengan arkan al-islam, seperti
syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji. Sedangkan ibadah dalam arti umum adalah
segala aktivitas yang titik tolaknya ikhlas yang ditunjukkan untuk mencapai ridho
Rukun-rukun ibadah menurut manhaj ( jalan ) Ahlus Sunnah wal Jama’ah ada tiga,
yaitu :
a) Al-Hubb ( Cinta )
Ibadah dari asal maknanya bisa berarti menghinakan diri. Dan ia selain
mengandung makna penghinaan diri dihadapan Allah SWT juga mengandung Al-
Hubb ( cinta ) yang tinggi kepada-Nya. Dengan kecintaan yang tinggi disertai
penghinaan yang sempurna kepada Allah SWT, seorang hamba akan sampai pada
penghambaan diri kepada-Nya SWT, sebab puncak dari Al-Hubb adalah At-
kepada Allah SWT kecuali dengan terkumpulnya keduanya sekaligus, yaitu cinta dan
penghinaan diri.
b) Al-Khouf ( Takut )
mana keikhlasan seseorang dalam beragama bagi Allah SWT. Sebagaimana yang
telah Allah perintahkan kepada hamba-Nya tidak akan lurus kecuali dengan bantuan-
Nya. Khouf ialah kegundahan hati akan terjadinya sesuatu yang tidak disuka berupa
hukuman dan adzab Allah SWT yang mneimbulkan sikap penghambaan dan
agung. Ialah harapan yang kuat atas rahmat dan balasan berupa pahala dari Allah
terdapat tiga rukun tersebut agar menjadi ibadah yang sempurna. Peribadahan kepada
Allah SWT harus disertai ketundukan dan kecintaan yang sempurna serta rasa takut
dan harapan yang tinggi. Bila ketiganya terdapat dalam sebuah amalan maka ia benar-
dengan harap ( atas rahmat Allah ) dan cemas ( akan adzab-Nya ). Dan mereka adalah
Syarat diterimanya ibadah oleh Allah SWT dalam konsep risalah islam :
1. Ikhlas
ikhlas semata-mata karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji ataupun dipaksa.
Artinya :
dengan mengikhlaskan ibadah kepada-Nya, lagi tetap teguhdi atas tauhid; dan supaya
mereka mendirikan shalat serta memberi zakat. Dan yang demikian itulah Agama
Artinya :
2. Ilmu
Artinya :
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
3. Sunah
Tata cara Ibadah harus sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya
dan sahabatnya.
“Barang siapa yang mengadakan sesuatu dalam perkara kami ini yang tidak
4. Prinsip Ibadah
semata sebagai wujud hanya mengesakan Allah SWT. Hal ini didasarkan pada firman
Allah SWT :
Artinya :
Artinya :
orang yang berdo’a apabila ia memohon kepadKu. Maka hendaklah mereka itu
Artinya :
apa yang dibisikkan oleh jiwanya. Dan Kami sangat dekat daripada urat lehernya.”
dan Maha Mengetahui segala apa yang dilakukan oleh hamba-Nya, maka dalam
berdo’a harus langsung dimohonkan kepada Allah dan tidak melalui perantara
c. Harus ikhlas yakni murni hanya mengharap ridha Allah SWT. Keikhlasan
harus ada dalam seluruh ibadah, karena keikhlasan inilah jiwa dari ibadah. Tanpa
keikhlasan, maka tidak mungkin ada ibadah yang sesungguhnya. Allah SWT
berfirman :
Artinya :
artinya :
Arti kata shalih adalah baik karena sesuai. Seseorang dikatakan beramal
shaleh bila dalam beribadah kepada Allah sesuai dengan cara yang disyariatkan Allah
melalu para Nabi-Nya, bukan dengan cara yang dibuat oleh manusia sendiri.
secara lengkap melalui hadits-haditsnya yang maqbul, dari sejak niat yang tidak
dihafalkan, bacaan dan gerakan sholat, jumlah raka’at, waktu sholat, dan lain-lain.
Dalam masalah ibadah mahdah ( khusus ) yang jelas-jelas sudah ada keterangan dari
Allah dan Rasul-Nya, tidak boleh ada hasil kreasi manusia yang boleh masuk
didalamnya.
e. Seimbang antara unsur jasmani dan rohani. Hal ini didasarkan pada
Artinya :
“Dan carilah apa yang Allah berikan kepadamu berupa ( kebahagiaan ) negeri
Artinya :
Syariat yang diciptakan Allah SWT mesti sudah sesuai dengan porsi
kemanusiaan manusia. Hal ini karena Allah sebagi pencipta alam semesta termasuk
manusia, tentunya paling tahu tentang ciptaan-Nya dan segala keterbatasan yang
keluar berupa keringanan atau ruskhah yang ditawarkan Allah dalam syariat-Nya.
B. Ibadah Mahdah dan Ghairu Mahdah
(langsung kepada Allah) dan ghairu mahdhah (tidak langsung kepada Allah).
1. Ibadah Mahdhah
kepada Allah. Segala bentuk aktifitas ibadah berupa cara, waktu dan kadarnya telah
ditetapkan oleh Allah dan rasul-Nya seperti shalat, puasa, dan haji. Seseorang tidak
akan mengetahui ibadah ini kecuali melalui penjelasan Allah dalam Al-Qur’an atau
a. Ikhlas
Agar amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT maka amal itu harus
ikhlas dan benar. Amal yang ikhlas adalah amal yang dilakukan dengan niat murni
untuk mendapat ridha Allah, bukan untuk mendapat ridha atau pamrih dari selain
Allah. Amal yang benar adalah amal yang sesuai dengan sunnah Rasulullah.
seperti yang diajarkan Nabi, tak boleh menambah dan tak boleh mengurangi. Pada
menyangkut ibadah ghairu mahdhah itu dikerjakan diatas tiga landasan, yakni hubb
Artinya :
orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada
hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat
Menurut Imam Ali, orang yang menyembah Allah terbagi kedalam tiga tipe:
keagamaan, semakin banyak pula imbalan yang akan didapatkannya. Imam Ali
sesuatu lantaran khawatir akan murka sang tuan. Ia membayangkan Allah ibarat Sang
Imam Ali menyebutnya sebagai ibadahnya orang yang merdeka. Ibadah yang dihiasi
dengan penuh cinta serta ketulusan. Ketulusan cinta itu muncul dari rasa syukur dan
terima kasih yang mendalam. Ibadah benar-benar menjadi penjelmaan dan ungkapan
sesama manusia dan lingkungannya, yang diniatkan untuk beribadah kepada Allah
SWT. Ibadah ghairu mahdhah tata caranya tidak ditentukan oleh Allah. Hal ini
menyangkut segala macam amal kebaikan yang di ridhai Allah baik berupa perkataan
maupun perbuatan. Bahkan sekedar baru berniat saja sudah dianggap ibadah dan
mendapat pahala dari Allah. Ibadah pada aspek ini cakupannya sangat luas. Contoh
ibadah ghairu mahdhah adalah bekerja, belajar, berinfak, menyantuni anak yatim,
membantu orang lain, menunaikan amanah, berbakti kepada kedua orang tua,
seluruh aktifitas manusia yang diniatkan semata-mata untuk mencari ridha Allah
SWT selama apa yang dilakukan sesuai dengan ketentuan syariat Allah :
engkau akan mendapatkan pahala atasnya. Sampai sesuatu yang engkau berikan pada
Prinsip praktik ibadah ini yaitu tidak ada dalil yang melarangnya serta
ghairu mahdhah membutuhkan dua hal, yakni cinta kepada Allah dan
1. Fungsi Ibadah
dan “khudlu”. Orang yang beriman dirinya akan selalu merasa diawasi oleh Allah. Ia
akan selalu berupaya menyesuaikan segala perilakunya dengan ketentuan Allah SWT.
Dengan sikap itu seseorang muslim tidak akan melupakan kewajibannya untuk
Allah SWT. Demikianlah ikrar seorang muslim seperti tertera dalam Al-Qur’an surat
Al-Fatihah ayat 5
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami
Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota
masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan memberi
nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur’an ketika berbicara tentang fungsi
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Qur’an dan dirikanlah
dari ibadah-ibadah yang lain, dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
fungsinya;
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka, dan Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui.” Dan masih banyak ibadah-ibadah lain yang
tujuannya tidak hanya baik bagi diri pelakunya tetapi juga membawa dampak sosial
yang baik bagi masyarakat. Karena itu Allah tidak akan menerima semua bentuk
ibadah, kecuali ibadah tersebut membawa kebaikan bagi dirinya dan orang lain.
“Barang siapa yang sholatnya tidak mencegah dirinya dari perbuatan keji dan
munkar, maka dia hanya akan bertambah jauh dari Allah” (HR. Thabrani)
bentuk ibadah menuntut kita untuk berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengan
jelas dalam pelaksanaan shalat, mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku,
sujud dan aturan-aturan lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin. Apabila kita
perbuatan, tidak mau membantu kesulitan sesama manusia, menumpuk harta dan
tidak menyalurkannya kepada yang berhak. Tidak mau melakukan “amar ma’ruf nahi
munkar”, maka ibadahnya tidak bermanfaat dan tidak bisa menyelamatkannya dari
a) Tidak syirik
telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari
segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli-Nya.
b) Memiliki ketakwaaN
kewajiban ada kalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan
tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai
jika ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus
e) Tidak kikir, harta ang dimiliki manusia pada dasarnya bukan muliknya
tetapi milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat.
menjadikan dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang
dengan Allah semata, tetapi juga mengandung dimensi sosial yang tinggi bagi
Pertama, ibadah shalat. Kandungan sosial dari ibadah shalat adalah bahwa
tinggi. Ketika melaksanakan shalat di masjid lima kali dalam sehari, maka
kepada Tuhan yang satu, membaca kitab yang sama, serta menghadap kiblat
yang sama. Mereka juga melakukan amalan yang sama yakni sujud, ruku, dan
Artinya:
sadar ini akan menjadi latihan dan pembinaan tersendiri bagi orang yang
besangkutan untuk menjadi orang yang dermawan dan peduli terhadap orang-
Ketiga, ibadah zakat. Ibadah zakat memiliki fungsi dan hikmah ganda.
menyucikan diri beserta harta bendanya. Dengan begitu, zakat melatih manusia
menghilangkan sifat kikir, rakus, tamak yang melekat pada dirinya. Zakat
Allah SWT.
menanggalkan perbedaan status sosial yang mereka sandang dan bersatu dalam
mencabut pepohonan.
Maknanya manusia harus menerapkan apa yang telah disebutkan dalam Al-
PENUTUP
A. Kesimpulan
dengan kata al-khudhu dan adz-dzull yang berarti ketundukan dan kehinaan.
menafsirkan ibadah sebagai suatu bentuk ketundukkan dan ketaatan sebagai dampak
dari rasa pengagungan yang bersemai didalam lubuk hati seseorang terhadap siapa
b) Tanpa perantara.
c) Harus ikhlas
dan “khudlu”.
menjadi syirik, tidak kikir, memiliki ketakwaan, terhindar dari kemaksiatan, dan
berjiwa sosial.
10. Ibadah zakat memiliki fungsi dan hikmah ganda. Secara individu zakat
bendanya.
universal. Ibadah haji dimulai dengan niat sambil menanggalkan pakaian biasa dan
Pustaka : Jakarta
Muhaimin, dkk. 2005. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Kencana : Jakarta