IBADAH
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen : Waway Qudrotullah S.,S.Pd,.M.Ag
Oleh
IBADAH
A. MAKNA IBADAH
Secara Etimologis
kata ibadah berasal dari bahasa arab
- yang artinya menyembah, mengabdi, tunduk atau patuh (Munawwir, 1984 :
951). Dalam Al Quran kata-kata ibadah berarti tunduk, patuh, doa, atau mohon
petunjuk; seperti tersirat dalam firman Allah Taala :
()
Hanya Engkaulah yang kami sembah [*] dan hanya kepada engkaulah kami
meminta pertolongan [**] (QS. Al-Fatihah [1]:5]
B. TUJUAN IBADAH
Para ulama menyimpulkan dari beberapa ayat al-Qur'an dan al-Hadits, bahwa
tujuan beribadah adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah Sang Pencipta.
Meskipun cara seorang hamba taqarrub kepada Sang Khaliq terkadang berbeda.
Perbedaan ini muncul karena proses pencariannya yang berbeda.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku. (QS. Adz-Dzariyat: 56).
Tidak ada agama lain bisa seperti Islam, begitu dekat dan langsung dalam
berhubungan dengan Sang Penciptanya. Di masjid tidak ada Imam yang mengklaim
otoritas untuk mengampuni dosa atas nama Allah. Tidak ada Imam yang mengklaim
mampu mengubah hati manusia menjadikannya beriman kepada Allah. Di masjid
tidak ada musik untuk menggiring pikiran dan perasaan yang mengalihkannya dari
pemikiran yang jernih.
Selain itu ibadah dalam Islam, tidak terbatas di masjid saja. Setiap tindakan
yang baik dianggap suatu tindakan ibadah jika dilakukan dengan tulus demi Allah dan
menurut hukum-Nya. Bahkan berurusan dengan orang tua, kerabat dan masyarakat
bisa menjadi ibadah jika mereka dilakukan sesuai dengan petunjuk dari Allah dan
untuk mendapatkan ridho-Nya. Nabi Muhammad SAW mengatakan:
Tersenyum ketika bertemu saudaramu adalah ibadah. (HR Trimidzi, Ibnu Hibban,
dan Baihaqi).
Infaq dan shadaqah adalah suatu ibadah sunnah yang di utamakan oleh Allah
SWT. Setiap persendian manusia ada sedekahnya setiap hari di mana matahari terbit
di dalamnya, kamu mendamaikan di antara dua orang adalah sedekah, kamu
membantu seseorang untuk menaikkannya di atas kendaraannya atau mengangkatkan
barangnya di atasnya adalah sedekah, kalimat yang baik adalah sedekah, pada tiap-
tiap langkah yang kamu tempuh menuju shalat adalah sedekah, dan kamu membuang
gangguan dari jalan adalah sedekah (HR. Bukhari).
C. HAKIKAT IBADAH
Tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk beribadah kepada
Allah SWT. Ibadah dalam pengertian yang komprehensif menurut Syaikh Al-Islam
Ibnu Taimiyah adalah sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan
diridhai oleh Allah SWT berupa perkataan atau perbuatan baik amalan batin ataupun
yang dhahir (nyata).
Adapun hakekat ibadah yaitu:
1. Ibadah adalah tujuan hidup kita, seperti yang terdapat dalam surat adz-dzariat ayat
56, yang menunjukkan bahwa tugas kita sebagai manusia adalah untuk beribadah
kepada allah.
2. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan
penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah.
3. Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan
larangan-Nya.
4. Hakikat ibadah sebagai cinta.
5. Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu yang
dicintai Allah).
6. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan
jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.
E. PRINSIP IBADAH
Prinsip ibadah ada empat :
Tidak menyekutukan Allah. Firman Allah : " Dan sembahlan Allah dan
janganlah kamu mempersekutukannya dengan suatu apapun. Dan berbuat
baiklah kepada kedua orang tua." ( QS An Nisa : 36 )
b. Dilakukan dengan penuh kepasrahan diri kepada Allah. Firman Allah : "
katakanlah (muhammad), sesunguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-nya. Dan
demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama
berserah diri." (QS Al An'am : 162-163)
F. Macam-macam Ibadah
Pada dasarnya akhir tujuan beribadah bermuara kepada al-ma'bud yakni Allah
SWT. Namun, para ulama membagi ibadah menjadi dua jenis, yakni :
1. Ibadah mahdlah. Artinya ibadah khusus berupa perbuatan yang
menghubungkan al- aabid dengan al-ma'bud dengan aturan yang sudah diatur
oleh Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW.Contohnya shalat, zakat, puasa
dan ibadah manasik haji.
Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada empat yaitu:
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama
Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh
diselenggarakan. Selama tidak diharamkan oleh Allah, maka boleh melakukan
ibadah ini.
b. Tata laksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam
ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah bidah, atau jika ada yang menyebutnya,
segala hal yang tidak dikerjakan rasul bidah, maka bidahnya disebut bidah
hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bidah dhalalah.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya,
manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga
jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh
dilaksanakan.
d. Azasnya Manfaat, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.
Jadi, ibadah secara umum ini termasuk fardhu kifayah dan sebagian yang
hukum asalnya mubah. Ibadah umum sangat luas yang mencakupi atau
merangkumi seluruh pekara yang berkaitan kehidupan manusia. Akan tetapi jika
bertemu adanya nash yang mengharamkannya, misalnya ada dalil yang melarang
mengucap dzikir dengan lisan di dalam tandan atau WC, maka ia haram
mengucapkannya selama berada di dalamnya. Selain itu selama dalil umum yang
memayungi keharusan ibadah sunah tersebut dan tidak ada pula dalil pengharaman
bentuk dan cara pelaksanaannya, maka dibenarkan untuk mengamalkannya.
2. Ibadah ghair mahhdlah. Artinya ibadah yang tidak diatur secara khusus oleh Allah
dan Rasulullah sehingga berbentuk umum, berupa hubungan manusia dengan
manusia, manusia dengan alam dan lingkungan. Contohnya gotong royong,
menolong orang, menjaga lingkungan dan sebagainya.
Ibadah dalam bentuk ini juga memiliki prinsip seperti ibadah secara umum tadi
dan prinsip ini lebih bersifat mengikat prinsip tersebut terdiri dari empat yaitu:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran
maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh
akal atau logika keberadaannya. Haram kita melakukan ibadah ini selama tidak
ada perintah.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan
ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal
hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri,
shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya. keabsahannnya
bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai
dengan ketentuan syariat, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh
syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya taat, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini
adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang
diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan
kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul
adalah untuk dipatuhi.
Jadi , jenis dari ibadah ini keberadaannya harus berdasarkan sumber-sumber
hukum Islam (Al-Quran dan Hadits), bukan berasal atau ditetapkan oleh akal logika
melainnya berasal dari wahyu Allah SWT. Dan hamba (semua manusia) wajib
meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk
kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah SWT.
Selain Praktek ibadah sangatlah beragam, tergantung dari sudut mana kita
meninjaunya.
1. Dilihat dari segi umum dan khusus, maka ibadah dibagi dua macam:
a) Ibadah Khoshoh adalah ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan dalam
nash (dalil/dasar hukum) yang jelas, yaitu sholat, zakat, puasa, dan haji;
b) Ibadah Ammah adalah semua perilaku baik yang dilakukan semata-mata
karena Allah SWT seperti bekerja, makan, minum, dan tidur sebab semua itu
untuk menjaga kelangsungan hidup dan kesehatan jasmani supaya dapat
mengabdi kepada-Nya.
2. Ditinjau dari kepentingan perseorangan atau masyarakat, ibadah ada dua macam:
a) ibadah wajib (fardhu) seperti sholat dan puasa;
b) ibadah ijtimai, seperti zakat dan haji.
3. Dilihat dari cara pelaksanaannya, ibadah dibagi menjadi tiga:
a) ibadah jasmaniyah dan ruhiyah (sholat dan puasa)
b) ibadah ruhiyah dan amaliyah (zakat)
c) ibadah jasmaniyah, ruhiyah, dan amaliyah (pergi haji)
4. Ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah dibagi menjadi:
a) ibadah yang berupa pekerjaan tertentu dengan perkataan dan perbuatan,
seperti sholat, zakat, puasa, dan haji;
b) ibadah yang berupa ucapan, seperti membaca Al-Quran, berdoa, dan
berdzikir;
c) ibadah yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti
membela diri, menolong orang lain, mengurus jenazah, dan jihad;
d) ibadah yang berupa menahan diri, seperti ihrom, berpuasa, dan itikaf
(duduk di masjid); dan
e) ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan utang, atau
membebaskan utang orang lain.
BENTUK PERIBADATAN
A. TAHARAH ( bersuci )
Secara bahasa thahrah berarti suci dan bersih, baik itu suci dari kotoran lahir
maupun dari kotoran batin berupa sifat dan perbuatan tercela. Sedangkan secara istilah
fiqh, thaharah adalah: mensucikan diri dari najis dan hadats yang menghalangi shalat
dan ibadah-ibadah sejenisnya dengan air atau tanah, atau batu. Penyucian diri di sini
tidak terbatas pada badan saja tetapi juga termasuk pakaian dan tempat.
Hukum thahrah (bersuci) ini adalah wajib, khususnya bagi orang yang akan
melaksanakan shalat. Hal ini didasarkan pada QS. Al-Maidah/5: 6 dan hadis Nabi saw:
..
Kunci shalat itu adalah bersuci (HR al-Tirmidzi, Ibn Mjah, Ahmad, al-Drimi,
dari Ali bin Abi Thlib ra.)
Alat yang digunakan untuk bersuci terdiri dari air, debu dan batu atau benda padat
lainnya (seperti: daun, tisu) yang bukan berasal dari najis/kotoran. Benda padat tersebut
digunakan khususnya ketika tidak ada air. Namun jika ada air yang bisa digunakan
bersuci, maka disunnahkan untuk lebih dahulu menggunakan air. Tapi tidak semua air
dapat digunakan untuk bersuci.
Air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah: 1) Air muthlaq yaitu air yang suci
lagi mensucikan, seperti: air mata air, air sungai, zamzam, air hujan, salju, embun, air
laut; 2) Air musta`mal yaitu air yang telah digunakan untuk wudlu dan mandi (Muttafaq
`alayh, dari Jabir). Sedangkan air yang tidak dapat digunakan untuk bersuci antara lain: 1)
Air mutanajjis yaitu air yang sudah terkena najis, kecuali dalam jumlah yang besar yakni
minimal dua kulah (. HR. Tirmidzi, Nasai, dll.) atau sekitar 500 liter Iraq, dan tidak
berubah sifat kemutlakannya yakni berubah bau, rasa dan warnanya; 2) Air suci tetapi
tidak dapat mensucikan, seperti air kelapa, air gula (teh atau kopi), air susu, dan
semacamnya. Namun air yang bercampur dengan sedikit benda suci lainnya seperti air
yang bercampur dengan sedikit sabun, kapur barus atau wewangian, selama tetap terjaga
kemutlakannya, maka hukumnya tetap suci dan mensucikan. Tapi jika campurannya
banyak hingga tidak layak lagi disebut sebagai air mutlak, maka hukumnya suci tapi tidak
mensucikan.
Selain najis hakiki, dikenal pula istilah najis hukmi atau hadats itu sendiri yakni
sesuatu yang diperbuat oleh anggota badan yang menyebabkan ia terhalang untuk
melakukan shalat. Hadats ini ada dua macam, yaitu hadats kecil dan hadats besar. Hadats
kecil adalah suatu keadaan di mana seorang muslim tidak dapat mengerjakan shalat
kecuali dalam keadaan wudlu atau tayammum. Yang termasuk hadats kecil adalah buang
air besar dan air kecil, kentut, menyentuh kemaluan tanpa pembatas, dan tidur nyenyak
dalam posisi berbaring. Sedangkan hadats besar (seperti: junub dan haid) harus disucikan
dengan mandi besar, atau bila tidak memungkinkan untuk mandi maka cukup berwudlu
atau tayammum.
a) Wudlu
Dalil tentang wajibnya wudlu terdapat dalam Qs. al-Maidah/5: 6 dan hadis Nabi saw:
Allah tidak menerima shalat salah seorang kamu bila berhadats sampai ia berwudlu.
(HR. al-Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud dan Ahmad)
Dalam Al-Quran surat Al-Maidah/5: 6 hanya menyebutkan empat anggota wudlu yang
wajib dibasuh, khususnya ketika sangat sulit dan terbatasnya air untuk bersuci. Namun
ketika tidak ada kendala kesulitan atau keterbatasan air untuk bersuci maka disunnahkan
untuk berwudlu sesuai dengan sunnah Nabi yang telah dirinci dalam hadis-hadis yang
maqbl.
Dalam hal ini, ada sebuah hadis tentang tata cara berwudlu yang diceritakan oleh
Humran mawl (mantan budak) Usman ra.:
:
.
Bahwasanya Usman bin `Affan r.a. meminta tempat air lalu berwudlu. Maka (ia mulai)
membasuh kedua telapak tangannya tiga kali, kemudian berkumur-kumur dan
menyemburkan air dari mulutnya. Lalu ia membasuh wajahnya tiga kali, kemudian
membasuh tangan kanannya sampai siku tiga kali, kemudian membasuh yang kiri seperti
itu (pula). Lalu mengusap kepalanya, kemudian membasuh kaki kanannya sampai kedua
mata kaki tiga kali, kemudian kaki kirinya seperti itu (pula). Kemudian ia (Usman)
berkata: Saya melihat Rasulullah saw berwudlu seperti wudluku ini. (Muttafaq `alayh,
dari Humrn)
Dengan demikian tata cara berwudlu secara lengkap berdasarkan sunnah Rasul adalah
sebagai berikut:
1. Niat berwudlu karena Allah semata. Sebagai pekerjaan hati, maka niat tidak perlu
dilafalkan, apalagi memang tidak ada tuntunan untuk melafalkannya dari Nabi saw.
Beliau hanya menuntunkan untuk mengucapkan: bismillh ( . Nasa`i & Ibn
Khuzaymah).
Beliau juga mencontohkan cara membasuh anggota wudlu yakni dengan sedikit
menggosoknya ( .HR. Ahmad & Abu Dawud)
Lalu berkumur-kumur dan mengisap air dari telapak tangan sebelah, ia lakukan seperti
itu tiga kali. (Muttafaq `alayh)
Tetapi anjuran untuk berkumur-kumur sampai ke dalam-dalam, tidak berlaku bagi orang
yang sedang berpuasa (HR. Tirmidzi, Nasai, Abu Dawud & Ibn Majah). Untuk menjaga
kebersihan dan keharuman mulut, Rasulullah saw menganjurkan bersikat gigi (siwk)
dalam setiap berwudlu (HR. al-Bukhari, al-Nasi, dan Ahmad).
4. Membasuh wajah tiga kali secara merata sambil mengucek ujung bagian dalam kedua
mata (HR. Ahmad, Abu Dawud & Ibn Majah, dari Abu Umamah ra.). Bagi yang
berjenggot dituntunkan supaya menyela-nyelai jenggotnya ( . Tirmidzi, Ibn
Majah)
5. Membasuh tangan kanan sampai siku tiga kali, kemudian tangan kiri dengan cara yang
sama. Rasulullah saw bersabda:
: Dan apabila kalian berwudlu
maka mulailah dengan yang kanan-kanan! (HR. Abu Dawud, Nasai, & Ahmad). Beliau
juga menuntunkan agar senantiasa menyempurnakan wudlu dengan cara melebihkan
basuhan (HR. Muslim).
6. Mengusap kepala sekaligus dengan telinga, cukup satu kali. Kepala yang dimaksudkan
di sini adalah tempat tumbuhnya rambut di kepala, bukan rambutnya itu sendiri dan
bukan hanya sebagian kepala. Hal ini didasarkan pada hadis riwayat Abdullah bin Zaid
ra.:
Kemudian beliau mengusap kepalanya dengan kedua tangannya, dari depan ke
belakang, (yakni) ia mulai dari batas depan kepala hingga beliau menjalankan kedua
tangannya sampai tengkuknya, lalu mengembalikannya ke tempat ia memulainya. (HR.
Jama`ah, dari Abdullah bin Zayd).
Selanjutnya,
Beliau memasukkan jari telunjuknya ke dalam dua lubang telinga. Dua ibu jari beliau
mengusap punggung kedua telinganya sedang dua telunjuknya di dalam kedua
telinganya. (HR. Abu Dwud dan Nas`i, dari Abdullah bin Umar).
Bagi yang memakai sorban karena sudah terbiasa memakainya, cukup dengan mengusap
ubun-ubunnya (bagian depan kepala) dan atas sorbannya (
. HR. Muslim, Tirmidzi, Nasai, Abu Dawud & Ahmad dari al-Mughirah bin
Syu`bah ra.). Tetapi bila tidak bersorban, maka dituntunkan untuk mengusap kepalanya
secara merata.
7. Membasuh kaki kanan sampai dua mata kaki sambil menyela-nyelai jemari sebanyak
tiga kali, kemudian kaki kiri dengan gerakan yang sama (Muttafaq `alayh, dari Humrn
ra.). Meskipun membasuh kaki termasuk dalam rukun wudlu, namun jika ia
menggunakan khuf (sepatu panjang) dalam keadaan suci, lalu batal dan ingin berwudlu
kembali maka Nabi saw memberikan keringanan dalam membasuh kaki yakni cukup
dengan mengusap punggung kedua khuf (HR. al-Tirmidzi dan Ahmad, dari Mughrah).
Ingat! Rasulullah saw sangat menganjurkan umatnya untuk menyempurnakan wudlu &
tidak boleh membiarkan ada anggota wudlu yang tak terbasuh air meskipun selebar kuku
(HR. Abu Dawud, Ibn Majah & Ahmad). Bagi yang tidak cermat dalam berwudlu,
ancamannya adalah neraka Wayl (Muttafaq `alayh, dari Abu Hurayrah). Itulah sebabnya
beliau menganjurkan supaya melebihkan basuhannya (HR. Muslim, dari Abu Hurayrah),
tapi jangan menggunakan air secara berlebihan (mubadzir).
1. Keluarnya sesuatu dari dua lobang bawah yakni qubul (lobang depan atau kemaluan)
dan dubur (lobang belakang atau pantat), baik karena berhadats kecil maupun berhadats
besar (junub). Termasuk hadats kecil adalah kentut, madzi, wadi dan istihdlah (yakni
darah yang keluar dari wanita secara terus menerus di luar waktu kelaziman darah haid
dan nifas).
2. Tidur nyenyak dalam keadaan berbaring. Namun bila dalam keadaan duduk, tidak
mengapa. Hal ini didasarkan pada riwayat sahabat Anas bin Malik ra.:
Suatu ketika para sahabat Rasulullah saw menunggu waktu shalat Isya yang akhir
hingga terkantuk-kantuk kemudian mereka shalat dan tidak berwudlu. (HR. Abu Dawud
& Ahmad dari Anas, dan Tirmidzi dari Syu`bah)
3. Menyentuh kemaluan tanpa alas/pembatas. Ini didasarkan pada hadis Nabi saw:
Barangsiapa yang menyentuh kemaluannya maka janganlah ia shalat sampai ia
berwudlu. (HR. Tirmidzi, Nasai, Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad, dari Busrah binti
Shafwan).
5. Menurut Ibn Abbas bahwa l-ma-sa (saling bersentuhan) dalam QS. Al-Maidah/5:
6, secara bahasa berarti: bersetubuh. Hal ini diperkuat oleh banyak riwayat yang
menyatakan bahwa Nabi saw pernah disentuh oleh istrinya saat sujud dalam shalat (HSR.
Al-Nasi, Ahmad, dari isyah ra.) dan pernah juga mencium istrinya lalu shalat tanpa
berwudhu lagi (HR. Ahmad, Tirmidzi, Abu Dwud, dari isyah ra).
b) Mandi junub
Mandi atau biasa disebut dengan mandi junub adalah membasahi seluruh badan
dengan air suci. Hal ini disyari`atkan berdasarkan QS. Al-Maidah/5: 6 dan Al-Baqarah/2:
222. Mandi besar ini wajib dilakukan apabila keluar mani, selesai bersenggama
(sekalipun tidak keluar mani), selesai haid atau nifas (yakni darah yang keluar sehabis
melahirkan), baru masuk Islam, sesudah sadar dari pingsan atau gila, dan meninggal
dunia. Sedangkan bagi orang yang junub atau wanita yang selesai haid, selama belum
mandi besar diharamkan untuk shalat, thawaf dan berdiam di masjid.
Adapun hal-hal yang disunatkan untuk mandi antara lain adalah ketika hendak
menunaikan shalat Jum`at, shalat dua hari raya atau bagi yang berhaji mulai ketika
hendak wukuf di Arafah, sesudah memandikan jenazah dan hendak ihram.
Hal pertama yang penting dilakukan adalah berniat mandi karena Allah dengan membaca
basmalah. Kemudian berdasarkan hadis dari istri Nabi yakni Aisyah ra. bahwa Nabi saw :
.
Apabila beliau mandi karena junub, beliau memulai dengan membasuh kedua
tangannya, lalu menuangkan (air) dengan tangan kanannya ke tangan kirinya lalu
membasuh farjinya. Kemudian beliau berwudlu seperti wudlunya untuk shalat, kemudian
mengambil air lalu memasukkan jari-jarinya ke dasar rambut hingga apabila ia sudah
merasa bersih, beliau siramkan air di atas kepalanya dengan tiga siraman. Kemudian
beliau meratakan ke seluruh tubuhnya, lalu membasuh kedua kakinya. (Muttafaq alayh)
Dengan demikian tata cara mandi secara runtut menurut Rasulullah saw adalah:
2. Mencuci farji (kemaluan) dengan tangan kiri. Setelah itu dituntunkan pula mencuci
tangan kiri dengan tanah (HR. Al-Bukhri) atau cukup digantikan dengan sabun mandi.
5. Menyiramkan air ke seluruh badan (mandi) sampai rata yang dimulai dari kanan
kemudian kiri. Rasulullah saw mengakhiri mandinya dengan mencuci kaki. (HR. al-
Bukhri-Muslim)
Selama wudlu tidak batal, maka setelah mandi boleh melaksanakan shalat tanpa perlu
berwudlu lagi.
c) Tayammum
Tayammum dilakukan sebagai pengganti wudlu dan mandi besar bila ada halangan,
seperti sakit atau ketiadaan air untuk bersuci, misalnya karena musafir. Tayammum
didasarkan pada ayat Al-Quran surat Al-Nisa/4: 43:
Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau kembali dari tempat buang air
atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci): sapulah mukamu dan tanganmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pema`af lagi Maha Pengampun. (Lihat pula ayat senada
dalam QS. Al-Midah/5: 6)
Demikian pula riwayat sahabat Ammr bin Ysir ra. yang bercerita di hadapan
Umar bin al-Khaththb ra. bahwa dalam sebuah perjalanan ia pernah berguling-guling di
atas tanah lalu shalat karena junub dan tidak mendapatkan air. Setelah kejadian ini
diceritakan kepada Nabi saw, maka beliau bersabda:
Sesungguhnya cukup bagimu begini, lalu beliau pun menepukkan kedua telapak
tangannya ke tanah lalu meniupnya kemudian mengusap keduanya pada wajah dan
kedua telapak tangannya. (Muttafaq alayh)
Berdasarkan QS. 4: 43, QS. 5: 6 dan riwayat yang disepakati al-Bukhari dan Muslim di
atas, maka cara bertayammum adalah sebagai berikut:
adalah:
2. Menemukan air suci sebelum mengerjakan shalat. Bagi yang sudah shalat lalu
menemukan air untuk bersuci pada saat waktu shalat belum lewat maka ada dua pilihan
kebolehan, yakni pertama, ia boleh tidak mengulangi shalatnya lagi, dan kedua, boleh
juga ia berwudlu lalu shalat lagi (HR. Abu Daud dan al-Nasai). Namun jika sudah
bertayammum dan belum melaksanakan shalat, maka ia wajib berwudlu. (HR. al-
Bukhari, dari `Amran)
3. Habis masa berlakunya, yakni satu tayammum untuk satu shalat, kecuali bila
shalatnya dijama. Menurut keterangan sahabat Ibn Abbas (HR. al-Daraquthni) dan Ibn
Umar (HR. al-Bayhaqi) bahwa masa berlaku tayammum hanya untuk satu kali shalat,
meskipun tidak berhadats. Inilah pendapat yang lebih kuat. Tetapi ada juga yang
berpendapat bahwa sebagai pengganti wudlu maka masa berlaku tayammum sama dengan
masa berlaku wudlu.
B. SHALAT
a) Pengertian Shalat
Shalat menurut Bahasa artinya doa. adapun berdasarkan syariat, shalat adalah
ibadah yang mengandung bacaan dan perbuatan tertentu dan khusus, diawali
dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Dikatakan shalat karena di antara
kandungannya adalah doa.
Shalat pada awalnya adalah sebuah istilah untuk menunjukan makna doa
secara keseluruhan, namun kemudian menjadi istilah untuk doa secara khusus.
Atau pada awalnya adalah sebuah kata yang berarti doa, kemudian dipindahkan
kepada pemahaman shalat berdasarkan syariat karena adanya keterkaitan antara
keduanya. Perkara ini saling berdekatan. Namun jika istilah shalat disebutkan
dalam syariat, maka yang dimaksud adalah shalat secara syariat, karena
sesungguhnya shalat itu adalah doa secara keseluruhan, yaitu :
- Doa masalah, maksudnya adalah doa yang berarti permintaan untuk
mendatangkan manfaat da menyingkirkan bahaya serta meminta berbagai
kebutuhan kepada Allah Taala dengan ungkapan lisan
- Doa Ibadah yaitu mengharap pahala dari amal shaleh yang dilakukan berupa
berdiri, duduk, rukuk, sujud. Siapa yang melakukan ibadah-ibadah tersebut
maka dia tengah meminta pada Rabb-Nya dengan ungkapan perbuatan agar
Allah mengampuninya.
Maka dengan demikian jelaslah bahwa shalat seluruhnya adalah doa, baik
doa masalah maupun doa ibadah, karena semua itu terkandung di dalamnya.
b) Hukum Shalat
Shalat hukumnya adalah wajib. Beberapa ayat dibawah ini adalah perintah/seruan
untuk melaksanakan shalat
QS. Al-Ankabut ayat 45;
Artinya: Kerjakanlah sholat sesungguhnya sholat itu bisa mencegah perbuatan
keji dan munkar.
Artinya: Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta
orang-orang yang ruku.
Artinya : "Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat dan apa-apa yang
kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan dapat pahalanya pada
sisi Allah sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan."
Artinya : "Dan kerjakanlah sholat, berikanlah zakat, dan taat kepada Rasul,
agar supaya kalian semua diberi rahmat."
Wahai Maryam taatilah Rabbmu sujud dan rukulah bersama orang2 yg ruku.
Hal ini menunjukkan penting keberadaan shalat juga krn shalat merupakan
penghubung antara seseorang dgn Rabbnya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam menerima kewajiban ibadah ini langsung dari Allah Subhanahu wa Taala
tanpa perantara pada malam Miraj di Sidratul Muntaha di langit ketujuh sekitar
tiga tahun sebelum hijrah ke Madinah.Begitu penting shalat ini sampai-sampai
Allah Subhanahu wa Taala memerintahkan utk menjaga baik di waktu muqim
maupun di waktu safar baik dlm keadaan aman maupun dlm keadaan mencekam.
seperti situasi perang. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
.
Jagalah oleh kalian semua shalat dan jagalah pula shalat wustha . Berdirilah krn
Allah dlm shalat kalian dgn khusyu. Jika kalian dlm keadaan takut mk shalatlah
sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kalian telah aman
sebutlah/ingatlah Allah sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kalian apa
yg belum kalian ketahui. Allah Subhanahu wa Taala pun mengancam orang2 yg
menyia-nyiakanshalat:
Lalu datanglah setelah mereka pengganti yg jelek yg menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hwa nfsu (**) mk mereka kelak akan menemui kesesatan.
Allah Subhanahu wa Taala juga berfirman:
.
Maka celakalah orang2 yg shalat yaitu mereka yg melalaikan shalat mereka.
Yang perlu diketahui shalat ini merupakan kewajiban pertama yg harus ditunaikan
seorang hamba setelah ia mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah Subhanahu
wa Taala. Sebagaimana hal ini ditunjukkan dlm ayat:
Apabila telah habis bulan-bulan Haram bunuhlah orang2 musyrikin itu di mana
saja kalian menjumpai mereka tangkaplah mereka kepung dan intailah di tempat
pengintaian. Jika mereka bertaubat dari kesyirikan mereka dan mendirikan shalat
serta menunaikan zakat mk berilah kebebasan kepada mereka utk berjalan.
Shalat yg dikerjakan dgn benar akan mencegah dari perbuatan kemungkaran:
Sesungguh shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Mengerjakan shalat juga akan menghapuskan kesalahan-kesalahan. Karena shalat
merupakan kebajikan utama sementara kebajikan akan menghapus kejelekan:
Sesungguh kebaikan-kebaikan akan menghapuskan kesalahan-kesalahan.
Di antara bukti yg menunjukkan bahwa shalat merupakan amalan yg tinggi dan
utama bila dibandingkan amalan-amalan lain adl Allah Subhanahu wa Taala
melarang seseorang melakukan sampai ia mencuci anggota-anggota wudhu
ditambah dgn memerhatikan kebersihan badan seluruhnya. Demikian pula pakaian
dan tempat shalat harus suci/bersih dari kotoran/najis. Bila tdk mendapatkan air
atau udzur utk menggunakan mk ia dapat mengganti dgn tayammum.
Banyak hadits yg menyebutkan keutamaan dan tinggi kedudukan shalat dlm
agama ini di antaranya: Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Amalan yg pertama kali dihisab dari seorang hamba adl shalatnya. Bila shalat
baik mk baik pula seluruh amal sebalik jika shalat rusak mk rusak pula seluruh
amalnya.
Abu Hurairah radhiyallahu anhu pernah mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi
wa sallam bersabda:
:
: .
Apa pendapat kalian bila ada sebuah sungai di depan pintu salah seorang dari
kalian di mana dlm tiap hari ia mandi di sungai tersebut sebanyak lima kali apa yg
engkau katakan tentang hal itu apakah masih tertinggal kotoran padanya? Para
sahabat menjawab Tentu tdk tertinggal sedikitpun kotoran padanya. Rasulullah
bersabda Yang demikian itu semisal shalat lima waktu. Allah menghapus
kesalahan-kesalahan dgn shalat tersebut
d) Jenis-jenis Shalat
Pada dasarnya shalat bisa dikategorikan atas yang wajib dan yang sunnah. Di
luar dari situ adalah harami, yang berarti tidak boleh seorang muslim mengarang-
ngarang (menciptakan) model shalat. Shalat wajib adalah 5x dalam sehari
semalam, yaitu :
1. Shalat Subuh
2. Shalat Dhuhur
3. Shalat Azar
4. Shalt Magrib
5. Shalat Isa.
Sedangkan diluar dari yang lima ini, adalah shalat Sunnah. Misalnya:
1. Shalat yang meyertai shalat wajib (Rawatib).
2. Shalat hajat
3. Shalat Tahajjud
4. Shalat Istikhorah
5. Shalat Fajar
6. Shalat Awwabin
7. Shalat Tasbih
8. Shalat Ied
9. Shalat Taubat
10. Shalat Sunnat Wudhu
11. Shalat Sunnat Masjid
Allah berfirman,
Zhuhur dan Ashar. Keduanya adalah shalat yang dikerjakan di waktu siang
yaitu pada separuh siang yangterakhir.
Maghrib dan Isya. Keduanya adalah shalat di waktu malam yaitu paruh
pertama dari malam hari.
Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa waktu shalat Isya hingga tengah malam
dan tidak diterangkan tengah malam yang pertengahan.
Jelaslah dari ayat dan hadits di atas waktu shalat yang lima dengan penjelasan
yang cukup gamblang. Berikut perinciannya lebih detail:
Lebih jelasnya, apabila matahari terbit maka bayangan segala sesuatu itu
panjang lalu akan terus menerus memendek sampai tergelincirnya matahari.
Apabila matahari telah tergelincir, bayangan akan kembali memanjang. Maka
saat itulah masuk waktu shalat Zhuhur, kiaskanlah mulai dari kembalinya
panjang bayangan matahari, apabila panjang bayangan sesuatu sudah sama,
maka waktu Zhuhur telah habis.
4. Waktu shalat Isya mulai dari hilangnya awan merah di langit hingga
tengah malam, dan waktunya tidak bisa diperpanjang sampai terbit fajar
karena hal itu menyelisihi zhahir nash (dalil) al-Quran dan hadits. Firman
Allah (yang artinya), Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir
sampai gelap malam, Allah tidak mengatakan sampai terbit fajar. Demikian
pula waktu Isya berakhir sampai tengah malam sebagaimana dalam hadits
Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu `anhuma.
5. Waktu shalat Shubuh mulai dari terbitnya fajar shadiq -yaitu bayangan
putih yang membentang di ufuk timur, setelahnya tidak ada lagi kegelapan
hingga terbitnya matahari.
Waktu-waktu shalat ini hanya pada wilayah yang malam dan siangnya 24
jam, sama saja malam dan siangnya sama panjang atau salah satunya lebih
panjang atau lebih pendek.
Adapun pada wilayah yang malam dan siangnya bukan 24 jam maka
keadaannya bisa jadi hal itu terjadi sepanjang tahun atau hanya pada sebagian
hari saja.
Apabila terjadi hanya pada sebagian hari-hari saja, misalkan suatu malam dan
siang 24 jam sepanjang musim dalam setahun; tetapi tahun berikutnya pada
sebagian musim, malam menjadi 24 jam atau lebih, demikian pula siangnya.
Maka dalam keadaan seperti ini bisa dilihat tanda yang terlihat di ufuk yang
memungkinkan penentuan waktu, seperti bertambahnya cahaya atau
redupnya secara keseluruhan. Hukumnya dikaitkan dengan tanda yang
terlihat di ufuk. Jika tidak bisa demikian, maka waktu shalat dikira-kirakan
pada akhir harinya sebelum datang malam yang panjanganya 24 jam atau
siangnya 24 jam.
Apabila daerah yang malam dan siangnya bukan 24 jam, sepanjang tahun
pada seluruh musim, maka waktu shalat ditentukan dengan dikira-kirakan.
1. Islam. Setiap orang yang beragama Islam diwajibkan untuk shalat tetapi bagi non
muslim tidak diwajibkan shalat.
2. Baligh/ mencapai usia dewasa. Bagi perempuan dikatakan baligh apabila telah
keluar darah haid. Dan untuk laki-laki ketika berusia 15 tahun atau telah keluar
sperma.
3. Berakal. Bagi yang tidak berakal sehat tidak diwajibkan untuk shalat.
2. Suci badan, pakaian dan tempat shalat dari berbagai macam najis.
3. Menutup aurat. Aurat laki-laki yaitu antara pusar sampai lutut, sedangkan bagi
perempuan semua anggota badan kecuali muka dan telapak tangan.
4. Menghadap kiblat.
1. niat
2. Takbiratul ihram,
3. berdiri Kepada orang yang mampu,
4. membaca Al-fatihah
5. ruku
6. Thumaninah setelah ruku
7. itidal
8. Thumaninah stlh itidal
9. Sujud 2x
10. Tumaninah di dlm sjud.
11. Dduk d antra 2 sujud.
12. tumaninah di antra 2 sujud.
13. Tasyahud akhir
14. Duduk setelah tasyahud.
15. Membaca shalawat
16. membaca salam
17. Tartib
1. Berhadats : Yang dimaksud Berhadats disini adalah ketika kita sedang melakukan
Sholat tetapi kita tidak bisa menahan kentut atau pipis atau buang air besar maka sholat
anda akan batal.
2. Terkena Najis yg tidak dimaafkan : Maksudnya adlh ketika kita sd melakukan Sholat
badan atau pakaian kita terkena najis air besar hewan seperti cicak maka Sholat kita
sudah batal.
4. Terbuka Auratnya : Disini mempunyai maksud jika sd melakukan Sholat, Aurat kita
terbuka walaupun dlm waktu sebentar saja.
5. Mengubah Niat : Maksudnya jika kita sedang melakukan Sholat kita ingin
memutuskan Sholat.
6. Makan dan Minum : Maksudnya adalah jika kita sd melakukan Sholat tetapi kita
makan atau minum walaupun sedikit maka itu akan membatalkan suatu sholat
7. Bergerak Berturut turut : Bergerak berturut selama 3 kali seperti melangkah atau
berjalan sekali yg bersangatan walupun tidak disengaja maka Sholat itu akan batal.
8. Membelakangi Kiblat
10. Tertawa : Yang dimaksud tertawa itu saat kita melakukan Sholat kita sengaja tertawa
walaupun hanya senyuman saja atau tertawa terbahak bahak
11. Mendahului Imam : Jika kita melakukan Sholat tetapi kita mendahului imam dua
rukun atau gerakan maka sholat kita akan batal.
C. SHAUM
Shiyam secara bahasa artinya menahan. Orang yang diam disebut, shaa`im, karena
ia menahan dari berbicara.Diantaranya firman Allah, Sesungguhnya aku bernadzar
kepada Allah Ar-Rahman untuk tidak berbicara (shaum). (QS. Maryam: 26). Secara
istilah syari, shiyam adalah menahan diri dengan niat dari perkara-perkara yang
khusus, pada waktu yang khusus, dilakukan oleh orang-orang yang khusus.
Ibadah shaum Ramadhan pertama kali diwajibkan kepada kaum muslimin pada bulan
Syaban tahun kedua hijriyah.Para ulama sepakat bahwa Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam melakukan shaum sebanyak sembilan kali Ramadhan.
Shaum di bulan Ramadhan adalah salah satu rukun Islam yang lima dan diantara
kewajiban yang agung. Hal ini ditunjukkan oleh dalil-dalil Kitab, Sunnah dan
ijma.Allah berfirman, Telah diwajibkan atas kalian shaum.(QS. Al Baqarah: 183)
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Islam dibangun diatas lima perkara.
Diantaranya disebutkan, Shaum di bulan Ramadhan.(HR Bukhari Muslim).Dan
hadis-hadis yang menunjukkan wajibnya shaum sangat banyak.Kaum muslimin sepakat
bahwa yang mengingkari kewajiban shaum maka dia kafir.
Di Indonesia orang lebih mengenal ibadah shaum dengan kata puasa. Mari kita lihat
makna dari 2 kata tersebut.Kata puasa berasal dari bahasa sangsakerta yang terdiri dari
2 (dua) suku kata yakni upa dan wasa. Upa secara perfiks berarti dekat Sedangkan
Wasa berarti yang Maha Kuasa, seperti orang sunda sering mengatakan ..anging Gusti
Nu Maha Kawasa.. yang apabila di terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia kurang
lebih artinya Hanya Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam perjalanan Islam di Indonesia,
tidak terlepas dari penyebaran oleh para wali yang mana pada saat itu masih kental
dengan Agama Hindu yang mana dalam penyebarannya menggunakan pendekatan
budaya Hindu.
Yang menjadi masalah adalah, hingga saat ini sebagian dari kita masih menggapnya
sebagai bagian dari Islam itu sendiri.Padahal pada kenyataan nya bukan, karena itu
merupakan budaya dari Agama Hindu. Dalam Hindu ada istilah Sang Hyang Widi Wasa
yang kurang lebih berarti cara mendekatkan diri dengan Tuhan. Sehingga UpaWasa atau
sekarang kita kenal dengan Puasa adalah cara untuk mendekatkan diri dengan Tuhan.
Sementara kata Shaum berasal dari Bahasa Arab Ash Shaum yang bermakna menahan
(Imsak). Al-Imam Abu Ubaid dalam kitabnya Gharibul Hadits mengatakan :
Semua orang yang menahan diri dari berbicara atau makan, atau berjalan maka dia
dinamakan Sha`im (orang yang sedang bershaum).
Maka makan, minum dan bersenang hatilah engkau. Jika engkau melihat seseorang,
maka katakanlah, "Sesungguhnya aku telah bernazar shaum untuk Tuhan Yang Maha
Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini
Menahan disini memiliki makna yang luas, dalam Shaum Ramadhan kita dianjurkan
untuk menahan segala sesuatu yang akan mengurangi keutamaan dan membatalkan
ibadah Shaum kita. Sehingga pada akhirnya kita bisa mengimplementasikan hasil
Shaum kita dalam kehidupan sehari - hari.
Shaum dalam Islam dan Puasa dalam Hindu jelas berbeda.Kita sering mendengar
disekitar kita orang yang puasa mutih, puasa wedal dan masih banyak puasa puasa
yang datang dari budaya agama Hindu yang sebetulnya tidak ada dalam ajaran Islam.
2 Diwajibkan shaum Ramadhan akan tetapi dengan pilihan antara shaum atau membayar
fidyah. Allah berfirman, Dan atas orang-orang yang berat menjalankannya, wajib
membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tapi barang siapa dengan
kerelaan hati mengerjakan kebajiakan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. Al Baqarah: 185)
3 Diwajibkan shaum tanpa pilihan. Allah berfirman, Bulan Ramadhan adalah bulan yang
didalamnya diturunkan Al Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang bener dan yang batil).
Karena itu, barangsiapa diantara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. (QS. Al
Baqarah: 185)
Hikmah dalam tahapan pensyariatan ini adalah bahwa shaum padanya terdapat beban
bagi jiwa, maka ia diwajibkan secara bertahap.
Hikmah Shaum
1 Ibadah Shaum merupakan salah satu ketaatan yang sangat agung. Ia adalah rahasia
antara seorang hamba dengan Rabbnya. Dan ia adalah tujuan dalam melaksanakan
amanat.
2 Shaum mengandung makna sabar dengan ketiga jenisnya sekaligus; sabar dalam
ketaatan kepada Allah, sabar dari kemaksiatan kepada Allah dan sabar dalam
menanggung takdir Allah yang tidak disukai.
3 Orang yang melaksanakan shaum dapat merasakan sulitnya lapar sehingga ia dapat
mengingat nikmat-nikmat Allah yang terus-menerus atas dirinya dan ia pun dapat
mengingat saudara-saudaranya yang merasakan kelaparan terus-menerus.
Maka, shaum adalah ibadah yang sangat agung.Terdapat banyak sekali macam kebaikan
padanya.Sekaligus menjauhkan macam-macam keburukan.Oleh karena itu, Allah juga
mewajibkan shaum atas umat-umat terdahulu.Allah berfirman, Wahai orang-orang
yang beriman telah diwajibkan atas kalian shaum sebagaimana telah diwajibkan atas
orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.(QS. Al Baqarah: 183)
[Disarikan dari Taudhih al Ahkam min Bulugh al Maram, kitab ash-shiyam, Syaikh
Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam rahimahullah]
Ibadah shaum merupakan bentuk taqarrub kepada Allah yang terpenting di bulan
Ramadhan.Ia adalah kewajiban seorang muslim kepada Penciptanya, salah satu pilar
keislamannya yang harus ditegakkan. Karena ibadah ini lah Allah mengistimewakan
bulan Ramadhan dari sebelas bulan yang lainnya.
Ibadah yang sangat penting ini memiliki banyak sekali keutamaan.Berikut adalah
beberapa keutamaan shaum di bulan Ramadhan yang penting untuk selalu kita hadirkan
ketika kita melaksanakan ibadah yang mulia ini.Mudah-mudahan dengan senantiasa
mengingatnya, kita dapat melaksanakan ibadah shaum di bulan Ramadhan tahun ini
dengan baik.
Setiap amal anak Adam untuknya, satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali
lipat hingga tujuhratus kali lipat. Kecuali shaum, sesungguhnya ia adalah untuk-Ku dan
Aku yang akan membalasnya. Orang yang melakukan shaum meninggalkan syahwat,
makanan dan minuman karena Aku.Orang yang berpuasa mendapatkan dua
kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu dengan
Rabbnya.Sungguh bau mulut seorang yang berpuasa lebih wangi disisi Allah daripada
wangi misk. (Muttafaq alaih)
Dalam hadis qudsi ini Allah menyebutkan beberapa keutamaan ibadah shaum:
2 Pahala shaum sangat besar. Karena Allah menyatakan bahwa jika amal selain shaum
dilipatgandakan dari sepuluh hingga tujuhratus, maka shaum tidak demikian. Pahala
shaum dilipatgandakan menjadi tidak terbatas. Inilah makna dari lafadz, Aku yang
yang akan membalasnya. Hal ini juga sesuai dengan firman Allah tentang orang-orang
yang bersabar, Sesungguhnya orang-orang yang sabar akan dibalas dengan pahala
yang tidak terhingga. (QS. Az-Zumar [39]: 10) Karena shaum mengandung nilai
kesabaran. (Lihat Hsyiyah As-Sindi: 4/159)
3 Orang yang berpuasa akan mendapat dua kebahagiaan. Kebahagiaan yang pertama
adalah ketika berbuka. Ia berbahagia karena telah selesai menyempurnakan ibadah
shaumnya, atau berbahagia karena dapat makan dan minum, atau berbahagia karena apa
yang ia harapkan dari pahala shaum tersebut. Sebagaimana terdapat dalam doa berbuka,
Dzahabadz dzama`u wabtalatil uruuqu wa tsabatal ajru insyaa` Allah. (Telah hilang
dahaga, telah basah kerongkongan dan telah tetap pahala insya Allah). Kebahagiaan
yang kedua adalah ketika bertemu dengan Rabbnya seraya mendapatkan pujian dan
kemenangan saat bertemu dengan-Nya. (Miysktu al Mashbh: 6/249)
4 Bau mulut orang yang berpuasa dinyatakan oleh Allah lebih baik, lebih utama dan lebih
wangi dari minyak misk. Karena bau mulut orang yang berpuasa itu muncul karena
ketaatan kepada Allah, maka Allah menyukainya.
Barangsiapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah, maka Allah akan jauhkan
wajahnya dari api neraka sejarak tujuhpuluh tahun perjalanan. (HR Bukhari Muslim)
Sangat jelas makna hadis ini, bahwa orang yang berpuasa satu hari saja di dalam rangka
untuk mentaati Allah, maka ia akan dijauhkan dari azab api neraka sejarak tujuhpuluh
tahun perjalan. Jarak yang sangat jauh sekali.Maka bagaimana dengan orang yang
melakukannya selama satu bulan penuh?
Tidakkah aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Shaum itu adalah perisai,
dan sedekah dapat memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api. (HR
Tirmidzi: hadis hasan shahih)
Sebagaimana perisai dapat melindungi seorang prajurit perang dari serangan musuh,
shaum pun demikian, ia berfungsi melindungi orang yang berpuasa dari kemaksiatan.
Hal ini sesuai dengan firman Allah:
Jika shaum dapat menjadi pelindung dari kemaksiatan di dunia, maka berarti ia menjadi
pelindung dari azab api neraka di akhirat. (Jmi al Ulm wa al Hikam, Ibnu Rajab)
4 Mendapat Maghfirah
Shaum di bulan Ramadhan yang kita lakukan dengan dasar iman kepada Allah dan
dorongan untuk mengharap pahala dari-Nya akan mengundang ampunan Allah
subhanahu wa taala, akan membuat dosa-dosa kita yang telah lalu habis berguguran.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Barangsiapa yang shaum di bulan Ramadhan, dengan iman dan mengharap pahala,
maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari Muslim)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda:
: :
:
Shiyam dan al Qur`an kelak akan memberi syafaat untuk seorang hamba pada hari
kiamat. Shiyam berkata: Wahai Rabb, aku telah menghalanginya dari makanan dan
syahwat, maka izinkanlah aku memberi syafaat untuknya. Al Qur`an juga berkata:
Wahai Rabb, aku telah menghalanginya dari tidur pada malam hari, maka izinkanlah
aku menjadi syafaat baginya. Maka keduanya memberi syafaat. (HR Ahmad, Hakim
dan Baihaqi, Ahmad Syakir berakata, sanadnya shahih)
: :
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa, (QS Al-Baqarah
2:183)
Artinya: Islam dibangun atas lima perkara: kesaksian tidak ada tuhan selain Allah dan
bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji,
puasa Ramadhan.
3. Ijmak (kesepakatan) ulama. Semua ulama sejak dari kalangan Sahabat, Tabi'in,
Tabi'it-tabi'in dan empat madzhab, dst sepakat atas wajibnya puasa Ramadhan.
Karena itu, orang yang ingkar atas wajibnya puasa Ramadhan dihukumi kafir.
Syarat-Syarat Shaum
Menurut madzhab Syafi'i dalam kitab Fathul Qorib syarat wajibnya puasa itu ada 4
(empat) yaitu:
1. Islam
2. Baligh
3.Berakal sehat
4. Mampu melaksanakan puasa
Catatan: syarat puasa adalah sesuatu yang harus terpenuhi sebelum melaksanakan
puasa.
Rukun/Fardhunya Shaum
Rukun puasa dalam madzhab Syafi'i ada 4 (empat) berdasarkan kitab Fathul Qorib
yaitu:
1. Niat dalam hati. Puasa dianggap tidak sah tanpa disertai dengan niat yang dilakukan
di malam hari sebelum subuh (terbitnya fajar).
2. Menahan diri dari makan dan minum walaupun sedikit.
3. Menahan diri dari jimak (melakukan hubungan intim dengan suami/istri)
4. Menahan diri dari muntah yang disengaja.
Catatan: rukun puasa adalah sesuatu yang harus dilakukan saat pelaksanaan puasa.
Niat diucapkan dalam hati tapi boleh juga sekaligus diucapkan secara lisan.Niat puara
Ramadhan harus diucapkan malam hari mulai awal malam (terbenam matahari) sampai
sebelum waktu Subuh.
Artinya: Saya niat puasa besok untuk melaksanakan kewajiban puasa Ramadhan tahun
ini karena Allah ta'ala.
DOA I:
Artinya: Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu aku berbuka.
DOA II:
Artinya: Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang
ditetapkan, jika Allah menghendaki.
DOA III:
Artinya: Ya Allah, aku memohon rahmatmu yang meliputi segala sesuatu, yang
dengannya engkau mengampuni aku.
Catatan:
(b) Intinya adalah orang yang puasa harus menahan diri (imsak) dari masuknya sesuatu
benda ke dalam sesuatu yang disebut al-jauf (perut/rongga dalam tubuh).
Puasa Ramadhan pada bulan Ramadhan itu wajib kecuali orang-orang yang berada
dalam keadaan di bawah ini yang boleh tidak puasa tapi tetap wajib qadha (mengganti)
di hari lain:
1. Safar/musafir (perjalanan)
2. Sakit.
3. Mengandung dan menyusui.
4. Jompo, atau usia lanjut.
Perilaku yang membuat puasa seseorang tetapi sah, tapi tidak mendapat pahala dan
fadhilah puasa
1. Ghibah (gosip)
2. Adu domba
3.Berbohong
4.Memandang lawan jenis dengan syahwat
5.Sumpah palsu.
6. Berkata jorok, porno atau jelek
Artinya: Lima perkara yang membatalkan (pahala) puasa: berbohong, ghibah (gosip),
adu domba, sumpah palsu dan melihat dengan syahwat (H.R. Anas)
Kewajiban Yang Tidak Shaum Ramdhan Karena Sakit, Musafir, Haid dan Nifas :
Orang-orang yang tidak puasa karena sebab-sebab di atas harus mengganti (qadha)
puasanya pada hari lain di luar bulan Ramadhan.
Artinya: Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
Pasutri (pasangan suami istri) yang melakukan hubungan seks/intim (jimak) pada siang
hari bulan Ramadhan dalam keadaan berpuasa maka puasanya batal. Keduanya wajib
(a) meng-qadha puasanya; dan (b) membayar kaffarah/denda berupa: (i) memerdekakan
budak perempuan yang muslim; atau (ii) puasa 2 bulan berturut-turut; atau (iii)
memberi makan 60 orang miskin/fakir masing-masing 1 (satu) mud atu 6.75 ons.
D. ZAKAT
Pengertian zakat
Zakat ( Bahasa Arab : ;transliterasi: Zakah ) adalah jumlah harta tertentu yang wajib
dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang
berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya). Zakat merupakan rukun ketiga dari
Rukun Islam. Zakat dari segi prakteknya adalah kegiatan bagi-bagi yang diwajibkan
bagi umat islam.
Sejarah zakat
Setiap muslim diwajibkan memberikan sedekah dari rezeki yang dikaruniakan Allah
SWT.
Kewajiban ini tertulis di dalam Alquran . Pada awalnya, Alquran hanya memerintahkan
untuk memberikan sedekah (pemberian yang sifatnya bebas, tidak wajib).Namun, pada
kemudian hari, umat Islam diperintahkan untuk membayar zakat. Zakat menjadi wajib
hukumnya sejak tahun 662 M. Nabi Muhammad SAW melembagakan perintah zakat ini
dengan menetapkan pajak bertingkat bagi mereka yang kaya untuk meringankan beban
kehidupan mereka yang miskin.
Sejak saat ini, zakat diterapkan dalam negara-negara Islam.Hal ini menunjukan bahwa
pada kemudian hari ada pengaturan pemberian zakat, khususnya mengenai jumlah zakat
tersebut. Pada zaman khalifah , zakat dikumpulkan oleh pegawai sipil dan
didistribusikan kepada kelompok tertentu dari masyarakat.
Kelompok itu adalah orang miskin, janda, budak yang ingin membeli kebebasan
mereka, orang yang terlilit hutang dan tidak mampu membayar.
Syariah mengatur dengan lebih detail mengenai zakat dan bagaimana zakat itu harus
dibayarkan.
Ada delapan pihak yang berhak menerima zakat, tertera dalam Surah at-Taubah ayat 60
yakni :
1 Fakir : Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok hidup.
2. Miskin : Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar untuk hidup.
6. Gharimin : Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak
sanggup untuk memenuhinya.
1. Zakat fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan suci Ramadan .
Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter ( 2,7 kilogram ) makanan pokok yang ada di
daerahbersangkutan.
Hukum Zakat
Zakat disyariatkan pada tahun kedua hijriyah dekat dengan waktu disyariatkannya
puasa Ramadhan.Zakat ini merupakan suatu kewajiban dan bagian dari rukun Islam.Hal
ini tidak bisa diragukan lagi karena telah terdapat berbagai dalil dari Al Quran, As
Sunnah, dan ijma (kata sepakat ulama).
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang
ruku (QS. Al Baqarah: 43). Perintah zakat ini berulang di dalam Al Quran dalam
berbagai ayat sampai berulang hingga 32 kali.
Begitu pula dalam hadits ditunjukkan mengenai wajibnya melalui haditsd dari Ibnu
Umar radhiyallahu anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,
Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan)
yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya;
menegakkan shalat; menunaikan zakat; menunaikan haji; dan berpuasa di bulan
Ramadhan.
Begitu juga dalam sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika memerintahkan pada
Muadz yang ingin berdakwah ke Yaman,
Jika mereka telah mentaati engkau (untuk mentauhidkan Allah dan menunaikan
shalat ), maka ajarilah mereka sedekah (zakat) yang diwajibkan atas mereka di mana
zakat tersebut diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan kemudian disebar
kembali oleh orang miskin di antara mereka.
Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah berkata, Zakat adalah suatu kepastian dalam
syariat Islam, sehingga tidak perlu lagi kita bersusah payah mendatangkan dalil-dalil
untuk membuktikannya.Para ulama hanya berselisih pendapat dalam hal
perinciannya.Adapun hukum asalnya telah disepakati bahwa zakat itu wajib, sehingga
barang siapa yang mengingkarinya, ia menjadi kafir.
Perlu diketahui bahwa istilah zakat dan sedekah dalam syariat Islam memiliki makna
yang sama. Keduanya terbagi menjadi dua: (1) wajib, dan (2) sunnah. Adapun anggapan
sebagian masyarakat bahwa zakat adalah yang hukum, sedangkan sedekah adalah yang
sunnah, maka itu adalah anggapan yang tidak berdasarkan kepada dalil yang benar nan
kuat.
Ibnul Arobi rahimahullah mengatakan, Zakat itu digunakan untuk istilah sedekah
yang wajib, yang sunnah, untuk nafkah, kewajiban dan pemaafan.
Kita sudah pahami bahwa zakat adalah bagian dari rukun Islam. Para ulama bersepakat
(berijma) bahwa siapa yang menentang dan mengingkari kewajiban zakat, maka ia
telah kafir dan murtad dari Islam. Karena ini adalah perkara malum minad diini bid
doruroh, yaitu sudah diketahui akan wajibnya. Imam Nawawi rahimahullah berkata,
Barangsiapa mengingkari kewajiban zakat di zaman ini, ia kafir berdasarkan
kesepakatan para ulama.Ibnu Hajar berkata, Adapun hukum asal zakat adalah wajib.
Siapa yang menentang hukum zakat ini, ia kafir.
Kedua: Orang yang enggan menunaikan zakat dala rangka bakhil dan pelit.
Orang yang enggan menunaikan zakat dalam keadaan meyakini wajibnya, ia adalah
orang fasik dan akan mendapatkan siksa yang pedih di akhirat. Allah Taala berfirman,
Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat)
siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu
dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan)
kepada mereka: Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka
rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu. (QS. At Taubah: 34-35).
Di dalam beberapa hadits disebutkan ancaman bagi orang yang enggan menunaikan
zakat.
Siapa saja yang memiliki emas atau perak tapi tidak mengeluarkan zakatnya
melainkan pada hari kiamat nanti akan disepuh untuknya lempengan dari api neraka,
lalu dipanaskan dalam api neraka Jahannam, lalu disetrika dahi, rusuk dan
punggungnya dengan lempengan tersebut. Setiap kali dingin akan disepuh lagi dan
disetrikakan kembali kepadanya pada hari yang ukurannya sama dengan lima puluh
ribu tahun. Kemudian ia melihat tempat kembalinya apakah ke surga atau ke neraka.
Diriwayatkan dari Abu Dzar radhiyallahu anhu, ia berkata, Aku datang menemui
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam yang sedang berlindung di bawah naungan
Kabah.Beliau bersabda, Merekalah orang-orang yang paling merugi, demi Rabb
Pemilik Kabah.Beliau mengucapkannya tiga kali.Abu Dzar berkata, Aku pun
menjadi sedih, aku menarik nafas lalu berkata, Ini merupakan peristiwa yang buruk
pada diriku.Aku bertanya, Siapakah mereka? Ayah dan ibuku menjadi tebusannya?
Nabi shalallahu alaihi wa sallam menjawab,
Adapun fungsi dari zakat fitrah adalah untuk membersihkan atau menyucikan diri dari
harta-harta yang dimiliki di dunia. Jadi jelas sudah perihal kewajiban masing-masing
muslim untuk membayar zakat fitrah di bulan puasa Ramadhan. Lalu kapan zakat fitrah
dibayarkan?.
Waktu pembayaran zakat fitrah berikut adalah beberapa waktu yang diperbolehkan,
wajib, sunnah, makruh, dan haram pada saat pembayaran zakat fitrah.
a. Waktu yang diperbolehkan, yaitu dari bulan ramadhan sampai terakhir bulan
ramadhan
b. Waktu yang Wajib, yaitu dari terbenam matahari penghabisan bulan ramadhan.
c. Waktu yang lebih baik (sunnah), yaitu dibayarkan sesudah shalat shubuh, sebelum
pergi shalat ied.
d. Waktu makruh, yaitu membayar zakat fitrah sesudah shalat ied, tetapi sebelum
terbenam matahari, pada hari raya idul fitri.
e. Waktu haram, yaitu membayar zakat fitrah setelah terbenam matahari pada hari raya
idul fitri.
Salah satu hadist yang memperkuat hal tersebut adalah:
Zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim menjelang hari kemenangan yaitu hari
raya Idul Fitri pada bulan suci Ramadhan. Ukuran zakat yang dikeluarkan yaitu 2,5 kg
dan berupa makanan pokok yang ada di daerahnya masing-masing, seperti beras, sagu,
gandum, kurma dan lainnya. Menurut Imam Syafiiyah ukuran zakat fitrah yakni:
1 sha : 4 Mud
1 Dirham : 4 gram
Bacaan Doa Niat Zakat Fitrah untuk diri sendiri dan keluarga : "Nawaitu an uhrija zakat
fitri anna wa 'an jami'i maa yalzamuni nafqu tuhun syiar a'an far dzolillahi ta'ala".
Artinya : " Saya niat mengeluarkan zakat atas diri saya dan atas sekalian yang saya
wajibkan memberi nafkah pada mereka secara syari'at, fardhu karena Allah ta'ala".
Bacaan Doa Niat Zakat Fitrah untuk diri sendiri : "Nawaitu an ahroja zakat fitri annafsi
fardholillahi ta'ala"
Artinya : "saya berniat mengeluarkan zakat fitrah atas diri sendiri saya sendiri, fardhu
karna Allah Ta'ala.
Bacaan Doa Niat Zakat Fitrah untuk istri : "Nawaitu an-uhrizakat fitri an zaw jati
fardzolillahita 'ala".
Artinya : "Saya berniat mengeluarkan zakat fitrah atas istri saya, fardhu karena Allah
Ta'ala.
Niat Zakat Fitrah untuk anak laki-laki kita
Bacaan Doa Niat Zakat Fitrah untuk anak laki-laki kita : "Nawaitu an uhrija zakat fitri
(.....) fardzolillahi ta'ala".
Artinya : "Saya berniat mengeluarkan zakat fitrah atas anak laki-laki saya (sebut
namanya) fardhu karena Allah Ta'ala".
Bacaan Doa Niat Zakat Fitrah untuk anak perempuan kita : "Nawaitu an uhrija zakat
fitri ambinti (.......) fardzolillahita'ala". Artinya : "Saya berniat mengeluarkan zakat
fitrah atas anak perempuan saya (sebut namanya), fardhu karena Allah ta'ala".
Bacaan Doa Niat Membayar dan Menerima Zakat Fitrah
Dalam melakukan zakat fitrah terdapat serah terima antara pemberi dan penerima zakat
yang disertai dengan doa kedua belah pihak antara lain sebagai berikut...
Bacaan Doa Niat Membayar Zakat Fitrah : "Allahumma j'alhaa maghnaman, walaa
taj'alhaa maghraman".
Artinya : "Ya Allah jadikanlah ia sebagai simpanan yang menguntungkan dan jangan
jadikanlah ia pemberian yang merugikan".
Niat Menerima Zakat Fitrah
Bacaan Doa Niat Menerima Zakat Fitrah : "Aajarak-llahuma fiima a'thaita, wa baraaka
laka fiimaa abqaita, waj'alhu laka thahuuraa".
Artinya : Semoga Allah memberi pahala atas apa yang telah kau berikan,
menjadikannya penyuci (jiwa dan harta) untukmu, dan melimpahkan berkah terhadap
harta yang tersisa".
Selanjutnya adalah pengertian Zakat Mal Menurut bahasa adalah berasal dari kata
tazkiyah yang artinya adalah menyucikan harta benda. Sedangkan menurut istilah kadar
harata benda tertentu yang wajib dikeluarkan oleh umat islam yang memenuhi syarat
kepada orang yang berhak menerimanya.
Sedangkan hukum Zakat mal Mengeluarkan zakat Mal hukumnya adalah Wajib bagi
orang islam yang memenuhi syarat. Tujuanya adalah untuk membersihkan diri dari
harta benda yang dimilikinya.
Syarat Zakat Mal
a. Islam
b. Merdeka
c. Cukup senisab ( batas jumlah minimal)
d. Cukup waktunya (haul)
Rukun dari Zakat mal. Berikut adalah rukun dari zakat mal , yaitu
a. Niat berzakat
b. Orang yang berjakat (muzakki)
c. Orang yang menerima (mustahik)
d. Barang/harta yang dizakatkan
ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam masalah kewajiban zakat. Syarat
tersebut berkaitan dengan muzakki (orang yang mengeluarkan zakat) dan berkaitan
dengan harta.
Syarat pertama, berkaitan dengan muzakki: (1) islam, dan (2) merdeka.
Adapun anak kecil dan orang gila jika memiliki harta dan memenuhi syarat-syaratnya-
masih tetap dikenai zakat yang nanti akan dikeluarkan oleh walinya. Pendapat ini
adalah pendapat terkuat dan dipilih oleh mayoritas ulama.
Syarat kedua, berkaitan dengan harta yang dikeluarkan: (1) harta tersebut dimiliki
secara sempurna, (2) harta tersebut adalah harta yang berkembang, (3) harta tersebut
telah mencapai nishob, (4) telah mencapai haul (harta tersebut bertahan selama
setahun), (5) harta tersebut merupakan kelebihan dari kebutuhan pokok.
Pemilik harta yang hakiki sebenarnya adalah Allah Taala sebagaimana disebutkan
dalam sebuah ayat,
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari
hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya.Maka orang-orang yang
beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh
pahala yang besar. (QS. Al Hadiid: 7) Al Qurthubi menjelaskan, Ayat ini merupakan
dalil bahwa pada hakekatnya harta adalah milik Allah. Hamba tidaklah memiliki apa-
apa melainkan apa yang Allah ridhoi. Siapa saja yang menginfakkan hartanya pada
jalan Allah sebagaimana halnya seseorang yang mengeluarkan harta orang lain dengan
seizinnya, maka ia akan mendapatkan pahala yang melimpah dan amat banyak.
Harta yang hakikatnya milik Allah ini telah dikuasakan pada manusia.Jadi manusia
yang diberi harta saat ini dianggap sebagai pemegang amanat harta yang hakikatnya
milik Allah.
Sedangkan yang dimaksud dengan syarat di sini adalah harta tersebut adalah milik di
tangan individu dan tidak berkaitan dengan hak orang lain, atau harta tersebut
disalurkan atas pilihannya sendiri dan faedah dari harta tersebut dapat ia peroleh.
Dari sini, apakah piutang itu terkena zakat? Pendapat yang tepat dalam hal ini, piutang
bisa dirinci menjadi dua macam:
1 Piutang yang diharapkan bisa dilunasi karena diutangkan pada orang yang mampu
untuk mengembalikan. Piutang seperti ini dikenai zakat, ditunaikan segera dengan harta
yang dimiliki oleh orang yang member utangan dan dikeluarkan setiap haul (setiap
tahun).
2 2. Piutang yang sulit diharapkan untuk dilunasi karena diutangkan pada orang yang sulit
dalam melunasinya. Piutang seperti ini tidak dikenai zakat sampai piutang tersebut
dilunasi.
Yang dimaksudkan di sini adalah harta tersebut mendatangkan keuntungan dan manfaat
bagi si empunya atau harta itu sendiri berkembang dengan sendirinya. Oleh karena itu,
para ulama membagi harta yang berkembang menjadi dua macam: (a) harta yang
berkembang secara hakiki (kuantitas), seperti harta perdagangan dan hewan ternak hasil
perkembangbiakan, (b) harta yang berkembang secara takdiri (kualitas).
Dalil dari syarat ini adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
Seorang muslim tidak dikenai kewajiban zakat pada budak dan kudanya.
Dari sini, maka tidak ada zakat pada harta yang disimpan untuk kebutuhan pokok
semisal makanan yang disimpan, kendaraan, dan rumah.
Nishob adalah ukuran minimal suatu harta dikenai zakat. Untuk masing-masing harta
yang dikenai zakat, ada ketentuan nishob masing-masing yang nanti akan dijelaskan.
Harta yang merupakan kelebihan dari kebutuhan pokok, itulah sebagai barometer
seseorang itu dianggap mampu atau berkecukupan.Sedangkan harta yang masih
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok, maka seperti ini dikatakan tidak
mampu. Para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kebutuhan pokok
adalah apabila kebutuhan tersebut dikeluarkan, maka seseorang bisa jadi akan celaka,
seperti nafkah, tempat tinggal, dan pakaian.
Beberapa harta yang para ulama sepakat wajib dikenai zakat adalah:
Yang dimaksud atsman adalah emas, perak, dan mata uang yang berfungsi sebagai mata
uang atau tolak ukur kekayaan.
Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat)
siksa yang pedih (QS. At Taubah: 34-35).
Siapa saja yang memiliki emas atau perak tapi tidak mengeluarkan zakatnya
melainkan pada hari kiamat nanti akan disepuh untuknya lempengan dari api neraka,
lalu dipanaskan dalam api neraka Jahannam, lalu disetrika dahi, rusuk dan
punggungnya dengan lempengan tersebut. Setiap kali dingin akan disepuh lagi dan
disetrikakan kembali kepadanya pada hari yang ukurannya sama dengan lima puluh
ribu tahun. Kemudian ia melihat tempat kembalinya apakah ke surga atau ke neraka.
Dari Amr bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi shallallahu alaihi wa
sallam, beliau bersabda,
Tidak ada zakat jika emas kurang dari 20 mitsqol dan tidak ada zakat jika kurang dari
200 dirham.
Dari Ali bin Abi Tholib radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,
Bila engkau memiliki dua ratus dirham dan telah berlalu satu tahun (sejak
memilikinya), maka padanya engkau dikenai zakat sebesar lima dirham. Dan engkau
tidak berkewajiban membayar zakat sedikit pun maksudnya zakat emas- hingga
engkau memiliki dua puluh dinar. Bila engkau telah memiliki dua puluh dinar, dan telah
berlalu satu tahun (sejak memilikinya), maka padanya engkau dikenai zakat setengah
dinar.Dan setiap kelebihan dari (nishob) itu, maka zakatnya disesuaikan dengan
hitungan itu.
Dari sahabat Abu Said Al Khudri radhiyallahu anhu, ia menuturkan bahwa Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Tidaklah ada kewajiban zakat pada uang perak yang kurang dari lima uqiyah .
Dan pada perak, diwajibkan zakat sebesar seperempat puluh (2,5 %). (HR. Bukhari
no. 1454)
Nishob zakat emas adalah 20 mitsqol atau 20 dinar. Satu dinar setara dengan 4,25 gram
emas. Sehingga nishob zakat emas adalah 85 gram emas (murni 24 karat) .Jika emas
mencapai nishob ini atau lebih dari itu, maka ada zakat. Jika kurang dari itu, tidak ada
zakat kecuali jika seseorang ingin bersedekah sunnah.
Besaran zakat emas adalah 2,5% atau 1/40 jika telah mencapai nishob. Contohnya,
emas telah mencapai 85 gram, maka besaran zakat adalah 85/40 = 2,125 gram. Jika
timbangan emas adalah 100 gram, besaran zakat adalah 100/40 = 2,5 gram.
Nishob zakat perak adalah 200 dirham atau 5 uqiyah.Satu dirham setara dengan 2,975
gram perak.Sehingga nishob zakat perak adalah 595 gram perak (murni).Jika perak
telah mencapai nishob ini atau lebih dari itu, maka ada zakat. Jika kurang dari itu, tidak
ada zakat kecuali jika seseorang ingin bersedekah sunnah.
Menurut madzhab Syafii, salah satu pendapat dari Imam Ahmad, pendapat Ibnu Hazm,
Syaikh Al Albani dan Syaikh Ibnu Utsaimin tidak perlu ditambahkan untuk
menyempurnakan nishob.Sedangkan jumhur mayoritas ulama- berpendapat perlu
ditambahkan, namun berselisih pendapat apakah penambahan ini dengan persenan atau
dengan qimah (nilai).Pendapat yang terkuat adalah pendapat yang menyatakan tidak
menambahkan emas dan perak untuk menyempurnakan nishob.Hal ini didukung oleh
beberapa dalil berikut. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Tidak ada zakat jika emas kurang dari 20 mitsqol dan tidak ada zakat jika kurang dari
200 dirham.Di sini emas dan perak dibedakan dan tidak disatukan nishobnya.
Tidaklah ada kewajiban zakat pada uang perak yang kurang dari lima uqiyah .
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin berkata, Jika seseorang memiliki 10 dinar
(1/2 dari nishob emas) dan memiliki 100 dirham (1/2 dari nishob perak), maka tidak ada
zakat. Karena emas dan perak berbeda jenis.
Mata uang wajib dizakati karena fungsinya sebagai alat tukar sebagaimana emas dan
perak yang ia gantikan fungsinya saat ini. Hukum mata uang ini pun sama dengan
hukum emas dan perak karena kaedah yang telah maruf al badl lahu hukmul mubdal
(pengganti memiliki hukum yang sama dengan yang digantikan).
Mata uang yang satu dan lainnya bisa saling digabungkan untuk menyempurnakan
nishob karena masih dalam satu jenis walau ada berbagai macam mata uang dari
berbagai negara.
Yang jadi patokan dalam nishob mata uang adalah nishob emas atau perak.Jika
mencapai salah satu nishob dari keduanya, maka ada zakat.Jika kurang dari itu, maka
tidak ada zakat.Jika kita perhatikan yang paling sedikit nishobnya ketika ditukar ke
mata uang adalah nishob perak.Patokan nishob inilah yang lebih hati-hati dan lebih
menyenangkan orang miskin. Besaran zakat mata uang adalah 2,5% atau 1/40 ketika
telah mencapai haul.
Harga emas saat masuk haul = Rp.500.000,-/gram (perkiraan). Nishob emas = 85 gram
x Rp.500.000,-/gram = Rp.42.500.000,-.
Harga perak saat masuk haul = Rp.5.000,-/gram (perkiraan). Nishob perak = 595 gram x
Rp.5.000,-/gram = Rp.2.975.000,-.
Yang jadi patokan adalah nishob perak. Simpanan di atas telah mencapai nishob perak,
maka besar zakat yang mesti dikeluarkan = 1/40 x Rp.10.000.000,- = Rp.250.000,-.
Sama halnya dengan emas dan perak, zakat penghasilan harus memenuhi syarat yang
telah disebutkan. Di antara syarat tersebut adalah penghasilan tersebut telah mencapai
nishob dan telah haul (masa satu tahun). Yang jadi patokan adalah nishob perak
sebagaimana penjelasan dalam nishob mata uang.
Namun perlu dipahami bahwa pekerja itu ada dua kondisi dilihat dari penghasilannya
(gajinya):
Pertama: Orang yang menghabiskan seluruh gajinya (setiap bulan) untuk memenuhi
kebutuhannya dan tidak ada sedikit pun harta yang disimpan. Kondisi semacam ini
tidak ada zakat.
Kedua: Pekerja yang mampu menyisihkan harta simpanan setiap bulannya, kadang
harta tersebut bertambah dan kadang berkurang. Kondisi semacam ini wajib dikenai
zakat jika telah memenuhi nishob dan mencapai haul.
Adapun sebagian orang yang mengatakan bahwa zakat penghasilan itu sebagaimana
zakat tanaman (artinya dikeluarkan setiap kali gajian yaitu setiap bulan), sehingga tidak
ada ketentuan haul (menunggu satu tahun), maka ini adalah pendapat yang tidak
tepat.
Misal harta yang tersimpan dari mulai usaha atau mulai bekerja:
Safar: Rp.1.000.000,-
Rabiuts Tsani: Rp.1.000.000,- (sudah mencapai nishob perak, sekitar Rp. 3 juta,-)
Berarti perhitungan haul (satu tahun) dimulai dari Rabiuts Tsani 1432 H dan Rabiuts
Tsani tahun berikut wajib zakat.
Rajab: Rp.1.000.000,-
Syaban: Rp.500.000,-
Ramadhan: Rp.2.000.000,-
Syawwal: Rp.2.000.000,-
Dzulqodah: Rp.3.000.000,-
Dzulhijjah: Rp.2.000.000,-
Pada tahun 1433 H, Muharram: Rp.3.000.000,-
Safar: Rp.2.000.000,-
E. HAJI
Pengertian Haji
Dalam bahasa Arab, haji berarti al-qashad, yaitu menyengaja atau menuju.
Dalam istilah syarah , haji berarti menyengaja mengunjungi kabah untuk melakukan
ibadah tertentu (thawaf, sai, waquf di Arafah, dan lainnya). Haji termasuk ibadah
yang telah dikenal pada syariat agama-agama terdahulu sebelum islam. (tafsir
ahmad.2009: ) Nabi Ibrahim dan nabi ismail membangun kabah sebagi rumah
ibadah untuk menyebah Allah semata-mata dan menyeru manusia untuk berhaji ke
bait Allah itu. Orang orang mematuhi seruannya, dating dari berbagai penjuru dan
mempelajari dasar-dasar agama tauhid yang mereka ajarkan.
Menurut para ulama haji berarti mengunjungi kabah untuk beribadat kepada
Allah dengan rukun-rukun tertentu dan beberapa syarat tertentu serta beberapa
kewajibannya dan mengerjakannya pada waktu tertentu. (Rifai, Moh.1978:371)
Ketika islam datang, sebagian besar agama di dunia ini telah dikenal di Arabia.
Namun, masi tersisa sedikat kenagan tentang agama Ibrahim, terutama mengenai
ibadah haji yang memang menonjol pada agama lama itu. Ibadah ini masih
dilaksanakan, tetapi telah banyak bercampur dengan bidah dan khurafat. Setelah
islam cukup kuat nabi melakukan haji wada (terakhir) pada tahaun ke 10 H, bersama
puluhan ribu umatnya. Dalam ibadah itu, beliau melakukan perombakan terhadap
tata cara yang waktu itu di kenal dan mengembalikan segala syiar, ketentuan, dan
adab-adabnya kepada bentuk semula sebagi mana yang berlaku di zaman Ibrahim
dan ismail. Umat yang turut berhaji memperhatikan dan mengikuti secara seksama
contoh dan petunjuk yang beliau sampaikan dalam pelaksanaan haji. Kemudian
praktik nabi ini dijadikan pedoman dalam setiap pelaksanaan ibadah haji selanjutnya.
Haji termasuk rukun islam yang di wajibkan satu kali seumur hidup,
berdasarkan surah Ali-imran ayat 97:
mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang
kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, (QS. Al-Hajj [22]; ayat: 27)
Dalam pelaksanaan haji, terdapat tiga macam pekerjaan, yaitu fardu, wajib, dan
sunat. Fardu haji berbeda dengan wajib haji. Jika pekerjaan yang fardu dalam haji
tidak dikerjakan, maka hajinya tidah sah, sedangkan jika wajib haji ditinggalkan, ia
dapt diganti dengan dam.
Rukun (fardu) haji ada enam, yaitu ihram, wakuf, thawaf, sai, bercukur, dan
tartitib. Sedangkan wajib haji ada lima, yaitu melakukan ihram dari miqat, melempar
jumrah, bermalam di mina, twawaf wada, dan menghindari segala yang di haramkan
dalam ihram. Adapun sunnat haji, diantaranya melakukan haji ifrat talbiyyah, thawaf
qudum (pembuka), bermalam di muzdalifa, dan salat thawaf dua rakaat.
a. Ihram
Ihram adalah berniat untuk melakukan haji. Melakukan ihram dari miqat
merupakan salah satu dari wajib haji. Miqat itu ada dua macam, yaitu miqat zamani
dan miqat makani. Miqat zamani ibada haji yaitu nukan syawal , zulkaidah, dan
sepuruh hari dari zulhujjah. Ihram untuk ibada haji tidak sah dilakukan kecuali pada
bulan bulan ini(QS. Al-Baqarah:197). Sedangkan miqat makani adalah tempat-
tempat yang di tentukan untuk melakukan ihram, menurut daerah asal atau arah
datangnya dalam perjalanan ke mekkah.
Dalam setiap melakukan ihram, ada beberapa hal yang sunnat dilakukan, yaitu
madi, menaggalkan pakian berjahit yang sedang dipakai, memakai sarung, selendang
dan sandal, memakai wangi-wangian pada tubuhnya, melakukan salat dua rakaat dan
lain-lain. Setelah melakukan itu, barulah ihram dengan berniat melakukan haji.
Dan ada beberapa hal yang haram dilakukan dalam berihram, orang yang
melanggarnya dikenakan bayar fidyah.
b. Thawaf
Thawaf (mengelilingi kabah) yang menjadi rukaun haji adalah thawaf ifadah.
Ulama telah bersepakat (ijima) bahwa itulah yang dimaksudkan dalam ayat dari al-
hajj: Dan hendaknya merekan melakukan thawaf di sekeliling rumah tua (kabah).
Selain thawaf ifadah yang menjadi rukun haji ini, ada juga thawaf qudum
(pembuka) dan thawaf wada(penutup), yang di wajibkan ketikan hendak
meninggalkan kota suci.thwaf ini di lakukan tujuh kali putaran dengan persyaratan:
1) Menutup aurat
2) Suci dari hadas dan najis, baik dari badan, pakian maupun tempat
4) Di miulai dari hajar aswad; artinya pada awal thawaf itu badan berada setengah
hajar aswad
Macam-macam Thawaf
1 Thawaf Qudum : yakni thawaf yang dilaksanakan saat baru tiba di Masjidil Haram
dari negerinya.
2 Thawaf Tamattu : yakni thawaf yang dikerjakan untuk mencari keutamaan (thawaf
sunnah)
3 Thawaf Wada : yakni thawaf yang dilaksanakan ketika akan meninggalkan Makkah
menuju tempat tinggalnya.
4 Thawaf Ifadhah (thawaf rukun) : yakni thawaf yang dikerjakan setelah kembali dari
wukuf di Arafah. Thawaf Ifadhah merupakan salah satu rukun dalam ibadah haji.
5 Thawaf nazar.
6 Thawaf sunnat.
c. Sai
sai (berlari-lari kecil) antara safa dan marwah termasuk rukun haji. Rasullulah
juga melakukan sai. beliau pernah bersabda, ber-sai lah kamu. Sesungguhnya
Allah taala telah mewajibkan sa;i atas kamu.
a) Sai mesti dikerjakan setelah melakukan thawaf, sebagai- mana yang di contohkan
Nabi.
b) Tartib, dimulai shafa. Jabir meriwayatkan bahwa Nabi bersabda, kita mulai dari
tempat yang Allah mulai dengan- Nya, dan beliau mulai dasi shafa hingga selesai
dari sainya di marwa.
c) Sai mesti dilakukan tujuh kali dengan ketentuan bahwa perjalanan dari safa ke
marwah di hitung satu kali, dan berikutnya dari marwah ke safa pun demikian.
d. Wuquf
e. Bermalam di muzdalifah
Allah berfirman: Apabila kamu telah bertolak dari arafah, berzikirlah kepada
Allah di masyaril Haram. Dan berzikirlah sebagiman yang di tunjukkan-Nya
kepadamu. Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang
yang sesat.
Dalam ayat di atas, yang dimaksud masyaril haram adalah muzdalifah yang di
sebut dengan jam; para ulamam berpendapat tentang hukum permalaman di
Muzdalifah. Al- Auzai dan beberapa ulama tabiin memasukkan sebagai fardu haji,
sehingga jika di abaikan akan mewajibkan qadha pada tahun beriktnya. Mayoritas
ulama (jumhur) mengatakan bahwa bermalam di muzdalifa itu wajib; jika di
tinggalkan, mengharuskan bayar dam. Namun, ada pendapat yang mengatkan bahwa
itu hanya sunnah saja.
f. Melempar jumrah
Melempar jumrah temasuk wajib haji. Pada hari nahr (10 Zulhijjah), di mina,
dilakukan melempar jumrah Aqabah saja dengan tujuh batu. Sebaliknya, pekerjaan
ini delakukan setelah terbit matahari. Bahkan, Abu hanifah, malik, dan ahmad
mengatakan tidak di benarkan melempar sebelumya. Jabir mengatakan: Rasulullah
melempar jumrah pada hari nahr pada waktu duha, sedangkan jumrah yang
sesudahnya setelah tergelincir matahari.
g. Bercukur
Mayoritas ulama ( jumhur) telah sepakat bahwa bercukur (al-halq) atau
memotong rambut (al-taqsir) termasuk bagian ibadah haji, bahkan temasuk ssalah
satu rukunya menurut pendapat yang kuat dalam mazhab syafii. walaupun hanya
dengan memendekkan rambut, jkewajiban itu telah di penuhi. Namun, mencukurnya
lebih baik sebagaimana yang dicontohkan Nabi. Ketentuan ini berlaku bagi laki-laki;
wanita hanya dituntut memotong rambut mereka, tidak dibenarkan bercukur.
h. Tahallul
Nikah dan jima baru halal kembali setelah tahallul tahap kedua, yaitu
melakukan pekerjaan yang ketiga yang belum dilakukan pada tahallul pertama.
Setelah melakukan tahallul, ia masi wajib melanjutkan pekerjaan hajinya yang belum
selesai, yaitu melempar jumrah dan bermalam di mina pada hari-hari tasyriq.
i. Bermalam di mina
Dalam sebua hadis dijelaskan bahwa Nabi bermalam di mina selama hari=hari
tasyriq. dari Aisyah; ia menyarankan bahwa rasulullah melakukan ifadah, kemudian
kembali kemina dan tiggal di sana selama tiga hari tasyriq. berdasarkan hadis ini,
para ulama mengatakan bahwa bermalam dimini termasuk wajib haji. Menurut
malik, setiap pelnggaran satu malam dikenakan kewajiban dam. Menurut syafii,
setiap pelanggaran satu malam dikenakan sepertiga dam. Dam ini hanya berlaku bagi
mereka yang tidak bermalam tampaa uzur. Orang-orang yang mempunyai alas an,
seperti para petugas siqayah (pengembala unta), tidak dikenai dam.
j. Tartib
Sebagian ulama mengatakan bahwa tartib termasuk syarat dalam pelaksanaan
haji, tetapi sebagaimana lainnya memandanganya sebagi rukun. Dalam hal ini tartib
berarti melakukan rukun-rukun haji sesuai dengan urutan yang semestinya.
Keharusan tartib ini didasarkan atas kewajiban mengikuti contoh Nabi seperti dalam
sabdanya: Ambillah (cara pelaksanaan) ibadah haji kamudariku.
Bila seorang yang telah ihram tidak melakukan wukuf sampai terbitnya fajar
pada hari nahar, maka hajinya batal; ia mesti bertahallul dengan melakukan
pekerjaan-pekerjaan umrah saja, thawaf, sai dan bercukur serta wajib mengqadha
pada kesempatan berikutnya. Selain wajib mengqadha ia juga diwajibkan
menyembelih binatang korban (al-hady).
Macam-macam Haji
Dilihat dari kukumnya, haji terbagi dua, yaitu haji wajib dan haji sunat. Haji
wajib yaitu haji yang dilaksanakan sekali seumur hidup sebagi rukun islam. Ada juga
yang termasuk haji wajib disebabkan oleh nazar atas dirinya. Sedangkan haji sunat
adalah haji yang dilakukan sebagi tambahan setelah melaksanakan haji wajib.
Menurut cara pelaksanaannya, haji dibagi tiga bagian, yaitu haji ifrad,
hajitamattu dan haji qiran. Para ulama berbeda pendapat mengenai cara pelaksanaan
yang terbaiak dalam pelaksanaan haji. Ahmad berpendapat bahwa tamattu yang
lebih baik, sedangkan malik dan syafii mengatakan bahwa ifrad yang lebih baik.
Haji ifrad adalah pelaksanaan haji yang dilaksanakan secar terpisah, lebih
dahulu dari umrah. Setelah pekerjaan haji selesai dilaksanakan seluruhnya, baru
dilakukan umrah dengan ihram kembali dan dilanjutkan dengan pekerjaan-pekerjaan
umrah lainnya. Sedagngkan haji tamattu dilakukan sebaliknya, yakni
mendahulukan umrah secara terpisah dari haji. Jadi, mula-mula ihram dilakukan
untuk umrah saja, kemudian dilanjutkan dengan ihram kembali dan dilanjutkan
dengan pekerjaan-pekerjaan lainnya. Cara inilah yang banyak dijalankan oleh
sebagian besar jamaah haji, tetapi wajib membayar dam. (rifai moh.1978:377)
Qiranartinya melkukan ihram dengan niat haji dan umrah sekaligus, atau mula-
mula melakukan ihram untuk umrah saja, pada bulan-bulan musim haji, kemudian
sebelum thawaf, memasukkan pelaksanaan haji di dalamnya. Yang melakukan haji
dengan cara ini juga wajib membayar dam, seperti halnya pada orang-orang yang
berhaji secara tamttu.
Tujuan Haji
Al-baqarah 189
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu
adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah
kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah
kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-
pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. (Al-baqarah : 189)
"Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim
barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah Dia; mengerjakan haji
adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. barangsiapa mengingkari (kewajiban haji),
Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam". (Al-imran : 97)
b. Membaca talbiyah dengan suara yang keras bagi laki-laki, sedangkan bagi wanita
sekadar dapat didengar sendiri. Sunnah membaca talbiyah selama ihram sampai
melempar jumroh aqabah pada hari nahar (hari raya).
Bacaan talbiyah :
Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, Aku datang memenuhi panggilan-
Mu, Aku datang memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, Aku datang
memenuhi panggilan-Mu, sesungguhnya segala puji, nikmat dan segenap kekuasaan
milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu.
(HR. Bukhari dan Muslim)
c. Berdoa sesudah membaca talbiyah, meminta keridhoan Allah, surga dan meminta
perlindungan dari siksa neraka.
d. Membaca dzikir waktu thawaf.
e. Shalat dua rakaat setelah mengerjakan thawaf.
f. Memasuki kabah (rumah suci).
Dam
Jenis-jenis Dam yaitu :
a. Dam (denda) karena memilih tamattu atau qiran. Dendanya ialah : menyembelih
seekor kambing (qurban), dan bila tidak dapat menyembelih kurban, maka wajib
puasa tiga hari pada masa haji dan tujuh hari setelah pulang ke negerinya masing-
masing.
b. Dam (denda) meninggalkan ihram dari miqatnya, tidak melempar jumrah, tidak
bermalam di muzdalifah dan mina, meninggalkan tawaf wada, terlambat wukuf di
arafah, dendanya ialah memotong seekor kambing kurban.
c. Dam (denda) karena bersetubuh sebelum tahallul pertama, yang membatalkan haji
dan umrah. Dendanya menurut sebagian ulama ialah menyembelih seekor unta, kalau
tidak sanggup maka seekor sapi, kalau tidak sanggup juga, maka dengan makanan
seharga unta yang di sedekahkan kepada fakir miskin di tanah haram, atau puasa
sehari untuk tiap-tiap seperempat gantang makanan dari harga unta tersebut.
d. Dam (denda) karena mengerjakan hal-hal yang di larang selagi ihram, yaitu
bercukur, memotong kuku, berminyak, berpakaian yang di jahit, bersetubuh setelah
tahallul pertama. Dendanya boleh memilih diantara tiga, yaitu menyembelih seekor
kambing, kerbau, puasa tiga hari atau sedekah makanan untuk 6 orang miskin
sebanyak 3 sha (kurang lenih 9,5 liter).
e. Orang yang membunuh binatang buruan wajib membayar denda dengan ternak yang
sama dengan ternak yang ia bunuh.
f. Dam sebab terlambat sehingga tidak bisa meneruskan ibadah haji atau umrah, baik
terhalang di tanah suci atau tanah halal, maka bayarlah dam (denda) menyembelih
seekor kambing dan berniatlah tahallul (menghalalkan yang haram) dan bercukur di
tempat terlambat itu. (Fiqih Ibadah, 1998 : 50-57 )
n.n. 2015. Pengertian Zakat beserta Penjelasan Zakat fitrah dan zakat mal
http://www.hermanbagus.com/2015/08/pengertian-zakat-beserta-penjelasan-
zakat-fitrah-dan-zakat-mal.html [ Diakses tanggal 4 April 2016 ]
n.n 2012. Enggan Menunaikan Zakat https://rumaysho.com/2446-akibat-enggan-
menunaikan-zakat.html [ Diakses tanggal 4 April 2016 ]
Abduh, Muhammad. 2012. Panduan Zakat Mata Uang dan Zakat penghasilan
https://rumaysho.com/2450-panduan-zakat-mata-uang-a-zakat-penghasilan.html.
[ Diakses tanggal 4 April 2016 ]