Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Allah menciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Di dalam ibadah kita
dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya baik itu nilai pendidikan,
moral, aqidah, keimanan, dan lain-lain. Tujuan pendidikan Islam adalah mendidik
manusia untuk beribadah kepada Allah swt, membentuk manusia bertaqwa kepada-Nya,
serta mendidik manusia agar memahami nilai-nilai yang terkandung di dalam ibadah.

Allah telah menetapkan tujuan penciptaan manusia dan jin yaitu untuk beribadah kepada-
Nya, sebagai mana terdapat dalam firman-Nya:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku”. (Adz Dzariyat 56)

Ibadah dalam Islam mencakup seluruh sisi kehidupan, ritual dan social, habluminallah,
dan habluminan naas, meliputi pikiran, perasaan, dan pekerjaan. “Katakanlah:
Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku,dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam”. (Al An’am 162).

Ibadah disebut benar manakala terpenuhi dua syarat yaitu ikhlash karena Allah dan
mengikuti aturan syariat. Allah berfirman: “yang menjadikan mati dan hidup, supaya
Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Al Mulk 2).

Nilai dalam hal ini adalah konsep yang berupa ajaran-ajaran Islam, dimana ajaran Islam
itu sendiri merupakan seluruh ajaran Allah yang bersumber Al-Qur’an dan Sunnah yang
pemahamannya tidak terlepas dari pendapat para ahli yang telah lebih memahami dan
menggali ajaran Islam. Peran ibadah dalam mendidik manusia agar menjadi manusia
yang berakal berfikir sistematis dan menggunakan pikirannya secara terus menerus yang
merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan sebagai media mendidik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat ibadah

Ibadah (‫)عب ادة‬ secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Di dalam
syara’, ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi
ibadah itu antara lain :

1. Ibadah ialah taat kepada Allah  dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya (yang


digariskan) melalui lisan para Rasul-Nya,
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah , yaitu tingkatan ketundukan yang
paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi,
3. Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah ,
baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir maupun bathin. Ini adalah definisi
ibadah yang paling lengkap.

Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf (takut),
raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang) dan
rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan shalat,
zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik danhati). Serta masih banyak
lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan badan.

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia, Allah  berfirman, “Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak
menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka
memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rizki yang mempunyai
kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat: 56-58)

Allah  memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka
melaksanakan ibadah kepada Allah . Dan Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah
mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya. Karena ketergantungan mereka
kepada Allah , maka mereka menyembah-Nya sesuai dengan aturan syari’at-Nya. Maka
siapa yang menolak beribadah kepada Allah , ia adalah sombong. Siapa yang menyembah-
Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya maka ia adalah mubtadi’ (pelaku
bid’ah). Dan siapa yang hanya menyembah-Nya dan dengan syari’at-Nya, maka dia adalah
mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah )
B.  Nataij Ibadah (hasil-hasil Ibadah)

Ibadah yang shahih akan menghasilkan dan melahirkan sikap dan perilaku yang
positif dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi bekal dan pegangan dalam mengemban
amanah sebagai hamba Allah khususnya tugas da’wah. Diantara dampak dari ibadah
adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya Keimanan..
2. Semakin kuat penyerahan diri kepada Allah (Islam)..
3. Ihsan Dalam Beribadah..
4. Ikhbat (tunduk).
5. Tawakal.
6. Mahabbah (rasa cinta).
7. Taubat.
8. Roja (mengharap rahmat Allah).
9. Berdo’a.
10. Khusyu’.

C.  Halawah Ibadah (Manisnya Ibadah)

Tidak diragukan lagi bahwa setiap ibadah memiliki kelezatan, jika tidak maka tidak
ada kemanisan di dalamnya. Dan di antara dalil-dalil atas lezatnya ibadah adalah sabda
Nabi SAW :

"Akan merasakan manisnya iman orang-orang yang ridla Allah sebagai Rabb dan
Muhammad sebagai Rasul." Dan sabdanya:

"Tiga hal yang barang siapa yang ada di dalamnya akan mendapatkan manisnya iman,
hendaklah ia mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi kecintaanya pada yang lainnya.
Hendaklah ia benci kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya sebagimana ia
membenci untuk dicampakkan ke neraka". Dan di dalam riwayat imam Ahmad dari Abu
Razin Al Aqili :

"Jika Anda sudah menjadi demikian maka sesungguhnya manisnya iman telah masuk
di dalam hatimu sebagaimana manisnya air kepada orang yang harus pada hari yang
sangat panas."

"Salah seorang diantara Anda merasakan manisnya iman sehingga aku lebih ia cintai
dari anaknya, bapaknya dan nyawanya yang ada di antara rusuknya dan manusia
semuanya"
Tanda-Tanda Yang menunjukan seorang mu`min Yang telah merasakan lezatnya
ibadah :

1. Bersegera dalam ketaatan

Seorang mu`min ketika dia menjumpai salah satu dari ibadah dia akan bergegas
menyambutnya karena cinta atas kedatangannya, sebagaimana ketika datangnya
waktu shalat atau ketika mendekati bulan Ramadhan atau haji atau jihad atau yang
lainnya .

Sahabat Adi bin Hatim (wafat: 68 H) berkata:"Tidaklah datang waktu shalat itu
kecuali aku sudah siap dan ia tidak datang kecuali aku sudah bersiwak ".Dia telah siap
untuk shalat sebelum waktunya dan bersiwak ketika memasukinya.

Dan pemimpin para tabi`in Said bin Musayib (wafat: 94 H) berkata: "Tidaklah
seorang mu`adzin mengumadankan adzan sejak tiga pulah tahun kecuali saya berada
di masjid." Kalau bukan karena kerinduanya ketemu dengan Allah maka ia tidak
mungkin bergegas ke masjid sebelum adzan selama tiga puluh tahun. Adapun imam
qori' `Asim bin Abi Najud al Asa (wafat: 128 H) setiap kali lewat masjid ia
berkata :"Mari kita tempati karena sesungguhnya kebutuan kita tidak akan lewat",
kemudian ia masuk dan shalat. Inilah kerinduan dan kebutuhannya terhadap sholat
setiap waktu.

Dan berkata Muhammad bin Samaah at-Taimi al-Kufi (wafat: 233 H) :"Saya tingal di
sini selama empat pulah tahun dan tidak pernah ketingalan takbiratul ihram kecuali
ketika hari kematian ibuku",dan ini dibawah derajat yang pertama, karena yang
disebut takbir yang pertama bukan mendatangi azdan,

Nabi saw telah memuji Abdullah bin rawahah (wafat: 6 H) dalam sabdanya :

‫رحمه هللا أخي عبد هللا بن رواحة كان أينما أدركته الصالة أناخ‬

"Semoga Allah merahmati saudaraku Abdullah bin Rawahah yang mana setiap aku
menemuinya ia sedang shalat"

Dan dia (Abdullah bin Rawahah) rkh berusaha mencintai ketika ia kembali dan
meninggalkan rumahnya dalam keadaan berdzikir kepada Allah di samping itu ia
tidak ingin mengahirkan shalat dari waktunya meskipun dalam keadaan sibuk atau
dalam safar, semua itu karena cintanya pada shalat dan bermunajat.

Oleh karena itu sesungguhya syetan berjuang agar seorang mukmin mengakhirkan
ketaatan sebagaimana telah disebutkan dalam sebuah hadits yang shahih:

"Syetan duduk di atas kening di antara salah satu dari kalian jika ia tidur tiga ikatan.
Dia memukulkan setiap tiga ikatan itu dengan berkata:' Malammu pajang maka
tidurlah', jika Anda bangun dan mengingat Allah Ta'ala maka terurailah ikatan yang
pertama, kemudian jika ia berwudhu terurailah ikatan yang kedua, jika ia sholat
terurai ikatan semuanya (yang ketiga) maka pagi itu menjadi bagi yang
menyenangkan dan jika tidak seperti itu, pagi itu menjadi jelek dan memalaskan"

Dan sesungguhnya bersegera kepada ketaatan bukan termasuk tergesa -gesa yang
tercela akan tetapi Rasulullah SAW menjelaskan:

‫أن التؤدة في كل شيئ خير إال في عمل االخرة‬

"Sesungguhnya santai dalam segala sesuatu itu baik kecuali dalam amal akhirat."

2. Memanjangkan sholat

Orang yang merasakan lezatnya ibadah maka ia tidak merasakan berapa panjang
waktu yang ia lewati.bahkan waktu berjam-jam seakan-akan hanya dalam hitungan
menit.akan lewat waktu yang panjang sebagimana beberapa menit saja.

Waktu yang dihabiskan untuk kesenangan menjadi satu jam

Sehari dihabiskan untuk kejahatan sea-akan setahun.

Maka dari itu baginda Rasulullah SAW mendirikan malamnya dengan Surat Al
Baqarah dan Ali Imran dan An Nisa dalam satu rekaat tanpa merasakan waktu yang
panjang karena larut dalam kenikmatan bermunajat.

Dan demikianlah para sahabat dan para tabiin dalam kebaikan. Dan sesungguhnya
khalifah Utsman bin Afan (wafat: 35 H) mengkhatamkan Al Qur'an dalam satu
rekaat. Sebagaiman yang diketahui darinya.1[21] Dan yang demikian tidak akan
terjadi kecuali hilangnya rasa capek dengan merasakan kenikmatan Al qur'an dan ia
berkata:"Seandainya hati kalian itu suci maka kalian tidk mungkin kenyang dengan
firman Rabb kaian."

Dan begitu pula Tamim Ad Dari (wafat: 40 H) 2[23]dan Sa'id bin Jubair (wafat: 95 H)
dan Imam Abu Hanifah An Nu'man (Wafat: 150 H) mereka mengkhatamkan
AlQur'an dalam satu rekaat. Sebagaimana yang dikatakan Imam Nawawi (wafat: 676
H), dan itu mungkin terjadi di malam yang panjang pada musim dingin. Dan
dikatakan sebagi waktu yang barokah.

Dan bahwasannya Abu Ishak Asy Sya'bi (wafat: 127 H) ketik ia menginjak tua dan
tidak kuat berdiri sehingga dibangkitkan dan jika manusia membangkitkannya maka
ia membaca seribu ayat dan ia berkata:"Saya telahlemah dan tulang-tulangku telah
rapuh dan sesungguhnya aku hari ini tidak mendirikan sholat kecuali dengan Imran.
Subhanallah.

2
Ketika ia dalam kadaaan lemah ia tetap mendirikan sholat dan tidak beranjak rukuk
kecuali setelah membaca Al Baqarah dan Ali Imran dan membaca keduannya
membutuhkan satu jam seperempat.

Dan di antara salafus shalih ada yang bersungguh dalam beribadah sehingga jika
dikatakan kepadanya sesungguhnya besuk hari kiamat ia tidak bisa menambah di
dalam ibadahnya karena sesungguhnyaa ia telah mempersembahkan darinya lebih
banyak dari apa yang ia mampu. Dari mereka Abu Muslim Al Khaulani (wafat: 62H)
yang berkata :"Jika dikatakan kepadaku api jahannam menyala-nyala aku tidak akan
bisa menambah amalanku."

Dan kelezatan dalam ibadah yang dirasakan sebagian dari mereka menimbulkan
angan-anagn mereka semoga Allah mengkaruniai kepada mereka sholat dalam
kuburannya agar mereka dapat menikmatinya di dalam kubur sebagaimana mereka
menikmatinya di dunia. Maka Allah mengabulkan permohonan mereka.

Mereka hidupkan malam-malam dengan ketaatan kepada Rabb mereka


dengan membaca Al Qur'an, memanjatkan permohonan dan permintaan
Air mata mereka mengalir membasahi pipi
laksana aliran sungai
Ketika malam datang mereka bagaikan rahib, ketika mereka berjihad
melawan musuh musuh mereka laksana satria yang gagah berani
Tampak di wajah mereka bekas sujud kepada Rabb mereka
Dan darinya terpancar cahaya yang berkilauan

Dan jika Anda wahai saudara saudariku seiman, melihat yang demikian itu adalah hal
yang sangat sulit dan saya ingin seperti mereka maka Anda akan menjangkaunya
Insya Allah, Maka Anda akan mendapatkan dirimu siap untuk memperpanjang shalat
dan janganlah Anda seperti mereka yang bersungguh-sungguh dengan tiab-tiba
kemudian berhenti, karena amalan yaang dicintai Allah adalah yang terus-menerus
meskipun sedikit.

3. Membiasakan puasa

Sebagaimana seorang ahli ibadah yang mendapatkan kelezatan dalam beribadah, ia


mencintai untuk memperpanjang shalat dia juga senang membiasakan puasa, dia tidak
akan berbuka kecuali pada waktu-waktu ia diperintahkan untuk berbuka dalam satu
tahun seperti pada dua hari raya. Yang demikian itu karena puasa itu makanannya ruh
dan akan mendekatkan manusia kepada Yang Maha Tinggi. Berkata Ibnu Qoyyim ra
(wafat: 751 H):

"Diciptakan bani Adam itu badannya dari tanah dan ruhnya dari alam malaikat.
Keduanya selalu beriringan maka jika badannya lapar dan menjadikannya begadang
dan menegakkan untuk ibadah maka ruhnya akan mendapatkam kenyamanan dan
ketenangan maka ia akan berada di mana ia diciptakan darinya. Dan apabila ia
mengenyangkan badannya dan memberi kenikmatan kepadanya serta menidurkannya,
sibuk untuk melayani maka kenikmatan itu akan ...di tempat yang ia diciptakan
darinya.

Dan ada baiknya aku sebutkan di sini hukum berpuasa terus menerus, untuk
menghilangkan kerancuan dengan hadits Rasulullah SAW:

‫ال صام من صام ألبد‬

"Tidak ada puasa bagi orang yang puasa terus menerus".

Larangan Rasul tentang puasa dahr (terus menerus), menurut madzab dhahiriyyah dan
Hanafiyyah dari riwayat Imam Ahmad berpendapat memakruhkannya, dan jumhur
ulama berpendapat sunnah bagi yang mampu menjalakannya dan mereka adalah
pengikut Imam Malik, Imam Syafei dan Imam Ahmad. Mereka berhujjah dengan
perkataan shahabat Hamzaah bin Umar Al Aslami kepada rasulullah,"Sesungguhnya
saya adalah laki-laki yang terus menerus berpuasa", dan Rasulullah tidaak
mengingkarinya dan itu ada di Shahih Muslim. Dan ketika Ibnu Umar ditanya tentang
puasa dahr ia berkata:"Kita mengikuti para pendahulu kita dari agama ini" Berkata
Imam Nawawi:"Telah berkata qadli Iyadl dan yang lainnya, jumhur ulama
berpendapat memperbolehkannya jika ia tidak berpuasa pada hari-hari yang dilarang
berpuasa. Jumhur ulama juga melarang berpuasa pada hari-hari raya daan melarang
bagi orang yang berbahaya mengerjakannya.

Ibnu Rajab (wafat: 795) berkata di dalam Al Lathoif hal 146-148, dari ringkasannya
orang yang dilarang berpuasa dahr ia adalah orang yang tidak merasakan puasa dan
tidak berbuka, maksudnya dia tidak mendapatkan beban dari puasanya, karena yang
demikian itu menjadi kebiasaanya baginya, karena badannya mempunyai baginya dan
juga karena kemungkinan akan datang hari yang tidak kuat ia menjalankan puasa.

4. Membaca Al Qur'an

Allah mensifati orang mukmin pada sisi turunnya Al Qur'an dengan:"Orang-orang


yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira".
(QS. At TAubah: 124)

Dan Utsman bin Affan pernah berkata:'Jika hati kalian suci kalian tidak bakal
kenyang dengan firman Rabb kalian"

Oleh karena itu kita jumpai para salafush sholih yang mampu mengkhatamkan Al
Qur'an dalam satu malam pada waktu yang berfadhilah, diantara nereka adalah Imam
Abu Hanifah, Atha' bin Saib (wafat: 137H), Yahya bin Qathan (wafat: 198 H), dan
Imam Syafei (wafat: 204 H), semoga Allah merahmati mereka.

Dan di antara mereka ada yang mengkhatamkan Al Qur'an dalam dua malam,
diantaranya Sa'id bin Jubair, Aswad bin Yazid (wafat: 75H), Mus'ar bin Kadam
(wafat: 152 H), semoga Allah merahmati mereka.
Dan sudah selayaknya di sini saya sebutkan hukum menghatamkan Al Qur'an kurang
dari tiga hari ditinjau dari sabda Rasulullah SAW:

‫لم يفقه من قرأ القران في أقل من ثالث‬

"Belum paham siapa yang membaca Al Qur'an (menghatamkan AL qur'an kurang dari
tiga hari".

Dan Imam Ahmad berpendapat dengan riwayat dari Abu Ubaidah dan yang lainnya
makruh. Sebagaian besar ulama berpendapat memperbolehkannya. Imam Nawawi
berkata dalam kitab At Tibyan setelah menyebutkan pendapat para salaf dalam
masalah itu:"Dan yang paling banyak apa yang kami mampu dalam satu hari satu
malam 4 kali khatam dalam satu malam dan empat kali pada siang harinya. Dan yang
dipilih bahwa yang demikian itu berbeda dengan perbedaan kemampuan manusia dan
barang siapa dengan kecerdasannya dapat memahami seni dan makna ayat maka
hendaknya ia memperpendek waktu bacaannya kerena pemahamnan yang sempurna
yang ia dapatkan. Dan begitu juga bagi mereka yang sibuk menyebarkan agama dan
dalam pemerintahan orang muslim atau yang selainnya dari kepentingan agama dan
kesejahteraan kaum muslimin maka hendaknya ia membatasi dirinya atas
kemampuannya karena kesibukan yang ia jalani.

Maka bersegargeralah wahai saudara dan asaudariku! Untuk memakan makanan


ruhiyah, dari hidangan Allah ta’ala yakni al quranul karim, cukuplah bagi kamu
kelezatannya, sesungguhnya al quran adalah pejaran dari Allah ta’ala maka terimalah
pelajaranNya sungguh Alllah ta’ala senang memulyakan hambaNya yang beriman
meski ia tidak berada dalam pendidikanNya lalu bagaiaman jika berada dalam
pendidikanNya?.

5. bersedih atas ketaatan yang luput.

Di antara tanda rasa kelezatan beribadah adalah seorang mukmin jika lepas darinya
suatu kebaikan dia akan bersedih, bersedih sehingga terlepasnya kebaikan tersebut
tidak terulang lagi. Bersedih karena yang lainnya telah mendahului menuju Allah.
Sebagaiman kesedihan orang-orang yang tertinggal jihad di dalam perang 'asarah
maka' lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena
kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.
(QS.9: 92). Dan sebagimana kesedihan Abdullah bin Umar ra yang tertinggal jihad,
dia berkata: "saya datang meminta ikut serta kepada Rasulullah
Sallahu’alaihiwasallam akan tetapi beliau tidak mengizinkan menganggap saya masih
kecil, tidak pernah kulalui malam-malam seperti yang kulalui waktu itu dalam
kegundahan kesedihan dan tangis karena Rasulullah tidak menerimaku, kemudian
pada tahun selanjutnya saya meminta untuk ikut serta alhamdulillah bealiau
mengizinkan, sebagaiaman Muadz bin jabal juga menangis ketika menjelang ajalnya
seraya berkata: itulah Sa'id bin Abdul Aziz At Tanukhi ra (wafat 167 H) jika terlepas
dari sholat jamaah dia menangis.
Berkata Sulaiam bin Hamzah Al Maqdisi ra (wafat 715 H):"Saya tidak pernah sholat
sendirian kecuali hanya dua kali dan seolah-olah aku tidak sholat (ketika sholat
sendirian tersebut).

6. Berangan-angan untuk mati karena kerinduannya bertemu dengan Allah


untuk mendapatkan kelezatan yang besar.

Sebagian dari tanda orang yang merasakan kelezatan dalam beribadah adalah dia
rindu untuk bertemu dengan Allah SWT sehingga dia betah mendengarkan dan
membaca firman-firman-Nya, sholat dan memerangi hawa nafsunya, shoum untuk
mendapatkan ketaqwaan kepada-Nya. Akan tetapi dia tidak akan merasakan
kebahagiaan dengan melihat-Nya (karena dia masih di dunia-pent) sehingga ia terus-
menerus memanjatkan doa:

‫و أسألك لذة النظر إلى وجهك الكريم و الشوق إلى لقائك‬

"Ya, Allah aku mohon kepada-Mu kelezatan memandang wajah-Mu yamg mulia dan
mohon agar aku senantiasa merindukan perjumpaan dengan-Mu"

sabda Rasulullah SAW:

‫ وعمار وسلمان‬,‫ علي‬:‫إن الجنة لتشتاق إلى ثالثة‬

"Sesungguhnya jannah itu merindukan kepada tiga orang, yaitu Ali, Umar dan
Salman" Jadi bukan hanya mereka yang merindukan jannah bahkan jannah sendiri
yang merindukan mereka karena bersegera dan banyaknya amal mereka serta
keutamaan mereka sehingga Allah menjadikan mereka dalam pemeliharan-Nya
dengan nikmat dan kasi-sayang-Nya.:

Seandainya Anda mengatakan kepadaku, matilah. matilah maka saya akan mendengar
dan taat

Dan akan kukatakan kepada penyeru kematian: Selamat datang.

Inilah kebenaran kerinduan bertemu dengan Allah SWT dan ketakutan dirinya atas
lemahnya iman di hari-hari yang akan datang. Akan tetapi bagi siapa yang cinta akan
kekekalan dunia dan berhasrat menambah kebaikan serta memberi manfaat kepada
kaum muslimin sesungguhnya ia akan dibalas dengan idzin Allah Ta'ala sesuai
dengan niatnya. Rasulullah SAW bersabda:

‫ و إما مسيئا فلعله يستعتب‬, ‫ال يتمنين أحدكم الموت إما محسنا فلعله يزداد‬

" Janganlah salah seorang di antara kalian berangan-angan mati, jika ia seorang yang
baik (muhsin) siapa tahu Allah akan menambah kebaikannya dan jika dia seorang
yang jahat siapa tahu dia akan berhenti".
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa kami ambil dari makalah dan pengetahuan tentang pentingnya
beribadah. Yaitu dalam keadaan apapun dimanapun sesusah apapun keadaan kita kita tetap
diwajibkan sholat karena sesungguhnya allah memberikan keselamatan di akhirat maupun di
dunia allah akan memberikan jalan pada kita kalau kita bersungguh sungguh dalam beribadah
karena allah mencintai hambanya yang senantiasa selkalu mengingatnya dan beribadah
untuknya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/4838304/MAKALAH_IBADAH

https://id.wikipedia.org/wiki/Ibadat

https://almanhaj.or.id/2267-pengertian-ibadah-dalam-islam.html

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/19/07/06/pu7sys313-menikmati-ibadah

Anda mungkin juga menyukai