Dea Citra
2. Atika Dayana
3. Tengku Widya Utari
4. Dhea Rahma Safitri
Yang dimaksud Akhlak kepada Allah yaitu perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh
hamba Allah (makhluk ciptaan-Nya) kepada Sang Pencipta. Bisa dikatakan akhlak kepada
Allah apabila mengakui dan menyadari bahwa tidak ada Tuhan kecuali hanya Allah
Swt.Akhlak yang baik kepada Allah adalah ridha terhadap hukum-Nya baik secara syar’I
maupun secara takdir. Ia menerima hal itu dengan lapang dada dan tidak mengeluh. Jika
Allah menakdirkan sesuatu kepada seorang muslim yang tidak disukai oleh muslim itu, dia
merasa ridha, menerima, dan bersabar.
Di antara salah satu misi dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah untuk
menyempurnakan akhlak manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya aku hanyalah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang luhur.” (HR.
Ahmad no. 8952 dan Al-Bukhari dalam Adaabul Mufrad no. 273. Dinilai shahih oleh Al-
Albani dalam Shahih Adaabul Mufrad.)
Hal pertama yang harus dilakukan seorang Muslim dalam beretika kepada Allah SWT
adalah dengan mentaati segala perintah-perintah-Nya. Sebab bagaimana mungkin ia tidak
mentaati-Nya, padahal Allah SWT-lah yang telah memberikan segalanya pada dirinya. Allah
SWT berfirman:
“Mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati
mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
(QS. An-Nisa: 65).
Karena taat kepada Allah SWT merupakan konsekuensi keimanan seorang muslim kepada
Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini merupakan salah satu indikasi tidak adanya
keimanan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW juga menguatkan makna ayat diatas dengan
bersabda:
“Tidak beriman salah seorang diantara kalian, hingga hawa nafsunya (keinginannya)
mengikuti apa yang telah datang dariku (Al-Qur’an dan sunnah).” (HR. Abi Ashim al-
syaibani).
Hal kedua yang harus dilakukan seorang Muslim kepada Allah SWT adalah memiliki
rasa tanggung jawab atas amanah yang diberikan padanya. Karena pada hakikatnya
kehidupan ini pun merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh karenanya, seorang mukmin
senantiasa meyakini apapun yang Allah berikan padanya, maka itu merupakan amanah yang
kelak akan dimintai pertanggung jawaban dari Allah. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW
pernah bersabda: Dari
Yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT adalah ridha terhadap
segala ketentuan yang telah Allah SWT berikan pada dirinya. Seperti ketika ia dilahirkan baik
oleh keluarga yang berada maupun oleh keluarga yang tidak mampu, bentuk fisik yang Allah
SWT berikan padanya, atau hal-hal lainnya. Karena pada hakikatnya, sikap seorang muslim
senantiasa yakin terhadap apapun yang Allah SWT berikan pada dirinya. Baik yang berupa
kebaikan atau berupa keburukan. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh
mempesona perkara orang beriman. Karena segala urusannya adalah dipandang baik bagi
dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, karena ia tahu bahwa hal tersebut
merupakan hal terbaik bagi dirinya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia tahu
bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR. Bukhari)
Apalagi terkadang sebagai seorang manusia, pengetahuan atau pandangan kita
terhadap sesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu yang kita anggap baik justru
buruk, sementara sesuatu yang dipandang buruk ternyata malah memiliki kebaikan bagi diri
kita.
Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan
lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena itulah, etika kita kepada
Allah SWT. Manakala sedang terjerumus dalam “kelupaan” sehingga berbuat kemaksiatan
kepada-Nya adalah dengan segera. Bertaubat kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Allah
berfirman: “Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya
.mereka sendiri mereka ingat akan Allah lalu memohon ampun terhadap dosa- dosa mereka.
Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa selain Allah dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali-Imran: 135).
Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT akan memiliki obsesi dan
orientasi dalam segala aktivitasnya hanya kepada Allah SWT. Dia tidak beramal dan
beraktivitas untuk mencari keridhaan atau pujian atau apapun dari manusia. Bahkan
terkadang untuk mencapai keridhaan Allah tersebut, terpaksa harus mendapatkan
ketidaksukaan dari para manusia lainnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah
menggambarkan kepada kita:
“Barang siapa yang mencari keridhaan Allah dengan adanya kemurkaan manusia, maka Allah
akan memberikan keridhaan manusia juga. Dan barung siapa yang mencar ikeridhaan
manusia dengan cara kemurkaan Allah, maka Allah akan mewakilkan kebencian-Nya pada
manusia.” (HR. Tirmidzi, Al-Qadha
Dan Ibnu Asakir). Dan hal seperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang terdapat
dalam dirinya. Karena orang yang tidak memiliki kesungguhan iman, orientasi yang
dicarinya tentulah hanya keridhaan manusia. Ia tidak akan peduli, apakah Allah
SWT menyukai tindakannya atau tidak. Yang penting ia dipuji oleh orang lain.
Akhlaq berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT adalah
merealisasikan segala ibadah kepada Allah SWT. Baik ibadah yang bersifat muhdhah ataupun
ibadah yang ghairu mahdhah. Karena pada hakikatnya, seluruh aktiivitas sehari-hari adalah
ibadah kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Allah SWT herfirman:
“ وما خلقت الجن واإلنس إال ليعبدونDan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku” (QS. Adh-Dhariyat: 56)
1. Meyakini dengan sepenuh hati (beriman) bahwa Nabi Muhammad SAW adalah
utusan Allah SWT. Kepada seluruh manusia dan jin untuk menebarkan rahmat bagi
alam semesta. Sebagaimana telah difirmankan dalam surat al-Fath ayat 29 :
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia
adalah keras (tegas) terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka”.
2. Meyakini dengan sepenuh hati (beriman) bahwa semua informasi (al-Qur’an & al-
Hadits) yang disampaikan oleh beliau adalah pasti benar, karena berasal dari wahyu
Allah SWT. Sebagaimana telah difirmankan dalam surat an-Najm ayat 3 – 4 :
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
5. Menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai contoh teladan dalam seluruh aspek
kehidupan, karena Allah SWT telah merekomendasikan kepada orang-orang yang
beriman agar mencontoh sikap dan prilaku beliau. Sebagaimana telah difiramkan
dalam surat al-Ahzab ayat 21 :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah”.
6. Memperbanyak membaca shalawat dan salam sebagai ekpsresi dari rasa cinta
(mahabbah) kepada Rasulullah SAW. Jangankan kita umat yang sangat mengharapkan
syafaat (pertolongan) beliau pada hari kiamat kelak, Allah SWT Dzat yang
menciptakan
beliau dan para malaikat yang tidak mempunyai dosa saja selalu membaca shalawat
kepada beliau. Sebagaimana telah difirmankan dalam surat al-Ahzab ayat 56 :
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya.”
Bershalawat artinya: kalau dari Allah berarti memberi rahmat: dari Malaikat berarti
memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya
diberi
rahmat seperti dengan perkataan: Allahuma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad.
Sedangkan mengucapkan salam, adalah ucapan seperti: Assalamu’alaika ayyuhan
Nabi
artinya: semoga keselamatan tercurah kepadamu wahai Nabi. Seseoang yang rajin
bershalawat, maka akan dibalas berlipat-lipat oleh Allah SWT, bermimpi bertemu
dengan Rasulullah SAW mendapatkan syafa’at.
7. Tidak berbicara dengan suara keras, melebihi suara Rasulullah SAW padahal beliau
adalah manusia yang paling halus. Jika kita berbicara dengan suara keras apalagi
berteriak-teriak di hadapan beliau atau makam beliau, maka hal itu berpotensi
menghapuskan pahala amal ibadah yang telah kita lakukan. Sebagaimana difirmankan
dalam surat al-Hujurat ayat 2 :
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi
suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras,
sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak
hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari”.
8. Menghormati dan memuliakan ahlul bait (keluarga) Nabi Muhammad SAW, baik para
istri (umahat al-mukminin), para putra dan putri maupun para cucu keturunan beliau
yang dikenal dengan sebutan habib (habaib) atau sayyid, karena mereka adalah orang-
orang yang disucikan oleh Allah SWT. Sebagaimana telah difirmankan dalam surat al-
Ahzab ayat 33 :
“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul
bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.
Sebagai anak perlu mengutamakan kepentingan orang tua daripada diri sendiri.
Sebaiknya anak tidak mendahului seperti dalam hal makan, minum, dan yang lainnya. Dalam
dalilnya ada 3 orang yang ber-tawassul dalam amalan shaleh. Salah satunya yakni dengan
beramal baik pada kedua orang tua.
Jaga Kehormatan
Selain menjaga perkataan, akhlak kepada orang tua juga perlu menjaga kehormatan
orang tua. Sehingga akan perlu bersikap baik serta selalu menjaga kehormatannya.
Tidak Bersuara Tinggi
Menghormati orang tua termasuk menjadi kewajiban yang perlu seorang anak
lakukan. Jika ingin menghormatinya, akan lebih baik tidak meninggikan suara. Sebab,
kemungkinan hanya akan menyakiti hati orang tua. Sebagaimana para sahabat akan
merendahkan suara serta pandangan tajam. Hal tersebut sebagai bentuk penghormatan pada
Rasulullah SAW.
Mendoakan Kedua Orang Tua
Jasa besar oleh kedua orang tua tentu tidak bisa diukur secara materi. Salah satu cara
yang bisa anak lakukan kepada kedua orang tua yakni dengan membalas budi. Salah satunya
yang bisa anak lakukan dengan berdoa. Bahkan, untuk berbakti kepada kedua orang tua yang
telah meninggal yakni dengan selalu mendoakannya. Akhlak kepada orang tua yang wajib
diterapkan oleh setiap anak. Anda bisa mulai dengan menjaga perkataan hingga
perbuatannya.