Anda di halaman 1dari 9

Nama Kelompok : 1.

Dea Citra
2. Atika Dayana
3. Tengku Widya Utari
4. Dhea Rahma Safitri

CARA BERAKHLAK KEPADA ALLAH, NABI, ORANG TUA DAN LINGKUNGAN

1. Akhlak Kepada Allah

Yang dimaksud Akhlak kepada Allah yaitu perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh
hamba Allah (makhluk ciptaan-Nya) kepada Sang Pencipta. Bisa dikatakan akhlak kepada
Allah apabila mengakui dan menyadari bahwa tidak ada Tuhan kecuali hanya Allah
Swt.Akhlak yang baik kepada Allah adalah ridha terhadap hukum-Nya baik secara syar’I
maupun secara takdir. Ia menerima hal itu dengan lapang dada dan tidak mengeluh. Jika
Allah menakdirkan sesuatu kepada seorang muslim yang tidak disukai oleh muslim itu, dia
merasa ridha, menerima, dan bersabar.

Akhlak terhadap Allah, antara lain :


1.Mencintai Allah melebihi cinta kepada apa dan siapapun juga dengan mempergunakan
firman-Nya sebagai pedoman hidup dan kehidupan.
2.Melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya
3.Mengharapkan dan berusaha memperoleh keridhoan Allah.
4.Mensyukuri nikmat dan karunia Allah.
5.Menerima dengan ikhlas semua qodho’ dan qodar setelah berikhtiar maksimal (sebanyak-
banyaknya, hingga batas tertinggi)
6.Memohon ampun hanya kepada Allah.
Bertaubat kepada Allah.
7.Tawakkal (berserah diri kepada Allah)

Di antara salah satu misi dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah untuk
menyempurnakan akhlak manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ِإَّنَم ا ُبِع ْثُت ُأِلَتِّم َم َص اِلَح اَأْلْخ اَل ِق‬

“Sesungguhnya aku hanyalah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang luhur.” (HR.
Ahmad no. 8952 dan Al-Bukhari dalam Adaabul Mufrad no. 273. Dinilai shahih oleh Al-
Albani dalam Shahih Adaabul Mufrad.)

Dalam hadits di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan


“menyempurnakan akhlak”; dan bukan mengajarkan akhlak dari nol setelah sebelumnya tidak
tahu sama sekali. Hal ini karena dulu masyarakat musyrik jahiliyyah telah memiliki sebagian
bentuk akhlak yang luhur sebelum diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya
adalah menepati janji; memuliakan tamu; dan suka memberi makan orang yang
membutuhkan. Sehingga akhlak-akhlak yang baik itu dipertahankan, sedangkan akhlak
mereka yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, itulah yang menjadi sasaran perbaikan. Jika ia
memiliki akhlaq yang karimah terhadap Allah SWT, maka ini merupakan pintu gerbang
untuk menuju kesempurnaan akhlaq terhadap orang lain. Diantara akhlaq terhadap Allah
SWT adalah:

1. Taat terhadap perintah-perintah-Nya

Hal pertama yang harus dilakukan seorang Muslim dalam beretika kepada Allah SWT
adalah dengan mentaati segala perintah-perintah-Nya. Sebab bagaimana mungkin ia tidak
mentaati-Nya, padahal Allah SWT-lah yang telah memberikan segalanya pada dirinya. Allah
SWT berfirman:

“Mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati
mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
(QS. An-Nisa: 65).

Karena taat kepada Allah SWT merupakan konsekuensi keimanan seorang muslim kepada
Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini merupakan salah satu indikasi tidak adanya
keimanan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW juga menguatkan makna ayat diatas dengan
bersabda:

“Tidak beriman salah seorang diantara kalian, hingga hawa nafsunya (keinginannya)
mengikuti apa yang telah datang dariku (Al-Qur’an dan sunnah).” (HR. Abi Ashim al-
syaibani).

2. Memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diembankan padanya

Hal kedua yang harus dilakukan seorang Muslim kepada Allah SWT adalah memiliki
rasa tanggung jawab atas amanah yang diberikan padanya. Karena pada hakikatnya
kehidupan ini pun merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh karenanya, seorang mukmin
senantiasa meyakini apapun yang Allah berikan padanya, maka itu merupakan amanah yang
kelak akan dimintai pertanggung jawaban dari Allah. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW
pernah bersabda: Dari

Ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda:


“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawah terhadap apa yang
dipimpinnya. Seorang amir (presiden/ imam/ ketua) atas manusia, merupakan pemimpin, dan
ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami merupakan pemimpin bagi
keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita juga
merupakan pemimpin atas rumah keluarganya dan juga anak-anaknya, dan ia bertanggung
jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya, dan ia
bertanggung jawab terhadap apayang dipimpinnya. Dan setiap kalian adalah pemimpin, dan
bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.” (HR. Muslim)
3. Ridha terhadap ketentuan Allah SWT

Yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT adalah ridha terhadap
segala ketentuan yang telah Allah SWT berikan pada dirinya. Seperti ketika ia dilahirkan baik
oleh keluarga yang berada maupun oleh keluarga yang tidak mampu, bentuk fisik yang Allah
SWT berikan padanya, atau hal-hal lainnya. Karena pada hakikatnya, sikap seorang muslim
senantiasa yakin terhadap apapun yang Allah SWT berikan pada dirinya. Baik yang berupa
kebaikan atau berupa keburukan. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh
mempesona perkara orang beriman. Karena segala urusannya adalah dipandang baik bagi
dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, karena ia tahu bahwa hal tersebut
merupakan hal terbaik bagi dirinya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia tahu
bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR. Bukhari)
Apalagi terkadang sebagai seorang manusia, pengetahuan atau pandangan kita
terhadap sesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu yang kita anggap baik justru
buruk, sementara sesuatu yang dipandang buruk ternyata malah memiliki kebaikan bagi diri
kita.

4. Senantiasa bertaubat kepada-Nya

Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan
lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena itulah, etika kita kepada
Allah SWT. Manakala sedang terjerumus dalam “kelupaan” sehingga berbuat kemaksiatan
kepada-Nya adalah dengan segera. Bertaubat kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Allah
berfirman: “Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya
.mereka sendiri mereka ingat akan Allah lalu memohon ampun terhadap dosa- dosa mereka.
Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa selain Allah dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali-Imran: 135).

5. Obsesinya adalah keridhaan Illahi

Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT akan memiliki obsesi dan
orientasi dalam segala aktivitasnya hanya kepada Allah SWT. Dia tidak beramal dan
beraktivitas untuk mencari keridhaan atau pujian atau apapun dari manusia. Bahkan
terkadang untuk mencapai keridhaan Allah tersebut, terpaksa harus mendapatkan
ketidaksukaan dari para manusia lainnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah
menggambarkan kepada kita:

“Barang siapa yang mencari keridhaan Allah dengan adanya kemurkaan manusia, maka Allah
akan memberikan keridhaan manusia juga. Dan barung siapa yang mencar ikeridhaan
manusia dengan cara kemurkaan Allah, maka Allah akan mewakilkan kebencian-Nya pada
manusia.” (HR. Tirmidzi, Al-Qadha

Dan Ibnu Asakir). Dan hal seperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang terdapat
dalam dirinya. Karena orang yang tidak memiliki kesungguhan iman, orientasi yang
dicarinya tentulah hanya keridhaan manusia. Ia tidak akan peduli, apakah Allah
SWT menyukai tindakannya atau tidak. Yang penting ia dipuji oleh orang lain.

6. Merealisasikan ibadah kepada-Nya

Akhlaq berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT adalah
merealisasikan segala ibadah kepada Allah SWT. Baik ibadah yang bersifat muhdhah ataupun
ibadah yang ghairu mahdhah. Karena pada hakikatnya, seluruh aktiivitas sehari-hari adalah
ibadah kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Allah SWT herfirman:

‫“ وما خلقت الجن واإلنس إال ليعبدون‬Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku” (QS. Adh-Dhariyat: 56)

2. Akhlak Kepada Nabi


Selain wajib berakhlak mulia kepada Allah SWT, umat Islam juga wajib berakhkak
mulia kepada Rasulullah SAW, karena beliau adalah kekasih Allah yang diutus untuk
menyampaikan risalah-Nya kepada umat manusia agar mereka menjalani hidup dan
kehidupan sesuai petunjuk-Nya sehingga meraih kebahagiaan hidup yang hakiki, baik di
dunia maupun di akhirat (‫(السعادة في الدارين‬.
Beliau-lah yang mengenalkan kita kepada Allah SWT. Beliau-lah yang mengajarkan
hukum-hukum Islam kepada kita, baik hukum-hukum tentang ibadah, mu’amalah,
munakahah maupun jinayah. Beliau-lah yang mendidik kita agar berakhlak mulia, baik
kepada Allah, diri sendiri maupun kepada orang lain, bahkan flora, fauna serta alam di
sekeliling kita.
Di antara bentuk nyata akhlak mulia kepada Rasulullah SAW adalah sebagai berikut :

1. Meyakini dengan sepenuh hati (beriman) bahwa Nabi Muhammad SAW adalah
utusan Allah SWT. Kepada seluruh manusia dan jin untuk menebarkan rahmat bagi
alam semesta. Sebagaimana telah difirmankan dalam surat al-Fath ayat 29 :
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia
adalah keras (tegas) terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka”.

Demikian juga firman-Nya dalam surat al-Anbiya’ ayat 107 :


“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta
alam”

2. Meyakini dengan sepenuh hati (beriman) bahwa semua informasi (al-Qur’an & al-
Hadits) yang disampaikan oleh beliau adalah pasti benar, karena berasal dari wahyu
Allah SWT. Sebagaimana telah difirmankan dalam surat an-Najm ayat 3 – 4 :
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).

3. Mentaati beliau dengan melaksanakan semua perintahnya, menjauhi larangan-


larangannya serta mengikuti dan menghidupkan sunnah-sunnahnya. Hal ini
merupakan bukti nyata keincintaan manusia kepada Allah SWT, Dzat yang
menganugerahkan berbagai macam keni’matan kepada manusia. Sebagaimana
difirmankan dalam surat Ali Imrah ayat 31 :
“Katakanlah (wahai Muhammad): ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah
aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha
Pengampun
lagi Maha Penyayang”.

Demikian juga firman-Nya dalam surat an-Nisa’ ayat 59 :


“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka

4. Tidak membantah apalagi menentang keputusan Rasulullah SAW. Karena meyakini


bahwa keputusan beliau pasti benar karena beliau selalu mendapat bimbingan dan
pengawasan dari Allah SWT. Barangsiapa membantah apalagi menentang keputusan
Rasulullah SAW, kemudian tidak segera bertaubat dan kembali ke jalan yang benar,
maka tempatnya adalah di neraka Jahannam. Sebagaimana telah difirmankan dalam
surat an-Nisa’ ayat 115 :
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, maka Kami biarkan ia
leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.

5. Menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai contoh teladan dalam seluruh aspek
kehidupan, karena Allah SWT telah merekomendasikan kepada orang-orang yang
beriman agar mencontoh sikap dan prilaku beliau. Sebagaimana telah difiramkan
dalam surat al-Ahzab ayat 21 :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah”.

6. Memperbanyak membaca shalawat dan salam sebagai ekpsresi dari rasa cinta
(mahabbah) kepada Rasulullah SAW. Jangankan kita umat yang sangat mengharapkan
syafaat (pertolongan) beliau pada hari kiamat kelak, Allah SWT Dzat yang
menciptakan
beliau dan para malaikat yang tidak mempunyai dosa saja selalu membaca shalawat
kepada beliau. Sebagaimana telah difirmankan dalam surat al-Ahzab ayat 56 :
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya.”

Bershalawat artinya: kalau dari Allah berarti memberi rahmat: dari Malaikat berarti
memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya
diberi
rahmat seperti dengan perkataan: Allahuma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad.
Sedangkan mengucapkan salam, adalah ucapan seperti: Assalamu’alaika ayyuhan
Nabi
artinya: semoga keselamatan tercurah kepadamu wahai Nabi. Seseoang yang rajin
bershalawat, maka akan dibalas berlipat-lipat oleh Allah SWT, bermimpi bertemu
dengan Rasulullah SAW mendapatkan syafa’at.

7. Tidak berbicara dengan suara keras, melebihi suara Rasulullah SAW padahal beliau
adalah manusia yang paling halus. Jika kita berbicara dengan suara keras apalagi
berteriak-teriak di hadapan beliau atau makam beliau, maka hal itu berpotensi
menghapuskan pahala amal ibadah yang telah kita lakukan. Sebagaimana difirmankan
dalam surat al-Hujurat ayat 2 :
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi
suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras,
sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak
hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari”.

8. Menghormati dan memuliakan ahlul bait (keluarga) Nabi Muhammad SAW, baik para
istri (umahat al-mukminin), para putra dan putri maupun para cucu keturunan beliau
yang dikenal dengan sebutan habib (habaib) atau sayyid, karena mereka adalah orang-
orang yang disucikan oleh Allah SWT. Sebagaimana telah difirmankan dalam surat al-
Ahzab ayat 33 :
“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul
bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.

1. Akhlak Kepada Orang Tua


Akhlak kepada orang tua menjadi suatu hal yang wajib bagi anak. Pentingnya menjaga
akhlak anak kepada orang tua. Sebab, ada banyak kebaikan yang telah orang tua berikan.
Setiap orang tua akan mengasuh, mendidik, serta membesarkan tanpa pamrih. Menurut agama
Islam, terdapat perintah menghormati orang tua menjadi suatu kewajiban bagi anak. Oleh
karena itu, anak perlu memiliki akhlak yang baik terhadap orang tua.
Akhlak Kepada Orang Tua yang Perlu Setiap Anak Terapkan
Berbakti pada orang tua dalam ajaran Islam dikenal dengan istilah birrul walidain. Birrul
walidain adalah suatu kewajiban yang Allah SWT perintahkan dalam agama Islam. Hal
tersebut sesuai dengan perintah yang tercantum dalam Al-Qur’an serta hadits. Saat berinteraksi
dengan orang tua, anak perlu untuk memperhatikan rambu-rambu etika yang disebut sebagai
akhlak. Berbuat baik terhadap orang tua bukan hanya untuk memenuhi norma saja. Namun
juga akan mentaati perintah Allah SWT maupun Rasul. Meski saat ini ada banyak anak yang
tidak melakukannya. Terkadang mendengar jika hubungan anak maupun orang tua tidak
harmonis. Tidak sedikit pula yang melawan serta berkata kasar kepada orang tuanya.
Sebagai umat muslim, perlu untuk mempelajari akhlak yang sesuai dalam Al Qur’an dan
hadits. Jika sudah mengetahui akhlak tersebut , lalu bisa menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Adapun bentuk akhlak yang perlu setiap anak terapkan, sebagai berikut.
 Berkata Sopan
Salah satu bentuk akhlak kepada orang tua yakni dalam hal ucapan. Sebaiknya anak selalu
berkata sopan serta penuh kelembutan. Selain itu, juga tidak berkata yang menyakiti perasaan
orang lain.
Hal tersebut seperti firman Allah SWT yang memerintahkan untuk selalu menyembah
Allah SWT. Selain itu, juga berbuatlah baik kepada orang tua. Bahkan terdapat hadist yang
mengatakan jika larangan berkata buruk kepada orang tua. Bukan hanya tidak boleh berkata
kasar serta membentak orang tua. Anak juga tidak boleh melakukan perilaku yang buruk pada
kedua orang tua.
 Taat kepada Kedua Orang Tua
Hukum bersikap taat pada kedua orang tua menjadi suatu kewajiban bagi setiap
muslim. Sementara mendurhakai orang tua menjadi perbuatan yang haram oleh Allah.
Namun berbeda jika orang tua meminta untuk menyekutukan Allah.
Sebagai anak perlu melakukan penolakan atas perintah maksiat dengan sikap yang
baik serta tutur kata yang santun. Hal tersebut agar orang tua tidak tersinggung dengan
ucapan anak.
Jika durhaka pada kedua orang tua juga termasuk dosa besar yang dibenci Allah. Sehingga
wajib untuk bersikap taat kepada kedua orang tua. Sebab, ridha Allah terletak pada ridha
orang tua. Bahkan murka Allah juga ada pada murka orang tua.
 Akhlak kepada Orang Tua Bersikap Tawadhu’
Bersikap tawadhu’ yang penuh kasih sayang juga termasuk akhlak yang baik. Allah
SWT turut berfirman dalam QS Al Isra: 24.
Inti dari firman tersebut perlu merendahkan diri terhadap kedua orang tua dengan rasa
penuh kasih sayang.
 Mengutamakan Kepentingan Orang Tua

Sebagai anak perlu mengutamakan kepentingan orang tua daripada diri sendiri.
Sebaiknya anak tidak mendahului seperti dalam hal makan, minum, dan yang lainnya. Dalam
dalilnya ada 3 orang yang ber-tawassul dalam amalan shaleh. Salah satunya yakni dengan
beramal baik pada kedua orang tua.
 Jaga Kehormatan
Selain menjaga perkataan, akhlak kepada orang tua juga perlu menjaga kehormatan
orang tua. Sehingga akan perlu bersikap baik serta selalu menjaga kehormatannya.
 Tidak Bersuara Tinggi
Menghormati orang tua termasuk menjadi kewajiban yang perlu seorang anak
lakukan. Jika ingin menghormatinya, akan lebih baik tidak meninggikan suara. Sebab,
kemungkinan hanya akan menyakiti hati orang tua. Sebagaimana para sahabat akan
merendahkan suara serta pandangan tajam. Hal tersebut sebagai bentuk penghormatan pada
Rasulullah SAW.
 Mendoakan Kedua Orang Tua
Jasa besar oleh kedua orang tua tentu tidak bisa diukur secara materi. Salah satu cara
yang bisa anak lakukan kepada kedua orang tua yakni dengan membalas budi. Salah satunya
yang bisa anak lakukan dengan berdoa. Bahkan, untuk berbakti kepada kedua orang tua yang
telah meninggal yakni dengan selalu mendoakannya. Akhlak kepada orang tua yang wajib
diterapkan oleh setiap anak. Anda bisa mulai dengan menjaga perkataan hingga
perbuatannya.

2. Akhlak Kepada Alam Sekitar


Akhlak kepada lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia,
baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya, akhlak
yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai
khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan
manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta
pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.
Dalam pandangan akhlak Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum
matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi
kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia
dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua
proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab,
sehingga ia tidak melakukan perusakan,
Bahkan dengan kata lain, "Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai
perusakan pada diri manusia sendiri."Perilaku manusia khusunya terhadap lingkungan
sangatlah besar, baik dari segi positif dan negatifnya. Manusia dituntut untuk mengikuti
perkembangan zaman supaya tidak ketinggalan dengan yang lain, tetapi kadang-kadang
manusia itu sendiri lupa dengan lingkungan sekitar, sehingga menyebabkan permasalahan
bagi lingkungan tersebut maupun manusia lain.
Adapun cara berakhlak pada lingkungan sebagai berikut:
1. Larangan merusak tanaman dan binatang
‫َو ِاَذ ا َتَو ّٰل ى َس ٰع ى ِفى اَاْلْر ِض ِلُيْفِس َد ِفْيَها َو ُيْهِلَك اْلَح ْر َث َو الَّنْس َل ۗ َو ُهّٰللا اَل ُيِح ُّب اْلَفَس اَد‬
“Dan apabila dia berpaling (dari engkau), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di
bumi, serta merusak tanam-tanaman dan ternak, sedang Allah tidak menyukai
kerusakan.”

2. Larangan mencemari air laut


Surat Ar-Rum Ayat 41
‫َظَهَر ٱْلَفَس اُد ِفى ٱْلَبِّر َو ٱْلَبْح ِر ِبَم ا َك َسَبْت َأْيِد ى ٱلَّناِس ِلُيِذ يَقُهم َبْع َض ٱَّلِذ ى َع ِم ُلو۟ا َلَع َّلُهْم َيْر ِج ُعون‬
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

3. Menjaga keamanan lingkungan


Surat Al-Ma’idah Ayat 33
‫ِإَّنَم ا َج َٰٓز ُؤ ۟ا ٱَّلِذ يَن ُيَح اِرُبوَن ٱَهَّلل َو َر ُسوَل ۥُه َو َيْس َع ْو َن ِفى ٱَأْلْر ِض َفَس اًدا َأن ُيَقَّتُلٓو ۟ا َأْو ُيَص َّلُبٓو ۟ا َأْو ُتَقَّطَع َأْيِد يِهْم َو َأْر ُج ُلُهم‬
‫ِّم ْن ِخ َٰل ٍف َأْو ُينَفْو ۟ا ِم َن ٱَأْلْر ِضۚ َٰذ ِلَك َلُهْم ِخ ْز ٌى ِفى ٱلُّد ْنَياۖ َو َلُهْم ِفى ٱْل َء اِخ َرِة َع َذ اٌب َع ِظ يٌم‬
Artinya: Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah
dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh
atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau
dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu
penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar,

Anda mungkin juga menyukai