Anda di halaman 1dari 3

Oleh karena itu, akhlak kepada Allah Ta’ala (berupa ketaatan) adalah dasar dari diterimanya segala

amalan baik kepada sesama makhluk di dunia, seperti memberi harta yang dicintai kepada kerabat,
anak, istri, anak-anak yatim, orang miskin, dan musafir, serta kebaikan-kebaikan lainnya yang disebutkan
dalam ayat tadi. Jika sesuatu yang menjadi dasarnya tidak dipenuhi, maka bagaimana cabang-cabangnya
bisa terpenuhi dengan sempurna? Yang menjadi dasar adalah keimanan. Jika dasarnya tersebut sudah
ada, maka amalan kebaikan yang kita lakukan dapat bermanfaat dan berbuah pahala. Sebagaimana
seseorang yang masuk kuliah. Jika status sebagai mahasiswa saja tidak dimiliki (karena tidak ikut seleksi
untuk menjadi mahasiswa), bagaimana ia bisa mendapat nilai dan ijazah kuliahnya tersebut? Marilah
bersama-sama kita renungkan! Karena sesunguhnya kesempurnaan akhlak mulia adalah beradab
kepada Allah Ta’ala, Rabb semesta alam. Yaitu dengan mengetahui hak Rabb-nya dan bersegera
memenuhi hak Rabb-nya dari perkara yang diwajibkan atasnya serta dari sunnah yang dimudahkan
atasnya. Sehingga seorang hamba dapat mencapai derajat yang tinggi di hadapan Allah Ta’ala.

Berakhlak mulia kepada Rasulullah

Konsekuensi dari pentingnya adab kita kepada Allah (yaitu berupa ketaatan kepada-Nya) adalah kita
juga mentaati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana firman Allah dalam ayat-Nya yang
mulia (artinya): “Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan
barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara
bagi mereka” (QS. An Nisa: 80). Oleh karena itu, mentaati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
merupakan bentuk ketaatan kita kepada Allah Ta’ala. Sedangkan jika seseorang berpaling, maka tidak
ada satupun yang dirugikan kecuali dirinya sendiri. Dan ketaatan kepada Rasul juga termasuk salah satu
adab kita sebagai umatnya kepada Rasulullah, sebagaimana banyak disebutkan oleh Allah dalam firman-
Nya (artinya): “Taatilah Allah, dan taatilah Rasul” (QS. An Nisa: 59).

Diantara perkara lain yang merupakan bentuk akhlak kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu
mencintainya melebihi seluruh makhluk. Sebagaimana hadits dari Anas Radhiyallahu’anhu, beliau
berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak akan sempurna keimanan seseorang
sampai aku menjadi orang yang lebih ia cintai dari anaknya, orang tuanya, dan semua manusa” (HR.
Bukhari dan Muslim). Ibnu Taimiyah menjelaskan: adapun sebab kita harus lebih mencintai dan
mengagungkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dibanding siapapun, adalah karena kebaikan yang
paling agung yang bisa kita rasakan di dunia saat ini maupun di akhirat nanti tidak akan bisa tergapai
oleh kita kecuali dengan sebab Nabi, yaitu dengan cara mengimani dan mengikutinya. Dan juga
seseorang tidak terhindar dari adzab dan tidak juga bisa mendapatkan rahmat Allah kecuali dengan
perantara beliau dengan cara mengimaninya, mencintainya, membelanya, dan mengikutinya. Dan
beliaulah yang menjadi sebab Allah menyelamatkan kita dari adzab dunia dan akhirat. Dan beliaulah
yang menjadi perantara untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat. Maka termasuk nikmat yang
paling besar dan paling bermanfaat adalah nikmat keimanan

Akhlak Terhadap Diri Sendiri (Individual)

Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri. Namun bukan berarti
kewajiban ini lebih penting daripada kewajiban kepada Allah. Dikarenakan kewajiban yang pertama dan
utama bagi manusia adalah mempercayai dengan keyakinan yang sesungguhnya bahwa “Tiada Tuhan
melainkan Allah”. Keyakinan pokok ini merupakan kewajiban terhadap Allah sekaligus merupakan
kewajiban manusia bagi dirinya untuk keselamatannya.

Manusia mempunyai kewajiban kepada dirinya sendiri yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya.
Kewajiban ini bukan semata-mata untuk mementingkan dirinya sendiri atau menzalimi dirinya sendiri.
Dalam diri manusia mempunyai dua unsur, yakni jasmani (jasad) dan rohani (jiwa). Selain itu manusia
juga dikaruniai akal pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya. Tiap-tiap
unsur memiliki hak di mana antara satu dan yang lainnya mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan
untuk memenuhi haknya masing-masing.

Akhlak Terhadap Masyarakat (Sosial)

a. Berbuat Baik kepada Tetangga

Berbuat baik dalam segala sesuatu adalah karakteristik islam, demikian juga pada tetangga. Imam Al
Marwazi meriwayatkan dari Al Hasan Al Bashriy pernyataan beliau: “Tidak mengganggu bukan termasuk
berbuat baik kepada tetangga akan tetapi berbuat baik terhadap tetangga dengan sabar atas
gangguannya.” Sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baiknya sahabat di
sisi Allah adalah yang paling baik kepada sahabatnya. Dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah yang
paling baik pada tetangganya.”

Di antara ihsan kepada tetangga adalah memuliakannya. Sikap ini menjadi salah satu tanda
kesempurnaan iman seorang muslim.Di antara bentuk ihsan yang lainnya adalah ta’ziyah ketika mereka
mendapat musibah, mengucapkan selamat ketika mendapat kebahagiaan, menjenguknya ketika sakit,
memulai salam dan bermuka manis ketika bertemu dengannya dan membantu membimbingnya kepada
hal-hal yang bermanfaat dunia akhirat serta memberi mereka hadiah.

Akhlak di dalam Kehidupan Bernegara

Akhlak Islam dalam kehidupan bernegara di landasi atas nilai ideologi, yaitu menciptakan “baladtun
tayyibatun wa rabbun ghafur”, (negri yang sejahtra dan sentosa). Dengan membangun kemakmuran di
muka bumi, Maka cita-cita kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akhirat akan terwujud sesuai
dengan janji Allah, hal tersebut dapat di capai dengan iman dan amal, bermakna manusia harus
mengikuti kebenaran yang dibawa Rasulullah saw.[7] Dan melaksanakan usaha pembangunan material
spiritual, memelihara, mengembangkan ketertiban dan ke amanan bersama sistem politik islam di
dasarkan atas tiga prinsip, tauhid, ( kemaha esaan tuhan), Risalah ( kerasulan Muhammad), dan Khalifah.
Ketiga hal itu dapat di jelaskan berikut:

1. Tauhid, berarti hanya Tuhan hanyalah pencipta, pemeliharan dan penguasa dari seluruh alam.
Dialah yang berhak memberi perintah atau melarang.alam Pengabdian dan ketaatan hanya kepadanya.
Semua yang ada di alam ini merupakan anugrah dari tuhan, untuk di manfaatkan didalam kehidupan
manusia

2. Risalah, berati perantara yang menerima hukum Tuhan dan akan disampaikan kepada manusia.
Apa yang di sampaikan rasul menjadi ajaran bagi ummat manusia yang mengimaninya.

Anda mungkin juga menyukai