Anda di halaman 1dari 31

Nama : Muhammad Ridha Fahlefi

NIM : 12210515037

Kelas : PMT 3B

Mata Kuliah : Hadits Tarbawi

KELOMPOK 1

A. Terjemahan Hadits Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (1 dan 2)


Hadits Ke-1
Dari Amirul Mu'minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiallahuanhu, dia
berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallahu'alaihi wa sallam
bersabda:”Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya
setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya
karena ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada
(keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan
kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka
hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan”.

Hadits Ke-2

Dari Umar radhiyallahu 'anhu juga dia berkata : ”Ketika kami duduk-duduk
disisi Rasulullah shallahu'alaihi wa sallam suatu hari tibatiba datanglah seorang
laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak
tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara
kami yang mengenalnya. 6Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu
menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah shallahu alaihi
wa sallam) seraya berkata, Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam?", Maka
bersabdalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: Islam adalah engkau bersaksi
bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi
Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat,
puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu ", kemudian dia berkata, " anda benar
". Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian
dia bertanya lagi: "Beritahukan aku tentang Iman". Lalu beliau bersabda, " Engkau
beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-Nya, rasul- rasul-Nya
dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk ",
kemudia dia berkata, anda benar". Kemudian dia berkata lagi: Beritahukan aku
tentang ihsan". Lalu beliau bersabda, "Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah
seakan- akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat
engkau". Kemudian dia berkata, Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan
kejadiannya)". Beliau bersabda," Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya
". Dia berkata," Beritahukan aku tentang tanda-tandanya ", beliau bersabda, " Jika
seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang
kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba
meninggikan bangunannya kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar.
Kemudian beliau (Rasulullah shallahu'alaihi wa sallam) bertanya," Tahukah engkau
siapa yang bertanya ?". Aku berkata," Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui ".
Beliau bersabda," Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud)
mengajarkan agama kalian". (Riwayat Muslim).

B. Nilai Pendidikan Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (1 dan 2)


Hadits Ke-1
1. Tunduk pada perintah dan taat pada aturan agama.

2. Tumbuhnya semangat dan tekat melakukan hal yang baik dan positif.

3. Kesabaran dan kemauan yang kuat untuk melakukan sesuatu yang berat dan
sulit.
4. Kesadaran untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan.

5. Kepedulian pada diri sendiri maupun lingkungan.

6. Kesadaran diri menghadapi penyakit yang mengancam hati seperti takabur,


riya’, sum’ah dan lain-lain.

Hadits Ke-2
1. Malaikat dapat berubah-ubah bentuk atau menjelma bentuk apa saja yang
dikehendaki.
2. Adab seorang murid terhadap seorang alim yang tawadu’ baik dalam sikap
maupun ucapan.
3. Penyampaian agama yang dilakukan Malaikat Jibril kepada Nabi SAW
menggunakan metode dialog dan tanya jawab.
4. Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi pakaian, penampilan, dan
kebersihan, khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan
penguasa.
5. Siapa yang menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang-orang yang
hadir butuh untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang
bertanya, maka wajib baginya. Bertanya tentang hal tersebut meskipun dia
mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat mengambil manfaat darinya.
6. Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya untuk
berkata, “Saya tidak tahu”, dan hal tersebut tidak mengurangi kedudukannya.
7. Di dalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang mengetahuinya
selain Allah ta’ala.
8. Di dalamnya terdapat keterangan tentang adab dan cara duduk dalam majlis
ilmu.

KELOMPOK 2

A. Terjemahan Hadits Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (3 dan 4)


Hadits Ke-3
Dari Abu ‘Abdurrahman ‘Abdullah bin ‘Umar bin AlKhattab radhiyallahu
‘anhuma, ia mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada
yang berhak disembah melainkan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah
hamba dan utusan Allah; menunaikan shalat; menunaikan zakat; menunaikan haji
ke Baitullah; dan berpuasa Ramadhan”. (HR. Tirmidzi dan Muslim).

Hadits Ke-4
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas'ud radiallahuanhu beliau berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyampaikan kepada kami dan beliau
adalah orang yang benar dan dibenarkan: Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan
penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari,
kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian
menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya
seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk
menetapkan empat perkara: menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan celaka atau
bahagianya. Demi Allah yang tidak ada ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara
kalian ada yang melakukan perbuatan ahli syurga hingga jarak antara dirinya dan
syurga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia
melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka.
Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga
jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya
ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli syurga maka masuklah dia ke dalam
syurga. (Riwayat Bukhari dan Muslim).

B. Nilai Pendidikan Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (3 dan 4)


Hadits Ke-3
1. Nilai Ibadah

Bagi pemangku ilmu pendidikan Islam, pengembangan, dan penerapannya


merupakan ibadah. Ibadah (mahdhah) adalah sarana untuk menghubungkan diri
kita dengan Tuhan dan untuk membuktikan diri kita sebagai hamba serta
sekaligus untuk menegaskan keberadaan Tuhan.
2. Nilai Ihsan

Ilmu pendidikan Islam hendaknya dikembangkan untuk berbuat baik


kepada semua pihak pada setiap generasi, disebabkan Allah SWT telah berbuat
baik kepada manusia dengan aneka nikmat-Nya dan dilarang berbuat kerusakan
dalam bentuk apapun. Ihsan juga adalah melakukan ibadah dengan khusyuk
ikhlas dan yakin bahwa Allah senantiasa mengawasi apa yang dilakukannya.
Hadist vayat muslundar Umar bin Khatab ia berkata bahwa mengabdikan diri
kepada Allah hendaklah dengan perasaan seolah-olah anga melihat-Nya, maka
hendaklah anda merasa bahwa Allah melihatmu. Ihsan adalah kata dalam bahasa
Arab yang berarti "kesempurnaan" atau "terbaik" Dalam terminologi agama
Islam, Ihsan berarti seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia melihat-
Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut
membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya. Islam
dibangun di atas tiga landasan utama, yaitu Iman Islam, dan Ihsan. Oleh
karenanya, seorang muslim hendaknya tidak memandang ihsan itu hanya sebatas
akhlak yang utama saja. melainkan harus dipandang sebagai bagian dari akidah
dan bagian terbesar dari keislamannya Tiga Aspek Pokok Dalam Ihsan.
Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental. Ketiga hal tersebut adalah
ibadah, muamalah, dan akhlak. Ketiga hal inilah yang menjadi pokok bahasan
dalam ihsan.
a. Ibadah

Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan


semua jenis ibadah, seperti shalat. puasa. haji. dan sebagainya dengan cara
yang benar, yaitu menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-
adabnya.
b. Muamalah

Dalam bab muamalah, ihsan dijelaskan Allah swt. pada surah An-
Nisaa' ayat 36, yang berbunyi sebagai berikut. "Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, tetangga yang dekat maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu
sabil dan hamba sahayamu".
c. Akhlak

Ihsan dalam akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan


muamalah. Seseorang akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila
ia telah melakukan ibadah seperti yang menjadi harapan Rasulullahdalam
hadits yang telah dikemukakan di awal tulisan ini, yaitu menyembahAllahı
seakan-akan melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya,
maka sesungguhnya Allah senantiasa melihat kita. Jika hal ini telah dicapai
oleh seorang hamba, maka sesungguhnya itulah puncak ihsan dalam ibadah.

Hadits Ke-4

1. Nilai Tauhid

Tujuan pendidikan bagi anak dalam Islam yang paling utama adalah
membentuk anak yang saleh. Yaitu anak yang selalu melaksanakan perintah
Allah SWT dan Rasul-Nya. Dalam hadits tersebut terdapat kandungan nilai
tauhid. Hal ini dapat dilihat dari kalimat "bismillah" pada awal hadits,
menunjukkan bahwa pendidikan awal yang diberikan kepada anak adalah
pendidikan tauhid.
2. Nilai Psikologis

Nilai-nilai pendidikan selanjutnya yang dapat diambil dari kandungan


hadits yang penulis tampilkan adalah nilai psikologis. Membaca doa diyakini
dapat memberikan ketenangan dalam jiwa orang yang melakukan doa tersebut,
memunculkan sikap optimis, dan memotivasi orang tersebut untuk
mewujudkan doanya dalam berbagai aktivitas positif selaras dengan doanya
tentu saja.
3. Nilai Akhlak

Selain itu membaca doa ketika akan melakukan hubungan suami isteri
memberikan pesan bahwa perlunya memberikan pendidikan akhlak kepada
anak. Artinya, sejak semula orangtua telah menanamkan pendidikan akhlak
kepada anaknya bahwa tidak boleh berlaku sombong.
4. Nilai Sosial

Hadits tentang periode konsepsi awal kejadian manusia yang penulis


tampilkan juga mengadung nilai-nilai pendidikan social.

KELOMPOK 3

A. Terjemahan Hadits Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (5 dan 6)


Hadits Ke-5
Dari Ummul Mu’minin; Ummu Abdillah; Aisyah radhiallahuanha dia berkata:
Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Siapa yang mengada-ada dalam
urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya) , maka dia tertolak. (Riwayat
Bukhari dan Muslim), dalam riwayat Muslim disebutkan: siapa yang melakukan
suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama) kami, maka dia tertolak).

Hadits Ke-6

Diriwayatkan dari Abu Abdillah Nu'man bin Basyira, ia berkata, "Aku


mendengar Rasululla bersabda: "Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram
itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara syubhat (samar-samar) yang
tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang menjauhi syubhat berarti dia
telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam
perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan.
Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya di sekitar
(ladang) yang terlarang dimasuki, maka lambat laun dia akan memasukinya.
Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang
Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging, jika dia baik
maka baiklah seluruh tubuh dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh.
Ketahuilah bahwa dia adalah hati”.

B. Nilai Pendidikan Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (5 dan 6)


Hadits Ke-5
1. Takwa kepada Allah

Hadis ini mengajarkan nilai takwa kepada Allah, yaitu menjalani kehidupan
dengan kesadaran akan Allah dalam segala hal yang kita lakukan, baik yang
kita ketahui maupun yang tidak kita ketahui.
2. Kesadaran dan Kepedulian terhadap Tindakan

Hadis ini mendorong untuk memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap


tindakan-tindakan yang kita lakukan, bahkan yang dianggap sepele, karena kita
akan dimintai pertanggungjawaban atas tindakan-tindakan tersebut.
3. Kecermatan dan Kritis terhadap Perbuatan
Hadis ini mengajarkan untuk berhati-hati dalam melakukan tindakan sehari-
hari, menjalani hidup dengan kritis, dan tidak sembrono, terutama dalam hal
agama dan moral.
4. Menilai Diri Sendiri dan Meningkatkan Diri

Hadis ini mengajarkan untuk selalu melakukan introspeksi diri, menilai


tindakan dan perilaku kita, serta berusaha untuk terus memperbaiki diri agar
sesuai dengan tuntunan agama dan etika yang benar.
5. Kehormatan dan Harga Diri

Hadis ini juga mengajarkan tentang menjaga harga diri dan menjalani hidup
dengan rasa malu (haya'), yaitu menghormati diri sendiri dan orang lain, serta
tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan diri sendiri atau orang lain.
6. Pentingnya Konsultasi dan Pembelajaran

Para sahabat dalam hadis ini bertanya kepada Rasulullah ‫صل ى هلال عليه وسلم‬
untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik. Ini menekankan pentingnya
konsultasi dan pembelajaran dalam agama Islam.
7. Pentingnya Ilmu dan Pengetahuan

Hadis ini menegaskan bahwa ketidaktahuan bukanlah alasan untuk


melakukan tindakan yang bertentangan dengan agama. Hal ini mendorong
pentingnya memperoleh ilmu dan pengetahuan untuk menghindari melakukan
tindakan yang tidak sesuai dengan ajaran agama.

Hadits Ke-6

1. Ketundukan dan Ketaatan kepada Allah (Taqwa)

Memahami dan mematuhi ketentuann halal dan haram adalah tanda taqwa,
yaitu ketakwaan kepada Allah. Taqwa mendorong untuk menjauhi yang haram
dan syubhat, dan hanya mengambil yang halal.
2. Kesadaran Moral dan Etika (Akhlaq)

Konsep halal dan haram membentuk kesadaran moral, mengajarkan umat


Muslim untuk bertindak sesuai dengan norma dan etika agama. Ini membentuk
karakter yang baik dan bertanggung jawab.
3. Kedisiplinan dan Pengendalian Diri
Mematuhi batasan halal dan haram mengajarkan disiplin dan pengendalian
diri. Seseorang harus mampu menahan diri dari godaan untuk melakukan yang
haram atau syubhat.
4. Pentingnya Ilmu dan Pendidikan (Ilmiah dan Keagamaan)

Memahami halal, haram, dan syubhat membutuhkan pengetahuan yang baik


tentang ajaran agama Islam. Ini mendorong pencarian ilmu dan peningkatan
pendidikan dalam aspek kehidupan agama dan moral.
5. Kejujuran dan Integritas

Prinsip halal dan haram mendorong individu untuk jujur dalam segala aspek
kehidupan, termasuk dalam bisnis, makanan, dan transaksi lainnya. Hal ini
menciptakan integritas dan kejujuran.
6. Kesehatan dan Kesejahteraan

Mengikuti prinsip halal dan haram dalam makanan dan minuman


berkontribusi pada kesehatan fisik dan mental. Halal adalah baik bagi
kesehatan, sementara haram dapat membahayakan.
7. Sikap Bertanggung Jawab

Memahami halal dan haram menuntut tanggung jawab terhadap tindakan


dan keputusan. Individu harus memikul tanggung jawab atas apa yang mereka
pilih untuk konsumsi dan aktivitas mereka.
8. Kesadaran Sosial dan Kemanusiaan

Memahami konsep halal dan haram juga membimbing individu untuk


memiliki rasa empati dan kepedulian terhadap orang lain. Hal ini membawa
kesadaran sosial tentang pentingnya memberikan makanan atau barang yang
halal kepada sesama. Menghayati dan mempraktikkan nilai-nilai ini dalam
kehidupan seharihari membantu membangun individu yang bertaqwa,
bertanggung jawab, dan beretika, sesuai dengan ajaran Islam.

KELOMPOK 4:

A. Terjemahan Hadits Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (7 dan 8)


Hadits Ke-7
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus ad-Daari radhiallahuanhu, sesungguhnya
Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda, “Agama itu adalah nasihat.
“Kami (para Sahabat) bertanya, “Untuk siapa? Beliau menjawab,“Untuk Allah,
kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan bagi kaum muslimin
pada umumnya”. (HR. Muslimin).

Hadits Ke-8

Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma sesungguhnya Rasulullah


shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Aku diperintahkan untuk memerangi
manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan bahwa
Muhammad adalah Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka
melakukan hal itu maka darah dan harta mereka akan dilindungi kecuali dengan hak
Islam dan perhitungan mereka ada pada Allah taala. (Riwayat Bukhari dan
Muslim).

B. Nilai Pendidikan Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (7 dan 8)


Hadits Ke-7
1. Nilai Keimanan

Nasihat dalam hadits ini adalah nasihat kepada Allah, Rasul, dan sesama
manusia. Nasihat kepada Allah berarti beriman kepada-Nya, tidak
menyekutukan-Nya, dan menaati segala perintah-Nya. Nasihat kepada Rasul
berarti mengikuti ajaran beliau dan mengamalkan sunnah-sunnahnya. Nasihat
kepada sesama manusia berarti saling mengingatkan dalam kebenaran dan
kebaikan.
2. Nilai Moral

Nasihat dalam hadits ini mengandung nilai moral yang tinggi, yaitu
kepedulian terhadap kebaikan orang lain. Nasihat adalah bentuk perhatian dan
kasih sayang kepada orang lain. Dengan nasihat, kita dapat mencegah orang
lain melakukan kesalahan dan mengarahkan mereka kepada kebaikan.
3. Nilai Sosial
Nasihat dalam hadits ini juga mengandung nilai sosial yang tinggi, yaitu
membangun hubungan yang baik antar sesama manusia. Nasihat dapat menjadi
sarana untuk saling memahami dan menghargai perbedaan. Dengan nasihat,
kita dapat menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai.

Hadits Ke-8

1. Yang dimaksud bersyahadat adalah mengakui dua kalimat syahadat bahwa


tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah. Bukan yang dimaksud
membangun keimanan dari penelitian dan keraguan terlebih dahulu. Sehingga
imannya orang yang sekedar taklid tetap sah.
2. Harus meyakini dua kalimat syahadat dengan yakin, tidak cukup dengan
keragu-raguan.
3. Hadits ini menunjukkan agungnya shalat karena shalat merupakan rukun pokok
dari rukun Islam yang ada. Begitu juga hadits ini menunjukkan agungnya zakat.
4. Imam Ahmad berpandangan dengan hadits ini bahwa meninggalkan shalat itu
kafir, hal ini berbeda dengan pendapat jumhur (kebanyakan) ulama.Para
sahabat dan tabi’in menganggap meninggalkan shalat amat berbahaya bahkan
mereka mengatakan orang yang tidak shalat bukanlah muslim.
5. Dalam hadits ini disebut rukun Islam yang tiga yaitu mengucapkan dua kalimat
syahadat, mendirikan shalat, dan memunaikan zakat. Karena ketiga hal ini
mesti ditunaikan segera mungkin. Sedangkan puasa jadi wajib ketika berjumpa
bulan Ramadhan, begitu pula haji jadi wajib ketika bertemu dengan bulan haji
dan ketika sudah mampu.
6. Siapa yang mengerjakan tiga perkara yang disebutkan dalam hadits di atas
(syahadatain, shalat, dan zakat), maka darahnya terjaga kecuali karena hak
Islam seperti membunuh muslim lainnya tanpa jalan yang benar.
7. Jihad dihukumi fardhu kifayah, kadang dihukumi juga fardhu ‘ain.

8. Tidak cukup seseorang beribadah kepada Allah semata sampai ia menafikan


pula segala sesembahan selain Allah. Karena dalam kalimat laa ilaha illallah
terdapat nafi (penafian) dan itsbat (penetapan), yaitu menafikan segala
sesembahan selain Allah dan hanya menetapkan Allah sebagai satusatunya
yang disembah.

KELOMPOK 5

A. Terjemahan Hadits Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (9 dan 10)


Hadits Ke-9
Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Sakhr radhiallahuanhu dia berkata: Saya
mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: “Apa yang aku larang
hendaklah kalian menghindarinya dan apa yang aku perintahkan maka hendaklah
kalian laksanakan semampu kalian. Sesungguhnya kehancuran orang-orang
sebelum kalian adalah karena banyaknya pertanyaan mereka (yang tidak berguna)
dan penentangan mereka terhadap nabi-nabi mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits Ke-10

Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu, dia berkata: Rasulullah bersabda:


"Sesungguhnya Allah Ta'ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik-baik.
Sesungguhnya Allah memerintahkan kaum beriman dengan apa-apa yang
diperintahkan kepada para nabi." Lalu Beliau membaca: "Wahai para rasul
makanlah yang baik-baik dan kerjakanlah amal shalih." (QS. Al Mu'minun
(23):51). Dan membaca: "Wahai orang-orang beriman makanlah yang baikbaik dari
apa-apa yang Kami rezekikan kepada kalian." (QS. Al Baqarah (2): 172). Lalu
Beliau menyebutkan ada seorang laki-laki dalam sebuah perjalanan yang jauh,
kusut dan berdebu, dia menengadahkan kedua tangannya ke langit: "Wahai Rabb,
wahai Rabb," sedangkan makanannya haram, minumannnya haram, pakaiannya
haram dan dia dikenyangkan dengan yang haram, bagaimana bisa doanya
dikabulkan?" (HR. Muslim).

B. Nilai Pendidikan Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (9 dan 10)


Hadits Ke-9
1. Wajibnya menghindari semua apa yang dilarang oleh Rasulullah
shallallahu`alaihi wa sallam.
2. Siapa yang tidak mampu melakukan perbuatan yang diperintahkan secara
keseluruhan dan dia hanya mampu sebagiannya saja maka dia hendaknya
melaksanakan apa yang dia mampu laksanakan.
3. Allah tidak akan membebankan kepada seseorang kecuali sesuai dengan kadar
kemampuannya.
4. Perkara yang mudah tidak gugur karena perkara yang sulit.

5. Menolak keburukan lebih diutamakan dari mendatangkan kemaslahatan.

6. Larangan untuk saling bertikai dan anjuran untuk bersatu dan bersepakat.

7. Wajib mengikuti Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam, ta’at dan menempuh


jalan keselamtan dan kesuksesan.
8. Al Hafiz berkata: Dalam hadits ini terdapat isyarat untuk menyibukkan diri
dengan perkara yang lebih penting yang dibutuhkan saat itu ketimbang perkara
yang saat tersebut belum dibutuhkan.

Hadits Ke-10

1. Dalam hadits ini, terdapat pelajaran akan sucinya Allah ta’ala dari segala
kekurangan dan cela.
2. Allah ta’ala tidak menerima kecuali sesuatu yang baik. Maka siapa yang
bersedekah dengan barang haram tidak akan diterima.
3. Sesuatu yang disebut baik adalah apa yang dinilai baik disisi Allah ta’ala.

4. Berlarut-larut dalam perbuatan haram akan menghalangi seseorang dari


terkabulnya doa.
5. Orang yang maksiat tidak termasuk mereka yang dikabulkan doanya kecuali
mereka yang Allah kehendaki.
6. Makan barang haram dapat merusak amal dan menjadi penghalang diterimanya
amal perbuatan.
7. Anjuran untuk berinfaq dari barang yang halal dan larangan untuk berinfaq dari
sesuatu yang haram.
8. Seorang hamba akan diberi ganjaran jika memakan sesuatu yang baik dengan
maksud agar dirinya diberi kekuatan untuk ta’at kepada Allah.
9. Doa orang yang sedang safar dan yang hatinya sangat mengharap akan
terkabul.
10. Dalam hadits terdapat sebagian sebab-sebab dikabulkannya do’a: Perjalanan
jauh, kondisi yang bersahaja dalam pakaian dan penampilan dalam keadaan
kusut dan berdebu, mengangkat kedua tangan ke langit, meratap dalam berdoa,
keinginan kuat dalam permintaan, mengkonsumsi makanan, minuman dan
pakaian dengan sesuatu yang halal.

KELOMPOK 6

A. Terjemahan Hadits Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (11 dan 12)


Hadits Ke-11
Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah
shallallahu`alaihi wa sallam dan kesayangannya radhiallahuanhuma dia berkata:
Saya menghafal dari Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam (sabdanya):
Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu.
(Riwayat Turmuzi dan dia berkata, Haditsnya hasan shahih).

Hadits Ke-12

Dari Abu Hurairah radhiallahunhu dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi


wa sallam bersabda: Merupakan tanda baiknya Islam seseorang, dia meninggalkan
sesuatu yang tidak berguna baginya. (Hadits Hasan riwayat Turmuzi dan lainnya).

B. Nilai Pendidikan Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (11 dan 12)


Hadits Ke-11
1. Prinsip Kehati-hatian

Hadits ini mengajarkan kita untuk selalu berhati-hati dalam membuat


keputusan dan bertindak. Jika kita ragu tentang sesuatu, lebih baik untuk tidak
melakukannya daripada menyesal di kemudian hari.
2. Integritas

Hadits ini juga menekankan pentingnya integritas dan kejujuran. Jika kita
merasa tidak yakin atau ragu tentang sesuatu, kita harus memiliki keberanian
untuk mengakui dan bertindak sesuai dengan perasaan kita.
3. Etika Kerja

Hadits ini juga dapat diartikan sebagai dorongan untuk selalu melakukan
yang terbaik dalam pekerjaan kita. Jika kita ragu tentang kualitas pekerjaan
kita, kita harus berusaha untuk memperbaikinya daripada menerima hasil yang
kurang dari yang terbaik.
4. Pengambilan Keputusan

Hadits ini memberi petunjuk tentang bagaimana membuat keputusan yang


baik dan bijaksana. Jika kita ragu, lebih baik mengambil jalan yang pasti dan
aman.

Hadits Ke-12

1. Rasa Malu

Hadits ini mengajarkan kita tentang pentingnya memiliki rasa malu sebagai
bagian dari moral dan etika kita. Rasa malu bisa mencegah kita melakukan hal-
hal yang tidak pantas atau merugikan orang lain.
2. Tanggung Jawab

Hadits ini juga mengajarkan kita tentang tanggung jawab atas tindakan kita.
Jika kita tidak merasa malu, kita bebas melakukan apa yang kita suka, tetapi
kita juga harus siap menerima konsekuensinya.
3. Kebebasan dan Batasan

Meskipun kita memiliki kebebasan untuk melakukan apa yang kita suka,
hadits ini mengingatkan kita bahwa kebebasan tersebut harus diimbangi
dengan rasa malu dan pertimbangan moral.
4. Etika dan Moral

Hadits ini menekankan pentingnya etika dan moral dalam hidup kita. Sebuah
tindakan mungkin legal, tetapi jika tidak etis atau moral, sebaiknya kita tidak
melakukannya.
KELOMPOK 7

A. Terjemahan Hadits Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (13 dan 14)


Hadits Ke-13
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, Pembantu Rasulullah
shallallahu`alaihi wa sallam, dari Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam, beliau
Bersabda, “Tidak beriman salah seorang di antara kamu Hingga dia mencintai untuk
saudaranya apa yang dia Cintai untuk dirinya sendiri. (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits Ke-14

Dari Ibnu Mas’ud radiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa


sallam bersabda: Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi bahwa Tidak ada
ilah selain Allah dan bahwa saya (Rasulullah Shallallahu`alaihi wa sallam) adalah
utusan Allah Kecuali dengan tiga sebab: Duda/janda (orang yang Telah pernah
menikah) yang berzina, membunuh orang Lain (dengan sengaja), dan
meninggalkan agamnya Berpisah dari jamaahnya. (Riwayat Bukhari dan Muslim).

B. Nilai Pendidikan Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (13 dan 14)


Hadits Ke-13
1. Persatuan dan Kasih Sayang

Islam bertujuan menciptakan masyarakat yang harmonis dan penuh kasih


sayang. Setiap individu berusaha mendahulukan maslahat umum dan
kedamaian masyarakat, sehingga tercipta keadilan dan kedamaian. Semua itu
tidak akan terealisasi kecuali jika setiap individu yang ada dalam masyarakat
menghendaki kebaikan dan kebahagiaan bagi orang lain seperti ia
menghendakinya untuk dirinya sendiri. Karena itulah, Rasulullah saw.
Mengkaitkan persatuan dengan iman. Bahkan merupakan bagian yang tak
terpisahkan.
2. Iman yang Sempurna
Lebih rincinya kesempurnaan iman itu akan terealisasi melalui halhal
berikut:
a. Mencintai kebaikan untuk saudaranya, sebagaimana ia mencintai untuk
dirinya sendiri, dan membenci keburukan untuk saudaranya sebagaimana
ia membenci untuk dirinya sendiri.
b. Bersegera memberikan nasehat manakala saudaranya lalai.

c. Segera maafkan dan memenuhi hak saudaranya, sebagaimana ia juga ingin


segera dipenuhi haknya. hadits ini mengandung nilainilai pendidikan yang
penting tentang kasih sayang, empati, dan solidaritas.

Hadits Ke-14

1. Kedudukan Hidup Manusia

Hadits ini menggarisbawahi tingginya nilai kehidupan manusia dalam


Islam. Darah seorang Muslim dianggap suci dan tidak boleh diambil tanpa
alasan yang sangat kuat.
2. Kedudukan Tauhid

Hadits ini menekankan pentingnya tauhid (keimanan kepada Allah yang


Esa) dalam Islam. Seorang Muslim yang menggambarkan bahwa tidak ada ilah
selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah adalah individu yang
harus dihormati dan melindungi hidupnya.
3. Keadilan dan Hukum

Hadits ini menampilkan prinsip-prinsip keadilan dalam Islam. Pengambilan


darah seorang Muslim hanya diperbolehkan dalam tiga situasi tertentu yang
melibatkan tindakan serius seperti zina, pembunuhan, atau meninggalkan
agama.
4. Perlindungan Keluarga

Salah satu dari tiga situasi yang memungkinkan pengambilan darah seorang
Muslim adalah jika seorang duda/janda berzina. Hal ini menekankan
pentingnya menjaga kehormatan keluarga dan mencegah tindakan yang dapat
merusak hubungan keluarga.
5. Pentingnya Kesatuan Umat
Salah satu alasan yang memungkinkan pengambilan darah seorang muslim
adalah meninggalkan agama dan berpisah dari jamaahnya. Ini menekankan
pentingnya persatuan umat Islam dan menjaga kekompakan dalam agama.

KELOMPOK 8

A. Terjemahan Hadits Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (15 dan 16)


Hadits Ke-15
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaklah ia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, henddaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari
dan Muslim).

Hadits Ke-16

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu seseorang bertanya kepada Rasulullah


shallallahu`alaihi wa sallam (Ya Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam)
“nasihatilah saya”. Beliau bersabda: “Jangan kamu marah.” Dia menanyakan hal
itu berkali-kali. Maka beliau bersabda: “Jangan engkau marah.” (HR Bukhari).

B. Nilai Pendidikan Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (15 dan 16)


Hadits Ke-15
1. Nilai Iman Kepada Allah SWT

Hadits ini mengajarkan bahwa allah SWT adalah maha mengetahui segala
sesuatu, baik yang lahir maupun yang batin. Oleh karena itu, kita harus
senantiasa menjaga hati dan lisan kita, serta melakukan perbuatan yang baik,
karena Allah SWT selalu melihat dan mengawasi kita.
2. Nilai Akhlak
Hadits ini mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam berbicara, agar tidak
menyakiti hati orang lain. Kita juga harus berusaha untuk selalu berkata baik,
meskipun kepada orang yang tidak kita sukai.
3. Nilai Sosial

Hadits ini mengajarkan untuk saling menjaga perasaan dan kehormatan


sesama manusia. Kita harus menghindari perkataan dan perbuatan yang dapat
menyakiti hati orang lain, serta senantiasa berusaha untuk menjaga hubungan
baik dengan sesama manusia.

Hadits Ke-16

1. Nilai Pengendalian Diri Marah

Merupakan salah satu emosi yang wajar dialami oleh manusia. Namun, jika
tidak dikendalikan dengan baik, kemarahan dapat menimbulkan berbagai
masalah, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, penting bagi
umat Islam untuk belajar mengendalikan amarah.
2. Nilai Pentingnya Kesabaran

Kesabaran merupakan salah satu cara untuk mengendalikan amarah. Ketika


marah, orang yang sabar akan berusaha untuk menenangkan diri dan tidak
melakukan tindakan yang gegabah.
3. Nilai Pentingnya Pengendalian Hawa Nafsu Amarah

Merupakan salah satu bentuk hawa nafsu. Oleh karena itu, untuk
mengendalikan amarah, umat Islam perlu mengendalikan hawa nafsunya.

KELOMPOK 9

A. Terjemahan Hadits Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (17 dan 18)

Hadits Ke-17

“Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus radhiallahuanhu dari Rasulullah


shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah telah menetapkan
perbuatan baik (ihsan) atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh maka berlakulah
baik dalam hal tersebut. Jika kalian menyembelih berlakulah baik dalam hal itu,
hendaklah kalian mengasah pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya.”
(Riwayat Muslim).

Hadits Ke-18

“Diriwayatkan dari Abu Dzar Jundub bin Junadah Al-Ghifari dan Abu
Abdirrahman Muadz bin Jabal Al-Anshari bahwasannya Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Bertakwalah kepada Allah dimanapun engkau berada
dan ikutilah keburukan dengan kebaikan niscaya kebaikan akan menghapuskan
keburukan sebelumnya dan pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik.”
(Riwayat Tirmidzi, dia berkata, "haditsnya hasan, pada sebagian cetakan dikatakan
hasan shahih).

B. Nilai Pendidikan Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (17 dan 18)


Hadits Ke-17
1. Nilai Akhlak

Hadits ini mengajarkan kepada kita untuk selalu berbuat baik dalam segala
hal, baik dalam urusan duniawi maupun ukhrawi. Akhlak yang baik akan
membawa kita kepada kebaikan dan kebahagiaan, baik di dunia maupun di
akhirat.
2. Nilai Kemanusiaan

Hadits ini juga mengajarkan kepada kita untuk selalu menghormati dan
menyayangi sesama makhluk, termasuk hewan. Hewan juga memiliki hak
untuk diperlakukan dengan baik, tidak boleh disiksa atau diperlakukan dengan
kejam.
3. Nilai Kepedulian

Hadits ini mengajarkan kepada kita untuk selalu peduli terhadap sesama
makhluk, termasuk hewan. Kita harus berusaha untuk mengurangi penderitaan
hewan, termasuk saat menyembelih hewan untuk dikonsumsi.

Hadits Ke-18

1. Nilai Takwa
Nilai takwa merupakan nilai dasar dalam pendidikan Islam. Takwa berarti
takut kepada Allah dan senantiasa taat kepada-Nya. Hadits ini menekankan
pentingnya takwa dalam segala aspek kehidupan, baik di tempat umum
maupun di tempat pribadi.
2. Nilai Kebaikan

Hadits ini juga mengajarkan pentingnya kebaikan dalam kehidupan.


Kebaikan dapat menghapuskan keburukan. Oleh karena itu, apabila kita
melakukan suatu kesalahan, hendaknya kita segera memperbaikinya dengan
melakukan kebaikan.
3. Nilai Akhlak Mulia

Hadits ini juga menekankan pentingnya akhlak mulia dalam pergaulan.

Akhlak mulia akan menjadikan kita disenangi oleh orang lain.

KELOMPOK 10

A. Terjemahan Hadits Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (19 dan 20)


Hadits Ke-19
Dari Abul ‘Abbas ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
“Pada suatu hari aku pernah berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
lalu beliau bersabda, ‘Wahai anak muda! Sesungguhnya aku akan mengajarkan
beberapa kalimat kepadamu. Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.
Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau
mau meminta, mintalah kepada Allah. Jika engkau mau meminta pertolongan,
mintalah kepada Allah. Ketahuilah apabila semua umat berkumpul untuk
mendatangkan manfaat kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak bisa
memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan
untukmu. Dan seandainya mereka pun berkumpul untuk menimpakan bahaya
kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak dapat membahayakanmu kecuali
dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena-pena (pencatat takdir) telah
diangkat dan lembaran-lembaran (catatan takdir) telah kering”. (HR. Tirmidzi, dan
ia berkata bahwa hadits ini hasan shahih).
Hadits Ke-20

Dari Abu Mas'ud 'Uqbah bin 'Amr Al-Anshari Al-Badri radhiyallahu 'anhu , ia
berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ' Sesungguhnya di
antara perkataan kenabian terdahulu yang diketahui manusia adalah jika kamu tidak
malu, maka melakukanlah sesukamu!”. (HR. Bukhari).

B. Nilai Pendidikan Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (19 dan 20)


Hadits Ke-19
1. Hadits ini mengajarkan bahwa barang siapa yang menjaga batasan Allah, maka
Allah akan menjaga dunia dan agamanya dan barang siapa saja yang tidak
memperhatikan batasan dan aturan Allah, maka ia tidak mendapatkan
penjagaan dari Allah.
2. Hadits ini mengajarkan bahwa balasan itu sesuai dengan amal perbuatan.
Artinya, amalan menjaga hak Allah, dibalas pula dengan penjagaan dari Allah.
3. Hadits ini mengajarkan bahwa hamba Allah hendaklah mengkhususkan ibadah
dan isti’anah (meminta pertolongan) hanya kepada Allah.
4. Hadits ini mengajarkan bagaimana mengimani takdir. Apa yang Allah
kehendaki pasti terjadi, yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi
5. Hadits ini mengajarkan bahwa hamba Allah tidak bisa memberi manfaat dan
tidak bisa mendatangkan mudarat, kecuali manfaat dan mudarat tadi ditetapkan
oleh Allah.

Hadits Ke-20

1. Hadits ini mengajarkan bahwa hidup seorang muslim harus memiliki rasa malu
sesuai proporsinya. Sebab malu itu bagian dari iman. Dengan punya rasa malu,
seorang muslim akan terhindar dari hal-hal yang memalukan dirinya seperti
berbuat maksiat dan dosa.
2. Hadits ini mengajarkan bahwa jika seseorang telah meninggalkan rasa malu,
maka jangan harap lagi (kebaikan) darinya sedikitpun. Karena malu merupakan
landasan akhlak mulia dan selalu bermuara kepada kebaikan. Siapa yang
banyak malunya lebih banyak kebaikannya, dan siapa yang sedikit rasa
malunya semakin sedikit kebaikannya.
3. Hadits ini mengajarkan bahwa rasa malu merupakan perilaku dan dapat
dibentuk. Maka, setiap orang yang memiliki tanggung jawab hendaknya
memperhatikan bimbingan terhadap mereka yang menjadi tanggung jawabnya.

KELOMPOK 11

A. Terjemahan Hadits Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (21 dan 22)


Hadits Ke-21
Dari Abu Amr, ada juga yang mengatakan: Abu Amrah, Sufyan bin Abdillah
Ats Tsaqofi radhiallahuanhu dia berkata, saya berkata: Wahai Rasulullah, katakan
kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada
seorangpun selainmu. Beliau bersabda, Katakanlah: saya beriman kepada Allah,
kemudian berpegang teguhlah. (Riwayat Muslim).

Hadits Ke-22

Dari Abu Abdullah, Jabir bin Abdullah Al Anshary radhiallahuanhuma:


Seseorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wa berkata: Bagaimana
pendapatmu sallam, seraya jika saya melaksanakan shalat yang wajib, berpuasa
Ramadhan, Menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram) dan saya
tidak tambah sedikitpun, apakah saya akan masuk syurga? Beliau bersabda: Ya,
(Riwayat Muslim).

B. Nilai Pendidikan Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (21 dan 22)


Hadits Ke-21
1. Nilai Tauhid dan Ikhlas

Hadits ini memerintahkan untuk istiqamah dalam masalah tauhid dan ikhlas
beribadah hanya kepada Allah SWT.
2. Nilai Keimanannya
Hadits ini merupakan bukti keinginan yang kuat dari para sahabat untuk
mempelajari agamanya dan menjaga keimanannya. Keimanan kepada Allah
membutuhkan ke istiqamahan.

Hadits Ke-22

1. Hadits ini mendidik kita bahwa pentingnya berdisplin kepada syariat (indibath
syar’i). Walaupun disiplin dengan perkara yang wajib dan menjauhi yang
haram, itu tetap sebuah kemuliaan yang telah dihargai dan dijanjikan dengan
surga. Apalagi ditambah disiplin juga terhadap perkara yang sunnah, dan
manjauh dari yang makruh dan syubhat.
2. Hadits ini menjadi bukti penguat bahwa masuknya ke surga bagi seseorang
adalah karena amal shalihnya.

KELOMPOK 12

A. Terjemahan Hadits Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (23 dan 24)

Hadits Ke-23

“Dari Abu Malik Al Harits bin ‘Ashim Al Asy’ari Radhiallahu ‘Anhu, dia
berkata: Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihiwa Sallam:“Kesucian adalah
sebagian dari iman, Al Hamdulillah memberatkantimbangan, Subhanalla dan Al
Hamdulillah akan memenuhi antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya, sedekah
adalah burhan (bukti), sabar adalah pelita, Al Quran adalah hujjah bagimu dan
atasmu, setiap manusia berusaha untuk menjual dirinya maka dia menjadimerdeka
(dari azab, penghinaan) atau menjadi binasa.” (HR. Muslim).

Hadits Ke-24

“Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahuanhu dari Rasulullah shallallahu`alaihi


wa sallam sebagaimana beliau riwayatkan dari Rabbnya Azza Wajalla bahwa Dia
berfirman: Wahai hambaku, sesungguhya aku telah mengharamkan kezaliman atas
diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kezaliman itu) di antara kalian, maka
janganlah kalian saling berlaku zalim. Wahai hamba-Ku semua kalian adalah sesat
kecuali siapa yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya
Aku akan memberikan kalian hidayah. Wahai hamba- Ku, kalian semuanya
kelaparan kecuali siapa yang aku berikan kepadanyamakanan, maka mintalah
makan kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian makanan. Wahai hamba-Ku, kalian
semuanya telanjang kecuali siapa yang aku berikan kepadanya pakaian, maka
mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian pakaian. Wahai hamba-
Ku kalian semuanya melakukan kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku
mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku niscaya akan Aku
ampuni. Wahai hamba-Ku sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang dapat kalian
lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak ada kemanfaatan yang kalian berikan
kepada-Ku. Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama di antara kalian
sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya berada dalam
keadaan paling bertakwa di antara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah
kerajaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama diantara
kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin diantara kalian,
semuanya sepertiorang yang paling durhaka di antara kalian, niscaya hal itu tidak
mengurangi kerajaanKu sedikitpun juga. Wahai hamba-Ku, seandainya sejak orang
pertama diantara kalian sampai orang terakhir semunya berdiri di sebuah bukit lalu
kalian meminta kepada-Ku, lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya
hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali bagaikan sebuah jarum yang
dicelupkan di tengah lautan. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua perbuatan
kalian akan diperhitungkan untuk kalian kemudian diberikan balasannya, siapa
yang banyak mendapatkan kebaikaan maka hendaklah dia bersyukur kepada Allah
dan siapa yang menemukan selain (kebaikan) itu janganlah ada yang dicela kecuali
dirinya." (Riwayat Muslim).

B. Nilai Pendidikan Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (23 dan 24)


Hadits Ke-23
1. Iman merupakan ucapan dan perbuatan, bertambah dengan amal saleh dan
ketaatan dan berkurang dengan maksiat dan dosa.
2. Amal perbuatan akan ditimbang pada hari kiamat dan dia memiliki beratnya.

3. Bersuci merupakan syarat sahnya ibadah, karena itu harus diperhatikan.


4. Menjaga shalat akan mendatangkan petunjuk dan memperbaiki kondisi
seorang muslim terhadap manusia, membedakannya dengan akhlaknya dan
perilakunya, kewara’annya dan ketakwaannya.
5. Seruan untuk berinfaq pada jalan-jalan kebaikan dan bersegera melakukannya
di mana hal tersebut merupakan pertanda benarnya keimanan.
6. Anjuran untuk bersabar tatkala mengalami musibah, khususnya apa yang di
alami seorang muslim karena perbuatan amar ma’ruf nahi munkar.
7. Semangat membaca Al Quran dengan pemahaman dan men-tadabburkan
(merenungkan) ma’nanya, mengamalkan kandungan-kandungannya karena hal
tersebut dapat memberi syafaat bagi seorang hamba pada hari kiamat.
8. Seorang muslim harus menggunakan waktu dan umurnya dalam keta’atan
kepada Allah ta’ala serta tidak mengabaikan karena kesibukan lainnya.

Hadits Ke-24

1. Kalimat “sesungguhnya Aku mengharamkan (berlaku) zhalim atas diriKu dan


Aku menjadikannya di antaramu haram”, Mengandung Nilai pendidikan tolong
menolong sebagian ulama mengatakan maksudnya ialah Allah tidak patut dan
tidak akan berbuat zhalim seperti tersebut pada firman-Nya: “Tidak patut bagi
Tuhan yang Maha Pemurah mengambil anak”. (QS. 19: 92). Jadi, zhalim bagi
Allah adalah sesuatu yang mustahil. Sebagian lain berpendapat, maksudnya
ialah seseorang tidak boleh meminta kepada Allah untuk menghukum
musuhnya atas namanya kecuali dalam hal yangbenar, seperti tersebut dalam
firman-Nya dalam hadits di atas: “Sungguh Aku mengharamkandiri-Ku untuk
berbuat zhalim”. Dari penjelasan diatas kita bisa mengetahui bahwa terdapat
nilai pendidikan yang dapat kita ambil yaitu perintah selalu berbuat baik
kepada sesama manusia dalam keadaan apapun dan larangan untuk berbuat
zhalim.
2. Kalimat “janganlah kamu saling menzhalimi” Mengandung nilai pendidikan
Kesabaran maksudnya bahwa janganlah orang yangdizhalimi membalas orang
yang menzhaliminya. Oleh karena itu dapat disimpulkan kalimat ini memiliki
nilai pendidikan tentang kesabaran dalam situasi apapun.
3. Kalimat “Wahai hamba-Ku, kamu semua sesat kecuali orang yang telah Kami
beri petunjuk, maka hendaklah kamu minta petunjuk kepada-Ku, pasti Aku
memberinya”, Nilai pendidikan tentang Tauhid yaitu agar selalu meminta
petunjuk kepada Allah SWT. mengingat betapa kita ini lemah dan fakir untuk
memenuhi kepentingan kita dan untuk melenyapkan gangguan-gangguan
terhadap diri kita kecuali dengan pertolongan Allah semata.
4. Kalimat "Maka hendaklah kamu minta makan kepada-Ku, pasti Aku
memberinya." Nilai pendidikan tentang rendah hati, yaitu kita sebagai manusia
haruslah selalu berbagi dengan orang lain baik dalam hal harta dan lainnya.
5. Kalimat “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kamu melakukan perbuatan dosa di
waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka
mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kamu.” Nilai pendidikan
tentang saling memaafkan. Yaitu kita sebagi makhluk ciptaan tuhan yang diberi
akal dan pikiran hendaklah kita memaafkan kesalahan orang lain terhadap kita
begitupun sebaliknya.

KELOMPOK 13

A. Terjemahan Hadits Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (25 dan 26)

Hadits Ke-25

“Dari Abu Dzar radhiallahuanhu: Sesungguhnya sejumlah orang dari shahabat


Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam) berkata kepada Rasulullah
shallallahu`alaihi wa sallam: “ Wahai Rasululullah, orangorang kaya telah pergi
dengan membawa pahala yang banyak, mereka shalat sebagaimana kami shalat,
mereka puasa sebagaimana kami puasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan
harta mereka (sedang kami tidak dapat melakukannya). (Rasulullah
shallallahu`alaihi wa sallam) bersabda: Bukankah Allah telah menjadikan bagi
kalian jalan untuk bersedekah? Sesungguhnya setiap tashbih ) merupakan sedekah,
setiap takbir merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil
merupakan sedekah, amar ma‟ruf nahi munkar merupakan sedekah dan setiap
kemaluan kalian) merupakan sedekah. Mereka bertanya: Ya Rasulullah masakah
dikatakan berpahala seseorang di antara kami yang menyalurkan syahwatnya?
Beliau bersabda: Bagaimana pendapat kalian seandainya hal tersebut disalurkan di
jalan yang haram, bukankah baginya dosa? Demikianlah halnya jika hal tersebut
diletakkan pada jalan yang halal, maka baginya mendapatkan pahala. (Riwayat
Muslim).” (Riwayat Muslim).

Hadits Ke-26

Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi


wa sallam bersabda, “Setiap persendian manusia diwajibkan untuk bersedakah
setiap harinya mulai matahari terbit. Memisahkan (menyelesaikan perkara) antara
dua orang (yang berselisih) adalah sedekah. Menolong seseorang naik ke atas
kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah
sedekah. Berkata yang baik juga termasuk sedekah. Begitu pula setiap langkah
berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah. Serta menyingkirkan suatu
rintangan dari jalan adalah sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

B. Nilai Pendidikan Dalam Hadits Arba’in An-Nawawi (25 dan 26)


Hadits Ke-25
1. Nilai Kebaikan

Hadits ini mengajakan kepada kita untuk berlomba-lomba dalam melakukan


kebaikan. Dan berdizikir adalah pahala yang setara dengan pahala sedekah bagi
orang yang tidak memiliki harta.
2. Nilai Sosial.

Hadits ini mengajarkan kearifan dengan memberi solusi kepada orang yang
bertanya, mengembirakan hatinya, dan menghilangkan kekhawatiran.
3. Nilai Ibadah

Hadits ini mendorong untuk bertanya tentang sesuatu yang bermanfaat bagi
seorang Muslim dan meningkatkan derajatnya.
4. Dalam hadits ini mengajarkan kepada kita bahwa jika kita memiliki harta yang
banyak hendaknya bersyukur dan bersedekah, lalu bersabar dan senantiasa
mengharap pahala.
Hadits Ke-26

1. Nilai Ibadah

Hadits ini menunjukkan bahwa setiap perbuatan baik, termasuk perbuatan


yang dilakukan dengan anggota tubuh kita, termasuk dalam ibadah. Hal ini
menunjukkan bahwa ibadah tidak hanya terbatas pada ibadah ritual, tetapi juga
mencakup perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari.
2. Nilai Keikhlasan

Hadits ini juga mengajarkan bahwa nilai ibadah terletak pada keikhlasan dan
niat, bukan pada jumlah atau besarnya pemberian. Oleh karena itu, kita harus
selalu menjaga keikhlasan dalam melakukan ibadah, termasuk dalam
bersedekah.
3. Nilai Keseimbangan

Hadits ini juga mengajarkan pentingnya keseimbangan dalam hidup. Selain


beribadah, kita juga harus melakukan perbuatan baik dalam kehidupan sehari-
hari. Hal ini akan membuat hidup kita lebih bermakna dan bermanfaat bagi
orang lain.

Anda mungkin juga menyukai