Anda di halaman 1dari 15

Kelompok

Kelompok 4
4
bochins.paw

Peran Islam, Iman, dan Ihsan


dalam Membentuk Insan
Kamil
AGAMA D-2.9
AMY KENT AMARTADINATA JATMIKO 152111613027
ADELTA PURNAMA SARI 152111613028
ANNAS DWI PRASTYO 152111213030
RIZKON AINUR NURIL FAHMI 152111213033
BERLIAN QULINTYANA 152111513038
ARSILAH WAWAN PARAWANSYAH 152111313042
THANIA SALSABILA ABHISTA 152111313044
LARAS ANANDA ROS PUTRI 152111313045
ELIANALISA QUR’ANA 152111113047
RECHAN WISHNU 152111113052
RUTH DIAH INDRAWATI 152111813052
FARAH DINA BADIANI 152111013069
Konsep dan Urgensi Islam, Iman, dan Ihsan
dalam Membentuk Insan Kamil

a. Konsep Islam, Iman, dan Ihsan dalam membentuk insan kamil


Suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah didatangi malaikat Jibril dalam wujud seorang
lelaki yang tidak dikenali jati dirinya oleh para sahabat yang ada pada saat itu, dia menanyakan kepada beliau
tentang Islam, Iman dan Ihsan. Setelah beliau menjawab berbagai pertanyaan Jibril, Jibril pun pergi meninggalkan
mereka. Maka pada suatu kesempatan Rasulullah bertanya kepada sahabat Umar bin Khoththob, “Wahai Umar,
tahukah kamu siapakah orang yang bertanya itu ?” Maka Umar menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lah yang lebih
tahu”. Nabi pun bersabda, “Sesungguhnya dia itu adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan
agama kalian.” (Hadits Riwayat Muslim).
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Di dalam (penggalan) hadits ini terdapat dalil bahwasanya
Islam, Iman dan Ihsan semuanya diberi nama ad diin/agama.” (Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 23). Jadi agama Islam
yang kita anut ini mencakup 3 tingkatan yaitu Islam, Iman dan Ihsan.
 Tingkatan Islam
Di dalam hadits tersebut, ketika Rasulullah ditanya tentang Islam beliau menjawab, “Islam itu engkau bersaksi bahwa
tidak ada sesembahan (yang haq) selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, engkau dirikan sholat,
tunaikan zakat, berpuasa romadhon dan berhaji ke Baitulloh jika engkau mampu untuk menempuh perjalanan ke sana”.
Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan, “Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini ialah bahwa Islam itu terdiri
dari 5 rukun.” (Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 14). Jadi Islam yang dimaksud disini adalah amalan-amalan lahiriyah yang
meliputi syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji.

 Tingkatan Iman
Selanjutnya Nabi ditanya mengenai iman. Beliau bersabda, “Iman itu ialah engkau beriman kepada Allah, para malaikatNya,
kitab-kitabNya, para RasulNya, hari akhir dan engkau beriman terhadap qodho’ dan qodar; yang baik maupun yang buruk”. Jadi Iman
yang dimaksud disini mencakup perkara-perkara batiniyah yang ada di dalam hati.
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin mengatakan: Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini adalah pembedaan antara islam dan iman,
ini terjadi apabila kedua-duanya disebutkan secara bersama-sama, maka ketika itu islam ditafsirkan dengan amalan-amalan anggota
badan sedangkan iman ditafsirkan dengan amalan-amalan hati, akan tetapi bila sebutkan secara mutlak salah satunya (islam saja
atau iman saja) maka sudah mencakup yang lainnya. Seperti dalam firman Allah Ta’ala, “Dan Aku telah ridho Islam menjadi agama
kalian.” (Al Ma’idah : 3) maka kata Islam di sini sudah mencakup islam dan iman…” (Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 17).
 Tingkatan Ihsan
Nabi juga ditanya oleh Jibril tentang ihsan. Nabi bersabda, “Yaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-olah
engkau melihat-Nya, maka apabila kamu tidak bisa (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia
melihatmu”.
Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan,:”Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini adalah penjelasan tentang
ihsan yaitu seorang manusia menyembah Robbnya dengan ibadah yang dipenuhi rasa harap dan keinginan, seolah-
olah dia melihat-Nya sehingga diapun sangat ingin sampai kepada-Nya, dan ini adalah derajat ihsan yang paling
sempurna. Tapi bila dia tidak bisa mencapai kondisi semacam ini maka hendaknya dia berada di derajat kedua yaitu:
menyembah kepada Allah dengan ibadah yang dipenuhi rasa takut dan cemas dari tertimpa siksa-Nya, oleh karena
itulah Nabi bersabda, ’Jika kamu tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu’ artinya jika kamu tidak
mampu menyembah-Nya seolah-olah kamu melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (Ta’liq Syarah
Arba’in hlm. 21). Jadi tingkatan ihsan ini mencakup perkara lahir maupun batin.
Jadi, jika seorang manusia dapat menguasai tiga tingkatan ini, maka dia bisa menjadi seorang muslim
yang seutuhnya atau insan kamil dan mencapai derajat muhsin. Lalu, bagaimana dengan urgensinya?

B. Urgensi Islam, Iman, dan Ihsan dalam membentuk insan kamil


Saat ini, banyak pemuda-pemudi yang lupa akan jati dirinya sebagai seorang muslim. Dari
yang suka mencuri, tidak memiliki rasa malu, hingga bermaksiat tanpa memperdulikan sifat-
sifat Allah. Maka dari itu, diharapkan penerapan tiga tingkatan agama islam agar :
1. Senantiasa memerhatikan sifat-sifat Allah dan mengaitkan seluruh aktifitasnya dengan sifat-
sifat tersebut.
2. Malunya seorang hamba jika ingin berbuat maksiat, karena dia yakin bahwa Allah Maha
Melihat.
3. Rajin berbuat kebaikan karna dia berusaha membuat Allah senang dengan perbuatan
baiknya.
4. Baiknya ibadah, muamalah, dan akhlak seorang hamba.
Alasan Islam, Iman, dan Ihsan Menjadi
Syarat dalam Membentuk Insan Kamil
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan yang maknanya, bila dibandingkan dengan iman, maka Ihsan
itu lebih luas cakupannya bila ditinjau dari substansinya dan lebih khusus daripada iman bila ditinjau dari
orang yang sampai pada derajat ihsan. Sedangkan iman itu lebih luas daripada islam bila ditinjau dari
substansinya dan lebih khusus daripada islam bila ditinjau dari orang yang mencapai derajat iman. Maka di
dalam sikap ihsan sudah terkumpul di dalamnya iman dan islam. Sehingga orang yang bersikap ihsan itu lebih
istimewa dibandingkan orang-orang mu’min yang lain, dan orang yang mu’min itu juga lebih istimewa
dibandingkan orang-orang muslim yang lain… (At Tauhid li shoffil awwal al ‘aali, Syaikh Sholih Fauzan, hlm.
63).
Oleh sebab itu setiap muhsin pasti mukmin dan setiap mukmin pasti muslim. Namun tidak berlaku
sebaliknya. Tidak setiap muslim itu mukmin dan tidak setiap mukmin itu mencapai derajat muhsin. Pelaku
ihsan adalah hamba pilihan dari hamba-hamba Allah yang shalih. Oleh karena itu, di dalam al-Quran
disebutkan hak-hak mereka secara khusus tanpa menyebutkan hak yang lainnya.
Kesimpulannya adalah seorang hamba yang sudah berada di tingkatan ihsan, berarti ia telah menguasai
dua tingkatan yang lain dan menjadi insan kamil. Hal ini sangat penting karena seorang hamba tidak dapat
menjadi insan kamil apabila hanya berada di tingkatan islam dan iman.
S u m b e r Te o l o g i s , H i s t o r i s ,
dan Filosofis

A. Teologis
Berdasarkan penggalan hadits Nabi, “Yaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-olah
engkau melihat-Nya, maka apabila kamu tidak bisa (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu” maka diharapkan seseorang beribadah kepada Allah seakan-akan
dia melihat-Nya. Perlu ditekankan bahwa yang dimaksudkan di sini bukanlah melihat dzat Allah,
namun melihat sifat-sifatNya, tidak sebagaimana keyakinan orang-orang sufi. Mereka sangka
dengan tingkatan musyahadah adalah melihat dzat Allah. Ini jelas merupakan kebatilan. Yang
dimaksud adalah memperhatikan sifat-sifat Allah, yakni dengan memperhatikan pengaruh sifat-
sifat Allah bagi makhluk. Apabila seorang hamba sudah memiliki ilmu dan keyakinan yang kuat
terhadap sifat-sifat Allah, dia akan mengembalikan semua tanda kekuasaan Allah pada nama-
nama dan sifat-sifat-Nya. Dan inilah tingkatan tertinggi dalam derajat ihsan.
B. Historis
Pada suatu hari, Jibril ‘alaihis salam mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
keadaan berambut hitam dan berpakaian putih, tidak tampak pada beliau bekas melakukan perjalanan
jauh dan tidak ada sahabat pun yang mengenal malaikat Jibril dalam bentuk manusia seperti ini.
Kemudian dia mendekati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil menyandarkan lututnya pada lutut
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedangkan kedua tangannya berada pada paha Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Kemudian Jibril ‘alaihis salam memanggil ‘Ya Muhammad’ -sebagaimana orang-
orang Arab badui memanggil beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan menanyakan beberapa perkara.
Diantaranya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanyakan apa itu Iman, Islam dan Ihsan. Ketiga
perkara ini sendiri adalah Ad Diin yaitu agama Islam itu sendiri. (HR. Muslim no. 102)
Hadits di atas dikenal dengan hadits Jibril dan induknya hadits. Dari hadits tersebut, para ulama
mengatakan bahwa Islam memiliki tiga tingkatan, yaitu: (1) Islam, (2) Iman, dan (3) Ihsan.
C. Filosofis
Tidak ditemukannya sumber filosofis yang akurat mengenai Islam, Iman, dan Ihsan sebagai
pilar agama Islam dalam membentuk insan kamil. Hal ini didasarkan oleh perkataan Imam
Syafi’i, “Tidak ada sesuatu yang lebih aku benci daripada ilmu filsafat dan ahli filsafat.” (Taarikh
Al-Islaam li Adz-Dzahabi 14/332). Maka dari itu, tidak ada satu pun pembenaran dalam hal
filosofis mengenai tiga tingkatan Islam.
Argumen Tentang Insan Kamil dan Metode
Pencapaiannya

Darihadits
Dari haditsserta
sertapenjelasan
penjelasansebelumnya,
sebelumnya,makamakateranglah
teranglahbagi
bagikita
kitabahwasanya
bahwasanyapembagian
pembagianagama
agamamenjadi
menjadi
tingkatanSyari’at,
tingkatan Syari’at,Ma’rifat
Ma’rifatdan
danHakikat
Hakikattidaklah
tidaklahdikenal
dikenaloleh
olehpara
paraulama
ulamabaik
baikdi
dikalangan
kalangansahabat,
sahabat,tabi’in
tabi’in
maupuntabi’ut
maupun tabi’uttabi’in;
tabi’in;generasi
generasiterbaik
terbaikummat
ummatini.
ini.Pembagian
Pembagianyangyangsyar’i
syar’iadalah
adalahsebagaimana
sebagaimanadisampaikan
disampaikanoleh
oleh
NabiMuhammad
Nabi Muhammadyaitu yaituislam,
islam,iman
imandandanihsan
ihsansesuai
sesuaipenjelasan
penjelasanyang
yangtelah
telahdiuraikan.
diuraikan.Maka
Makaini
inimenunjukkan
menunjukkanpulapula
kepadakita
kepada kitaalangkah
alangkahberbahayanya
berbahayanyapemahaman
pemahamansufi sufisemacam
semacamitu.itu.
Lalubagaimana
Lalu bagaimanamungkin
mungkinmereka
merekabisa
bisamencapai
mencapaikeridhoan
keridhoanAllah
AllahTa’ala
Ta’alakalau
kalaucara
caraberibadah
beribadahyang
yangmereka
mereka
tempuhjustru
tempuh justrumenyimpang
menyimpangdari daripetunjuk
petunjukRasulullah?
Rasulullah?
Alangkahbenar
Alangkah benarsabda
sabdaNabi
NabiMuhammad
MuhammadShallallahu
Shallallahu‘alaihi
‘alaihiwa
waSallam, “Barangsiapa
Sallam, “Barangsiapayang yangmengamalkan
mengamalkansuatusuatu
amalanyang
amalan yangtidak
tidakada
adadasarnya
dasarnyadari
darikami
kamimaka
makaamalan
amalanituitutertolak.” (Hadits
tertolak.” (HaditsRiwayat
RiwayatMuslim).
Muslim).
Barangsiapayang
Barangsiapa yangingin
inginmencapai
mencapaiderajat
derajatmuhsin
muhsinmaka
makadiadiapun
punharus
harusmuslim
muslimdan
danmu’min.
mu’min.Tidak
Tidak
sebagaimanaanggapan
sebagaimana anggapantarekat
tarekatsufiyah
sufiyahyang
yangmembolehkan
membolehkanorang orangyang
yangtelah
telahmencapai
mencapaiMa’rifat
Ma’rifatuntuk
untuk
meninggalkansyari’at.
meninggalkan syari’at.
Ketiga tingkatan yaitu islam, iman, dan ihsan pada hakikatnya adalah syarat yang
harus dipenuhi atau diwujudkan dalam membentuk insan kamil. Karena seorang hamba
tidak dapat menjadi insan kamil apabila hanya menjadi “manusia biasa” dan belum bisa
mencapai tingkatan yang ketiga atau tertinggi. Sebagaimana telah dijelaskan tadi, setiap
muhsin pasti mukmin dan setiap mukmin pasti muslim. Namun tidak berlaku
sebaliknya. Tidak setiap muslim itu mukmin dan tidak setiap mukmin itu mencapai
derajat muhsin. Pelaku ihsan adalah hamba pilihan dari hamba-hamba Allah yang
shalih. Oleh karena itu, di dalam al-Qur’an disebutkan hak-hak mereka secara khusus
tanpa menyebutkan hak yang lainnya.

Esensi Islam, Iman, dan Ihsan dalam Membentuk Insan Kamil


a n
kum
ang
R JikaIslam
Jika Islamitu
itudisebutkan
disebutkansecara
secarabersendirian,
bersendirian,yangyangdimaksudkan
dimaksudkanadalahadalahseluruh
seluruhajaran
ajaranagama
agamaini inibaik
baik
keyakinan,perkataan
keyakinan, perkataanmaupun
maupunperbuatan.
perbuatan.Contoh
Contohini initerdapat
terdapatpada
padafirman
firmanAllah
Allah(yang
(yang
artinya),”Sesungguhnyaagama
artinya),”Sesungguhnya agama(yang(yangdiridhai)
diridhai)disisi
disisiAllah
Allahhanyalah Islam.”
hanyalah Islam.”(QS. (QS.AliAliImran
Imran[3][3]::19).
19).
Namun,jika
Namun, jikaIslam
Islamdisebutkan
disebutkanbergandengan
bergandengandengandengankeimanan
keimanan(i’tiqod)
(i’tiqod)-sebagaimana
-sebagaimanayang yangterdapat
terdapatdalam
dalam
haditsJibril
hadits Jibrilini-,
ini-,maka
makayang
yangdimaksudkan
dimaksudkandengan denganIslam
Islamdidisini
siniadalah amal
adalah amallahiriyah.
lahiriyah.Sebagaimana
Sebagaimanahal halini
ini
terdapatpada
terdapat padafirman
firmanAllah
Allah(yang
(yangartinya),”Orang-orang
artinya),”Orang-orangArab ArabBadui
Baduiitu ituberkata:
berkata:“Kami
“Kamitelah beriman“.
telah beriman“.
Katakanlah:“Kamu belum
Katakanlah: “Kamu belumberiman,
beriman,tapi tapikatakanlah
katakanlah‘kami‘kamitelah
telahberislam
berislam(tunduk)’,
(tunduk)’,karena
karenaiman
imanitu itubelum
belum
masukke
masuk kedalam
dalamhatimu. (QS.
hatimu. (QS.Al AlHujuraat
Hujuraat[49][49]::14)
14)
Begitujuga
Begitu jugadengan
denganiman.
iman.JikaJikaiman
imanituitudisebutkan
disebutkansecara
secarasendirian,
sendirian,maka
makayang
yangdimaksudkan
dimaksudkanadalah adalah
agamaIslam
agama Islamsecara
secarakesuluruhan.
kesuluruhan.Namun,
Namun,jika jikaiman
imandisebut
disebutbergandengan
bergandengandengandenganIslam
Islam(amalan
(amalanlahiriyah)
lahiriyah)
-sebagaimanayang
-sebagaimana yangterdapat
terdapatdalam
dalamhadits
haditsJibril
Jibrilini-,
ini-,maka
makayangyangdimaksudkan
dimaksudkandengandenganimanimandidisini
siniadalah
adalah
mencakup amalbathin.
mencakup amal bathin.HalHalini
inidapat
dapatdicontohkan
dicontohkanpada padafirman
firmanAllah
Allah(yang
(yangartinya),”Dan orang-orang
artinya),”Dan orang-orangyang yang
beriman danmengerjakan
beriman dan mengerjakanamalan-amalan
amalan-amalanyang yangshaleh”
shaleh”(QS.(QS.AnAnNisa’
Nisa’::57).
57).Maka
Makayang
yangdimaksudkan
dimaksudkan
denganorang
dengan orangyangyangberiman
berimandidisini
siniadalah
adalahorang
orangyang
yangmelakukan
melakukanamalan
amalanbathin.
bathin.
Sedangkanihsan
Sedangkan ihsanadalah
adalahmemperbaiki amalan
memperbaiki amalanlahir lahirmaupun
maupunbathin.bathin.Gabungan
Gabungandari dariketiganya
ketiganyadisebut
disebut
dengan AdDiin yaitu
dengan Ad Diin yaituagama
agamaIslam
Islamitu itusendiri.
sendiri.Oleh
Olehkarena
karenaitu,
itu,seorang
seoranghamba
hambayangyangsudah
sudahberada
beradadiditingkatan
tingkatan
ihsan,berarti
ihsan, berartisudah
sudahmenguasai
menguasaiislamislamdandaniman
imandandanhal
halini
inimerupakan
merupakansyaratsyaratseorang
seorangmanusia
manusiabisabisamenjadi
menjadi
insankamil
insan kamilatauataumanusia
manusiaseutuhnya.
seutuhnya.
Daftar Pustaka
Wahyudi, Ari. (2021). Islam, Iman dan Ihsan. Retrieved October 02, 2021, from Muslim.or.id https://
muslim.or.id/425-islam-iman-ihsan.html.

Mianoki, Adika. (2021). Meraih Derajat Ihsan. Retrieved October 02, 2021, Muslim.or.id https://
muslim.or.id/4101-meraih-derajat-ihsan.html.

Unknown. (2020). Apa Perbedaan Islam, Iman, dan Ihsan?. Retrieved October 02, 2021, from
Paudit.alhasanah.sch.id. https://paudit.alhasanah.sch.id/tahukah-anda/apa-perbedaan-islam-iman-dan-ihsan/.

Tuasikal, Muhammad Abduh. (2009) Mengenal Tingkatan Islam. Retrieved October 02, 2021, from
Rumaysho.com. https://rumaysho.com/26-mengenal-tingkatan-islam.html.
bochins.paw

TerimaKasi
h...

Anda mungkin juga menyukai