Anda di halaman 1dari 23

BAB 10

ANATOMI FISIOLOGI
SISTEM SENSORIK

Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar anatomi fisiologi sistem
sensorik pada tubuh manusia.

Bahan Kajian
Setelah mengikuti proses belajar mengajar tentang konsep dasar anatomi
fisiologi sistem sensorik, diharapkan mahasiswa akan mampu:
1. Menjelaskan konsep reseptor dan terjadinya sensasi pada manusia
2. Menjelaskan anatomi fisiologi indra penglihatan
3. Menjelaskan anatomi fisiologi indra penciuman
4. Menjelaskan anatomi fisiologi indra pendengaran
5. Menjelaskan anatomi fisiologi indra pengecapan

SENSASI DAN RESEPTOR SENSORIK


Dalam memahami konsep persepsi, maka tidak akan terlepas dari
sistem sensoris. Dalam bab ini akan dibahas kelima macam sistem sensori
manusia (panca indera/exteroceptive sensory system) yang mengintepretasi
stimuli dari luartubuh, yaitu penglihatan, perabaan, pendengaran,
pembau/penciuman, dan perasa.

1. Sensasi dan Persepsi


Proses persepsi dibedakan dalam dua fase, yaitu fase sensasi dan fase
persepsi. Sensasi merujuk pada proses pendeteksian hadirnya stimuli
sederhana, sedangkan persepsi merujuk pada proses lebih lanjut, yaitu proses
integrasi, rekognisi, dan intepretasi pola-pola sensasi yang kompleks. Untuk
menambah pengertian tentang perbedaan sensasi dan persepsi, maka dapat
diambil suatu contoh konkrit, misalnya pada saat seseorang menyentuh api
lilin dengan jarinya. Reseptor panas di kulit jari akan merasakan sensasi

115
panas dari api lilin. .Tetapi bila orang tersebut pernah mengalami suatu
trauma dengan api, maka ada proses pengintegrasian antara sensasi yang
dialami dengan proses rekognisi terhadap pengalamannya dengan api,
sehingga sensasi panas dari api lilin dapat diintepretasikan sebagai api besar
yang dapat membakar seluruh tubuhnya sehingga akan muncul reaksi
histeris. Reaksi histeris itu adalah proses persepsi dari api lilin, sedangkan
rasa panas dijari tangan adalah sensasi dari api lilin.

2. Model Tradisional dari Organisasi Sistem Sensoris


Sistem sensori exteroceptive atau panca indera secara umum memiliki
mekanisme yang serupa, Menurut model tradisional (Merzenich & Kaas,
1980;dalam Pinel, 1993), reseptor dari tiap organ akan menuju ke thalamus
yang terletak di bagian atas batang otak . Tiap nukleus di thalamus
menyampaikan pesan dar:imasing-masing reseptor ke bagian neocortex yang
disebut primary sensory cortex yang sesuai. Dari primary sensory cortex,
akan dilanjutkan ke daerah pertemuan cortical yaitu secondary sensory
cortex yang sesuai. Jadi tujuan utama input sensoris dalam model tradisional
adalah association cortex. Association Cortex diasumsikan berhubungan
dengan aktivitas berbagai macam sistem sensori, yaitu menterjemahkan
input sensori menjadi suatu program untuk melakukan output motorik dan
sebagai perantara aktivitas kognitif, seperti berpikir dan mengingat. Gambar
6.1. di bawah ini menggambarkan pengertian model tradisional.

116
3. Model Hierarkis dari Organisasi Sistem Sensoris
Dalam perkembangannya, model tradisional tadi sudah mulai bergeser
ke model hierarkis, yaitu proses yang terjadi akan berlangsung sesuai dengan
kompleksitasnya. Contohnya pada pengertian sensasi dan persepsi di atas.
Pada model tradisional, tampak alur informasi dari reseptor menuju ke
bagian yang lebih kompleks, yaitu otak.Sedangkan pada model hierarkis
tampak bahwa ada hubungan yang erat antara yang lebih ko.mpleksdan
kurang kompleks, artinya sistem sensori yang lebih tinggi adalah yang lebih
bersifat persepsual dan kurang bersifat sensoris, sebaliknya sistem sensori
yang lebih rendah adalah yang lebih bersifat sensoris dan kurang bersifat
persepsual.

ANATOMI FISIOLOGI INDRA PENGLIHATAN


1. Anatomi organ mata
Mata atau organon visus secara anatomis terdiri dari Occulus dan alat
tambahan (otot-otot) disekitarnya. Occulus terdiri dari Nervus Opticus dan
Bulbus Occuli yang terdiri dari Tunika dan Isi. Tunika atau selubung terdiri
dari 3 lapisan, yaitu:
a. Tunika Fibrosa (Iapisan luar), terdiri dari kornea dan sklera
b. Tunika Vasculosa (lapis an tengah) yang mengandung pembuluh darah,
terdiri dari ChOIioidea, corpus ciliaris, dan irisyang mengandungpigmen
dengan musculus dilatators pupillae dan musculus spchinter pupillae.
c. Tunika Nervosa (Iapisan paling dalam), yang rnengandung reseptor
terdiri dari dua lapisan, yaitu: Stratum Pigmenti dan Retina (dibedakan
atas (1) Pars Coeca yang meliputi Pars Iridica dan Pars Ciliaris; (2) Pars
Optica yang berfungsi menerima rangsang dari conus dan basilus). Isi
pada Bulbus Oculli terdiri dari:
 Humor Aques, zat cair yang mengisi antara komea dan lensa
kristalina, di belakang dan di depan iris.
 Lensa Kristalina, yang diliputi oleh Capsula Lentis dengan
Ligmentum Suspensorium Lentis untuk berhubungan dengan Corpus
Ciliaris.

117
 Corpus Vitreum, badan kaca yang mengisi ruangan antara lensa
dengan retina.

2. Reseptor di Mata
Reseptor penglihatan adalah sel-sel di conus (sel kerucut) dan basilus
(sel batang). Conus terutama terdapat dalam fovea dan penting untuk
menerima rangsang cahaya kuat dan rangsang warna. Sel-sel basilus tersebar
pada retina terutama di luar makula dan berguna sebagai penerima rangsang
cahaya berintensitas rendah. Oleh karena itu dikenal dua mekanisme
tersendiri di dalam retina (disebut dengan Teori Duplisitas), yaitu:
a. Penglihatan Photop, yaitu mekanisme yang mengatur penglihatan sinar
pada siang hari dan penglihatan wama dengan conus
b. Penglihatan Scotop, yaitu mekanisme yang mengatur penglihatan senja
dan malam hari dengan basilus

3. Jalan Impuls di Mata


Manusia dapat melihat karena ada rangsang berupa sinar yang
diterima oleh reseptor pada mata. Jalannya sinar pada mata adalah sebagai
berikut:

118
Impuls yang timbul dalam conus atau basilus berjalan melalui
neuritnya menuju ke neuron yang berbentuk sel bipoler dan akhirnya
berpindah ke neuron yang berbentuk sel mutipoler. Neurit sel-sel multipoler
meninggalkan retina dan membentuk nervus opticus. Kedua nervus opticusdi
bawah hypothalamus saling bersilangan sehingga membentuk chiasma
nervus opticus. Tractus Opticus sebagian berakhir pada colliculus superior,
dan sebagian lagi pada corpus geneculatum lateral yang membentuk neuron
baru yang pergi ke korteks pada dinding fissura calcarina melalui capsula
interna.Pada dinding fisura calcarina inilah terdapat pusat penglihatan. Lihat
gambar 6.4.

119
4. Visus
Untuk dapat melihat, stimulus (cahaya) harus jatuh di reseptor dalam
retina kemudian diteruskan ke pusat penglihatan (fovea centralis). Untuk
dapat melihat dengan baik perlu ketajaman penglihatan. Ketajaman
penglihatan inilah yang disebut visus. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kekuatan visus adalah:
a. Sifat fisis mata, meliputi ada tidaknya aberasi (kegagalan sinar untuk
berkonvergensi atau bertemu di satu titikfokus
setelahmelewatisuatusistemoptik),besarnya pupil, komposisi
cahaya,fiksasi objek,dan mekanisme akomodasinya dengan elastisitas
musculus ciliarisnya yang dapat menyebabkan ametropiayang meliputi
(lihat gambar 6.5.
 Myopia, sinar sejajar axis pada mata tak berakomodasi akan
memusat di muka retina, sehingga bayangan kabur. Dapat
disebabkan oleh: axis terlalu panjang kekuatan refraksi lensa terlalu
kuat.
 Hypermetropia, sinar sejajar axis pada mata yang tak berakomodasi
akan memusat di belakang retina, sehingga bayangan kabur. Dapat
disebabkan oleh: axis bola mata terlalu pendek kekuatan refraksi
lensa kurang kuat
 Astigmatisma, kesalahan refraksi sistem lensa mata yang biasanya
disebabkan oleh komea yang berbentuk bujur sangkar atau jarang-
jarang, dan lensa yang berbentuk bujur).
b. Faktor stimulus, yang meliputi kontras (terbentuknya bayangan benda
yang berwama komplementemya), besar kecilnya stimulus, lamanya
melihat, dan intensitas cahaya.
c. Faktor Retina, yaitu makin kecil dan makin rapat conus, makin kecil
minimum separable (jarak terkecil antara garis yang masih terpisah).

120
Untuk mengetahui visus adalah dengan menggunakan suatu pecahan
matematis yang menyatakan perbandingan 2jarak, yang juga merupakan
perbandingan ketajaman penglihatan seseorang dengan ketajaman
penglihatan orang normal. Dalam praktek digunakan optotype dari Snellen
yang rumusnya adalah sebagai berikut:

Visus berkaitan erat dengan mekanisme akomodasi seperti yang telah


disebutkan di atas, adanya kontraksi akan menyebabkan peningkatan
kekuatan lensa, sedangkan relaksasi menyebabkan pengurangan kekuatan.
Akomodasi memiliki batas maksimum, jika benda yang telah fokus
didekatkan lagi, maka bayangan akan kabur. Titik terdekat yang masih
dilihat jelas oleh mata dengan akomodasi maksimum disebut punctum
proximum (PP).
Makin tua usia seseorang, makin jauh jarak PP; disamping itu
elastisitas lensa juga berkurang dan daya mencembung juga berkurang
(disebut PRESBYOPIA). Berkurangnya elastisitas oleh proses penuaan

121
adalah akibat terjadinya kalsifikasi (pengapuran). Endapan-. endapan kapur
ini menghambat elastisitas mata. Kalsifikasi ini juga dapat menyebabkan
katarak pada kornea. Titik terjauh yang masih dapat dilihat dengan jelas
tanpa mata berakomodasi adalah tidak terbatas."Kondisi ini disebut dengan
punctum remotum (PR). Lihat gambar 6.6.

Dalam akomodasi inijuga terdapat Amplitudo Akomodasi (AA), yaitu jarak


benda yang dapat dilihat jelas, yaitu yang terletak diantara kekuatan refraksi
dinamis (PP) dan kekuatan refraksi statis (PR). J;>adaprebyopia, AA
berkurang karena kekuatan refraksi dinamisnya berkurang.

5. Melihat Wama
Penglihatan warna sangat dipengaruhiolehtigamacampigmen di dalam
selkemcut sehingga sel kemcut/conus menjadi peka secara selektif terhadap
berbagai warna bim, merah, dan hijau. Banyak teori berbeda diajukan untuk
menjelaskan fenomenapenglihatan, tapi biasanya teori-teori itu didasarkan
pada pengamatan yang sudah dikenal dengan baik, yaitu bahwa mata
manusia dapat mendeteksi hampir semua gradasi warna bila cahaya
monokromatik merah, hijau, dan bim dicampur secara tepat dalam berbagai
kombinasi.
Teori penting pertama mengenai penglihatan warna adalah dari
Young, yang kemudian dikembangkan dan diberi dasar eksperimental yang
lebih mendalam oleh Helmholtz. Menumt teori ini ada tiga jenis sel kemcut
yang masing-masing beraksi secara maksimal terhadap suatu warna yang
berbeda. Oleh sebab itu menumt teori ini ada 3 macam conus, yaitu:
a. Conus yang menerima warna hijau
b. Conus yang menerima warna merah
c. Conus yang menerima warna bim

122
Ketiga macam conus itu mengandung zat photokemis yaitu substansi
yangdapat dipecah oleh sinar matahari. Jika ketiga macam conus itu
mendapat rangsang bersama-sama, maka terlihatlah warna putih. Warna-
warna lain adalah kombinasi dari 3 warna dasar itu dengan perbandingan
berbeda-beda. Contohnya cahaya monokromatik merah dengan panjang
gelombang 610 milimikron merangsang kemcut merah ke suatu nilai
rangsang sebesar kirakira 0.75 (75% dari puncak perangsangan pada panjang
gelombang optimum), sedangkan ia merangsang kemcut hijau ke suatu nilai
rangsang sebesar kira-kira 0.13 dan kerucut birusarna sekali tidak
dirangsang. Jadi rasio perangsangan dari ketiga jenis conus dalam hal ini
adalah 75: 13: 0, sehingga sistem saraf menafsirkan kelompok rasio ini
sebagai sensasi merah. Untuk sensasi bim, kelompok rasionya adalah 0: 14:
86; untuk sensasi jingga tuakuning , kelompok rasionya 100: 50: 0; untuk
sensasi hijau, kelompok rasionya 50: 85: 15, demikian setemsnya.
Ada suatu kondisi dimana seseorang tidak dapat melihat warna sarna
sekali. Cacat tersebut dinamakan buta warna yang mempengamhi total
maupun sebagian kemampuan individu untuk membedakan warna. Variasi
dari buta warna yang dibawa sejak lahir cukup nyata, antara lain:
a. Akromatisme atall Akromatopsia, adalah kebuataan warna total dimana
semua warna dilihat sebagai tingkatan warna abu-abu
b. Diakromatisme, adalah kebutaan tidak sempurna yang rpenyangkut
ketidakmampuan untuk membedakan warna-wama merah dan hijau.
Untuk kesimpangsiuran warna ini ada tiga tipe, yaitu:
 Deutrinophia, yaitu orang yang kehilangan kemcut hijau sehingga ia
tidak dapat melihat warna hijau.

ANATOMI FISIOLOGI INDERA PENCIUMAN


Indera penciuman adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali
lingkungan sekitar melalui aroma yang dihasilkan. Seseorang mampu
dengan mudah mengenali makanan yang sudah busuk dengan yang masih
segar dengan mudah hanya dengan mencium aroma makanan tersebut. Di
dalam hidung kita terdapat banyak sel kemoreseptor untuk mengenali bau.
Indera penciuman terletak pada rongga hidung. Di dalam rongga
hidung terdapat rambutrambut halus yang berfungsi untuk menyerap kotoran
yang masuk melalui sistem pernafasan (respiratory). Selain itu, terdapat

123
konka nasal superior, intermediet serta inferior. Pada bagian konka nasal
superior terdapat akar sel-sel dan jaringan syaraf penciuman (nervus
olfaktorius yang merupakan syaraf kranial pertama) yang berfungsi untuk
mendeteksi bau-bauan yang masuk melalui hirupan nafas.
Tanggung jawab sistem pembau (sistem olfaction) adalah
mengindikasikan molekulmolekul kimia yang dilepaskan di udara yang
mengakibatkan bau. Molekul kimia diudara dapat dideteksi bila ia masuk ke
reseptor olfactory epithelia melalui proses penghirupan.

Sistem Olfactory
Manusia dapat membedakan berbagai macam bau bukan karena memiliki
banyak reseptor pembau namun kemampuan tersebut ditentukan oleh
prinsip-prinsip komposisi (component principle), organ pembau hanya
memiliki tujuh reseptor namun dapat membedakan lebih dari 600 aroma
yang berbeda. Alat pembau biasa juga disebut dengan organon olfaktus,
yang dapat menerima stimulus benda-benda kimia sehingga reseptornya
disebut pula chemoreceptor. Organon olfaktus terdapat pada hidung bagian
atas, yaitu pada concha superior dan membran ini hanya menerima rangsang
benda-benda yang dapat menguap dan berwujud gas.
Bagian-bagiannya adalah :
1. Concha superior
2. Concha medialis
3. Concha inferior
4. Septum nasi (sekat hidung)
Reseptor organon olfactory terdapat di bagian atas hidung, menepel
pada lapisan jaringan yang diselaputi lendir dan disebut olfactory mucosa.
Selaput lendir tersebut berfungsi untuk melembabkan udara. Pada bagian
tersebut juga terdapat bulu-bulu hidung yang berfungsi untuk menyaring
debu dan kotoran. Reseptor olfaktori hanya mampu berfungsi selama 35
hari. Bila mati, baik karena sebab yang alami, maupun karena kerusakan
fisik, maka reseptor tersebut akan digantikan oleh reseptor-reseptor baru
yang axonnya akan berkembang ke lapisan olfactory bulbs yang akan dituju,
dan bila telah sampai pada lapisan yang dimaksud, mereka akan memulihkan
koneksi sinapsis yang terputus.
Kemampuan membau makhluk hidup tergantung pada :

124
1. Susunan rongga hidung.
Bentuk concha dan septum nasi tempat reseptor pembau pada masing-
masing orang tidak sama. Contohnya pada orang yang berhidung
mancung akan lebih luas daripada yang berhidung pesek.
2. Variasi fisiologis
Contohnya pada wanita, saat sebelum menstruasi atau pada saat hamil
muda akan menjadi sangat peka.
3. Spesies
Pada spesies tertentu yang kemampuan survivalnya tergantung pada
pembauan, akan memiliki indera pembau yang lebih peka contohnya
anjing.
4. Besarnya konsentrasi dari substansi yang berbau
Misalnya skatol (bau busuk yang terdapat pada kotoran atau faeces)
memiliki konsentrasi yang kuat karena memiliki kemampuan menguap
yang tinggi. Bila konsentrasinya kuat maka baunya busuk, sebaliknya bila
konsentrasinya rendah akan menimbulkan bau yang berbeda (contohnya
pada bunga yang mengandung skatol dalam konsentrasi rendah maka
baunya akan harum).

Anatomi Dan Fisiologi Penafasan Bagian Atas Yaitu:


1. Rongga Hidung.

Rongga hidung terdiri atas :


a. Vestibulum yang dilapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi.
b. Struktur konka yang berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar
karena strukturnya yang berlapis.
c. Sel silia yang berperan untuk melemparkan benda asing ke luar
dalam usaha untuk membersihkan jalan napas. Bagian internal
hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga

125
hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang
disebut septum.
2. Faring
Faring merupakan saluran yang memiliki panjang kurang lebih 13 cm
yang menghubungkan nasal dan rongga mulut kepada laring pada dasar
tengkorak.
3. Laring
Laring tersusun atas 9 Cartilago (6 Cartilago kecil dan 3 Cartilago
besar). Terbesar adalah Kartilago thyroid yang berbentuk seperti kapal,
bagian depannya mengalami penonjolan membentuk “adam’s apple”, dan
di dalam cartilago ini ada pita suara. Fungsi utama laring adalah untuk
memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan napas
bawah dari benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering disebut
sebagai kotak suara dan terdiri atas:
a. Epiglotis : daun katup kartilago yang dapat menutup saat proses
menelan.
b. Glotis
c. Kartilago Thyroid

ANATOMI FISIOLOGI INDERA PENGECAP

Sistem pengecap atau sistem gustatory terdapat di lidah. Pada lidah,


terdapat reseptor perasa yang dapat membedakan rasa yang disebut taste
buds. Reseptor pada lidah akan digantikan oleh reseptor yang baru setiap 10
hari sekali. Lidah mempunyai lapisan mukosa yang menutupi bagian atas
lidah, dan permukaannya tidak rata karena ada tonjolan-tonjolan yang

126
disebut dengan papilla, pada papilla ini terdapat reseptor untuk
membedakan rasa makanan. Apabila pada bagian lidah tersebut tidak
terdapat papilla lidah menjadi tidak sensitif terhadap rasa. Papilla atau
tonjolan-tonjolan pada lidah memiliki bentuk-bentuk tertentu, yaitu:
1. Tonjolan berbentuk seperti benang-benang halus yang disebut dengan
Papilla filiformis, banyak terdapat dibagian depan lidah.
2. Tonjolan berbentuk seperti kepala jamur yang disebut papilla
fungiformis, banyak terdapat dibagian depan dan sisi lidah.
3. Tonjolan yang berbentuk bulat yang disebut papilla circumvalata,
tersusun seperti huruf V terbalik, banyak terdapat dibagian belakang
lidah.

Didalam papillae terdapat banyak putting pengecap (taste buds).


Setiap putting pengecap terdiri atas dua jenis sel seperti berikut ini :
1. Sel-sel pengecap memiliki tonjolan-tonjolan seperti rambut yang
menonjol keluar dari pengecap.
2. Sel-sel penunjang yang berfungsi untuk menyokong sel-sel pengecap.
Indera pengecap yang terdapat di lidah memiliki 4 modalitet rasa, yaitu:
a. Manis : pada puncak atau ujung lidah.
b. Asin : pada tepi lidah (samping kiri dan kanan).
c. Asam : pada tepi lidah (samping kiri dan kanan).
d. Pahit : pada pangkal lidah.
Fungsi lidah selain sebagai indera pengecap, yaitu untuk mengatur
letak makanan ketika dikunyah, membantu mendorong makanan ke
kerongkongan (pada waktu menelan) dan sebagai alat bantu dalam berbicara.
Selain itu, indera lain yang turut berperan pada persepsi pengecap adalah
indera pembau.
Kemampuan mengecap seseorang tergantung pada:
1. Faktor Individual, misalnya pada seseorang yang sedang sakit, maka
kepekaan mengecapnya akan berkurang.
2. Nilai Ambang, misalnya seseorang yang sudah terbiasa makan makanan
yang asam, akan lebih tinggi daripada orang yang tidak biasa makan
asam. Nilai ambang ini tergantung dari kebiasaan seseorang.
3. Konsentrasi, misalnya pada seseorang yang makan satu mangkok garam,
lama kelamaan tidak akan merasakan asin lagi seperti pertama kali
memakannya.

127
Ketidakmampuan seseorang untuk mengenali bau disebut sebagai
anosmia, sedangkan
ketidakmampuan seseorang untuk mengenali rasa disebut ageusia. Kelainan
lain yang terjadi
pada indera pengecap manusia adalah sebagai berikut :
1. Peradangan lidah (glositis), yaitu peradangan lidah yang menahun
(kronis). Gejalanya adalah terdapat benjolan-benjolan dan lendir yang
menutupi lidah. Peradangan ini timbul biasanya pada seseorang yang
mengalami gangguan pencernaan atau infeksi gigi. Gejala lainnya adalah
lidah lembek dan pucat dengan bekas bagian pinggirannya.
2. Lekopalakia, gejalanya ditandai dengan bercak-bercak putih yang tebal
pada permukaan lidah. Kejadian ini biasanya pada perokok berat.

Adapun cara memelihara indera pengecap agar tetap berfungsi adalah


sebagai berikut:
1. Jangan dibiasakan makan dan minum yang masih panas, karena akan
berpengaruh terhadap indera pengecap.
2. Menggosok gigi secara teratur untuk mengatasi terjadinya infeksi pada
gigi.
3. Kurangi merokok bagi perokok berat agar tidak terjadi bercak-bercak
putih pada indera pengecap. Sebaiknya bagi perokok berhentilah
merokok mulai dari sekarang jika anda menghargai sebuah kesehatan dan
menyayangi tubuh anda.

Anatomi Fisiologi Sistem Sensori Pengecapan


Lidah terbagi menjadi :
1. Radiks lingua (pangkal lidah)
2. Dorsum lingua (punggung lidah)
3. Apeks lingua (ujung lidah)

Bila lidah digulung ke belakang tampak permukaan bawah yg disebut


frenulum lidah. Permukaan lidah ditutupi papil-papil, yaitu :
1. Papil sirkumvalata
2. Papil fungiformis

128
3. Papil filiformis

Fisiologi Lidah
1. Indera pengecap rasa
2. Pengecap rasa pahit terdapat pada pangkal lidah
3. Pengecap rasa manis terdapat pada ujung lidah
4. Pengecap rasa asin terdapat pada ujung & tepi lidah
5. Pengecap rasa asam terdapat pada tepi lidah

Susunan saliva
1. Air 70-90%
2. Glikoprotein yg dihasilkan sublingual
3. Ptialin yg bekerja dlm suasana asam
4. Garam alkali
5. Lain2 : sel2 epitel yg trlepas, dll

Fungsi saliva
1. Fungsi mekanis ; mencampur ludah dengan makanan sehingga menjadi
lunak & mudah ditelan
2. Fungsi kimia ; enzim ptialin mengubah karbohidrat mjd maltosa lalu mjd
glukosa
3. Membasahi mukosa lidah, pipi, langit2 (palatum) yg penting saat
berbicara
4. Melarutkan makanan kering shg dpt dirasakan
5. Mencegah gigi rusak dg mengubah suasana asam yg dsebabkan bakteri
pembusuk
Terletak pada dasar mulut. Ujung dan pinggiran lidah bersentuhan
dengan gigi-gigi bawah.Permukaan melengkung pada bagian atas lidah –
dorsum Sedangkan bagian bawahnya - fremulum linguae

Fungsi Mulut:
1. Mendorong makanan
2. Mengaduk dan membolak - balik makanan
3. Merasakan keras dan lembutnya makanan
4. Melumatkan makanan

129
Organ reseptor
1. Tunas Pengecap
Tunas pengecap merupakan badan ovoid yang berukuran 50-70 µm.
Tiap tunas pengecap di bentuk oleh empat jenis sel yang mempunyai
mikrifili yang meninjol ke dalam pori pengecapan (lubang dalam pori lidah).
Leher dari semua sel ini berhubungan satu sama lain ke sel epitel
sekelilingnya sehingga reseptor yang terpapar ke cairan dalam rongga mulut
merupakan mahkota apeks mikrofilinya. Tiap tunas pengecap dipersarafi
oleh 50 serabut saraf dan tiap serabut saraf menerima rata-rata 5 tunas
pengecap. Jika saraf sensori dipotong maka tunas pengecap yang disarafunya
akan berdegenerasi kemudian hilang.
Pada manusia tunas pengecap terletak dalam mulosa epiglotis,
palatum dan faring, serta didalam dinding papilla fungiformis dan papilla
vallate lidah. Setiap papilla fungiformis memiliki sampai 5 tunas pengecapan
dan biasanya terletak pada puncak papilla. Papilla valate berukuran lebih
besar dan mengandung sampai 100 tunas pengecapan yang terletak
sepanjang sisi papillia.
Papapillia filliformis berbentuk kerucut kecil yang menutupi dorsum
lingua dan biasanya tidak mengandung tunas pengecapan. Pada orang
dewasa mempunyai 10.000 puting pengecap dan pada anak-anak memiliki
sedikit lebih banyak daripada orang dewasa. Pada usia 45 tahun, banyak
puting pengecap mengalami degenerasiI yang menyebabkan sensasi rasa
secara progresif makin berkurang.

2. Jaras Pengecap
Serabut saraf sensori dari tunas pengecapan terdapat pada 2/3 anterior
lidah, berjalan didalam cabang korda timpani dari nervus fasialis, sedangkan
1/3 posterior lidah mencapai batang otak memalui nervus glassofaringeus.
Serabut dari area selain lidah akan mencapai batang otak melalui nervus
vagus.
Pada tiap sisi serabut pengecapan bermielin, tetapi menghantarkan
rangsangan relatif lambat di dalam tiga nervus ini, bersatu dalam medula
oblongata untuk memasuki nukleus dari traktus solitarius. Pengecapan tidak

130
mempunyai area proyeksi korteks terpisah, tetapi diwakili didalam bagian
gyrus (lekuk) post sentralis yang melayani sensasi kulit dari wajah.

3. Membedakan Rasa
Rasa primer yang kita kenal adalah manis, asin, asam, pahit. Rasa
manis dirasakan oleh ujung lidah, bagian anterolaterl sensitif terhadap rasa
asin, bagian posterolateral untuk rasa asin, dan pangkal lidah sensitif untuk
rasa pahit.
Ada tumpang tindih area penerima rasa terutama bagian posterior dan
lateral yaitu rasa asin dan asam. Rasa manis mempunyai ambang rasa tinggi
dan sensitifitas yang rendah, rasa pahit menunjukan ambang yang rendah
dan sensitifitas tinggi, sedangkan asin dan asam di antara keduanya.
Saliva membantu pelarutan makanan sebab hanya makanan yang larut
yang dapat di kecap. Sinyal refleks viseral berintergrasi dengan pusat
desgitif di medula, perintah motor parasempatis dikirim kekelenjar ludah
melaui saraf fasialis dan ke lambung melalui nervus vagus ke sistem limbik
dan hipotalamus untuk reseptor afektif.

4. Proses Pengecapan
a. Terjadi setelah makanan atau minuman larut dalam air liur mulut 
zat terurai dalam ion mis. Asin oleh Na+ Asam oleh HSO4, dll
b. Yang tidak larut dalam ion  tetap dalam bentuk molekul  pahit:
Kinine, Tetracycline, Kemicetine.

Jalur syaraf penghantar ke otak


1. Nervus Lingualis  chorda tympani (n.VII) dr. 2/3 lidah depan
2. Melalui n. IX dr 1/3 lidah belakang
3. Melalui n. X dr Pharynx dan Epiglottis
Setiap eithel neuron ujung serabut saraf pengecap.jadi setiap pucuk
pengecapan dapat bereaksi untuk semua rasa walau dengan intensitas
berbeda.

Tempat neuron pengecap


1. untuk n.VII di dalam : ganglion genikulatum dalam,canalis facialis.
2. untuk n. IX dan n X ganglion nodosum dekat For. Jugularis.

131
Tingkat neuron pengecap melalui N,IX
1. Neuron I : pucuk lidahn.IX ganglion nodosum
2. Neuron II : dr. Synaps gang. Nodosuminti solitarius (bagian
cranial/cephal)
3. Neuron III : dr. Synaps inti solitarius  inti ventro post medial
4. Neuron IV : dr. Inti thalamus ventro post medial  Gyrus Post.Centralis

Serat-serat kolagen ini disebut juga jaringan penunjang, karena


fungsinya dalam membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga
kekeringan dan kelenturan kulit.
Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang elastis
dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang
menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia atau kekurangan gizi. Dari
fungsi ini tampak bahwa kolagen mempunyai peran penting bagi kesehatan
dan kecantikan kulit. Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit
jangat dapat menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat
tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki
kulit ari. Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu
kelenjar keringat dan kelenjar palit.

ANATOMI FISIOLOGI INDERA PENDENGARAN

Anatomi Telinga
Secara umum telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah dan
telinga dalam. Telinga luar sendiri terbagi atas daun telinga, liang telinga dan
bagian lateral dari membran timpani (Lee K.J,1995; Mills JH et al, 1997).
Daun telinga di bentuk oleh tulang rawan dan otot serta ditutupi oleh kulit.
Ke arah liang telinga lapisan tulang rawan berbentuk corong menutupi
hampir sepertiga lateral, dua pertiga lainnya liang telinga dibentuk oleh
tulang yang ditutupi kulit yang melekat erat dan berhubungan dengan
membran timpani. Bentuk daun telinga dengan berbagai tonjolan dan
cekungan serta bentuk liang telinga yang lurus dengan panjang sekitar 2,5

132
cm, akan menyebabkan terjadinya resonansi bunyi sebesar 3500 Hz (Mills
JH et al, 1997).
Telinga tengah berbentuk seperti kubah dengan enam sisi. Telinga
tengah terbagi atas tiga bagian dari atas ke bawah, yaitu epitimpanum
terletak di atas dari batas atas membran timpani, mesotimpanum disebut juga
kavum timpani terletak medial dari membran timpani dan hipotimpanum
terletak kaudal dari membran timpani (Liston SL et al,1989; Pickles
JO,1991).
Organ konduksi di dalam telinga tengah ialah membran timpani,
rangkaian tulang pendengaran, ligamentum penunjang, tingkap lonjong dan
tingkap bundar (Liston SL et al,1989; Pickles JO,1991; Mills JH et al, 1997).

Gambar Anatomi Fisiologi Telinga


Telinga dalam terdiri dari organ kesimbangan dan organ pendengaran.
Telinga dalam terletak di pars petrosus os temporalis dan disebut labirin
karena bentuknya yang kompleks. Telinga dalam pada waktu lahir
bentuknya sudah sempurna dan hanya mengalami pembesaran seiring
dengan pertumbuhan tulang temporal. Telinga dalam terdiri dari dua bagian
yaitu labirin tulang dan labirin membranosa. Labirin tulang merupakan
susunan ruangan yang terdapat dalam pars petrosa os temporalis ( ruang
perilimfatik) dan merupakan salah satu tulang terkeras. Labirin tulang terdiri

133
dari vestibulum, kanalis semisirkularis dan kohlea (Santi PA, 1993; Lee KJ,
1995; Wright A, 1997; Mills JH et al, 1998).
Vestibulum merupakan bagian yang membesar dari labirin tulang
dengan ukuran panjang 5 mm, tinggi 5 mm dan dalam 3 mm. Dinding
medial menghadap ke meatus akustikus internus dan ditembus oleh saraf.
Pada dinding medial terdapat dua cekungan yaitu spherical recess untuk
sakulus dan eliptical recess untuk utrikulus. Di bawah eliptical recess
terdapat lubang kecil akuaduktus vestibularis yang menyalurkan duktus
endolimfatikus ke fossa kranii posterior diluar duramater (Santi PA, 1993;
Lee KJ, 1995; Wright A, 1997; Mills JH et al, 1998).
Dibelakang spherical recess terdapat alur yang disebut vestibular
crest. Pada ujung bawah alur ini terpisah untuk mencakup recessus kohlearis
yang membawa serabut saraf kohlea kebasis kohlea. Serabut saraf untuk
utrikulus, kanalis semisirkularis superior dan lateral menembus dinding
tulang pada daerah yang berhubungan dengan N. Vestibularis pada fundus
meatus akustikus internus. Didinding posterior vestibulum mengandung
lubang ke kanalis semisirkularis dan dinding anterior ada lubang berbentuk
elips ke skala vestibuli kohlea (Mills JH et al, 1998; Santi PA, 1993).
Ada tiga buah semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis superior,
posterior dan lateral yang terletak di atas dan di belakang vestibulum.
Bentuknya seperti dua pertiga lingkaran dengan panjang yang tidak sama
tetapi dengan diameter yang hampir sama sekitar 0,8 mm. Pada salah satu
ujungnya masing-masing kanalis ini melebar disebut ampulla yang berisi
epitel sensoris vestibular dan terbuka ke vestibulum (Wright A., 1997).
Ampulla kanalis superior dan lateral letaknya bersebelahan pada
masing-masing ujung anterolateralnya, sedangkan ampulla kanalis posterior
terletak dibawah dekat lantai vestibulum. Ujung kanalis superior dan inferior
yang tidak mempunyai ampulla bertemu dan bersatu membentuk crus
communis yang masuk vestibulum pada dinding posterior bagian tengah.
Ujung kanalis lateralis yang tidak memiliki ampulla masuk vestibulum
sedikit dibawah cruss communis (Ballenger, 1996).

134
Kanalis lateralis kedua telinga terletak pada bidang yang hampir sama
yaitu bidang miring ke bawah dan belakang dengan sudut 30 derajat
terhadap bidang horizontal bila orang berdiri. Kanalis lainnya letaknya tegak
lurus terhadap kanal ini sehingga kanalis superior sisi telinga kiri letaknya
hampir sejajar dengan posterior telinga kanan demikian pula dengan kanalis
posterior telinga kiri sejajar dengan kanalis superior teling kanan (Mills JH,
1998).
Koklea membentuk tabung ulir yang dilindungi oleh tulang dengan
panjang sekitar 35 mm dan terbagi atas skala vestibuli, skala media dan skala
timpani. Skala timpani dan skala vestibuli berisi cairan perilimfa dengan
+ +
konsentrasi K 4 mEq/l dan Na 139 mEq/l. Skala media berada dibagian
tengah, dibatasi oleh membran reissner, membran basilaris, lamina spiralis
+
dan dinding lateral, berisi cairan endolimfa dengan konsentrasi K 144 mEq/l
+
dan Na 13 mEq/l. Skala media mempunyai potensial positif (+ 80 mv) pada
saat istirahat dan berkurang secara perlahan dari basal ke apeks (Ballenger
JJ, 1996).
Organ corti terletak di membran basilaris yang lebarnya 0.12 mm di
bagian basal dan melebar sampai 0.5 mm di bagian apeks, berbentuk seperti
spiral. Beberapa komponen penting pada organ corti adalah sel rambut
dalam, sel rambut luar, sel penunjang Deiters.
Sel-sel rambut tersusun dalam 4 baris, yang terdiri dari 3 baris sel
rambut luar yang terletak lateral terhadap terowongan yang terbentuk oleh
pilar-pilar Corti, dan sebaris sel rambut dalam yang terletak di medial
terhadap terowongan. Sel rambut dalam yang berjumlah sekitar 3500 dan sel
rambut luar dengan jumlah 12000 berperan dalam merubah hantaran bunyi
dalam bentuk energi mekanik menjadi energi listrik (Ballenger JJ, 1996).

Fisiologi Pendengaran
Proses pendengaran terjadi mengikuti alur sebagai berikut:
gelombang suara mencapai membran tympani, membran tympani
bergetar menyebabkan tulang-tulang pendengaran bergetar. Tulang stapes
yang bergetar masuk-keluar dari tingkat oval menimbulkan getaran pada
perilymph di scala vestibuli. Karena luas permukaan membran tympani
22 x lebih besar dari luas tingkap oval, maka terjadi penguatan 15-22 x
pada tingkap oval.

135
Membran basilaris yang terletak dekat telinga tengah lebih pendek
dan kaku, akan bergetar bila ada getaran dengan nada rendah. Hal ini
dapat diibaratkan dengan senar gitar yang pendek dan tegang, akan
beresonansi dengan nada tinggi. Getaran yang bernada tinggi pada
perilymp scala vestibuli akan melintasi membrana vestibularis yang
terletak dekat ke telinga tengah. Sebaliknya nada rendah akan
menggetarkan bagian membrana basilaris di daerah apex. Getaran ini
kemudian akan turun ke perilymp scala tympani, kemudian keluar
melalui tingkap bulat ke telinga tengah untuk diredam.
Sewaktu membrana basilaris bergetar, rambut-rambut pada sel-sel rambut
bergetar terhadap membrana tectoria, hal ini menimbulkan suatu
potensial aksi yang akan berubah menjadi impuls. Impuls dijalarkan
melalui saraf otak statoacustikus (saraf pendengaran) ke medulla
oblongata kemudian ke colliculus Persepsi auditif terjadi setelah proses
sensori atau sensasi auditif. Sensori auditif diaktifkan oleh adanya
rangsang bunyi atau suara. Persepsi auditif berkaitan dengan kemampuan
otak untuk memproses dan menginterpretasikan berbagai bunyi atau
suara yang didengar oleh telinga. Kemampuan persepsi auditif yang baik
memungkinkan seorang anak dapat membedakan berbagai bunyi dengan
sumber, ritme, volume, dan pitch yang berbeda. Kemampuan ini sangat
berguna dalam proses belajar membaca. Persepsi auditif
mencakup kemampuan-kemampuan berikut :
1. Kesadaran fonologis yaitu kesadaran bahwa bahasa dapat dipecah ke
dalam kata, suku kata, dan fonem (bunyi huruf)
2. Diskriminasi auditif yaitu kemampuan mengingat perbedaan antara
bunyi-bunyi fonem dan mengidentifikasi kata-kata yang sama dengan
kata-kata yang berbeda
3. Ingatan (memori) auditif yaitu kemampuan untuk menyimpan dan
mengingat sesuatu yang didengar
4. Urutan auditif yaitu kemampuan mengingat urutan hal-hal yang
disampaikan secara lisan
5. Perpaduan auditif yaitu kemampuan memadukan elemen-elemen
fonem tunggal atau berbagai fonem menjadi suatu kata yang utuh.

Hambatan Persepsi Auditif


Hambatan persepsi auditif dapat terjadi sebagai bagian dari
auditory processing disorder (gangguan proses auditori) yang
penyebabnya belum diketahui secara pasti. Gangguan ini mungkin
disebabkan oleh adanya gangguan proses di otak atau berhubungan

136
dengan kondisikondisi lain seperti disleksia, Attention Defisit Disorder,
Autism Spectrum Disorder, gangguan bahasa spesifik, atau hambatan
perkembangan. Anak yang mengalami gangguan proses auditori biasanya
dapat mendengar suara (informasi bunyi) tetapi memiliki kesulitan untuk
memahami, menyimpan, menempatkan, mengemukakan kembali atau
menjelaskan informasi tersebut untuk kepentingan akademik maupun
sosial. Kesulitan dalam proses auditori dapat menghambat aktivitas anak
baik di rumah maupun di sekolah.
Hambatan persepsi auditif dapat mencakup beberapa hal seperti:
kesulitan menentukan figur dan latar bunyi
kesulitan mengingat (memori) bunyi
kesulitan diskriminasi bunyi
kesulitan untuk memperhatikan bunyi
kesulitan untuk proses kohesi (memadukan) bunyi
Beberapa ciri yang dimiliki anak dengan gangguan proses auditori
atau hambatan dalam persepsi
auditif:
 Respon yang tidak konsisten terhadap pembicaraan
 Sering meminta pengulangan kata-kata
 Sulit mendengar atau memperhatikan pada situasi yang ribut
 Sering salah mengerti terhadap apa yang dikatakan
 Memiliki ingatan yang kurang terhadap informasi yang disampaikan
secara verbal
 Sulit menentukan arah datangnya (sumber) bunyi
inferior otak tengah, thalamus dan cortex otak (temporalis) untuk
diinterpretasikan.

Latihan Soal
Jelaskan anatomi fisiologi sistem indera penglihatan, penciuman,
pendengaran dan pengecapan

137

Anda mungkin juga menyukai