Anda di halaman 1dari 5

:

. sadiidan

Hadirin sidang jumat yang dimuliakan Allah swt..
Melalui mimbar jumat yang mulia ini, khotib menyeru dan berwasiat kepada hadirin sholat
jumat dan kepada khotib sendiri untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan keimanan
dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Selain itu, diingatkan pula kepada kita semua untuk senantiasa mengungkapkan rasa syukur
kehadapan Allah SWT atas dimudahkannya kita untuk melangkahkan kaki-kaki kita menuju
rumah Allah dalam rangka menunaikan kewajiban diri sebagai seorang muslim ..yakni
melaksanakan kewajiban shalat jumat berjamaah...Kita mampu melaksanakan kewajiban
ini atas dasar nikmat keIslaman kita, nikmat keimanan yang ada pada kita dan nikmat
kesehatan ...dan itu semuanya sudah barang tentu berjalan dengan lancar atas izin dan
kehendak Allah swt.
Oleh karena itulah..sebagai pelaksanaan dari kebersyukuran kita atas karunia nikmat iman
dan islam serta kesehatan tersebut..kita lakukan ibadah-ibadah termasuk ibadah sholat
jum;at ini dengan penuh hidmat dan keikhlasan..berharap hanya kepada Allah..karena
sungguh hanya ibadah dari hamba yang bertaqwa, yang akan diterima oleh Allah SWT,
firmannya :


Artinya: Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa.(Qs alMaidah: 27)
Maasyirol muslimun jamaah jumat rohimakumullah
Derajat takwa adalah derajat utama yang dituju oleh umat Islam ketika mereka beribadah
kepada Allah swt dan menjalankan syariatnya dalam hidup ini. Namun, proses ke arah
derajat takwa itu memang tidak serta-merta terjadi pada diri kita. Predikat ketakwaan baru
akan diperoleh manakala antara keimanan dan kesilaman berada pada keseimbangan... baik

pada pemahaman dan amal yang benar. Oleh karenanya mengathui bagaimana cara agar
ketaqwaan kita senantiasa meningkat merupakan hal yang perlu untuk kita ketahui bersama.

Seperti yang pernah difirmankan oleh Allah tentang seorang Arab Badui yang mengaku
sudah beriman dan mengamalkan nilai-nilai Islam dalam hidupnya, tapi pengakuannya itu
ditampik oleh Rasulullah. Allah berfirman:


....
Artinya: Orang-orang Arab Badui berkata: Kami telah beriman (kepada Allah)
Katakanlah Hai Muhammad: Kalian belum beriman. Tapi katakanlah: Kami baru
berislam. Itu karena keimanan belum masuk ke dalam hati kalian.(Qs al-Hujurot: 14).
Maasyirol muslimun jamaah jumat rohimakumullah
Apabila kita saksikan fenomena keislaman kaum muslimin saat ini, terlihat masih ada
ketidaksesuaian antara apa yang dketahui, yakini dan amalkan. Sehingga tampak seolaholah amal ketaqwaan hanya terbatas berada ruangan-ruangan masjid dan pada momentum
tertentu saja. Di luar itu ketakwaannya mudah lepas, seperti lepasnya anak panah dari
busurnya. Bahkan yang sangat memprihatinkan lagi, karena pemahaman yang sempit akan
ketakwaan itu, sedikit demi sedikit rasa keislamannya itu mulai luntur dan terkelupas dari
dalam diri. Nauzubillah min zalik. Banyak factor yang menyebabkan hal ini terjadi.
Di antaranya adalah:
1.

Lemahnya pemahaman akan agama Islam, sehingga mudah terombang-ambing oleh


ajaran agama luar yang berlabel modern dan menjanjikan kebahagiaan itu.

2.

Kurang pandai dalam mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa yang terjadi di
sekitarnya. Bagi seorang muslim, segala peristiwa yang terjadi pasti memiliki hikmah dan
pelajaran sendiri yang kemudian dijadikannya sebagai pedoman untuk melangkah lebih
berhati-hati lagi.

3.

Minimnya kedekatan dengan al-Quran yang merupakan petunjuk hidup yang jelas dan
menjamin kebahagiaan. Berbagai kemiskinan, keterbelakangan dan imej yang menyudutkan
Islam dan umat Islam saat ini adalah sebab jauhnya kita dari ajaran al-Quran sehingga
mudah untuk dipermainkan oleh perubahan zaman dan musuh-musuh Islam.

4.

Banyaknya para ulama suu (ulama buruk) yang hanya mengejar kepentingan sesaat alias
oportunis.
Dan tentu, masih banyak lagi sebab-sebab lain yang menjadi faktor mengapa imej Islam
menjadi semakin buruk dan kaum muslimin semakin menjadi bulan-bulanan.
Hadirin sidang jumat yang dimuliakan Allah swt..

Dalam melaksanakan ajaran Islam dalam keseharian, pasti tidak luput dari berbagai macam
cobaan dan rintangan. Ini karena ada sebagian orang yang tidak menginginkan dinul Islam
terus berkembang dengan pesat, menjadi budaya positif dan kemaksiatan terkikis habis.
Proses amal menuju derajat ketakwaan memang naik menanjak. Berawal dari derajat Islam,
lalu iman, kemudian takwa dan selanjutnya adalah ihsanul amal (baik dalam beramal).
Ini seperti yang disabdakan Rasulullah saw tentang ihsan. Katanya:

Kamu beribadah kepada Allah swt seakan-akan kamu melihat-Nya. Maka jika kamu tidak
dapat melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia melihatmu.(HR.Muslim)
Diriwayatkan bahwa dahulu di zaman Rasulullah saw ada seorang sahabat yang bertanya
tentang ajaran Islam. Bagaimana pendapatmu jika aku shalat lima waktu, puasa di bulan
Ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram dan aku tidak
menambahkan lebih dari itu sedikitpun. Apakah aku bisa masuk surga? Beliau menjawab:
Ya.(HR. Muslim)
Dalam hadits juga disebutkan bahwa adalah seorang laki-laki yang bertanya kepada nabi
shallahu alaihi wasallam tentang shalat. Lalu nabi menjelaskan bahwa shalat itu ada lima
waktu. Ia bertanya lagi: Apakah aku harus mengerjakan yang lainnya? Beliau menjawab:
Tidak, kecuali yang sunnah-sunnah saja. Lalu laki-laki bertanya kembali tentang masalah
puasa, haji dan syariat Islam lainnya. Dan Rasulullah pun menjawab pertanyaannya itu.
Pada akhir hadits laki-laki itu berkata: Sungguh, aku tidak akan menambahnya dan tidak
menguranginya. Kemudian Rasulullah bilang: Orang itu akan beruntung jika ia benar
(dengan ucapannya itu). Dalam riwayat lain disebutkan: Jika ia berpegang teguh dengan
semua perintah itu, pasti ia masuk surga.(HR. Muslim pada Bab Iman).
Sebagai seorang muslim yang masih sangat awam dari memahami Islam secara sempurna
ini, kita bisa mencontoh pelajaran yang ada pada hadits di atas.

Hadirin sidang sholat yang dimuliakan Allah


Keislaman yang dinamis dan keislaman yang statis
Setidaknya ada yang harus kita petik pelajaran dari kisah seorang laki-laki di atas.
Keislaman yang melekat dan dimiliki oleh Arab Badui pada zaman Rasulullah saw dahulu
adalah keislaman dinamis, menggerakkan dan lahir dari ketulusan hati, kedalaman jiwa dan

keikhlasan yang penuh. Keislaman mereka dapat dengan mudah menjadi realitas keimanan
yang berwujud pada aplikasi riil karena kesiapan hati mereka untuk menerima dengan baik.
Tanpa ada keraguan dan kebimbangan sedikitpun. Walaupun untuk membuktikannya harus
mengorbankan jiwa dan raga sebagai saksinya. Islam memang tidak memilah kepada siapa
ia akan masuk menembus hati seorang manusia. Cahaya Islam akan masuk pada hati-hati
mereka yang sudah mengkondisikannya secara baik dan penuh keyakinan kepada Allah.
Berbeda sekali dengan kondisi keislaman umat Islam zaman sekarang yang penuh dengan
kepalsuan. Seringkali iman hanya sebagai sekedar pemoles bibir dan bahan pembicaraan
saja. Sementara realisasinya jauh buah dari pohonnya. Berbagai cobaan yang mendera saat
cukuplah menjadi bukti bahwa iman dan islam itu harus senantiasa diasa dan ditingkatkan.
Karena tidak ada rasa keimanan tanpa cobaan. Dan karena kesabaran adalah setengah
keimanan seperti halnya posisi kepala dari jasad. Keduanya akan selalu berdampingan.
Keduanya tidak mungkin terpisah dari yang lainnya, kalau tidak ingin disebut tubuh yang
normal. Demikianlah karakter iman dan kesabaran dalam menerapkan nilai-nilai Islam
dalam kehidupan ini. Iman yang dinamis bukanlah iman yang statis, yang sangat mudah
untuk dipermainkan oleh sepoi-sepoi hembusan rayuan syetan dan bisikan duniawi yang
manis menggoda.
Agar iman itu bisa tumbuh dan menjadi kuat, marilah kita simak 3 macam kategori sabar
dalam Islam seperti yang disebutkan oleh jumhur ulama:
1.

Sabar dalam melaksanakan ketaatan. ()


Melaksanakan ketaatan amat sangat membutuhkan asupan kesabaran. Betapa tidak?! Ketika
melakukan ibadah kita diharuskan untuk melakukannya sesuai dengan adab-adab dan
tuntunan rasulullah saw agar ia bisa diterima di sisi Allah. Seringkali dalam prakteknya,
banyak orang yang tergesa-gesa dalam melaksanakan suatu ibadah. Entah itu karena dikejarkejar waktu, teringat dengan kesibukan dunia, ada janji dan lain sebagainya hanya karena
baru teringat ketika ia melangsungkan ibadah tersebut. Padahal di situlah letak kesabaran
itu. Di tengah gangguan dunia, seorang muslim harus bersabar agar ibadah benar-benar
maksimal dan membekas pada akhlak dan perilaku usia melaksanakan ibadah.

2.

Sabar ketika menghadapi kemaksiatan ()


Kalau kesabaran ketika menjalankan ketaatan dengan cara sabar melakukannya, maka sabar
ketika menghadapi kemaksiatan justru sebaliknya. Seseorang harus meninggalkan apapun
bentuk larangan yang Allah peringatkan. Tapi, anehnya, umat Islam sekarang malah kurang
peduli dengan larangan-larangan Allah swt. Mereka tahu bahwa itu adalah dosa dan sebuah
kemaksiatan, tapi masih saja dilabrak dan dilanggar. Sementara ia mendengar nasehat agar
menjauhinya. Memang iman yang masih labil dapat dengan mudah goyah dan melemah,
sehingga bisa dengan mudah melanggar larangan Allah yang seharusnya dijauhi.

3.

Sabar ketika menghadapi ujian. () (

Allah menjadikan ujian dalam hidup ini bukan untuk menyusahkan manusia. Apalagi orang
beriman. Ketika musibah datang, sebenarnya Allah hendak menguji mereka dan menyaring
mereka agar keimanannya terbukti benar.
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda:

(
Orang itu diuji sesuai dengan tingkat keimanannya.
Allah juga berfirman:
..
Artinya: Allah tidak membebani suatu jiwa melainkan sesuai dengan kemampuannya..(Qs
al-Baqoroh: 286)
Karena dunia ini tidak akan pernah luput dari ujian dan cobaan, maka yang harus
dipersiapkan seorang muslim adalah pemahaman akan karakter ujian itu, yakni:
Pertama: Ujian adalah sunnatul hayah (hukum Allah dalam kehidupan) bagi manusia.
Kedua: Ujian bertujuan untuk membuktikan mana iman yang benar dan mana iman yang
palsu.
Hadirin sidang sholat jumat yang dimuliakan Allah..
Oleh karena itu di akhir zaman ini banyak sudah tanda-tandanya menegur manusia.
Siapapun dicoba oleh Allah sesuai dengan kadar imannya. Tujuannya agar kita sadar dan
kembali kepada ajaran Allah swt. Kembali kepada fitrah untuk mentaati Allah dan menjauhi
segala larangan-Nya.
Ini dengan harapan, semoga keimanan kita semakin mantap, keislaman kita semakin
sempurna dan amal kita diterima di sisi-Nya.
(




( (

..

Anda mungkin juga menyukai