Anda di halaman 1dari 10

Contoh Materi Teks Khutbah Idul Fitri Pilihan Yg Membuat Jamaah Menangis, Menyentuh Hati Tentang

Pribadi Muslim Yg Dicemaskan Rasulullah SAW

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar 3x

Allahu akbar kabiiraa, wal hamdu lillaahi katsiraa, wa subhaanallaahi bukrataw wa -ashiilaa, Laa ilaaha
illallaahu wahdahu, shadaqa wa’dah wa nashara 'abdahu wa a’azza jundahu wa hazamal ahzaaba
wahdahu. Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar, allaahu akbar wa lillaahil hamdu.

Alhamdulillah,

Alhamdulillahil maalikil qahhaar, ahmaduhu subhaanahu wa ta’aalaa niamin tatawaalaa kal amtaari wa
asy kuruhu mutaraadi fii fadlihil midwaari.

Asyhadu anlaa ilaaha illallaahu wahadahu laa syariikalahu syahadatan tunjii qaa-ilaha minan naari. Wa
asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rasuuluhun nabiyul mukhtaar laa nabiya ba’dah.

Allaahumma shalli wa sallim ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa’alaa -aalihi wa shahbihi ajma’iin. Amma
ba’du.

Fayaa ayyuhan naas : ittaqullaahu ta’aalaa wa’lamuu anna yaumakum haadzaa yaumun fadhiil. Wa’idun
syariifun jaliil. Rafa’alllahu ta’aalaa qadrahu wa adhaar.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu

Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat Ied yang dimuliakan Allah SWT

Dalam suasana yang berbahagia ini, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Agung dan Maha Kuasa. Dengan siraman rahmat dan karuniaNya kita dapat menyambut hari
yang agung ini, hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1438 H dengan tertib, aman, khidmat dan lancar.
Tumbuhnya rasa syukur dan bahagia ini terpancar nyata pada wajah-wajah kita sekalian kaum muslimin,
karena telah mampu memenuhi kewajiban ibadah shaum sebulan penuh disertai dengan qiyamu
ramadhan. Kita telah menyemarakakan suasana ramadhan dengan melaksanakan shalat tarawih
berjamaah, bertadarrus al-qur’an, beri’tikaf dan diakhiri dengan mengeluarkan zakat fitrah untuk
disampaikan kepada yang berhak menerimanya. Semuanya itu kita laksanakan atas dasar keimanan dan
keikhlasan semata-mata hanya mengharap ridha Allah SWT, tidak karena terpaksa dan tidak pula karena
dipaksa oleh yang lain.

Hal ini sesuai dengan ikrar yang senantiasa kita ucapkan: Radhiitu billaahi rabbaa, wa bil islaami diinaa,
wa bimuhammadin nabiyyaa wa rasuulaa. Artinya: Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai
agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi

Keridhaan dan kelapangan dada dalam menerima dan mengamalkan ajaran Islam ini sesungguhnya
merupakan indikasi bahwa hidayah Allah SWT telah dapat kita terima. Tetapi sebaliknya jika hati masih
merasa berat dalam menerima dan menerapkan ajaran islam, maka ini menunjukkan bahwa hidayah
Allah SWT belum dapat diterima secara sempurna.

Firman Allah SWT dalam alquran: Faman yuriidillaahu an yahdiyahu yasyrah shadrahu lil islaam. Wa man
yurid an yudillahu yaj’al shadrahu dhayyiqan harajaan, ka -annama yashsha’adu fissamaa-i. Kadzaalika
yaj’alul llahu rrijsa 'ala lladziina laa yu’minuun.

Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk
agama) islam. Dan barang siapa dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya
sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada
orang-orang yang tidak beriman. (QS. Al-an’am : 125)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu


Sejak tadi malam hingga pagi hari ini, kaum muslimin di seluruh dunia mulai dari ujung barat hingga
ujung timur, serentak mengucapkan takbir, tahmid dan tahlil sebagai pengakuan dan pernyataan bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah Yang maha Agung, karena semua manusia siapapun ia baik seorang
presiden, seorang raja, menteri, atau pejabat tinggi sekalipun adalah begitu lemah dan tak berdaya di
hadapan Allah SWT. Sebab jabatan dan kedudukan terhormat yang dimilikinya takkan kuasa
menolongnya manakala malaikat maut datang menjemput. Oleh karena itu, pada hari yang mulia ini
marilah kita curahkan segala perhatian kita untuk rukuk, sujud dan pasrah kepadaNya. Mudah-mudahan
kita senantiasa berada dalam lindungan dan rahmatnya.

Saudara-saudara Kaum Muslimin dan Muslimat sidang jamaah Ied yang dirahmati Allah SWT

Suara takbir, tahmid dan tahlil yang serempak diucapkan umat Islam di seluruh penjuru dunia,
membahana masuk ke dalam dada dan kalbu manusia, menyentuh relung terdalam sisi kemanusiaan
kita dan menumbuhkan kesadaran akan kemahaagungan Allah SWT.

Hari ini merupakan hari yang berbahagia bagi kita semua, khususnya bagi mereka yang telah tamat
berpuasa sebulan lamanya. Hal ini patut kita syukuri, karena tidak semua orang yang mengaku muslim
mampu dan mau melaksanakan kewajiban ini. Banyak orang yang berbadan kekar dan sehat tetapi tidak
mampu berpuasa. Sebaliknya, tidak sedikit orang yang fisiknya lemah, sudah tua dan sakit-sakitan tetapi
mampu dan sanggup melaksanakannya. Kemampuan ini sesungguhnya merupakan karunia dan hidayah
Allah kepada orang-orang yang dikehendakinya, yaitu orang-orang yang beriman.

Hari ini juga merupakan hari yang diberkahi, dimuliakan dan merupakan hari maghfirah (ampunan)
Allah. Untuk itu marilah kita masing-masing mengintrospeksi diri terhadap kesalahan dan dosa-dosa kita,
baik kepada sesama manusia maupun dosa kepada Allah SWT. Mudah-mudahan puasa yang telah kita
laksanakan sebulan lamanya menjadi wasilah untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu

Hadirin Kaum Muslimin dan Muslimat yang dirahmati Allah SWT!

Dalam upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepadaNya, dalam kesempatan ini tidak ada
salahnya bila kita sedikit mengenang serpihan kecil kisah tentang detik-detik terakhir menjelang
Rasulullah SAW wafat. Dengan harapan mudah-mudahan menjadi bahan pertimbangan dan pedoman
hidup kita masa kini dan untuk masa yang akan datang.

Baca Juga>Khutbah Jumat Matematika Kehidupan dan Hikmah Dibalik Musibah

>Teks Khutbah Jumat: Roda Kehidupan

>Pengertian Zuhud dan Tingkatan Zuhud dari Segi Kualitas

Pada kesempatan melaksanakan haji wada, Rasulullah SAW berkhotbah dan beliau menyinggung
tentang wahyu terakhir yang baru saja diterimanya dari Malikat Jibril. Rasulullah SAW mengatakan
bahwa Jibril tidak akan datang lagi menemuinya. Mendengar berita itu, para sahabat menjadi sangat
gembira sebab menganggap bahwa Islam telah sempurna. Sebaliknya, Abu Bakar justru tidak
memperlihatkan kegembiraan. Ia nampak sedih dan menahan duka yang mendalam. Saat itu juga ia
langsung pulang dan mengunci diri dalam kamar sambil menumpahkan segala kesedihannya.

Melihat Abu Bakar bersikap demikian, para sahabat cepat memburu ke rumahnya dan menanyakan
kepada Abu Bakar mengapa ia bersedih dan tidak menampakkan kegembiraan. Abu Bakar menjawab :
“Apakah kalian tidak tahu bahwa agama ini telah sempurna kata Rasulullah ? apakah kalian juga tidak
menyadari jika datang kesempurnaan itu pertanda akan datang kekurangan ? Tidakkah kalian sadari
bahwa hal itu merupakan isyarat bahwa tidak lama lagi Rasulullah bakal berpisah dengan kita selamanya
? Bila Rasulullah telah tiada, apa yang akan terjadi ? Tiada lain, akan muncul berbagai persoalan baru.
Sanggupkah kita mengatasi berbagaiU persoalan itu ? itulah yang aku pikirkan “ kata Abu Bakar panjang
lebar.

Mendengar perkataan Abu Bakar tersebut, para sahabat kemudian bergegas menemui Rasulullah SAW
dan bertanya : “Benarkah apa yang dikatakan Abu Bakar itu ya Rasul?” “Benar” jawab Rasulullah.
Mendengar jawaban tersebut, para sahabat tak kuasa menahan tangis. Mereka merasakan kesedihan
yang mendalam kareana akan ditinggalkan oleh manusia yang amat mereka cintai.

Betapa tidak, siang dan malam jiwa dan raga dipertaruhkan untuk melindungi keselamatan Rasulullah
SAW. Cinta mereka kepada nabinya melebihi segala-galanya. Mereka rela mempertaruhkan jiwa dan
raga hanya untuk melindungi keselamatan Rasulullah yang amat mereka cintai. Mereka ikhlas
memberikan harta kekayaan miliknya demi perjuangan menegakkan Islam. Sementara yang amat
mereka cintai itu kini berada di ambang kematian.
Tak lama setelah itu rasulullah pun sakit keras dan berada dalam keadaan kritis. Rasulullah saat itu
sangat tidak berdaya berada di pangkuan putrinya Siti Fatimah. Sesaat ketika malaikat maut
menjemput, Rasulullah SAW masih sempat berwasiat dengan ucapan : “Ummati, ummati, ummati
(Ummatku, ummatku, ummatku)”. Beliaupun kemudian menghembuskan nafasnya yang terakhir,
kembali ke haribaan yang menciptakannya. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’un.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu.

Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat ied rahimakumullah!

Dari ucapannya yang singkat itu, tampak seperti ada yang dicemaskan oleh Rasulullah SAW terhadap
ummat yang akan ditinggalkannya. Apa sebenarnya yang beliau risaukan? Apakah beliau kuatir
meninggalkan jabatan kenabiannya, meninggalkan harta kekayaan, meninggalkan istri-istri yang
mencintainya, ataukah beliau kuatir meninggalkan putra-putrinya? Tidak kaum muslimin.

Rasulullah tidak pernah cemas meninggalkan kedudukannya sebagai nabi dan rasul serta sebagai kepala
pemerintahan, sebab Rasulullah bukanlah orang yang haus akan jabatan dan kedudukan. Beliau justru
merisaukan ummatnya yang memegang jabatan dan kedudukan tertentu, karena kedudukan dan
jabatan terkadang menjadi penyebab putusnya tali silaturrahmi. Karena kedudukan, manusia bisa
melupakan Tuhannya; karena kedudukan, manusia berani menggadaikan akidahnya; karena kedudukan,
barang yang nyata-nyata haram dapat menjadi halal, judi dikemas menjadi sumbangan berhadiah,
prostitusi disulap sebagai panti pijat. Bahakan karena kedudukan pula terkadang manusia sampai hati
menjerumuskan saudaranya yang seiman.

Apakah Rasulullah cemas karena akan meninggalkan harta kekayaan? Tidak sama sekali. Sebab Nabi
sendiri bukanlah orang kaya. Bahkan beliau dikenal sebagai Abu Masaakin, bapaknya para fakir dan
miskin.

Yang dirisaukan Nabi SAW adalah ummatnya yang telah ditunggangi dan dikendaliakan oleh harta
kekayaan. Sehingga ada manusia yang hidup dan matinya semata-mata untuk memburu kekayaan, ia
tidak lagi ingat untuk beribadah kepada Allah SWT.
Rasulullah risau terhadap perilaku manusia yang kekenyangan sementara tetangganya berada dalam
kelaparan. Rasulullah pun risau kepada orang yang selalu bermasa bodoh terhadap saaudaranya yang
berada dalam kesusahan.

Rasulullah pun sangat kuatir meninggalkan orang yang mabuk kekayaan, yang dengan kekayaannya itu
ia sanggup membeli apa saja yang diinginkannya tanpa memperhatikan batasan halal dan haram.

Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat ied rahimakumullah!

Apakah Rasulullah bersedih karena akan meninggalkan istri-istrinya? Tidak. Karena beliau sangat
mengetahui dan percaya akan bakti dan kesetiaan istri-istrinya itu. Yang justru beliau risaukan adalah
para istri dan para wanita di akhir jaman nanti. Sebab banyak istri yang tidak lagi merasa berdosa apabila
berbuat kesalahan kepada suaminya. Ia merasa memiliki hak yang sama dalam segala hal dengan
suaminya, maka untuk keluar rumah pun, ia tidak lagi merasa perlu meminta ijin kepada suaminya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu

Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat ied rahimakumullah!

Pada hari ini, Allah SWT membukakan pintu taubat bagi siapa saja yang berimana dan bertakwa
kepadaNya. Melalui ibadah ramadhan, dosa kita kepada Allah akan terampuni. Tetapi kita tidak hanya
berbuat dosa kepada Allah semata, melainkan juga kepada sesama manusia. Dan Allah tidak akan
memberi ampunan sebelum kita meminta maaf kepada yang bersangkutan.

Oleh karena itu, selepas kita melaksanakan shalat Iedul Fithri ini, marilah kita kembali ke rumah masing-
masing dengan suasana gembira untuk saling memaafkan. Bersimpuhlah kita di hadapan kedua orang
tua untuk meminta maaf dan ridhanya, karena bagaimanapun banyaknya harta yang kita miliki,
betapapun tingginya pangkat dan jabatan serta berapapun banyak gelar yang tercantum di depan nama,
tidak akan ada artinya tanpa ridha dari kedua orang tua kita.
Mengapa kita diwajibkan untuk memuliakan ayah dan ibu. Rasanya tak cukup waktu untuk
menjawabnya. Namun secara ringkas dapat dijelaskan bahwa ibu telah mengandung kita sembilan bulan
lamanya, tak pernah merasa jengkel dan terbebani karena ada jabang bayi dalam perutnya. Ia bersih
dari pamrih, tak berharap balasan dari sang bayi yang dikandungnya itu. Sebaliknya, ibu akan merasa
bahagia jika anaknya merasakan kebahagiaan, dan ibu akan turut sedih dan susah jika anaknya
mengalami kesusahan. Sang ibu tak akan makan sebelum anaknya makan, dan tak akan berpakaian
bagus jika anaknya belum dibelikannya pakaian.

Pantaslah kiranya jika air mata kebahagiaan seorang ibu akan menjadi rahmat dan jaminan kebahagiaan
bagi anaknya. Sebaliknya, air mata kepedihan seorang ibu karena ulah sang anak, akan menjadi laknat
bagi kehidupan sang anak.

Jika ibu menjadi tumpuan hidup, maka ayah pun demikian. Keringat ayah siang dan malam membasahi
tubuh karena mencari bekal untuk hidup anak dan istrinya. Sang ayah akan merasa bangga jika anaknya
menjadi seoranag sarjana, sementara ia sendiri barangkali tak pernah menikmati bangku sekolah. Sang
ayah akan bahagia jika anaknya menjadi seorang yang kaya, meskipun ia sendiri hidup dalam gubuk
kemiskinan.

Pengorbanan seorang ayah juga tak ada tandingannya. Baginya tak ada istilah hina dalam menekuni
pekerjaan, demi agar sang anak menjadi manusia berguna. Akan tetapi sayangnya, ada sebagian orang
yang merasa rendah diri dan hina jika keadaan dan penampilan ayahnya tidak sehebat ayah temannya.
Padahal sang ayah sendiri tidak lagi perduli akan keadaan dirinya. Sang ayah tak lagi memperhatiakan
sehat dan sakit, asalkan anak dan istrinya dapat hidup dengan layak.

Jika kita hitung dengan penuh kesadaran, maka betapa ayah dan ibu telah mengorbankan segalanya
untuk hidup anaknya. Pantaslah jika kemudian Rasulullah SAW menggaariskan bahwa ridha dan laknat
Allah tergantung pada ridha ayah dan ibu. Sebagaimana sabda rasulullah SAW: Ridhallaahi fii ridhal
waalidayni. Wa sukhatul llahi fii sukhatil waalidayni. Artinya: Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan
ibu bapak, dan kebencianNya pun ada pada kebencian keduanya. (HR. Turmudzi)

Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat ied rahimakumullah!

Dengan saling memaafkan dalam merayakan idul fithri ini, kita akan kembali kepada fitrah kesucian.
Dosa-dosa yang kita miliki terhadap sesama manusia terhapuskan sudah, dan tercipta kembali suasana
kekeluargaan dan persaudaraan yang akan menentramkan batin. Dimana anak terisak dipangkuan orang
tuanya, suami istri merajut kembali cinta kasih yang mulai pudar, begitu pula sesama saudara, teman,
kerabat, tetangga dan relasi saling bertegur sapa menghidupkan kembali solidaritas dan kepekaan sosial
demi terciptanya ketentraman kehidupan keluarga dan masyarakat.

Mengakhiri Contoh Materi Teks Khutbah Idul Fitri Pilihan yang pertama ini, marilah kita syukuri nikmat
karunia Allah SWT kepada kita hari ini, dimana kita telah sampai dan dapat berlebaran dengan penuh
limpahan rahmat dan anugerahNya. Marilah pula kita panjatkan doa kehadirat Allah SWT, mengakui
segala kekurangan dan kelemahan kita sembari memohon ampun dan taubat atas segala dosa dan
kesalahan yang kita lakukan di masa-masa silam.

Aamin yaa rabbal 'aalamiin :

Allahumma ya Allah yang Maha Pengasih, kami hambaMu yang lemah dan kerapkali terpedaya bujukan
setan sehingga bergelimang dosa dan kesalahan, pagi ini di atas tikar dan sajadah, kami bersujud dan
bersimpuh di bawah duli kebesaran-Mu.

Wahai Tuhan sang Penguasa Alam Semesta, Wahai Yang Maha Suci, Wahai Yang Maha Bijaksana, kami
datang menghadap-Mu dengan wajah tertunduk malu seraya mengetuk pintu rahmat-Mu, memohon
ampun dan taubat-Mu atas segala dosa dan kehinaan pada diri kami. Telah banayak kekhilafan dan
kealpaan yang kami lakukan, seandainya Engkau tiada memaafkan kami, maka tentulah kami akan
termasuk golongan orang-orang yang merugi karena mendapat azab-Mu.

Allahumma ya Rabbi, ampunilah segala dosa dan kesalahan kedua orang tua kami, Ibu dan Bapak kami
yang telah mengasuh, mendidik dan membesarkan kami dengan segala kepayahan dan penderitaan.
Tanpa kami sadari ya Allah, begitu banyak dosa kedurhakaan yang kami perbuat kepada mereka. Begitu
sering kami menyakiti hati dan meneteskan air mata mereka. Sungguh begitu besar dosa dan kesalahan
kami kepada mereka. Karena itu ya Allah, ampunilah mereka, kasihanilah mereka, terimalah segala amal
bakti mereka dan tempatkanlah mereka di sisiMu sebagai golongan orang-orang yang beruntung.

Allahumma ya Azza wa Jalla, berikanlah kepada kami kekuatan lahir dan batin untuk menjalani sisa-sisa
kehidupan kami, agar kami dapat menjadi hamba-hambaMu yang pandai mensyukuri nikmat
karuniaMu, agar kami dapat senantiasa berserah diri dan berjuang di jalan yang Engkau ridhoi.

Allahumma ya Rahman ya Rahiim, besarkanlah kami ummat Islam sebagaimana besar dan agungnya hari
raya Idul Fithri ini, agar kami dapat senantiasa menegakkan kalimat : Laa ilaaha illallaahu di seluas
hamparan ciptaMu.

Amin ….. Amin …… Amin ….. yaa rabbal 'aalamiin


Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu

Khutbah Kedua;

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar 3x

Allaahu akbar kabiiraa, wal hamdu lillaahi katsiraa, wa subhaanallaahi bukrataw wa -ashiilaa. Laa ilaaha
illallaahu wahdahu, shadaqa wa’dah wa nashara 'abdahu wa -a'azza jundahu wa hazamal ahzaaba
wahdahu. Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar, allaahu akbar wa lillaahil hamdu.

Alhamdulillah,

Alhamdulillahil ladzii ja’alal a’yada bil afraahi was suruur. Wada’afa lil muttaqiina jadzilal ujuur.
Fasubhaana man harrama shaumahu wa aujaaba fitahu wa hadzdzara fiihi minal quruur. Ahmaduhu
subhaanahu wata’aalaa fahua ahaqqu mahmuudin wa ajallu masykuur.

Asyhadu anlaa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalahu, syahaadatan yasrahulllaahu lahaa lanash
shuduur. Wa -asyhadu anna sayyidanaa wanabiyyanaa Muhammadan 'abduhu wa rasuuluhu laa nabiya
ba’dah.

Allahumma shalli wa sallim 'alaa sayyidinaa Muhammadin wa’alaa -aalihi wa shahbihi shalaatan wa
salaaman daa-imaini mutalaazimaini ilaa yaumil ba’si wa nnusyuur.

Ammaa ba’du : fayaa ayyuhal muslimuuna wal muslimaat. Ittaqulllaahu ta’aalaa wa’lamuu anna
yaumakum haadzaa yaumun azhiim. Wa qaala ta’aala fii kitaabihil kariim : innallaaha wa malaa-ikatahu
yushalluuna 'alan nabiy, yaa ayyuhalladziina -aamanuu shalluu 'alaihi wa sallimuu tasliimaa.

Amin yaa rabbal alamiin :

Allaahummagfir lanaa waliwaalidayna wa li ikhwaaniina lladziina sabaquuna bil iimaan, walaa taj’al fii
quluubinaa ghillal lil lladziina aamanuu, rabbanaa innaka ra’uufur rahiim.

Allaahumma rabbanaa taqabbal minnaa, shalaatanaa washiyaamanaa, waqiyaamanaa, warukuu’anaa,


wasujuudanaa watakhasysyu’anaa wata’abbudanaa, watammim taqshiiranaa, yaa allaahu yaa allaahu
yaa allaahu yaa arhamar raahimiin.
Allaahumma rabbanaa innaka man tudkhilin naara faqad ahzaitah wa maa lidh dhaalimiina min anshaar.

Allaahumma rabbanaa innanaa sami’naa munaadiyay yunaadii lil iimaani an aaminuu birabbikum fa-
aamannaa.

Allaahumma rabbanaa faghfirlanaa dzunuubanaa wa kaffir 'annaa sayyi-aatina wa tawaffanaa ma’al


abraar.

Allaahumma rabbanaa wa -aatina maa wa’adtana 'alaa rusulika walaa tukhzina yaumal qiyaamati innaka
laa tukhliful mii’aad.

Allaahumma rabbanaa dhalamnaa anfusanaa wa illam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakuunannaa minal


khaasiriin

Allahumma rabbanaa aatina fiddunyaa hasanah wa fil aakhirati hasanataw waqinaa 'adzaaban naar..

Amin ….. Amin …… Amin ….. yaa rabbal aalamiin

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu

Anda mungkin juga menyukai