Anda di halaman 1dari 9

Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah

Marilah kita senantiasa mengungkapkan rasa terima-kasih kepada Allah SWT semata.
Allah telah melimpahkan kepada kita sedemikian banyak ni’mat. Jauh lebih banyak
ni’mat yang telah kita terima dibandingkan kesadaran dan kesanggupan kita untuk
bersyukur. Di antaranya, marilah kita ber-terimakasih kepada-Nya atas ni’mat yang
paling istimewa yang telah kita terima selama ini, padahal tidak semua manusia
memperolehnya. Dan terkadang kitapun bertanya-tanya mengapa kita termasuk yang
memperolehnya? Itulah ni’mat iman dan Islam, yang dengannya hidup kita menjadi
jelas, terarah dan berma’na.

Sesudah itu, marilah kita ber-terimakasih pula kepada Allahu ta’ala atas limpahan
ni’mat sehat-wal’aafiat. Ni’mat yang memudahkan dan melancarkan segenap urusan
hidup kita di dunia. Semoga kesehatan kita kian hari kian mendekatkan diri dengan
Allahu ta’ala. Dan semoga saudara-saudara kita yang sedang diuji Allah melalui aneka
jenis penyakit sanggup bersabar menghadapi penderitaannya… bersama keluarga
yang mengurusnya, sehingga kesabaran itu mengubah penyakit mereka menjadi
penghapus dosa dan kesalahan. Amien, amien ya rabbal ‘aalamien.

Selanjutnya khotib mengajak jamaah sekalian untuk senantiasa berdoa kepada Allah
swt agar Dia melimpahkan setinggi-tingginya penghargaan dan penghormatan, yang
biasa kita kenal dengan istilah sholawat dan salam-sejahtera kepada pemimpin kita
bersama, teladan kita bersama…imamul muttaqin pemimpin orang-orang bertaqwa dan
qaa-idil mujahidin panglima para mujahid yang sebenar-benarnya nabiyullah
Muhammad Sallalahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para shohabatnya dan para
pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dan kita berdo’a kepada Allah swt,
semoga kita yang hadir di tempat yang baik ini dipandang Allah swt layak dihimpun
bersama mereka dalam kafilah panjang penuh berkah. Amien, amien ya rabbal
‘aalaamien.

Kita baru saja meninggalkan suatu bulan amat mulia, bulan rahmat-keampunan yang
membuahkan taqwa dan mengembalikan fitrah. Bulan ujian kesabaran-ujian tenggang
rasa-solidaritas, bulan dosa diampuni, kesalahan dimaafkan dan kotoran dicuci. Bulan
di dalamnya terdapat suatu malam nilainya lebih baik dari seribu bulan. Bulan penuh
berkah dan janji dijauhkan dari api neraka. Bulan yang disebut oleh Ulama Yusuf al-
Qardhawy hafizhohullah sebagai madrasah mutamaiyyizah atau lembaga pendidikan
istimewa bagi orang beriman. Mudah-mudahan kita semua termasuk golongan hamba-
hamba Allah yang berhasil lulus menjadi muttaqin. Amiin…

Kaum muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah,

Bulan Ramadhan merupakan musim ketaatan atau maushimut-thoah. Setiap tahun di


bulan Ramadhan umat Islam di seantero dunia mengalami transformasi penampilan.
Yang biasanya di luar bulan Ramadhan jarang sholat ke masjid, tiba-tiba mendapati
dirinya mengayunkan langkah kaki dengan ringannya ke masjid, musholla atau surau.
Itulah sebabnya kita temui masjid lebih semarak di bulan suci tersebut.
Yang biasanya di luar bulan Ramadhan terasa berat untuk ber-infaq atau mengeluarkan
sedekah, tiba-tiba mendapati diri menjadi dermawan dengan merogoh kantong atau
membuka dompet membagi sebagian rizqi kepada fihak lain yang membutuhkan.

Muslimah yang biasanya di luar bulan Ramadhan tidak pernah peduli menutup aurat
tubuhnya, seketika dengan semangat menampilkan dirinya berjilbab tiap kali berjumpa
dengan lelaki yang bukan muhrimnya di bulan penuh rahmat tersebut.

Benarlah Rasulullah saw ketika bersabda: “Bilamana tiba bulan Ramadhan pintu-pintu
rahmat (surga) dibuka lebar-lebar, pintu-pintu jahannam ditutup rapat-rapat dan para
syetan dibelenggu.” (HR Bukhary-Muslim)

Kami menjadi saksi, ya Allah, benarnya ucapan Nabi-Mu saw di akhir zaman ini. Kami
membukitikan bahwa setiap Ramadhan datang umat Islam mengalami peningkatan
gairah ketaatan, ketaqwaan dan perbuatan ma’ruf. Dan sebaliknya terjadi penurunan
kadar kemaksiatan, kekufuran dan munkar. Pantaslah bilamana seorang mu’min sejati
sangat menginginkan andai Ramadhan berlangsung sepanjang tahun. Ya Allah,
saksikanlah, betapa sedihnya kami berpisah dengan bulan agung lagi penuh berkah ini.
Ya Allah, kami sangat ingin menyaksikan masjid-masjid kami menjadi penuh

dan semarak sepanjang tahun, diri-diri kami menjadi dermawan dan cinta memberi
kepada kaum dhuafa, fuqara wal-masaakin sepanjang tahun serta saudara-saudara
muslimat kami berjilbab dengan anggunnya sepanjang tahun. ”

Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah

Sepanjang perjalanan zaman Allah SWT senantiasa memperlihatkan sifat-sifat


utamanya, yakni Ar-Rahman (Maha Pengasih) dan Ar-Rahim (Maha Penyayang). Tidak
pernah sesaatpun Allah Ta’ala biarkan umat manusia hidup di dunia dalam kegelapan
dan ketidak-jelasan. Allah Ta’ala selalu memberikan petunjuk dan bimbingan-Nya
kepada hamba-hambaNya. Allah Ta’ala mewujudkan hal ini melalui pengiriman para
utusan-Nya di setiap kelompok umat manusia di sepanjang zaman.

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan),
"Sembahlah Allah (semata), dan jauhilah Thaghut (Syaithan) itu” (QS An-Nahl ayat 36)

Tidak ada seorang Nabi ataupun Rasul yang diutus Allah Ta’ala kepada ummat
manusia bersuku-bangsa apapun sepanjang zaman kapanpun di negeri manapun,
kecuali beliau pasti menyampaikan seruan abadi yang seragam tersebut: “Sembahlah
Allah (semata) dan jauhilah Thaghut (Syaithan) itu.

Demikianlah seruan yang disampaikan oleh Nabi Adam as kepada ummatnya, Nabi
Nuh as kepada umatnya, Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as serta Nabi Isa as kepada
masing-masing ummat mereka. Bahkan segenap Nabiyullah -yang 25 namanya
diperkenalkan Allah Ta’ala kepada kita di dalam Al-Qur’an maupun yang lainnya yang
kita tidak tahu nama-nama mereka tetapi dikatakan oleh para ulama jumlah mereka
mungkin mencapai 124. 000 itu- semuanya juga telah menyampaikan seruan abadi
tersebut.

Hingga tibalah giliran utusan Allah Ta’ala yang terakhir yakni Nabiyullah Muhammad
saw. Beliau merupakan penutup dari rangkaian para Nabi dan Rasul ‘alaihimus-salaam.

Muhammad itu sekali-kali bukanlah ayah dari seorang lelaki di antara kalian, tetapi ia
adalah Rasul Allah dan Penutup Nabi-Nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.” (QS Al-Ahzab ayat 40)

Berarti kesimpulannya ialah:

1. Karena Nabi Muhammad saw merupakan Penutup para Nabi, berarti tidak bakal ada
lagi Nabi setelahnya yang diutus Allah Ta’ala untuk membawa ajaran baru bagi
ummat manusia

2. Barangsiapa yang lahir dan hidup setelah diutusnya Nabi Muhammad saw (Penutup
para Nabi) pantas dijuluki sebagai Ummat Muhammad saw, baik ia muslim maupun
kafir

3. Ummat Muhammad saw merupakan Penutup Para Ummat atau Ummat Akhir Zaman
yang dipimpin oleh Nabi Akhir Zaman. So, we are the last of mankind living in the
end of time/*. Kita adalah sisa-sisa terakhir ummat manusia menjalani hidup di ujung
parjalanan zaman.

4. Kalaupun aqidah iman-Islam kita mengajarkan bahwa kelak di akhir zaman akan
diturunkan seorang Nabiyullah yang selama ini dipelihara Allah Ta’ala di langit
selama ribuan tahun, yakni Nabi Isa Al-Masih putra Maryam as, maka itu bukan
berarti ia akan datang membawa ajaran baru. Bahkan kehadirannya kelak adalah
sebagai pengikut & pengokoh ajaran Nabi Muhammad saw. Ia akan mengajak ahli-
kitab, kaum Yahudi dan Nasrani untuk memeluk ajaran Nabi Muhammad saw,
ajaran Islam. Sebab semua Nabi dan Rasul para utusan Allah pada hakikatnya
selalu mengajak manusia kepada ajaran Islam Tauhid, yaitu mengesakan Allah
Ta’ala semata.

Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah

Kesadaran bahwa kita merupakan Ummat Akhir Zaman atau The Last of Mankind
Living in the End of Time merupakan perkara penting. Sebab hal ini akan membawa
kita pada keyakinan bahwa Hari Akhir telah dekat kedatangannya. Bahkan Allah Ta’ala
berfirman sebagai berikut:

"Manusia bertanya kepadamu tentang hari akhir. Katakanlah, “"Sesungguhnya


pengetahuan tentang hari akhir itu hanya di sisi Allah."
“Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari akhir itu sudah dekat waktunya.”
(QS Al-Ahzab 63)

“Dan Rasulullah saw sendiri bersabda: Aku diutus sebelum kedatangan Hari Akhir
sebagaimana jari telunjuk ini mendahului jari tengahku.” (HR Muslim 4141)

Saudaraku, sudahkah kita mempersiapkan diri untuk menghadapinya? Bila Hari Akhir
sudah dekat waktunya -bahkan semenjak diutusnya Nabi Muhammad saw 15 abad
yang lalu- pantaslah Allah Ta’ala menyuruh kita mempersiapkan diri menghadapi hari
esok yang perintahnya diletakkan di antara dua kali penyebutan perintah bertaqwa
kepadaNya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan _hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertaqwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS AlHasyr
ayat 18)

Ya Allah, jadikanlah ibadah shiyam dan qiyam Ramadhan kami benar-benar


menghasilkan taqwa yang memadai untuk membekali kami menghadapi anda demi
tanda Akhir Zaman yang terus berdatangan. Kami sadar bahwa semakin mendekati
Hari Akhir tentunya ujian dan fitnah yang datang akan kian berat. Yaa muuqallibal-
quluub tsabbit quluubanaa ‘ala diinika. Ya Allah Yang membolak-balikkan hati,
teguhkanlah hati kami di atas ajaranMu.

Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah

Rasulullah saw menjelaskan kepada kita sejak 15 abad yang lalu bahwa Ummat Islam
yang hidup di Era Akhir Zaman ini akan mengalami perjalanan sejarah yang
mengandung lima babak.

(1) Babak Kenabian akan berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah
kehendaki kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk
mencabutnya.

(2) Kemudian babak keKhalifahan yang mengikuti pola (manhaj) Kenabianberlangsung


di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki kemudian Allah mencabutnya
jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.

(3) Kemudian babak Raja-raja yang menggigit berlangsung di tengah kalian selama
masa yang Allah kehendaki kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki
untuk mencabutnya.

(4) Kemudian babak Raja-raja yang memaksakan kehendak(para diktator)berlangsung


di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki kemudian Allah mencabutnya
jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.
(5) Kemudian babak keKhalifahan yang mengikuti pola (manhaj) Kenabian kemudian
Nabi diam.” (HR Ahmad 17680)

Hadits ini menguraikan Ringkasan Perjalanan Sejarah Ummat Islam yang terdiri dari
lima babak sebagai berikut:

Babak I= Kenabian

Babak II= Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian

Babak III= Raja-raja yang Menggigit

Babak IV= Raja-raja yang Memaksakan kehendak (diktator)

Babak V= Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian

Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah

Babak pertama atau babak Kenabian adalah masa di mana ummat Islam langsung
dipimpin oleh Nabiyullah Muhammad saw secara langsung. Babak ini berlangsung
singkat yaitu 23 tahun (13 tahun Sebelum Hijrah hingga 10 Hijriah), tidak sampai
seperempat abad lamanya. Tetapi ia merupakan masa yang singkat namun diberkahi
Allah Ta’ala. Ketika Nabi saw baru diutus pada usia 40 tahun jazirah Arab sedang
tenggelam di dalam nilai-nilai zhulumat al-jaahiliyyah (kegelapan nilai-nilai jahiliah).
Sementara tatkala Nabi saw wafat pada usia 63 tahun telah terjadi transformasi sosial
secara total sehingga jazirah Arab menjadi bersinar di bawah naungan Nurul Islam
(Cahaya Ajaran Allah Ta’ala Al-Islam). SubhaanAllah

Babak pertama sudah berlalu, saudaraku.

Babak kedua atau babak Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian adalah masa
di mana setelah wafatnya Nabi Muhammad saw ummat dipimpin oleh para sahabat
mulia yang dijuluki Khulafaa Ar-Rasyidin (para khalifah yang jujur, adil dan istiqomah
mengikuti Allah dan RasulNya). Masa ini ditandai kepemimpinan sahabat-sahabat
utama, yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Al-Khattab, Ustman bin ‘Affan dan Ali
bin Abi Tholib radhiyAllahu ‘anhum ajmaa’iin (semoga Allah meridhai keempatnya tanpa
kecuali). Babak ini juga berlangsung singkat yaitu 30 tahun (tahun 10 H hingga 40 H),
seperempat abad lebih sebagaimana prediksi Nabiyullah Muhammad saw: “Era Al-
Khilafah di dalam ummatku berlangsung tugapuluh tahun, kemudian sesudah itu
muncullah era kerajaan demi kerajaan. ” (HR At-Tirmidzi 2152)

Babak kedua sudah berlalu, saudaraku.

Kemudian muncullah babak ketiga atau babak kepemimpinan Raja-raja yang Menggigit.
Ia adalah masa di mana ummat Islam dipimpin dengan pola kerajaan selama masa
yang cukup lama yaitu sejak tahun 40 H hingga tahun 1342 H atau sekitar 14 abad,
tepatnya selama 1302 tahun. Babak ini terutama ditandai dengan berdirinya tiga
kerajaan Islam besar-besar yaitu Daulat Bani Umayyah lalu Daulat Bani Abbasiyyah
kemudian Kesultanan Utsmani Turki yang di dalam berbagai kitab sejarah dunia (barat)
lebih dikenal dengan The Ottoman Empire.

Mengapa pada masa ini para pemimpin ummat dijuluki oleh Nabiyullah Muhammad saw
sebagai “para raja yang menggigit”, padahal ummat masih menyebut mereka sebagai
khalifah, institusi negara Islam masih bernama khilafah dan Al-Qur’an serta Sunnah
Nabi saw masih dijunjung tinggi? Karena ketika itu suksesi pergantian kepemimpinan
seorang khalifah kepada khalifah berikutnya menggunakan pola keturunan alias pola
kerajaan. Sementara disebut “menggigit” karena para raja tersebut “menggigit” Al-
Qur’an dan Sunnah, turun sedikit kualitasnya dibandingkan babak sebelumnya di mana
para Khulafaa Ar-Rasyidin “menggenggam” Al-Qur’an dan Sunnah secara kuat dan
mantap. Oleh karenanya, babak ketiga ini jelas babak yang lebih buruk daripada babak
kedua. Namun ia masih jauh lebih baik daripada babak keempat, sebab setidaknya ia
masih mampu memelihara ummat Islam berada di dalam satu kesatuan Jama’atul
Muslimin yang tunggal dengan wilayah geografis Daulah Islamiyyah yang tunggal serta
kepemimpinan yang memiliki otoritas tunggal. Pada masa ini tidak ditemukan kasus
perbedaan penetapan tanggal jatuhnya hari Raya Idul Fitri, karena masih ada Final
Decision Maker yang menyelesaikan berbagai perbedaan hasil ru’yatul hilal yang
muncul di tengah ummat. Laa haula wa laa quwwata illa billah.

Babak ketigapun sudah berlalu dan menjadi sejarah, saudaraku.

Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah

Setelah perjalanan sejarah Ummat Islam melalui babak pertama, kedua dan ketiga,
maka Nabiyullah Muhammad saw selanjutnya memberitakan akan datangnya babak
keempat yaitu babak kepemimpinan Raja-raja yang memaksakan kehendak(para
diktator). Ini adalah babak yang diawali semenjak runtuhnya kekhalifahan kesultanan
Ustmani Turki pada tahun 1924 atau 1342 H. Babak ini ditandai dengan runtuhnya
kesatuan Ummat Islam dengan kesatuan wilayah dan kepemimpinannya. Ummat Islam
menjalani kehidupan laksana anak-anak ayam kehilangan induk. Dunia Islam terurai
menjadi kepingan-kepingan negeri yang memiliki arah dan sistem beraneka jenis yang
pada umumnya jauh dari arah dan sistem Islam. Mulailah dunia memiliki para pemimpin
dan penguasa yang memaksakan kehendak seraya mengabaikan kehendak Allah dan
RasulNya. Nasionalisme dan sekularisme menjadi dominan pada tataran kehidupan
sosial-kemasyarakatan, sementara identitas dan ideologi Islam cenderung dilokalisasi
pada tataran kehidupan individual semata.

Pada babak keempat ummat Islam menjalani the darkest ages of the Islamic history
(masa paling kelam dalam sejarah Islam). Ini sudah merupakan skenario Ilahi dalam
rangka menyadarkan kita akan benarnya firman Allah Ta’ala sebagai berikut: “Jika
kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun
(pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan
kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)
…” (QS Ali Imran ayat 140)

Ada harinya orang-orang beriman mengalami kejayaan dan memiliki peradaban yang
kuat, sementara ada harinya mereka merasakan kekalahan, keterpurukan dan ketidak-
jelasan peradaban. Ada pula harinya orang-orang kafir berjaya, memiliki peradaban
bahkan berlaku semena-mena dan ada harinya mereka keok, kalah serta tidak berdaya
menyebarluaskan budaya maksiat dan kekufurannya. Itulah sunnatullah yang mesti
berlaku dalam kehidupan di dunia yang fana ini.

Yang penting bagi kita adalah setelah menyadari kita berada pada posisi terpuruk
sekarang ini seyogyanya kita bersungguh-sungguh memelihara kesabaran dan
konsistensi (istiqomah) dalam menjalankan kehidupan berpandukan ajaran Islam. Kita
tidak mungkin banyak berharap dalam situasi di mana para sedang merajalela
menguasai dunia dewasa ini. Kondisi ini bahkan telah dinubuwwahkan oleh Rasulullah
saw melalui berbagai Tanda-tanda Akhir Zaman yang begitu banyak bermunculan di
era kita sekarang ini.

Bahkan jika kita cermati hadits mengenai perjalanan sejarah Ummat Islam riwayat
Imam Ahmad di atas sudah sepatutnya kita mengembangkan optimismeselain sabar
dan istiqomah- karena babak keempat bukanlah babak final perjalanan nasib ummat
Islam. Masih ada satu babak lagi yang perlu dijemput oleh ummat Islam. Itulah babak
kelima di mana bakal tegak kembali era kepemimpinan orang-orang sekaliber Abu
Bakar, Umar, Ustman dan Ali, yaitu Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian.
Suatu era yang barangkali tidak terbayangkan bagi siapapun yang telah begitu dahsyat
terperangkap dalam kesenangan menipu babak keempat sekarang ini. Era yang sudah
pasti dinantikan oleh setiap muslim-mu’min yang merindukan tegakknya keadilan dan
kejujuran hakiki.

Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah

Marilah kita persiapkan diri seoptimal mungkin untuk menghadapi babak final, babak
kelima tersebut. Mari kita kenali, fahami dan persiapkan diri menghadapi Tanda-tanda
Akhir Zaman yang bakal memenuhi panggung sandiwara dunia di masa peralihan
babak keempat menuju babak kelima Ummat Akhir Zaman ini. Pastikan keberfihakan
kita kepada Imam Mahdi dan Nabiyullah Isa Al-Masih as. Pastikan penolakan kita
masuk ke dalam pasukan para penguasa diktator babak keempat apalagi ke dalam
pasukan Dajjal, fitnah terbesar di Akhir Zaman kata Nabi saw.

Ibarat sebuah film, dunia saat ini telah berada pada episode menjelang The End.
Bayangkan, sudahlah kita dijuluki Ummat Akhir Zaman, lalu dari lima babak perjalanan
Ummat Akhir Zaman yang beriman ini, kita berada di babak keempat pula. Berarti, kita
wajib mempersiapkan diri menyongsong babak final Akhir Zaman. Masa transisi dari
babak keempat menuju babak kelima kata Nabi saw bakal diwarnai banyak ujian dan
fitnah yang kian menghebat sehingga sebagian ulama menyebutnya sebagai era Huru-
hara Akhir Zaman.
Tidak ada sutradara manapun yang menulis skenario untuk mengecewakan para
penonton. Sutradara selalu memastikan bahwa jagoan atau the Good Guys keluar
sebagai pemenang atas para penjahat (the Bad Guys). SubhaanAllah, apalagi Allah
Ta’ala, sebaik-baiknya Penulis Skenario. Pastilah Allah berrencana memenangkan
tentaraNya atas tentara Dajjal atau hizbusy-syaithan.

Namun, sebagaimana semua film pada umumnya, mustahil jagoan menang sebelum
melalui episode yang paling seru dan dahsyat. Artinya, mustahil babak kelima akan
datang bila Ummat Islam berharap mencapainya sekedar dengan berjalan melalui
taman-taman bunga. Sudah sewajarnya bilamana peralihan babak keempat menuju
babak kelima melewati bukit-bukit berbatu dan jurang-jurang curam diwarnai deraian
airmata bahkan sangat mungkin bersimbah darah. Sebab mustahil para penguasa
diktator babak keempat akan menyerahkan begitu saja kepemimpinan kepada orang-
orang beriman dan beramal sholeh kecuali melalui sebuah perlawanan yang keras.
Satu hal

yang pasti, masa transisi itu mustahil sekedar melalui meja perundingan, apalagi
sekedar melalui permainan pertarungan “kotak suara”.

Wallahu ‘alam bish-shawwaab.

DOA

"Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah
bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)." (QS 18:10)

"Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman
lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami
terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha
Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS 9:10)

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan
sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat
dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). " (QS 3:8)

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa. ” (QS 25:74)

“Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-
lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami
terhadap kaum yang kafir. ” (QS 3:147)

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana
Engkau bebankan kepada orang-orang yang ebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma`aflah
kami; ampunilah kami; dan

rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang
kafir. ” (QS 2:286)

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka,
maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim
seorang penolongpun. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang
menyeru kepada iman (yaitu), "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu", maka kamipun
beriman. Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari
kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang
berbakti. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami
dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari
kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji. ” (QS 3:192-194)

Anda mungkin juga menyukai