Anda di halaman 1dari 4

Ahibbati fillah rahimani warahimakumullah, kaum muslimin wal muslimat yang

semoga dimuliakan Allah. Sangat pantas dan bahkan wajib bagi kita untuk senantiasa
memanjatkan rasa syukur ke hadirat Allah azza wajalla, atas berbagai limpahan nikmat dan taufik-
Nya kepada kita, terutama nikmat kesehatan dan kekuatan sehingga kita mampu menjalankan
berbagai aktifitas mulia di bulan yang penuh barakah ini, serta nikmat taufik yang dengannya Allah
mudahkan langkah kita dalam menjalankan berbagai ketaatan.
Ikhwani wa akhwati fillah, kita tengah dinaungi oleh bulan yang mulia sekaligus sebuah
momen yang agung, karena di bulan tersebut Allah berjanji akan melipatgandakan pahala serta
mencurahkan berbagai keutamaan dari sisi-Nya, demikianpula Allah akan bukakan seluas-luasnya
pintu-pintu kebaikan bagi para perindu surga. Suatu bulan yang bertabur kebaikan dan penuh
dengan barakah. Bulan tersebut tidak lain adalah bulan yang Allah sebutkan di dalam firman-
Nya:“Bulan Ramadhan, yang di dalamnya Allah menurunkan al Qur’an sebagai petunjuk bagi
umat manusia dan penjelasan-penjelasan terkait petunjuk-petunjuk tersebut serta pembeda antara
kebenaran dengan kebatilan”
Bulan yang diliputi rahmat, ampunan serta pembebasan dari neraka. Disebutkan bahwa
Ramadhan adalah bulan yang diawali dengan rahmat dari Allah, pertengahannya adalah ampunan
dan diakhiri dengan pembebasan dari neraka. Karena itulah, banyak sekali riwayat-riwayat dari
Rasul yang sampai kepada kita terkait keutamaan-keutamaan bulan tersebut, di antaranya yang
sering kita dengar adalah hadits Abu Hurairah yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim
di dalam shahih keduanya, kata Nabi: “Apabila bulan Ramadhan telah tiba, maka pintu-pintu
surga akan dibuka dan pintu-pintu neraka akan ditutup, serta para syaitan akan dibelenggu.” Ada
dua sebab mengapa disebutkan secara khusus bahwa pintu-pintu surga dibuka pada bulan
Ramadhan, yang pertama karena banyaknya jenis amal shalih yang siap dilipatgandakan pahalanya
oleh Allah dan yang kedua sebagai dorongan agar kita senantiasa bersemangat untuk mengerjakan
amalan-amalan shalih tersebut. Dan disebutkan pula secara khusus bahwa pintu-pintu neraka
ditutup, disebabkan karena sedikitnya pelaku maksiat dari kalangan orang-orang yang masih
memiliki iman di dalam hati mereka.
Ayyuhal hadhirun, a’azzaniyallahu waiyyakum. Kita ketahui bersama bahwa Allah
telah berjanji akan menguji para hamba-Nya, dengan kesenangan dan kesulitan, demikianpula
Allah akan menguji mereka dengan sedikit rasa takut, kelaparan, serta berkurangnya harta benda,
meninggalnya orang-orang terdekat dan berkurangnya buah-buahan. Sebagaimana yang termaktub
di dalam firman-Nya: “Walanabluwannakum bisyai’in minal khaufi wal ju’i wanaqshin minal
amwali wal anfusi wats tsamarat” kemudian setelah menyampaikan janji tersebut, Allah
melanjutkan firman-Nya: “Wabasysyiris shabirin. Alladzina idza ashabathum mushibatun qalu
inna lillahi wainna ilaihi raji’un” maka berilah kabar gembira wahai Rasul, kepada mereka yang
mau bersabar, yaitu orang-orang yang apabila mereka tertimpa musibah, mereka mengatakan
“sesungguhnya kami ini milik Allah, dan kepadanyalah kita akan Kembali”
Maka menjadi sebuah kepastian yang tidak bisa dihindari, bahwa adakalanya kesempitan
dan kesulitan hidup itu menghampiri kita, siang dan malam berbagai masalah dan musibah itu
datang silih berganti seolah tanpa jeda, tetapi yakinlah bahwa itu semua merupakan salah satu cara
Allah untuk mengetahui siapa di antara kita yang bersabar sehingga Allah akan mengganjarnya
dengan kesempurnaan pahala yang tidak terbatas, sebagaimana janji Allah di dalam firman-Nya:
“Innama yuwaffas shabiruna ajrahum bighairi hisab” hanya orang-orang bersabarlah yang akan
disempurnakan pahala mereka tanpa batas. Janji dari Allah, Dzat Yang tidak pernah mengingkari
janji-Nya, berupa pahala yang tidak terbatas telah disediakan untuk mereka yang mau bertahan
dalam menelan pil pahit bernama kesabaran.
Kaum muslimin yang saya muliakan, dibalik janji itu semua bukan berarti Allah
meninggalkan kita begitu saja menghadapi segenap ujian tersebut, lantas memaksa kita untuk
bersabar menghadapinya, namun Allah juga menawarkan sebuah solusi sekaligus hiburan bagi kita
tatkala musibah itu menimpa. Sebuah solusi yang akan meringankan beban bagi hati kita serta
menghiburnya agar kembali bersemangat, bahkan lebih dari itu, dengan atau tanpa adanya
musibah, kita semua benar-benar membutuhkannya. Solusi itu tidak lain adalah Tasbih kepada
Allah Azza wajalla. Allah berfirman kepada nabi-Nya: “Walaqad na’lamu annaka yadhiqu
shadruka bima yaqulun. Fasabbih bihamdi rabbika wakun minas sajidin” Dan sungguh Kami
telah mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka
bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan jadilah kamu termasuk orang-orang yang senantiasa
mendirikan shalat.
Di dalam ayat tersebut Allah memerintahkan nabi sekaligus kekasih-Nya, apabila hati
beliau terasa sempit seperti yang dijelaskan pada ayat di atas, berupa sempitnya hati nabi karena
buruknya perlakuan dan ucapan yang beliau dapatkan dari kaumnya, yakni suku quraisy yang
menentang ajaran beliau, maka Allah menuntun beliau agar senantiasa bertasbih sehingga
kesempitan itu akan sirna karenanya.
Maka demikianpula seyogyanya bagi kita kaum muslimin, sebagai umat nabi Muhammad,
ketika sempit dada kita karena kerasnya kehidupan yang kita jalani, atau karena sedikitnya harta
yang kita miliki, ataupun karena berbagai persoalan hidup yang tak kunjung henti, maka
bertahanlah dengan Tasbih, karena itu merupakan sebaik-baik penguat bagi hati kita dalam
menghadapi musibah.
Allah telah menceritakan kepada kita sebuah kisah tentang salah seorang nabi dari
kalangan para nabi Allah, seorang Rasul dari sekian banyak Rasul yang diutus oleh Allah, ketika
Allah menguji beliau dengan kesulitan yang mungkin terasa mustahil bagi akal manusia dalam
membayangkan bagaimana caranya untuk selamat dari kesulitan tersebut, dialah nabi Allah Yunus
bin Matta alaihishshalatu wassalam, seorang nabi yang dikisahkan pernah ditelan oleh ikan besar,
dimana dengan logika akal manusia manapun tentu beliau akan divonis binasa dan wafat. Akan
tetapi Allah kabarkan kepada kita, bahwa karena salah satu amalan yang senantiasa beliau tekuni,
menyebabkan beliau diselamatkan dari kesulitan tersebut. Allah berfirman: “Falaulaa annahu
kana minal musabbihin, lalabitsa fi bathnihi ila yaumi yub’atsun” Kalaulah sekiranya dia tidak
termasuk orang-orang yang gemar bertasbih mengingat Allah, niscaya dia akan tetap tinggal di
dalam perut ikan itu hingga hari kebangkitan”
Ikhwani wa akhwati fillah, ayat di atas menyiratkan bahwa dzikrullah merupakan salah
satu sebab terbesar yang dapat menghilangkan berbagai kesulitan dan kesempatan hidup yang
dialami oleh manusia. Maka cobalah, cobalah untuk senantiasa bertasbih wahai orang yang sedang
tertimpa kesulitan, cobalah untuk membasahi lisan dengan berzikir kepada Allah wahai orang yang
tertimpa musibah atau rasa sakit, atau mereka yang sedang mengalami kesedihan. Karena di
dalamnya terdapat penawar yang menenangkan hati dan jiwa. Berpeganglah dengan tasbih wahai
umat Muhammad, karena Allah memerintahkan kita semua agar senantiasa bertasbih dengan
memujinya siang dan malam. Demikianpula Allah berfirman menganjurkan nabi-Nya agar
bersabar bersama orang-orang yang bertasbih kepada Allah siang dan malam: “Washbir nafsaka
ma’alladzina yad’una rabbahum bilghadaati wal ‘asyiyyi yuriduna wajhah” Dan bersabarlah
kamu bersama dengan orang-orang yang senantiasa menyeru Rabbnya di pagi dan sore hari
karena mengharapkan keridhaan-Nya.
Ayyuhal hadhirun, a’azzaniyallahu waiyyakum. Sesungguhnya keutamaan tasbih ini
sangatlah agung, jika kita luangkan waktu untuk membicarakan tentangnya secara khusus tentu
akan menghabiskan waktu yang banyak untuk merincinya satu persatu. Karena memang amalan
zikir kepada Allah ini lebih agung di sisi Allah daripada sekian banyak amalan-amalan besar yang
lain. Lebih utama daripada berjihad di jalan Allah, lebih utama daripada menginfakkan harta
benda.. Rasulullah pernah bersabda di hadapan para sahabatnya dalam rangka memberikan
dorongan kepada mereka agar senantiasa menekuni dzikrullah, seperti yang diriwayatkan oleh
imam At Tirmidzi dari sahabat Aby Darda’, beliau berkata, Rasulullah bersabda: “Ala
unabbi’ukum bikhairi a’malikum wa azkaha ‘inda malikikum wa arfa’aha fi darajatikum
wakhairullakum min infaqidz dzahabi wal fidhdhah, wakhairullakum min an talqau ‘aduwwakum
fatadhribu a’naqahum wayadhribu a’naqakum? Faqalu bala ya Rasulullah. Qaala: “Dzikrullahi
ta’ala” Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang amalan kalian yang paling baik, paling
suci di sisi rabb kalian, paling tinggi derajatnya serta lebih baik bagi kalian daripada kalian
menyedekahkan emas dan perak, dan lebih baik bagi kalian daripada kalian berhadapan dengan
musuh di medan perang, lantas kalian memenggak kheer-leher mereka dan mereka memenggal
leher-leher kalian? Para sahabat menjawab, tentu wahai Rasulullah. Beliau bersabda: amalan
itu adalah dzikrullah.
Demikianpula hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi dari sahabat Abdullah
bin Busr, “Atan nabiyya rajulun faqala ya Rasulullah, inna syarai’al islami qad katsurat Alaina,
fababun natamassaku bihi jami’un? Qaala, la yazalu lisanaka rathban min dzikrillah.” Bahwa
ada seseorang yang datang menemui Rasulullah seraya berkata, wahai Rasulullah, sesungguhnya
syariat-syariat islam ini telah banyak sampai kepada kita, maka adakah satu wasiat penting yang
bisa kami berpegang teguh dengannya?” Rasulullah menjawab: Jadikanlah lisanmu senantiasa
basah dengan zikir kepada Allah.”
Oleh karena itu ikhwani fiddin a’azzaniyallahu waiyyakum, marilah senantiasa kita
basahi lisan-lisan kita dengan mengingat Allah, baik dengan membaca al qur’an, ataupun dengan
zikir-zikir yang telah shahih datang dari nabi. Terutama di bulan yang penuh barakah ini,
sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Az Zuhri, seorang ulama tabi’in, kata beliau:
“Tasbihatun fi Ramadhan afdhalu min alfi tasbihatin fi ghairihi” satu tasbih yang dilantunkan
seseorang di bulan Ramadhan lebih utama daripada seribu tasbih yang dibaca selain pada bulan
tersebut.
Mungkin ini yang bisa disampaikan, jika ada benarnya maka itu datangnya dari Allah, dan
jika ada kesalahan maka itu berasal dari diri saya pribadi dan syaitan, dan saya memohon ampun
kepada Allah dari kesalahan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai