Anda di halaman 1dari 3

Hikmah di Balik Musibah Jamaah Jumat rahimani wa rahimakumullah

Orang yang merenungi sunnatullah tentu akan mengetahui bahwa cobaan


merupakan salah satu sunah (ketetapan) Allah yang bersifat kauniyyah
qadariyyah (qadar Allah terhadap alam semesta). Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit


ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al
Baqarah: 155)
Sungguh keliru orang yang beranggapan, bahwa hamba Allah yang paling
shaleh adalah orang yang paling jauh dari cobaan, bahkan cobaan
merupakan tanda keimanan seorang hamba. Di dalam hadis disebutkan:
Dari Mush’ab bin Sa’ad, dari bapaknya, ia berkata, “Aku pernah bertanya
kepada Rasulullah, “Siapakah orang yang paling berat ujiannya?” Beliau
Jamaah Jumat rahimakumullah menjawab, “Para nabi, kemudian yang setelahnya dan setelahnya.
Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah SWT, di Jum’at ini, diantara Seseorang akan diuji sesuai kadar keimanannya. Siapa yang imannya
sekian hamba Allah yang tengah menjalani kesibukan beraktifitasnya, kita, tinggi, maka ujiannya pun berat, dan siapa yang imannya rendah maka
hamba-hamba Allah, yang belum tentu dalam pandangan Allah disebut ujiannya disesuaikan dengan kadar imannya. Ujian ini akan tetap
sebagai hamba yang saleh, yang belum tentu dalam pandangan Allah menimpa seorang hamba sampai ia berjalan di bumi tanpa membawa
bebas dari maksiat, ternyata dengan cinta Allah SWT, masih dilembutkan dosa.” (HR. Tirmidzi)
hati kita, diringankan langkah kita, kita yang terpilih, untuk dihadirkan di Di samping itu, cobaan adalah salah satu tanda kecintaan Allah kepada
hamba-Nya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
masjid Allah ini, untuk menunaikan ibadah jum’at kita. Kita bermohon
kepada Allah SWT, semoga jum’at hari ini, dijadikan oleh Allah SWT sebagai
jum’at terbaik diantara sekian jum’at yang pernah kita tunaikan.

Selanjutnya, marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung besarnya cobaan, dan Allah
ketakwaan yang sebenar-benarnya, yaitu mengamalkan apa yang apabila mencintai suatu kaum, maka Allah akan menguji mereka. Barang
diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam serta siapa yang ridha, maka ia akan mendapatkan keridhaan-Nya dan barang
menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa siapa yang kesal terhadapnya, maka ia akan mendapatkan kemurkaan-
sallam. Nya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi, Tirmidzi menghasankannya)
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Demikian juga cobaan merupakan salah satu tanda diberikan oleh Allah
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudia keluarga, sahabat- kebaikan kepadanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir zaman.
“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada hamba-Nya, maka Allah
akan mempercepat hukuman di dunia. Dan apabila Allah menginginkan
keburukan bagi hamba-Nya maka ditahan hukuman itu karena dosa- “Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang
dosanya sehingga ia mendapatkan balasannya pada hari kiamat.” (HR. buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada Allah).” (QS. Al A’raaf: 168)
Tirmidzi) Yakni agar kembali beribadah kepada Allah, mengingat-Nya dan bersyukur
Dan sebagai penebus dosanya, meskipun bentuknya kecil. Rasulullah terhadap nikmat-Nya.
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Ibnul Qayyim berkata, “Kalau tidak karena cobaan dan musibah dunia,
niscaya manusia terkena penyakit kesombongan, ujub (bangga diri), dan
kerasnya hati. Padahal sifat-sifat ini merupakan kehancuran baginya di
“Tidaklah suatu musibah menimpa seorang muslim, melainkan Allah akan dunia maupun akhirat. Di antara rahmat Allah, kadang-kadang manusia
menggugurkan dosa-dosanya, meskipun hanya terkena duri.” (HR. Bukhari) tertimpa musibah yang menjadi pelindung baginya dari penyakit-penyakit
Sebaliknya, jika seseorang diberikan dunia ini namun tetap bergelimang hati dan menjaga kebersihan ibadahnya. Maha Suci Allah yang merahmati
di atas kemaksiatan, maka ketahuilah bahwa yang demikian merupakan manusia dengan musibah dan ujian.”
istidraj (penangguhan azdab dari Allah). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Musibah yang diterima karena Allah
sallam bersabda: semata, lebih baik bagimu daripada nikmat yang membuat lupa
mengingat-Nya.”
Olehnya itu dengan diberikannya ujian dan cobaan dari Allah SWT,
seharusnya akan lebih mendekatkan diri seorang hamba kepada Rabbnya,
“Apabila kamu melihat Allah memberikan kenikmatan dunia yang bukan malah membuat hamba menjadi jauh dari Allah SWT dengan
disenangi kepada seorang hamba padahal ia berada di atas maksiat, maka mempercayai berita-berita bohong, yang cenderung mendekatkan diri
sebenarnya hal itu adalah istidraj”, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi kepada kesyirikan. Bahkan sikap takut yang berlebihan yang kita lihat
wa sallam  membacakan ayat: akhir-akhir ini, lebih bernuansa khurafat dan mistis.
”Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada Marilah kita jaga tawakkal kita hanya kepada Allah, kita gantungkan hidup
mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk kita hanya kepada Allah, kita serahkan hidup dan mati kita hanya kepada
mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah Allah, dan kita murnikan tauhid kita hanya kepada Allah SWT.
diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Marilah, kita mengambil hikmah dari deretan musibah-musibah yang
maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS.Al An’aam: 44). (HR. terjadi di Negara kita ini, khusunya di daerah kita Maluku. Semoga lebih
Ahmad dengan isnad yang jayyid, Shahihul Jami’ no. 561) mendekatkan diri kita kepada Allah dan menjadikan pribadi kita menjadi
pribadi-pribadi yang sabar, dan kokoh dalam keimanan.
Jamaah Jumat ‘azzaniyallhu wa iyyakum Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan kita semua dan
Daerah kita tercinta ini, masih saja diuji oleh Allah SWT dengan gempa meringankan musibah yang kita hadapi serta memantapkan langkah-
bumi setelah sebelumnya juga terjadi di daerah-daerah lain di Indonesia. langkah kita. 
Seorang muslim yang tertimpa musibah, jika ia seorang yang shaleh, maka
cobaan itu menghapuskan kesalahan-kesalahan yang lalu dan mengangkat
derajatnya. Namun jika ia seorang pelaku maksiat, maka cobaan itu akan
menghapuskan dosa-dosanya dan sebagai peringatan terhadap bahaya
dosa-dosa itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
‫ِ ِ‬
‫ك لَهُ‬ ‫اَحْلَ ْم ُد هلل مَحْ ًدا َكثِْيًرا َك َما اََمَر‪ .‬اَ ْش َه ُد اَ ْن اَل الَهَ ااَّل اهلل َو ْح َدهُ اَل َش ِريْ َ‬
‫اِْر َغ ًاما لِ َم ْن َج َح َد َو َك َفَر‪َ .‬و اَ ْش َه ُد اَ َّن حُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُهُ َو َحبِْيبُهُ َو‬
‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َو بَا ِر ْك َعلَى حُمَ َّم ٍد َو َعلَى‬ ‫س َو الْبَ َش ِر‪ .‬اَللَّ ُه َّم َ‬ ‫َخلِْيلُهُ َسيِّ ُد اإْلِ نْ ِ‬
‫ص َحابِِه َو َسلَّ َم تَ ْسلِْي ًما َكثِْيًرا‪.‬‬ ‫ِِ‬
‫اَله َو اَ ْ‬
‫ب َم َكا ِر َم اأْل ُُم ْو ِر َو يَكَْرهُ‬ ‫اََّما َب ْع ُد‪َ ،‬فيَا ِعبَ َاد اهلل اَِّت ُق ْوا اهلل َو ْاعلَ ُم ْوا اَ َّن اهلل حُيِ ُّ‬
‫ْمْي ِل اِ ْساَل ِم ِه َو اِمْيَانِِه َو اِنَّهُ اَل‬
‫ب ِمن ِعب ِاد ِه اَ ْن يَّ ُكونُوا ىِف تَك ِ‬
‫ْ ْ‬
‫ِ ِ‬
‫َس َفاس َف َها حُي ُّ ْ َ‬
‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َو بَا ِر ْك َعلَى حُمَ َّم ٍد َو َعلَى اَِل‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫َي ْهدى الْ َق ْو َم الْ َفاسقنْي َ ‪ .‬اَللَّ ُه َّم َ‬
‫ت َعلَى اِْبر ِاهْيم و َعلَى اَِل اِْبر ِاهْيم ىِف‬ ‫ت َو بَ َار ْك َ‬ ‫ت َو َسلَّ ْم َ‬ ‫صلَّْي َ‬
‫ٍ‬
‫حُمَ َّمد َك َما َ‬
‫َ َ‬ ‫َ ََ‬
‫ات َو الْ ُم ْسلِ ِمنْي َ َو‬ ‫َّك مَحِ ي ٌد جَمِي ٌد‪ .‬اَللَّه َّم ا ْغ ِفر لِْلم ْؤ ِمنِ و الْم ْؤ ِمنَ ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ْ ُ نْي َ َ ُ‬ ‫ُ‬ ‫الْ َعالَمنْي َ ان َ ْ ْ‬
‫ات َو‬ ‫َّعو ِ‬ ‫َّك مَسِ يع قَ ِري ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ات اَأْل ِ ِ‬ ‫الْمسلِم ِ‬
‫ب الد ْ َ‬ ‫ب جُم ْي ُ‬ ‫َحيَاء مْن ُه ْم َو اأْل َْم َوات ان َ ْ ٌ ْ ٌ‬ ‫ْ‬ ‫ُْ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اجات‪ .‬اَللَّ ُه َّم َربَّنَا اَل تُِز ْغ ُقلُ ْو َبنَا َب ْع َد ا ْذ َه َد ْيَتنَا َو َهْبلَنَا م ْن لَ ُدنْ َ‬
‫ك‬ ‫قَاض َي احْلَ َ‬
‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫اب‪َ .‬ر َّبنَا اَل جَتْ َع ْل ىِف ُقلُ ْو َبنَا ِغاًّل للَّذيْ َن اََمُن ْوا َربَّنَا ان َ‬
‫َّك‬ ‫ت الْ َو َّه ُ‬ ‫َّك اَنْ َ‬
‫َرمْح َةً ان َ‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ر ُؤو ٌ ِ‬
‫ف َّرحْي ٌم‪َ .‬ربَّنَا َهْبلَنَا م ْن اَْز َواجنَا َو ذُِّريَّتنَا ُقَّر َة اَ ْعنُي ٍ َو ْ‬
‫اج َع ْلنَا ل ْل ُمتَّقنْي َ‬ ‫َ ْ‬
‫اب النَّا ِر‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫الد ْنيَا َح َسنَةً َو ىِف اآْل خَر ِة َح َسنَةً َو قنَا َع َذ َ‬ ‫اَِم ًاما‪َ .‬ر َّبنَا اَتنَا ىِف ُّ‬
‫ِ‬
‫ان َو اِْيتَ ِاء ِذى الْ ُق ْرىَب َو َيْن َهى َع ِن‬ ‫ِعباد اهلل! اِ َّن اهلل يأْمر بِالْع ْد ِل و اإْلِ حس ِ‬
‫َ ُُ َ َ ْ َ‬ ‫ََ‬
‫الْ َف ْح َش ِاء َو الْ ُمْن َك ِر َو الَْب ْغ ِى يَعِظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َّذ َّكُر ْو َن فَاذْ ُكُر ْوا اهلل الْ َع ِظْي َم‬
‫اهلل اَ ْكَبُر َو اهللُ َي ْعلَ ُم َما‬ ‫ي ْذ ُكر ُكم و ا ْش ُكروه علَى نِع ِم ِه ي ِز ْد ُكم و لَ ِذ ْكر ِ‬
‫َ ْ ْ َ ُْ ُ َ َ َ ْ َ ُ‬
‫صَنعُ ْو َن ‪.‬‬ ‫تَ ْ‬

Anda mungkin juga menyukai