Anda di halaman 1dari 3

ِ ‫الزم‬ ِ ِ ِ ِ ‫ وعلَى اٰلِِه و‬،‫الساَل م علَى حُم َّم ٍد سيِّ ِد ولَ ِد ع ْدنَا َن‬ ِ َّ ‫ك‬ ِ ِ‫احلم ُد لِٰلّ ِه الْمل‬

،‫ان‬ َ َّ ‫ص ْحبِه َوتَابعْيه َعلَى َمِّر‬ َ َ ََ َ َ َ َ َ ُ َّ ‫ َوالصَّاَل ةُ َو‬،‫الديَّان‬ َ َْ


ِ َّ ‫ة و‬-ِ ‫ه‬- ِ‫ ِميَّ ِة واجْل‬-‫ك لَه الْمنَ َّـزه ع ِن اجْلِس‬
ِ ‫ك‬-َ ‫ان والْم‬-
َّ ‫ َه ُد‬-‫ َوَأ ْش‬،‫ان‬-
‫يِّ َدنَا حُمَ َّم ًدا‬-‫َأن َس‬ َ َ -‫الز َم‬ َ َ َ ْ َ ُ ُ ُ َ ْ‫َوَأ ْش َه ُد َأ ْن اَّل ِإٰلهَ ِإاَّل اهللُ َو ْح َدهُ اَل َش ِري‬
‫ الْ َقاِئ ِل يِف‬،‫َّان‬ ِ ‫وى‬-‫ق‬-ْ ‫ي بَِت‬-‫ي ُكم و َن ْف ِس‬-‫إيِّن ُأو ِص‬-َ‫ ف‬،‫رَّمْح ٰ ِن‬--‫اد ال‬--‫ ِعب‬،‫د‬-ُ -‫ا َن خلُقُه الْقُرآ َن ََّأما بع‬-‫ك‬-َ ‫ولُه الَّ ِذي‬-‫ده ورس‬-ُ -‫عب‬
ِ ‫اهلل املن‬
َ َ َْ ْ ْ َ َ َْ ْ ُ ُ ْ ُ ْ ُ َ َ ُ َْ
ِ ِ ‫كِتابِِه الْقر‬
)٦١ :‫َّاس اَل يَ ْش ُكُر ْو َن (غافر‬ ِ ‫َّاس َو ٰل ِك َّن اَ ْكَثَر الن‬
ِ ‫ض ٍل َعلَى الن‬ ْ َ‫ ا َّن ال ٰلّهَ لَ ُذ ْو ف‬-:‫آن‬ ُْ َ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh
keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk
senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah
subhanahu wata’ala dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang
diharamkan.
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Sungguh, nikmat-nikmat yang Allah
anugerahkan kepada umat manusia sangatlah melimpah dan tidak dapat dihitung. Kesehatan,
harta, mata, telinga, lisan, anak yang berbakti, istri yang shalihah, teman yang setia, tetangga
yang baik dan masih banyak lagi yang lain adalah nikmat-nikmat yang Allah anugerahkan
kepada kita. Meskipun demikian, kebanyakan manusia tidak bersyukur. Bahkan banyak di
antara kita yang tidak menyadari bahwa hal-hal tersebut adalah nikmat dan anugerah dari Allah
ta’ala. Banyak pula di antara kita yang tidak mengetahui hakikat syukur dan bagaimana cara
bersyukur. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
ِ ‫َّاس َو ٰل ِك َّن اَ ْك َثَر الن‬
)٦١ :‫َّاس اَل يَ ْش ُكُر ْو َن (غافر‬ ْ َ‫ِن ال ٰلّهَ لَ ُذ ْو ف‬
ِ ‫ض ٍل َعلَى الن‬ َّ ‫ا‬
Maknanya: “Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang memberikan anugerah pada umat manusia.
Hanya saja kebanyakan umat manusia tidak bersyukur (kepada-Nya)” (QS Ghafir: 61)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Syukur ada dua macam. Ada syukur yang wajib dan ada syukur yang sunnah. Syukur yang wajib
adalah tidak menggunakan nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita untuk berbuat maksiat
kepada-Nya. Jadi bersyukur kepada Allah atas nikmat lisan adalah tidak mengatakan perkataan
yang diharamkan oleh Allah. Bersyukur kepada Allah atas nikmat telinga adalah dengan tidak
mendengarkan sesuatu yang diharamkan oleh Allah. Bersyukur kepada Allah atas nikmat mata
adalah dengan tidak melihat sesuatu yang diharamkan oleh Allah. Bersyukur kepada Allah atas
nikmat harta adalah dengan tidak membelanjakannya untuk perkara yang haram. Adapun
syukur yang sunnah adalah mengucapkan dengan lisan pujian yang menunjukkan bahwa Allah-
lah Sang Pemberi nikmat dan yang menganugerahkannya kepada para hamba-Nya, semisal
dengan ucapan alhamdulillah. Pemberian nikmat kepada hamba adalah murni anugerah dan
karunia dari Allah, bukan kewajiban bagi-Nya. Karena memang tidak ada sesuatu pun yang
wajib bagi-Nya. Allah ta’ala berfirman:
)٥٣ :‫َو َما بِ ُك ْم ِّم ْن ن ِّْع َم ٍة فَ ِم َن ال ٰلّ ِه مُثَّ اِ َذا َم َّس ُك ُم الضُُّّر فَاِلَْي ِه جَتْـَُٔر ْو ۚنَ (النحل‬
Maknanya: “Dan nikmat apa pun yang ada pada kalian adalah dari Allah. Kemudian jika kalian
terkena mara bahaya, maka hanya kepada-Nya-lah hendaknya kalian memohon” (QS an-Nahl:
53). Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Sebagian orang sama sekali tidak bersyukur. Dan sebagian yang lain bersyukur tetapi tidak
secara sempurna. Orang-orang yang sama sekali tidak bersyukur kepada Allah adalah mereka
yang takabur sehingga tidak mau menerima kebenaran yang dibawa oleh para nabi. Mereka
tidak mau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, para utusan-Nya dan
juga hari akhir. Mereka meyakini kekufuran dan menolak tauhid. Mereka ini tidak bersyukur
kepada Allah ta’ala sama sekali. Karena mereka telah meninggalkan kewajiban yang paling
dasar dan paling utama, yaitu iman yang Allah jadikan sebagai syarat diterimanya amal
kebaikan. Mereka ini termasuk yang dimaksud dengan firman Allah ta’ala:
)٢٣ :‫َوقَ ِد ْمنَٓا اِىٰل َما َع ِملُ ْوا ِم ْن َع َم ٍل فَ َج َع ْلنٰهُ َهبَاۤءً َّمْن ُث ْو ًرا (الفرقان‬
Maknanya: “Dan Kami (Allah) menghukumi amal (yang mereka anggap baik) yang mereka
lakukan (dalam keadaan tidak beriman), maka Kami jadikan amal mereka seperti debu yang
bertebaran (tidak berguna dan tidak diterima)” (QS al Furqan: 23). Ma’asyiral Muslimin
rahimakumullah, Allah telah memuji Nabi Ibrahim dalam firman-Nya:
)١٢١-١٢٠ :‫ك ِم َن الْ ُم ْش ِركِنْي ۙنَ َشاكًِرا اِّل َْنعُ ِم ِه ۖ (النحل‬ ۗ ٰ ِ ِ ِ
ُ َ‫ا َّن ا ْب ٰرهْي َم َكا َن اَُّمةً قَانِتًا لِّلّ ِه َحنِْي ًفا َومَلْ ي‬
Maknanya: “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam panutan nan taat kepada Allah serta
berpaling pada agama yang lurus. Dan ia tidak pernah termasuk orang-orang musyrik. Dia
adalah orang yang bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya” (QS an-Nahl: 120-121). Dalam kitab
tafsirnya, ath-Thabari mengatakan: “Maknanya Ibrahim tulus bersyukur kepada Allah atas
nikmat yang diberikan Allah kepadanya. Dan dalam bersyukur kepada Allah atas nikmat-Nya
tersebut, Ibrahim tidak menjadikan sekutu bagi-Nya.” Artinya, syukur Nabi Ibrahim kepada
Allah diwujudkan dengan beriman kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Sedangkan orang-orang yang syukur mereka
tidak sempurna adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tapi masih
meninggalkan kewajiban dan melakukan perkara yang diharamkan. Keadaan mereka di akhirat
tergantung kehendak Allah. Jika Ia berkehendak, mereka diampuni oleh-Nya dan langsung
dimasukkan surga. Dan jika Ia berkehendak, mereka tidak diampuni oleh-Nya lalu dimasukkan
ke dalam neraka beberapa lama. Akan tetapi walau bagaimanapun, seseorang yang mati dalam
keadaan beriman, pada akhirnya semuanya akan dimasukkan ke dalam surga. Hadirin
rahimakumullah, Jika keluhuran budi dan akhlak yang terpuji menuntut kita untuk membalas
sesama hamba yang berbuat baik kepada kita dengan berterima kasih dan berbuat baik
kepadanya, maka lebih utama bagi kita untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang
dikaruniakan-Nya kepada kita. Imam al Junaid pernah ditanya tentang apa itu syukur. Beliau
menjawab: ‫صى اهللُ بِنِ َع ِم ِه‬
َ ‫َأ ْن اَل يُ ْع‬
“(Syukur yang wajib adalah) tidak bermaksiat kepada Allah dengan nikmat-nikmat-Nya.”
Seseorang yang menunaikan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh perkara yang
diharamkan, maka ia adalah hamba yang syaakir. Kemudian, jika ia tidak disibukkan dengan
nikmat sehingga melalaikan syukur kepada Sang Pemberi nikmat, dan ia menyadari betapa
agungnya nikmat Allah yang selalu melingkupinya dan perasaan itu semakin kokoh dalam
dirinya serta ia memperbanyak amal-amal kebaikan lebih dari kewajibannya, maka ia disebut
hamba yang syakuur (pandai bersyukur). Hamba yang syakuur lebih sedikit jumlahnya daripada
hamba yang syaakir. Allah ta’ala berfirman:
)١٣ :‫الش ُك ْو ُر (سبأ‬
َّ ‫ي‬ ِ ِ ِ
َ ‫َوقَلْي ٌل ِّم ْن عبَاد‬
Maknanya: “Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang mencapai derajat syakuur” (QS
Saba’: 13) Jadi, orang-orang bertakwa yang bersih dari dosa dan tidak disibukkan dengan
‫‪nikmat sehingga melalaikan syukur kepada Dzat Pemberi nikmat, adalah orang-orang yang‬‬
‫‪sangat jarang dan sedikit di antara kaum Muslimin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam‬‬
‫‪bersabda:‬‬
‫النَّاس َكِإبِ ٍل ِماَئٍة اَل تَ َكاد جَتِ ُد فِيها ر ِ‬
‫احلَةً (رواه مسلم)‬ ‫َْ َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫‪Maknanya: “Umat manusia itu ibarat seratus ekor unta. Hampir tidak kamu dapati di antara‬‬
‫‪mereka yang layak untuk ditunggangi dalam perjalanan jauh” (HR Muslim). Dalam hadits ini‬‬
‫‪terdapat sebuah isyarat bahwa kebanyakan orang memiliki kekurangan. Sedangkan orang-‬‬
‫‪orang mulia yang zuhud terhadap dunia, mengejar kebahagiaan akhirat dan memenuhi syukur‬‬
‫‪dengan sempurna, jumlah mereka sangat sedikit. Orang-orang pilihan tersebut ibarat satu unta‬‬
‫‪yang layak dijadikan sebagai hewan tunggangan, di antara sekelompok unta yang ada. Satu‬‬
‫‪unta ini yang bagus dan layak dikendarai untuk perjalanan jauh di antara sekelompok unta‬‬
‫‪tersebut. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Demikian khutbah singkat pada siang hari‬‬
‫‪yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.‬‬
‫اسَت ْغ ِفُر ْوهُ‪ِ -،‬إنَّهُ ُه َو الْغَ ُف ْو ُر َّ‬
‫الر ِحْي ُم‬ ‫َأُقو ُل َقويِل ٰه َذا و ِ‬
‫َأسَت ْغفُر اهللَ يِل ْ َولَ ُك ْم‪ ،‬فَ ْ‬
‫ْ ْ ْ َ ْ‬

‫‪Khutbah II‬‬
‫ص‪َ -‬حابِِه ْ‪-‬‬ ‫ِِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َأه ِ‪-‬ل الْ َوفَ‪--‬ا‪َ .‬أ ْش‪َ -‬ه ُد َأ ْن اَّل إل‪--‬هَ‬ ‫ص‪-‬طََفى‪َ ،‬و َعلَى آل ‪--‬ه َوَأ ْ‬ ‫ص‪-‬لِّ ْي َوُأ َس‪-‬لِّ ُم َعلَى َس‪-‬يِّدنَا حُمَ َّمد الْ ُم ْ‬ ‫اَحْلَ ْ‪-‬م ُ‪-‬د هلل َو َك َفى‪َ ،‬وُأ َ‬
‫َأن َسيِّ َدنَا حُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُهُ ََّأما َب ْع ُد‪َ ،‬فيَا َأيُّ َ‪-‬ه‪-‬ا الْ ُم ْس‪-‬لِ ُم ْو َن‪ُْ ،‬أو ِص‪ْ-‬ي ُك ْم َونَ ْف ِس‪ْ -‬ي‬ ‫ك لَهُ‪َ ،‬وَأ ْش َه ُد َّ‬ ‫ِإاَّل اهللُ َو ْح َدهُ اَل َش ِريْ َ‬
‫‪-‬ال‪ِ :‬إ َّن اهللَ‬ ‫اهلل الْ َعلِ ِّي الْ َع ِظْي ِم َو ْاعلَ ُم ْوا َّ‬
‫َأن اهللَ ََأمَر ُك ْم بِ َْأم ٍر َع ِظْي ٍم‪ََ ،‬أم‪-َ -‬ر ُك ْم بِالص‪َّ-‬اَل ِة َوال َّس‪-‬اَل ِم َعلَى نَبِيِّ ِه الْ َ‪-‬ك ِرمْيِ َف َق‪َ -‬‬ ‫بَِت ْقوى ِ‬
‫َ‬
‫ص‪ِّ -‬ل َعلَى َس‪-‬يِّ ِدنَا حُمَ َّم ٍد َو َعلَى ِآل‬ ‫ٰ‬
‫يما‪ ،‬اَللّ ُه َّم َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫صلُّوا َعلَْي‪-‬ه َو َس‪-‬لِّ ُموا تَ ْس‪-‬ل ً‬‫ين َآمنُوا َ‬
‫َّ ِ‬
‫صلُّو َن َعلَى النَّيِب ِّ‪ ،‬يَا َأيُّ َها الذ َ‬
‫ِئ‬
‫َو َماَل َكتَهُ يُ َ‬
‫ت َعلَى َس ‪-‬يِّ ِدنَا ِإْب‪-َ -‬ر ِاهْي َم َو َعلَى ِآل َس ‪-‬يِّ ِدنَا ِإْب‪-َ -‬ر ِاهْي َم َوبَ‪--‬ا ِر ْك َعلَى َس ‪-‬يِّ ِدنَا حُمَ َّم ٍد َو َعلَى ِآل َس ‪-‬يِّ ِدنَا‬ ‫ص ‪-‬لَّْي َ‬
‫ٍ‬ ‫ِ‬
‫َس ‪-‬يِّدنَا حُمَ َّمد َك َم‪--‬ا َ‬
‫ِ ِ ِِ‬ ‫حُم َّم ٍد َكما بار ْكت علَى سيِّ ِدنَا ِإبر ِاهيم وعلَى ِآل سيِّ ِدنَا ِإبر ِاهيم‪ ،‬يِف الْعالَ ِم ِإن ِ ِ ٰ‬
‫َّك مَح ْي ٌد جَم ْي ٌد‪ .‬اَللّ ُه َّم ا ْغف‪-ْ -‬ر ل ْل ُم ْس‪-‬لمنْي َ‬
‫َ ْ َ ْ َ ْ َ نْي َ َ‬ ‫َ َ َ َ َ َ َْ ْ َ َ َ‬ ‫َ‬
‫‪-‬ات اَأْلحي‪-- -‬اء ِمْنهم و ‪ِ -‬‬‫ِ‬ ‫ات والْمُ ْؤ ِمنِ والْمْؤ ِمنَ‪ِ - -‬‬ ‫ِ‬
‫والْمس ‪- -‬لم ِ‬
‫اَأْلم ‪-َ -‬وات‪ ،‬اللهم ْادفَ‪-ْ - -‬ع َعنَّا الْبَاَل ءَ َوالْغَاَل ءَ َوالْ َوبَ‪-- -‬اءَ َوالْ َف ْح َش ‪- -‬اءَ‬ ‫ُْ َ ْ‬ ‫َْ‬ ‫نْي َ َ ُ‬ ‫َ ُْ َ‬
‫ص‪-‬ةً َو ِم ْن بُْل َ‪-‬د ِان‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ف الْ ُم ْختَل َف‪ -‬ةَ َوال َّش‪َ -‬داِئ َد َوالْ ِم َح َن‪َ ،‬م‪-‬ا ظَ َه َ‪-‬ر ِمْن َه‪-‬ا َو َم‪-‬ا بَطَ َن‪ِ ،‬م ْن َبلَ‪-‬دنَا َ‪-‬ه َذا َخا َّ‬ ‫السُي ْو َ‬‫َوالْ ُمْن َكَر َوالَْب ْغ َي َو ُّ‬
‫ِ ِإ ِ ِ‬ ‫ُل َش‪-‬ي ٍء قَ ِ‪-‬دير ِعب‪-‬اد ِ‬ ‫ِ‬
‫ويْن َهى َع ِن‬ ‫ِ ِ‬
‫إن اهللَ يَ‪ْ-‬أ ُمُر بالْ َع‪ْ -‬دل َواإْل ْح َس‪-‬ان َو ْيتَ‪-‬اء ذي الْق ُْرىَب َ‬ ‫اهلل‪َّ ،‬‬ ‫َّك َعلَى ك ِّ ْ ْ ٌ َ َ‬ ‫الْ ُم ْسل ِمنْي َ َع َّامةً‪ِ ،‬إن َ‬
‫اهلل َأ ْكَبُر‪.‬‬‫ال َفح َش ِاء والْمْن َك ِر والب ْغ ِي‪ ،‬يعِظُ ُكم لَعلَّ ُكم تَ َذ َّكرو َن‪ .‬فَاذ ُكروا اهلل الْع ِظيم ي ْذ ُكر ُكم ولَ ِذ ْكر ِ‬
‫ُ َ َ َْ َ ْ ْ َ ُ‬ ‫ْ َ ُ َ َ َ ْ َ ْ ُْ‬

Anda mungkin juga menyukai