Anda di halaman 1dari 9

Cara Mendapatkan Keridhaan Allah

khotbahjumat.com/5950-cara-mendapatkan-keridhaan-allah.html

Khutbah Pertama:

‫ حمُد ه سبحانه وشكُر ه عالمُة‬،‫ ومن سَلَك الُهدى كتَب له الِّر ضا‬،‫الحمد هلل الذي كتَب على الدنيا الفناء‬

‫ وأشهُد أن‬،‫ وأشهُد أن ال إله إال اهلل وحده ال شريك له إلٌه في األرض وفي السماء‬،‫الصدِق والوفاء‬

‫ صَّلى اهلل عليه وعلى آِله وصحِبه ومن‬،‫سِّيَدنا ونبَّينا محمًد ا عبُد ه ورسوُله المبعوُث بالرحمة والُهدى‬

‫اقَتَفى‬.

‫ ﴿ َيا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا اَّتُقوا اَهَّلل َح َّق ُتَقاِتِه‬:‫ قال اهلل تعالى‬،‫ فُأوِص يكم ونفسي بتقوى اهلل‬:‫ عباد اهلل‬،‫أما بعد‬
‫﴾َو اَل َتُموُتَّن ِإاَّل َو َأْنُتْم ُمْس ِلُموَن‬.

Ibadallah,

Keridhaan dari Allah adalah cita-cita dan harapan tertinggi bagi seorang muslim. Bahkan
ini adalah tujuan dari kehidupan manusia. Allah Ta’ala berfirman,

‫َو ِر ْض َو اٌن ِمَن اِهَّلل َأْك َبُر َذ ِلَك ُه َو اْلَفْو ُز اْلَع ِظ يُم‬

“Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.” [Quran
At-Taubah: 72].

Tidak ada yang lebih mulia dan lebih besar daripada keridhaan Allah. Karena keridhaan-
Nya merupakan karunia besar bagi orang-orang muslim yang sadar akan keislamannya.
Kalau seorang muslim benar-benar memahami urgensi keridhaan Allah, niscaya hatinya
akan bergetar. Ia berusaha sekuat tenaga agar Allah ridha padanya.

Perhatikan ayat berikut ini, bagaimana Allah Ta’ala menyebutkan bahwa keridhaan dari-
Nya merupakan kenikmatan tambahan di surga. Padahal nikmat yang paling ringan di
surga itu lebih baik dari dunia dan seisinya. Setelah penduduk surga menikmati
kenikmatan surga. Allah berfirman dalam hadits qudis:

1/9
‫ِإَّن اَهَّلل َيُقوُل َأِلْه ِل اْلَج َّنِة َيا َأْه َل اْلَج َّنِة َفَيُقوُلوَن َلَّبْيَك َر َّبَنا َوَس ْعَدْيَك َو اْلَخ ْيُر ِفي َيَدْيَك َفَيُقوُل َه ْل َر ِض يُتْم‬
‫َفَيُقوُلوَن َوَم ا َلَنا اَل َنْر َض ى َيا َر ِّب َو َقْد َأْع َط ْيَتَنا َم ا َلْم ُتْعِط َأَح ًد ا ِم ْن َخ ْلِقَك َفَيُقوُل َأاَل ُأْع ِط يُك ْم َأْف َض َل ِم ْن‬

‫َذ ِلَك َفَيُقوُلوَن َيا َر ِّب َو َأُّي َش ْي ٍء َأْف َض ُل ِم ْن َذ ِلَك َفَيُقوُل ُأِح ُّل َع َلْيُك ْم ِر ْض َو اِني َفاَل َأْس َخ ُط َع َلْيُك ْم َبْع َدُه َأَبًد ا‬

“Allah memanggil penduduk surga, ‘Hai penduduk surga’! Mereka menjawab, ‘Baik, kami
penuhi panggilan-Mu, dan seluruh kebaikan berada di tangan-Mu’! Allah meneruskan,
‘Apakah kalian telah puas’! Mereka menjawab, ‘Bagaimanakah kami tidak puas wahai
Rabb, sedang telah Engkau beri kami sesuatu yang belum pernah Engkau berikan
kepada satu pun dari makhluk-Mu’!

Allah kembali berkata, ‘Maukah Aku beri kalian suatu yang lebih utama daripada itu
semua’? Mereka balik bertanya, ‘Ya Rabb, apalagi yang lebih utama daripada itu semua’?
Allah menjawab, ‘Sekarang Aku halalkan untuk kalian keridhaan-Ku, sehingga Aku tidak
marah terhadap kalian selama-lamanya’! [HR. Al-Bukhari 6964].

Karena urgensi inilah, cara hidup para nabi adalah dengan bersegera menuju keridhaan
Allah. Sebagaimana Nabi Musa yang bersegera menuju keridhaan Allah. Allah Ta’ala
berfirman,

‫َو َع ِج ْلُت ِإَلْيَك َر ِّب ِلَتْر َض ى‬

“dan aku bersegera kepada-Mu, Ya Tuhanku, agar Engkau rida (kepadaku).” [Quran
Thaha: 85].

Demikian juga dengan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam:

‫َر ِّب َأْو ِز ْع ِني َأْن َأْش ُك َر ِنْعَم َتَك اَّلِتي َأْنَعْم َت َع َلَّي َو َع َلى َو اِلَدَّي َو َأْن َأْع َم َل َص اِلًح ا َتْر َض اُه َو َأْد ِخ ْلِني‬
‫ِبَر ْح َم ِتَك ِفي ِع َباِد َك الَّص اِلِح يَن‬

“Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal
saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan
hamba-hamba-Mu yang saleh.” [Quran An-Naml: 19].

Demikian juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam kondisi kesedihannya saat
anaknya wafat, beliau dengan penuh adab kepada Allah Ta’ala mengatakan,

‫ َو اِهلل َيا ِإْبَر اِه ْيُم ِإَّنا ِبَك َلَمْح ُز ْو ُنْو َن‬،‫ َو اَل َنُقْو ُل ِإاَّل َم ا َيْر َض ى َر ُّبَنا‬، ‫ َو َيْح ُز ُن الَقْلُب‬، ‫َتْد َم ُع الَع ْيُن‬

2/9
“Mata menyucurkan air mata. Hati ini bersedih. Namun kami tidak mengatakan sesuatu
yang tidak diridhai Rabb kami. Wahai Ibrahim, demi Allah sungguh kami sangat bersedih
dengan kepergianmu.”

Tujuan dan cita-cita tertinggi Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam pun adalah mendapat
ridha Allah. Kehidupan beliau senantiasa diisi dengan harapan tersebut. Beliau meminta
kepada Rabnya agar memberinya taufik untuk beramal sehingga hal itu mendatangkan
keridhaan Allah. Beliau berdoa:

‫َأْس َأُلَك ِمَن الَعَم ِل َم ا َتْر َض ى‬

“Aku memohon amalan yang Engkau ridhai.”

Beliau juga berdoa:

‫َو َأْر ِض َنا َو اْر َض َع َّنا‬

“Ridhailah kami dan ridhai apa yang datang dari kami.”

Ibadallah,

Hendaknya hidup kita ini selalu diliputi tujuan demikian. Kita latih diri kita untuk
menyelaraskan kehidupan dunia kita dengan bimbingan agama. Sehingga kita bisa
selamat dalam perkataan dan perbuatan. Dan meraih ridha Allah Ta’ala.

Tidaklah sama kehidupan seseorang yang hidupnya berusaha mencari ridha Allah
dengan mereka yang meniti jalan-jalan kemurkaan Allah. Orang yang mencari ridha Allah
mereka akan menaati perintah-Nya dan menjauhi segala yang Dia larang. Ia akan
menempuh jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang yang baik sebelum mereka.
Mereka sadar betul dalam gerak-geriknya sebagaimana orang yang yakin kalau Rab
mereka Maha Melihat. Allah Ta’ala berfirman,

‫َأَفَم ِن اَّتَبَع ِر ْض َو اَن اِهَّلل َك َم ْن َباَء ِبَس َخ ٍط ِمَن اِهَّلل‬

“Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah sama dengan orang yang kembali
membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah.” [Quran Ali Imran: 162].

Lalu bagaimana agar kita bisa meraih keridhaan Allah Ta’ala. Apakah kiat dan amalan
apa yang harus kita perbuat?

Pertama: Orang-orang yang ingin mendapatkan ridha Allah, mereka berusaha agar ikhlas
dalam beramal. Allah Ta’ala berfirman,

3/9
‫َوَم ا َأِلَح ٍد ِع ْنَدُه ِم ْن ِنْعَم ٍة ُتْج َز ى۝ ِإاَّل اْبِتَغ اَء َو ْج ِه َر ِّبِه اَأْلْع َلى ۝ َو َلَس ْو َف َيْر َض ى‬

“Padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus
dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan
Tuhannya yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.” [Quran Al-
Lail: 19-21]

Berusaha menggapai ridha Allah Ta’ala adalah tanda kejujuran seseorang kepada Allah.
Dan inilah yang akan bermanfaat di hari kiamat kelak. Allah Ta’ala berfirman,

‫َقاَل اُهَّلل َه َذ ا َيْو ُم َيْنَفُع الَّص اِدِقيَن ِص ْد ُقُه ْم َلُه ْم َج َّناٌت َتْج ي ِم ْن َتْح ِتَه ا اَأْلْنَهاُر َخ اِلِديَن ِفيَه ا َأَبًد ا َر ِض َي اُهَّلل‬
‫ِر‬
‫َع ْنُه ْم َوَر ُض وا َع ْنُه َذ ِلَك اْلَفْو ُز اْلَع ِظ يُم‬

Allah berfirman: “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar
kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap-Nya. Itulah
keberuntungan yang paling besar”. [Quran Al-Maidah: 119]

Mengedepankan keridhaan Allah dibanding keridhaan selain-Nya adalah tanda bersihnya


hati seseorang dari kemunafikan. Allah Ta’ala berfirman,

‫َفِإَّن اَهَّلل اَل َيْر َض ى َع ِن اْلَقْو ِم اْلَفاِس ِقيَن‬

“Sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik itu.” [Quran At-Taubah:
96]

Siapa yang mencari ridha Allah, hendaknya ia melepaskan sifat-sifat kemunafikan dan
mengesakan Allah dalam menjalankan perintahnya.

Kedua: Di antara prinsip ajaran Islam yang dapat mengantarkan kita meraih ridha Allah
Ta’ala adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah. Ia mencintai seorang
muslim karena Allah. Orang yang ia cintai itu karena kualitas agama orang itu. Kemudian
ia juga membenci apa yang Allah benci karena kualitas agama orang tersebut. Atau
bahkan orang tersebu memusuhi agama Allah. Allah Ta’ala berfirman,

‫اَل َتِج ُد َقْو ًم ا ُيْؤ ِم ُنوَن ِباِهَّلل َو اْلَيْو ِم اآْل ِخ ِر ُيَو اُّد وَن َم ْن َح اَّد اَهَّلل َوَر ُس وَلُه َو َلْو َك اُنوا آَباَء ُه ْم َأْو َأْبَناَء ُه ْم َأْو‬
‫ِإْخ َو اَنُه ْم َأْو َع ِش يَر َتُه ْم ُأوَلِئَك َك َتَب ِفي ُقُلوِبِه ُم اِإْليَم اَن َو َأَّيَد ُه ْم ِبُر وٍح ِم ْنُه َو ُيْد ِخ ُلُه ْم َج َّناٍت َتْج ِر ي ِم ْن َتْح ِتَه ا‬
‫اَأْلْنَهاُر َخ اِلِديَن ِفيَه ا َر ِض َي اُهَّلل َع ْنُه ْم َوَر ُض وا َع ْنُه ُأوَلِئَك ِح ْز ُب اِهَّلل َأاَل ِإَّن ِح ْز َب اِهَّلل ُه ُم اْلُم ْف ِلُح وَن‬

4/9
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling
berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun
orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga
mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati
mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan
dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas
terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” [Quran Al-Mujadalah: 22].

Ketiga: Siapa yang bersyukur dengan hati dan anggota badannya, maka mereka akan
mendapatkan keridhaan Allah. Allah Ta’ala berfirman,

‫َو ِإْن َتْش ُك ُر وا َيْر َض ُه َلُك ْم‬

“Dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu.” [Quran Az-
Zumar: 7]

Keempat: Kemudian seseorang yang rukuk dan sujud. Wajah-wajah mereka bercahaya
karena wudhu. Wajah mereka bercahaya karena cahaya shalat dan mereka juga
mendapatkan ridha dari Rab mereka. Allah Ta’ala berfirman,

‫ُم َح َّم ٌد َر ُس وُل اِهَّلل َو اَّلِذيَن َمَع ُه َأِش َّد اُء َع َلى اْلُكَّفاِر ُر َح َم اُء َبْيَنُه ْم َتَر اُه ْم ُر َّك ًع ا ُس َّج ًد ا َيْبَتُغ وَن َفْض اًل ِمَن اِهَّلل‬
‫َو ِر ْض َو اًنا ِس يَم اُه ْم ِفي ُوُج وِه ِه ْم ِم ْن َأَثِر الُّس ُج وِد‬

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah
keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat
mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka
tampak pada muka mereka dari bekas sujud.” [Quran Al-Fath: 29].

Kelima: Mereka yang mendapatkan keridhaan Allah yang lainnya adalah mereka yang
meninggalkan syahwat mereka. Mereka lebih mengedepankan ridha Rab mereka dari
pada hawa nafsu itu agar bisa meraih keridhaan-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda tentang balasan bagi orang yang puasa,

‫ والَّص وُم لي وأنا أْج زي به‬،‫ َع بدي تَر َك َش هَو َته وَط عاَم ه وَش راَبه ابِتغاَء َمْر ضاتي‬: ‫قال َر ُّبكم عَّز وجَّل‬.

“Rab kalian Azza wa Jalla berfirman, ‘Hambaku telah meninggalkan syahwatnya,


makanan, dan minumannya demi mendapatkan keridhaan-Ku. Jika demikian puasa itu
untukku. Aku sendiri yang akan membalasnya’.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim].

5/9
Keenam: Demikian juga dengan berdzikir. Ini adalah amalan yang paling cepat
mendatangkan keridhaan Allah. orang-orang yang berdzikir akan mendapati keridhaan
Allah pada diri mereka. Mereka akan mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan di hati
mereka.

Renungkanlah firman Allah Ta’ala berikut ini. Yaitu Allah Ta’ala mengatakan kepada Nabi
kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫َفاْص ِبْر َع َلى َم ا َيُقوُلوَن َوَس ِّبْح ِبَح ْمِد َر ِّبَك َقْبَل ُط ُلوِع الَّش ْم ِس َو َقْبَل ُغ ُر وِبَه ا َو ِم ْن آَناِء الَّلْيِل َفَس ِّبْح‬
‫َو َأْط َر اَف الَّنَه اِر َلَع َّلَك َتْر َض ى‬

“Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji
Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada
waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa
senang.” [Quran Thaha: 130].

Ketujuh: Amalan lainnya adalah kalimat atau ucapan yang baik. Ucapan yang maknanya
mengandung kemuliaan dan kebaikan. Kalimat seperti ini bisa memberikan pengaruh
terhadap jiwa. Meninggikan derajat pelakunya hingga tingkatan yang tidak ia sangka-
sangka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ِإَّن اْلَع ْبَد َلَيَتَك َّلُم ِباْلَك ِلَم ِة ِم ْن ِر ْض َو اِن اِهلل َال ُيْلِقي َلَه ا َباًال َيْر َفُع ُه اُهلل ِبَه ا َد َر َج اٍت‬

“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah ridhai dalam
keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak
menyangka kata tersebut berakibat sesuatu, ternyata dengan kata tersebut Allah
mengangkatnya beberapa derajat…” [HR. Al-Bukhari no. 6478].

Dan siapa yang Allah ridhai, ia akan mendapatkan syafaat pada hari kiamat. Allah Ta’ala
berfirman,

‫َيْو َم ِئٍذ َيَّتِبُعوَن الَّد اِع َي اَل ِع َوَج َلُه َو َخ َش َع ِت اَأْلْص َو اُت ِللَّر ْح َم ِن َفاَل َتْس َم ُع ِإاَّل َه ْمًس ا ۝ َيْو َم ِئٍذ اَل َتْنَفُع‬
‫الَّش َفاَع ُة اَّل َم ْن َأِذَن َلُه الَّر ْح َم ُن َوَر ِض َي َلُه َقْو اًل‬
‫ِإ‬

“Pada hari itu manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-
belok; dan merendahlah semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu
tidak mendengar kecuali bisikan saja. Pada hari itu tidak berguna syafa’at, kecuali
(syafa’at) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah
meridhai perkataannya.” [Quran Thaha: 108-109].

6/9
‫ َو َأْس َتْغ ِفُر اَهَّلل اْلَع ِظ يَم اْلَج ِليل َفاْس َتغِفُر وه إَّنه ُه َو اْلَغ ُفوُر الَّر ِح يُم‬، ‫ َأُقوُل َم ا َتْس َم ُعوَن‬:‫ِع َباَد اِهَّلل‬.

Khutbah Kedua:

‫ وأشهد أن ال إله إال اهلل‬،‫ أحمُد ه سبحانه وأشكُر ه على المكُر مات‬،‫الحمد هلل على نعمة الخير والطاعات‬

‫ وأشهد أن سِّيَدنا ونبَّينا محمًد ا عبُد ه ورسوُله الُمفِّض ُل على العباد‬،‫وحده ال شريك له إلُه البرَّيات‬

‫ صَّلى اهلل عليه وعلى آله وصحِبه الفاِئزين بالِّر ضا والجَّنات‬،‫بالَّر حمات‬.

Ibadallah,

Banyak orang salah sangka, mereka kira bahwa kekayaan dan kemisikinan itu menjadi
parameter ridha atau tidaknya Allah pada seseorang. Padahal Allah Azza wa Jalla
memberi hart aini kepada orang beriman dan juga orang kafir. Allah Ta’ala berfirman,

‫ُكاًّل ُنِم ُّد َه ُؤ اَل ِء َو َه ُؤ اَل ِء ِم ْن َع َط اِء َر ِّبَك َوَم ا َك اَن َع َط اُء َر ِّبَك َمْح ُظ وًر ا‬

“Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan
bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi.”
[Quran Al-Isra: 20]

Sempitnya rezeki bukan tanda seseorang dimurkai Allah. demikian juga kekayaan bukan
berarti Allah itu ridha pada seseorang. Lihatlah Qarun. Ia memiliki harta yang sangaat
banyak. Namun itu sama sekali tidak menunjukkan Allah ridha pada dirinya. Malah Allah
membenamkannya ke bumi. Allah Ta’ala berfirman,

﴿ ‫ِإَذ ا َم ا اْبَتاَل ُه َر ُّبُه َفَأْك َر َم ُه َو َنَّع َم ُه َفَيُقوُل َر ِّبي َأْك َر َم ِن ۝ َو َأَّما ِإَذ ا َم ا اْبَتاَل ُه َفَقَد َر َع َلْيِه‬ ‫َفَأَّما اِإْلْنَس اُن‬
‫َأ‬ ‫ْز َقُه َفَيُقوُل‬
‫َر ِّبي َه اَنِن‬ ‫ِر‬

“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya
kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila
Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku
menghinakanku”. [Quran Al-Fajr: 15-16].

Ibadallah,

Kesalahan lainnya adalah seseorang mencintai popularitas. Senang kalau apa yang ia
katakana dan lakukan dilihat oleh orang lain. Senang mencari ridha manusia. Lebih
bahaya dari itu, seseorang berusaha mencari ridha manusia dan tidak peduli kalau Allah

7/9
menjadi murkan pada-Nya.

Ia bermudah-mudah memaklumi orang lain dalam kesesatan dan kefasikan yang mereka
perbuat. Bahkan ia melakukan yang haram karena takut pada manusia. Dia duduk di
majelis-majelis kemungkaran dengan sama sekali tidak ada perasaan marah. Tidak
menasihati kerabat dan teman yang melakukannya. Atau melakukan yang haram karena
takut kalau tidak ikut dikomentari dengan komentar yang buruk. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

Dalam lafazh Ibnu Hibban disebutkan,

‫ َوَم ْن ِاْلَتَمَس ِر َض ا الَّناِس ِبَس َخ ِط‬، ‫َم ْن ِاْلَتَمَس ِر َض ا اِهَّلل ِبَس َخ ِط الَّناِس رضي اهلل عنه َو َأْر َض ى َع ْنُه الَّناَس‬

‫اِهَّلل َس ِخ َط اُهَّلل َع َلْيِه َو َأْس َخ َط َع َلْيِه الَّناَس‬

“Barangsiapa yang mencari ridho Allah saat manusia tidak suka, maka Allah akan
meridhoinya dan Allah akan membuat manusia yang meridhoinya. Barangsiapa yang
mencari ridho manusia dan membuat Allah murka, maka Allah akan murka padanya dan
membuat manusia pun ikut murka.” [HR. Ibnu Hibban].

Ibadallah,

Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang mendapatkan keridhaan Allah Ta’ala.


Mendapat taufik dari-Nya untuk berusaha mengamalkan apa yang Dia perintahkan dan
menjauhi segala yang Dia larang. Dan semoga Allah menjaga dan menjauhkan kita dari
segala hal yang dapat mendatangkan kemurkaan-Nya.

‫ َو اْح ِم َح ْو َز َة الِّد ين‬،‫ وَأِذ َّل الـِّش ـْر َك والُمـشْـِر ِكين‬، ‫اللُه َّم أعَّز اِإْلْس اَل ِم َو اْلُمْس ِلِميَن‬.

‫ َو َأْص ِلح َأِئَّم َتَنا َو ُو اَل َة ُأُموِر َنا‬،‫اللُه َّم آِم َّنا ِفي َأْو َط ِنَنا‬.

‫ وتحكيم شرعك‬،‫ واتباع سنة نبيك‬،‫اللُه َّم وفق جميع والة المسلمين للعمل بكتابك‬.

‫اللُه َّم َو ِّفق إَم اَم َنا َخ اِد َم اْلَح َر َم ْيِن ِلما ِفيه ِع ُّز اِإْلْس اَل َم َوَص اَل ُح اْلُمْس ِلِمين‬.

‫اللُه َّم َو ِّفْق ُه َوَو ِلَّي َع ْهِدِه َو ِإْخ َو اَنه َو َأْع َو اَنه ِلما ُتِح ُبُه وَتْر َض اه‬.

‫ وسدد رميهم يا رب العالمين‬،‫اللُه َّم احفظ جنودنا المرابطين ورجال أمننا‬.

8/9
‫‪.‬اللُه َّم عليك بالحوثيين المفسدين‪ ،‬وبالخوارج المارقين‪ ،‬وبجميع أعداء الدين‬

‫‪.‬اللُه َّم اكفنا شرهم بما شئت‪ ،‬اللُه َّم إَّنا ندرأ بك في نحورهم‪ ،‬ونعوذ بك من شرورهم‬

‫‪.‬اللُه َّم إَّنا َنُعوُذ ِبَك ِم ْن َز َو اِل ِنْعَم َتك‪َ ،‬و َتَح ُّو ل َع اِفَيتك‪َ ،‬و ُفَج اَء ة َنِقَم ِتك‪َ ،‬وَج ِميِع َس َخ ِط ك‬

‫‪.‬اللُه َّم إَّنا َنُعوُذ ِبَك ِم ْن الَبَر ِص َو اْلُج َذ ام َو اْلُج ُنوِن َوَس ِّيئ اَأْلْس َقام‬

‫عباد اهلل‪ِ﴿ :‬إَّن اَهَّلل َيأُمُر ِبالَع دِل َو اِإلحساِن َو إيتاِء ِذي الُقربى َو َينهى َع ِن الَفحشاِء َو الُمنَك ِر َو الَبغِي َيِع ُظ ُك م‬
‫‪َ﴾.‬لَع َّلُك م َتَذ َّك روَن‬

‫‪.‬فاذكروا اهلل العظيم الجليل يذكركم‪ ،‬واشكروه على نعمه يزدكم‪ ،‬ولذكر اهلل أكبر‪ ،‬واهلل يعلم ما تصنعون‬

‫‪Oleh tim KhotbahJumat.com‬‬

‫‪Artikel www.KhotbahJumat.com‬‬

‫‪9/9‬‬

Anda mungkin juga menyukai