َو َع َلى آِلِه، َو الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َع َلى ُم َحَّمٍد َس ِّيِد َو َلِد َع ْدَناَن، َاْلَحْم ُد ِهلل اْلَم ِلِك الَّد َّياِن
َو َأْش َهُد َأْن اَّل ِإلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْيَك َلُه اْلُم َنـَّز ُه َع ِن اْلِج ْس ِم َّيِة َو اْلِج َهِة َو الَّز َم اِن. َو َص ْح ِبِه َو َتاِبِع ْيِه َع َلى َم ِّر الَّز َم اِن
َو َأْش َهُد َأَّن َس ِّيَدَنا ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه اَّلِذ ْي َك اَن ُخ ُلُقُه اْلُقْر آَن، َو اْلَم َك اِن
َو ِإْن َتُع ُّد وا ِنْع َم َة ِهَّللا اَل: اْلَقاِئِل ِفي ِكَتاِبِه اْلُقْر آِن، َفإِّني ُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ي ِبَتْقَو ى ِهللا اْلَم َّناِن، ِع َباَد الَّرْح ٰم ِن، َأَّم ا َبْعُد
)18 :ُتْح ُصوَها ِإَّن َهَّللا َلَغ ُفوٌر َر ِح يٌم (النحل
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib
berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas
keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melakukan semua kewajiban dan
meninggalkan seluruh yang diharamkan. Kaum Muslimin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah. Sudah
selayaknya kita bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang Ia anugerahkan kepada kita. Tiada satu pun
selain-Nya yang mampu menghitungnya. Nikmat terbagi menjadi dua macam, nikmat lahir dan nikmat batin. Allah
ta’ala berfirman:
َأَّوُل َم ا ُيَح اَس ُب ِبِه اْلَع ْبُد َيْو َم اْلِقَياَم ِة َأْن ُيَقاَل َلُه َأَلْم ُأِص َّح َلَك ِج ْس َم ك َو ُأْر ِو َك ِم ن اْلَم اِء اْلَباِر ِد
Artinya: “Hal pertama yang seorang hamba akan dihisab tentangnya di hari kiamat adalah dikatakan kepadanya:
Bukankah telah Aku sehatkan badanmu dan aku hilangkan dahagamu dengan air yang dingin?” (HR. al Hakim dan
ia menilainya shahih). Karenanya, mari kita hisab diri kita. Mari kita renungkan, sudahkah kita bersyukur atas
berbagai nikmat yang Allah kurniakan kepada kita sebagaimana mestinya? Saudara-saudara seiman, di antara
nikmat batin adalah nikmat teragung yang tidak sebanding dengan nikmat apapun, yaitu nikmat iman kepada Allah
dan nikmat-nikmat yang mengikutinya, yaitu berserah diri kepada Allah, mencintai orang-orang shaleh, kokohnya
keyakinan kita kepada Allah, mengagungkan ilmu agama dan semacamnya. Iman kepada Allah dan Rasul-Nya
adalah modal utama bagi seorang muslim, sehingga ia adalah nikmat yang paling agung, paling utama dan paling
tinggi yang diberikan kepada manusia. Orang yang diberi dunia (harta, jabatan dan semacamnya) namun tidak
diberi iman, maka seakan ia tidak diberi nikmat apapun. Sebaliknya, orang yang diberi iman dan tidak diberi dunia,
maka seakan ia tidak terhalang dari satu nikmat pun. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
َ ِإَّن َهللا عَّز وَج َّل ُيْع ِط ي الُّد ْنَيا َم ْن ُيِح ُّب َو َم ْن اَل ُيِح ُّب َو اَل ُيْع ِط ي الِّدْيَن ِإاَّل ِلَم ن َأَح ّب
Artinya: “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla memberikan (nikmat) dunia kepada orang yang Ia cintai dan kepada
orang yang tidak Ia cintai, dan tidak memberikan nikmat agama kecuali kepada orang yang Ia cintai.” (HR.
Ahmad) Di antara nikmat ada juga yang merupakan akibat atau buah dari nikmat iman. Nikmat ini tampak pada
anggota badan seseorang, seperti melaksanakan kewajiban, menjauhi perkara haram dan memperbanyak amal
sunnah. Nikmat iman sebenarnya adalah nikmat batin, akan tetapi pengaruhnya terlihat pada anggota badan. Iman
adalah syarat diterimanya amal shaleh. Tanpa iman, bentuk amal kebaikan sebanyak apapun tidak akan diterima
oleh Allah ta’ala. Orang yang mati dalam keadaan tidak iman akan datang di hari kiamat tanpa memiliki sedikit
pun kebaikan, karena ia tidak mengenal Allah dan tidak beriman kepada-Nya. Sedangkan seorang muslim yang
tidak bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya, lalu meninggal sebagai pelaku dosa besar, maka ia
tergantung pada kehendak Allah. Jika Allah menghendaki, Ia akan menyiksanya dan jika Allah menghendaki, Ia
akan mengampuninya. Sedangkan orang yang diberi taufiq untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya
yang lahir dan batin, dengan melaksanakan perintah Allah, sehingga ia melaksanakan kewajiban dan menjauhi
perkara haram serta menggunakan anugerah nikmat untuk menaati Tuhannya, maka balasan dari Tuhannya adalah
kenikmatan yang abadi, yang tidak akan punah dan sirna. Allah ta’ala berfirman:
) َج َزاُؤُهْم ِع ْنَد َر ِّبِهْم َج َّناُت َع ْد ٍن َتْج ِر ي ِم ْن َتْح ِتَها7( ُهْم َخ ْيُر اْلَبِر َّيِة ِإَّن اَّلِذ يَن آَم ُنوا َو َع ِم ُلوا الَّصاِلَح اِت ُأوَلِئَك
)8( َو َر ُضوا َع ْنُه َذ ِلَك ِلَم ْن َخ ِش َي َر َّبُه اَأْلْنَهاُر َخاِلِد يَن ِفيَها َأَبًدا َرِض َي ُهَّللا َع ْنُهْم
Maknanya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itulah sebaik-baik
makhluk. Balasan mereka dari Tuhannya adalah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka
kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridla terhadap mereka dan mereka pun ridla kepada-Nya. Itu adalah
(balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (QS. al Bayyinah: 7-8).
Mereka adalah makhluk yang paling berbahagia, karena Allah ridla terhadap mereka sebagaimana mereka ridla
kepada-Nya. Ridla Allah adalah salah satu sifat-Nya, yang tidak menyerupai ridla makhluk. Karena makna ridla
Allah adalah kehendak untuk memberikan nikmat. Sedangkan ridla para hamba kepada Tuhannya adalah
berimannya mereka kepada Allah, menerima ketetapan-Nya dan menyerahkan segala hal kepada-Nya. Mereka
tidak memprotes dan menyalahkan Allah dalam satu pun musibah yang menimpa mereka. Sebaliknya mereka
bersabar untuk tetap melaksanakan kewajiban dan menjauhi perkara haram serta menahan diri dari menggunakan
nikmat Allah dalam perbuatan maksiat kepada-Nya. Mereka juga bersabar atas ujian-ujian yang menimpa mereka,
sehingga balasan untuk mereka adalah ridla Allah terhadap mereka. Sungguh beruntung mereka. Alangkah
berbahagianya mereka. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Demikian khutbah singkat pada siang hari yang
penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.
َ،أُقْو ُل َقْو ِلْي ٰه َذ ا َو َأْسَتْغ ِفُر َهللا ِلْي َو َلُك ْم
َفاْسَتْغ ِفُرْو ُهِ ،إَّنُه ُهَو اْلَغ ُفْو ُر الَّر ِح ي
Khutbah II
َاْلَحْم ُد ِهلل َو َكَفىَ ،و ُأَص ِّلْي َو ُأَس ِّلُم َع َلى َس ِّيِد َنا ُم َحَّمٍد اْلُم ْص َطَفىَ ،و َع َلى آِلِه َو َأْص َح اِبِه َأْهِل اْلَو َفاَ .أْش َهُد َأْن اَّل إلَه ِإاَّل ُهللا
َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْيَك َلُهَ ،و َأْش َهُد َأَّن َس ِّيَدَنا ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه َأَّم ا َبْعُد َ ،فَيا َأُّيَها اْلُم ْس ِلُم ْو َن ُ ،أْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِسْي ِبَتْقَو ى ِهللا
اْلَع ِلِّي اْلَعِظ ْيِم َو اْع َلُم ْو ا َأَّن َهللا َأَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َع ِظ ْيٍم َ ،أَم َر ُك ْم ِبالَّص اَل ِة َو الَّس اَل ِم َع َلى َنِبِّيِه اْلَك ِر ْيِم َفَقاَل ِ :إَّن َهللا َو َم اَل ِئَكَتُه
ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّنِبِّي َ ،يا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َص ُّلوا َع َلْيِه َو َس ِّلُم وا َتْس ِليًم اَ ،الّٰل ُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُم َحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا
ُم َحَّمٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َباِر ْك َع َلى َس ِّيِد َنا ُم َحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُم َحَّمٍد َك َم ا
ّٰل
َباَر ْك َت َع َلى َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم ِ ،فْي اْلَع اَلِم ْيَن ِإَّنَك َحِم ْيٌد َم ِج ْيٌد َ .ال ُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت
واْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت اَأْلْح َياِء ِم ْنُهْم َو اَأْلْم َو اِت ،اللهم اْدَفْع َع َّنا اْلَباَل َء َو اْلَغاَل َء َو اْلَو َباَء َو اْلَفْح َش اَء َو اْلُم ْنَك َر َو اْلَبْغ َي
َو الُّسُيْو َف اْلُم ْخ َتِلَفَة َو الَّش َداِئَد َو اْلِمَح َن َ ،م ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا َبَطَن ِ ،م ْن َبَلِد َنا َهَذ ا َخاَّص ًة َو ِم ْن ُبْلَداِن اْلُم ْس ِلِم ْيَن َعاَّم ًةِ ،إَّنَك
َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيٌر ِع َباَد ِهللا ،إَّن َهللا َيْأُم ُر ِباْلَع ْد ِل َو اإْل ْح َس اِن َو ِإْيَتاِء ِذ ي اْلُقْر َبى وَيْنَهى َع ِن الَفْح َش اِء َو اْلُم ْنَك ِر َو الَبْغ ِي ،
َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن َ .فاذُك ُروا َهللا اْلَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َبُر