Anda di halaman 1dari 14

Saat Ketenaran Duniawi Menjadi Tujuan

‫ ونعو ُذ به ِمن‬،ُ‫ ونستغف ُره‬،‫ ونستعينُه‬،‫ نَحْ َم ُده‬،‫إن ال َح ْم َد هلل‬ َّ


‫ض َّل‬ ِ ‫ َم ْن يَ ْه ِده هللا فَال ُم‬،‫ت أ ْع َمالِنا‬ ِ ‫ َو ِم ْن سيئا‬،‫ُور أنفُ ِسنَا‬
ِ ‫ُشر‬
ُ‫ فَال هَا ِدي لَه‬، ْ‫ ومن يُضْ لِل‬،ُ‫لَه‬
َّ ‫ وأشه ُد‬،ُ‫ك لَه‬
‫أن ُم َح َّم ًدا‬ َ ‫أن ال إلَهَ إال هللاُ َوحْ َدهُ ال َش ِري‬ ْ ‫أَ ْشهَ ُد‬
‫ع ْب ُده و َرسُولُه‬
‫صلِّى َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َع هُ ًدى‬َ ‫اَللَّهُ َّم‬
‫ق تُقَاتِ ِه َوال تَ ُموتُ َّن إِال َوأَ ْنتُ ْم‬ َّ ‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬َ ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذ‬
َ ‫ُم ْسلِ ُم‬
‫ون‬
َ َ‫اح َد ٍة َو َخل‬
‫ق‬ ِ ‫س َو‬ ٍ ‫يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف‬
‫ث ِم ْنهُ َما ِر َجاال َكثِيرًا َونِ َسا ًء َواتَّقُوا هَّللا َ الَّ ِذي‬ َّ َ‫ِم ْنهَا َز ْو َجهَا َوب‬
َ ‫ون بِ ِه َواألرْ َحا َم إِ َّن هَّللا َ َك‬
‫ان َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬ َ ُ‫تَ َسا َءل‬
‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَ ْوال َس ِدي ًدا * يُصْ لِحْ لَ ُك ْم‬ َ ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذ‬
‫أَ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع هَّللا َ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَا َز‬
‫فَ ْو ًزا َع ِظي ًما‬

Jama’ah shalat jum’ah yang dirahmati Allah SWT

Khatib mewasiatkan kepada seluruh para jama’ah agar senantiasa meningkatkan


ketaqwaan kepada Allah Swt. Salah satunya dengan mengikhlaskan seluruh amal
perbuatan, yang tidak mengharapkan apapun dan ridha siapapun kecuali hanya ridha
Allah ‫ﷻ‬. Sehingga amal kita diterima di sisi Allah serta mendapatkan balasan
berupa jannah-Nya yang penuh dengan kenikmatan.

Hadirin sidang jama’ah shalat jum’at yang dirahmati Allah SWT

Hari ini kita dihadapkan pada suatu masa, ketika harta, kedudukan, serta pujian manusia
menjadi ukuran kemuliaan dan ketinggian seseorang di hadapan yang lain.
Bahwa orang hebat adalah yang terkenal dan namanya sering disebut di mana-mana,
orang sukses adalah orang yang punya kedudukan serta jabatan tinggi. Orang besar
adalah mereka yang selalu bekecukupan harta dan hidup tanpa kesusahan, serta
seabrek indikator-indikator ‘palsu’ dimunculkan untuk merusak pemahaman manusia
tentang makna kesuksesan dan kemuliaan.

Supaya manusia tertipu dan lupa pada hakikat ketinggian dan kemuliaan yang
sebenarnya, yakni ketaqwaan dan ketaatan kepada Allah. “Sesungguhnya yang paling
mulia diantara kamu adalah yang paling bertaqwa (kepada Allah). Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui Mahateliti”. (QS al-Hujurat: 13)

Akibatnya, banyak orang yang akhirnya beramal hanya demi mencari ridho dan kerelaan
manusia, tanpa peduli lagi pada pahala dan balasan dari Allah. Asal pekerjaan itu
disenangi dan dikagumi serta mulia di mata manusia, syariat Allah rela dijadikan tumbal.
Akhirnya, muncullah golongan manusia yang beramal supaya dilihat dan dipuji oleh
orang lain, atau beramal karena riya’. Mereka berebut agar bisa menjadi objek pujian
dan perhatian manusia dalam setiap amal yang mereka kerjakan. Karena mereka
menganggapnya sebagai upaya ‘mengejar kesuksesan’.

Tanpa disadari, sebenarnya mereka sedang mengejar kesia-siaan. Mereka lupa, bahwa
hidup bukan hanya sekedar untuk mencari pujian dan kebanggaan palsu. Dan lupa,
bahwa esensi dari penciptaan mereka di dunia ini adalah untuk beribadah ikhlas hanya
kepada-Nya. Semua perbuatan kita, baik atau buruk, besar atau kecil pasti akan
mendapatkan balasan yang setimpal. Bagi mereka yang beramal karena Allah, Allah
sendirilah yang telah menjamin pahala dan balasannya. Lalu, bagaimana mereka yang
beramal dengan menjilat manusia?

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, “Barangsiapa yang mencari keridhaan Allah


meskipun ia memperoleh kebencian dari manusia, maka Allah akan mencukupkan dia
dari ketergantungan kepada manusia. Dan barangsiapa yang mencari keridhaan
manusia dengan mendatangkan kemurkaan Allah, maka Allah akan menyerahkanya
kepada manusia.” (HR Tirmidzi).

Imam Muhammad bin Abdurrahman al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul


Ahwadzi mengatakan, “Maksudnya, Allah akan menjadikannya berada dibawah kuasa
manusia, lalu mereka menyakiti dan menganiayanya.”

Yang menyedihkan, penyakit haus pujian atau riya’ ini ternyata tidak hanya menyerang
kalangan awam saja. Bahkan banyak pengidapnya justru orang-orang yang faham akan
bahaya riya’ itu sendiri.
Mereka yang ahli ibadah, para da’i dan mubaligh, thalibul ilmi, serta para penghafal al-
qur’an justru lebih berpotensi besar terjangkiti virus ini. Kuantitas amal shalih yang
mereka kerjakan, ternyata membuat setan tergiur untuk mengggelincirkan kelompok ini,
agar keikhlasan mereka pudar, dan ganti beramal untuk manusia, pujian, serta
kedudukan. Seorang da’i akan di hasut setan agar berbuat riya’ memperbagus
dakwahnya demi popularitas dan dikatakan sebagai ‘penguasa panggung’. Para
penghafal Al-Qur’an akan diarahkan supaya beramal demi dianggap sebagai ‘orang
yang dekat dengan Kitabullah’. Sedangkan setan akan menghasut para alim ulama agar
mereka beramal supaya dielukan sebagai orang yang ‘fakih dan faham dalam masalah
dien’. Wal ‘iyadzu  billah.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjelaskan tentang definisi riya’, “Riya’


adalah ibadahnya seseorang kepada Allah, akan tetapi ia melakukan dan
membaguskannya supaya di lihat dan dipuji oleh orang lain, seperti dikatakan sebagai
ahli ibadah, orang yang khusyu’ shalatnya, yang banyak berinfaq dan
sebagainya.” Intinya dia ingin agar apa yang dikerjakan mendapat pujian dan keridhoan
manusia. Rasulullah menyebut riya’ dengan “syirik kecil”, karena sejatinya
pelaku riya’ tidak mutlak menjadikan amalan tersebut sebagai bentuk ibadah kepada
manusia, serta sarana taqarrub kepadanya. Meskipun begitu, bahayanya tak bisa
dianggap sebelah mata.

Jama’ah shalat jum’at yang dirahmati Allah SWT

Jauh-jauh hari Rasulullah sudah memperingatkan kita tentang betapa bahayanya “syirik
kecil” ini. Beliau bersabda,

‫ك‬ُ ْ‫ك اأْل َصْ َغ ُر قَالُوا َو َما ال ِّشر‬ ُ ْ‫اف َعلَ ْي ُك ْم ال ِّشر‬ ُ ‫ف َما أَ َخ‬َ ‫إِ َّن أَ ْخ َو‬
‫اأْل َصْ َغ ُر يَا َرسُو َل هَّللا ِ قَا َل الرِّ يَا ُء يَقُو ُل هَّللا ُ َع َّز َو َج َّل لَهُ ْم يَ ْو َم‬
‫ين ُك ْنتُ ْم‬ َ ‫ي النَّاسُ بِأ َ ْع َمالِ ِه ْم ْاذهَبُوا إِلَى الَّ ِذ‬ ِ ‫ْالقِيَا َم ِة إِ َذا ج‬
َ ‫ُز‬
َ ‫ون فِي ال ُّد ْنيَا فَا ْنظُرُوا هَلْ تَ ِج ُد‬
‫ون ِع ْن َدهُ ْم َج َزا ًء‬ َ ‫تُ َرا ُء‬
“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka
bertanya: Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menjawab: “Riya’, Allah ‘azza wajalla berfirman kepada mereka pada hari kiamat saat
semua manusia diberi balasan atas amal-amal mereka: Temuilah orang-orang yang dulu
kau perlihatkan amalmu kepada mereka di dunia, lalu lihatlah apakah kalian
menemukan balasan disisi mereka?” (HR Ahmad)
Imam an-Nawawi dalam kitab Riyadush Shalihin, dalam bab Tahriimur
Riya’ (pengharaman riya’) menyebutkan sebuah hadist yang diriwayatkan oleh sahabat
Abu Hurairah. Dalam hadist tersebut Rasulullah bersabda tentang tiga orang yang
pertama kali di hisab pada hari kiamat. Mereka adalah orang yang mati syahid dalam
pertempuran, seseorang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya, serta orang yang
selalu berinfaq di jalan Allah. Setelah mereka dipanggil, maka ditunjukkan kepada
mereka kenikmatan dan pahala yang banyak karena amal shalih yang telah mereka
kerjakan. Namun ternyata pahala mereka musnah, dan ketiganya justru menjadi
penghuni neraka, karena ternyata amal kebaikan yang mereka kerjakan di dunia hanya
bertujuan mendapatkan pengakuan dan pujian dari manusia. Mereka menjual pahala
dan kenikmatan akhirat demi manisnya ucapan dan indahnya pandangan orang
lain. Na’udzu billahi min dzalik.

Bagaimana cara kita menjauhi virus yang satu ini? Solusinya adalah dengan berusaha
untuk ikhlas di setiap amal yang kita kerjakan, dan selalu berupaya protektif
menjaganya. Karena setan tak akan pernah menyerah untuk memberikan bisikan-
bisikannya demi menggoyahkan dan merusak keikhlasan seseorang. Agar manusia
menjadi budak sesamanya, beramal untuk kepuasan semu, serta mencampuradukkan
tujuan hakiki amal shalih dengan tujuan bathil.

.‫أَقُ ْو ُل قَ ْولِ ْي هَ َذا َوأَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ْال َع ِظ ْي َم لِ ْي َولَ ُك ْم َولِ َسائِ ِر ْال ُم ْسلِ ِمي َْن‬
ِ ‫ إِنَّهُ هُ َو ْال َغفُ ْو ُر الر‬،ُ‫فَا ْستَ ْغفِر ُْوه‬
‫َّح ْي ُم‬
Khutbah kedua

َّ‫ أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِال‬.‫ اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َح ْم ًدا َكثِ ْيرًا َك َما أَ َم َر‬,ِ ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل‬
‫ك لَهُ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح ِّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ َو َعلَى‬ َ ‫هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬
‫ أَ َّما بَ ْع ُد؛‬،‫ان إِلَى يَ ْو ِم ال ِّدي ِْن‬
ٍ ‫آلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َس‬
َ‫ق تُقَاتِ ِه َوال‬ َّ ‫ فَاتَّقُوا هللاَ َح‬،ِ‫ي بِتَ ْق َوى هللا‬ َ ‫ص ْي ُك ْم َوإِيَّا‬ ِ ‫ أُ ْو‬،ِ‫ِعبَا َد هللا‬
‫تَ ُم ْوتُ َّن إِالَّ َوأَنتُ ْم ُّم ْسلِ ُم ْو َن‬
Rasulullah pernah mengajarkan sebuah doa yang dapat kita jadikan perisai dari
perbuatan syirik kecil (Riya’). Beliau bersabda dalam sebuah hadist, “Takutlah kalian
terhadap syirik karena dia lebih halus dari langkah semut.” Kemudian seseorang
bertanya, “Wahai Rasulallah, bagaimana kami harus menghindarinya, sementara dia
lebih halus dari langkah semut?” Maka beliau menjawab: “Berdo’alah dengan membaca:

ُ‫ك َش ْيئًا نَ ْعلَ ُم ه‬ َ ‫ك ِم ْن أَ ْن نُ ْش ِر‬


َ ِ‫ك ب‬ َ ِ‫اللَّهُ َّم إِنَّا نَ ُع و ُذ ب‬
‫نَ ْعلَ ُم‬ َ ‫َونَ ْستَ ْغفِ ُر‬
‫ك لِ َما اَل‬
(Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan
sesuatu yang kami ketahui dan kami meminta ampun kepada-Mu terhadap apa yang
tidak kami ketahui).” (HR Ahmad)

Sayyid Muhammad Nuh dalam kitabnya at-Taujihaad an-Nabawiyyah memberikan


penjelasan, “Agama Islam melarang dan melawan segala bentuk kesyirikan,
sebagaimana yang disebutkan dalam banyak ayat Al-Qur’an-yang di antaranya adalah
syirik kecil-dengan memberikan ancaman dan peringatan, karena melihat banyaknya
manusia yang lalai darinya, meremehkannya, terperosok kedalamnya, dan terlumuri oleh
kenajisan syirik kecil ini. Hadits ini berisikan do’a agar kita terlepas dari penyakit syirik
kecil yang sering menyelinap ke dalam hati tanpa kita sadari dan kemudian merusaknya.
Sebagaimana seorang pencuri yang menyelinap ke rumah korbannya, kemudian
mengambil barang-barang yang dimiliki, sedang pemiliknya sedang terlelap dalam tidur.”

Semoga Allah senantiasa menjaga keikhlasan hati kita dan menjauhkan kita dari
beramal karena pujian dan penglihatan manusia karena sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui semua yang kita sembunyikan dalam hati. Dan Allah hanya akan menerima
amalan yang ditujukan untuk mencari ridha-Nya semata.
‫إن هللا ومالئكته يصلون على النبي ياأيها الذين امنوا صلوا‬
‫عليه وسلموا تسليما‬
‫ْت َعلَى‬ ‫صلَّي َ‬
‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫ار ْك َعلَى‬ ‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ .‬وبَ ِ‬ ‫آل إِ ْب َرا ِه ْي َم‪ ،‬إِنَّ َ‬
‫إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫ت َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫آل‬ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْك َ‬ ‫ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪.‬‬ ‫إِ ْب َرا ِه ْي َم‪ ،‬إِنَّ َ‬
‫اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات‬
‫األحياء منهم واألموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات‬
‫ك َش ْيئًا نَ ْعلَ ُمهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُر َ‬
‫ك لِ َما‬ ‫ك بِ َ‬ ‫ك ِم ْن أَ ْن نُ ْش ِر َ‬ ‫اللَّهُ َّم إِنَّا نَعُو ُذ بِ َ‬
‫اَل نَ ْعلَ ُم‬
‫ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى االخرة حسنة وقنا عذاب النار‬
‫سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسالم على المرسلين‬
‫والحمد هلل رب العالم‬
‫‪RODA KEHIDUPAN‬‬

‫هلل َن ْح َم ُدهُ َو َن ْس َت ِع ْي ُن ُه َو َن ْس َت ْغفِ ُرهُ َو َن ُع ْو ُذ‬


‫إِنَّ ا ْل َح ْم َد ِ‬
‫ت أَ ْع َمالِ َنا َمنْ َي ْه ِد ِه‬ ‫س ِّي َئا ِ‬‫ش ُر ْو ِر أَ ْنفُسِ َنا َو َ‬ ‫هلل مِنْ ُ‬ ‫ِبا ِ‬
‫ش َه ُد‬ ‫ِي َل ُه َوأَ ْ‬ ‫ضلِلْ َفالَ هَاد َ‬ ‫هللاُ َفالَ ُمضِ ل َّ َل ُه َو َمنْ ُي ْ‬
‫ش َه ُد أَنَّ‬
‫ش ِر ْي َك َل ُه َوأَ ْ‬ ‫أَنْ الَ إِ َل َه إِالَّ هللاُ َو ْح َدهُ الَ َ‬
‫س ْولُ ُه‬
‫‪ُ .‬م َح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َر ُ‬
‫ا َّتقُو ْا هّللا َ َح َّق ُت َقا ِت ِه َوالَ“‬ ‫آ َم ُنو ْا‬ ‫َيا أَ ُّي َها ا َّلذِينَ‬
‫ُّم ْسلِ ُمونَ‬ ‫َوأَن ُتم‬ ‫‪َ ”.‬ت ُمو ُتنَّ إِالَّ‬
‫س“‬ ‫اس ا َّتقُو ْا َر َّب ُك ُم ا َّلذِي َخ َل َق ُكم ِّمن َّن ْف ٍ‬ ‫َيا أَ ُّي َها ال َّن ُ‬
‫َوا ِح َد ٍة َو َخ َل َق ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َب َّث ِم ْن ُه َما ِر َجاالً َكثِيراً‬
‫ساءلُونَ ِب ِه َواألَ ْر َحا َم إِنَّ‬ ‫ساء َوا َّتقُو ْا هّللا َ ا َّلذِي َت َ‬ ‫َو ِن َ‬
‫‪”.‬هّللا َ َكانَ َع َل ْي ُك ْم َرقِيبا ً‬
‫سدِيداً“‬ ‫َيا أَ ُّي َها ا َّلذِينَ آ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َوقُولُوا َق ْوالً َ‬
‫صل ِْح َل ُك ْم أَ ْع َما َل ُك ْم َو َي ْغف ِْر َل ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم َو َمن ُيطِ ْع‬ ‫‪ُ .‬ي ْ‬
‫از َف ْوزاً َعظِ يما ً‬ ‫سو َل ُه َف َقدْ َف َ‬ ‫‪”.‬هَّللا َ َو َر ُ‬
‫اب هَّللا ِ‪َ ،‬و َخ ْي ُر ا ْل ُهدَى‬ ‫ث ِك َت ُ‬ ‫أَ َّما َب ْعدُ‪َ ،‬فإِنَّ َخ ْي َر ا ْل َحدِي ِ‬
‫ور‬ ‫م‬‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫أْل‬ ‫ا‬ ‫ر‬
‫ُّ‬ ‫َ‬
‫ش‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫‪،‬‬ ‫م‬
‫َ‬ ‫َّ‬
‫ل‬ ‫س‬‫َ‬ ‫و‬‫َ‬ ‫ه‬‫ِ‬ ‫ي‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ل‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫هَّللا‬
‫ص َّلى ُ‬ ‫ُهدَى ُم َح َّم ٍد‪َ  ‬‬
‫ِ‬
‫ضاَل َل ٌة‬‫‪ُ .‬م ْح َد َثا ُت َها‪َ ،‬و ُكل ُّ ِبدْ َع ٍة َ‬
Jama’ah Jum’at rahimakumullah…

Mari kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah ta’ala dengan ketaqwaan


yang sebenar-benarnya; yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan
oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ’alaihi wasallam serta menjauhi apa
yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ’alaihi wasallam.

Jama’ah Jum’at yang semoga dimuliakan Allah…

Roda kehidupan. Itulah barangkali salah satu ungkapan yang pas untuk
menggambarkan perjalanan kita di dunia yang fana ini. Roda yang
berputar, kadang di atas dan kadang pula di bawah. Ada kehidupan dan
ada kematian. Ada kondisi sehat dan ada kondisi sakit. Ada rasa senang
dan adapula rasa susah. Ada kondisi kaya dan ada kondisi miskin. Ada
saatnya naik jabatan dan ada saatnya pula turun dari jabatan. Ini
semua adalah bagian dari ujian kehidupan.

Allah ta’ala  berfirman,

“‫ش ِّر َوا ْل َخ ْي ِر ِف ْت َن ًة‬


َّ ‫” َو َن ْبلُو ُك ْ_م ِبال‬
Artinya: “Kami (Allah) akan menguji kalian dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan”.  QS. Al-Anbiya’ (21): 35.

Beruntunglah para manusia yang sukses dan berhasil melewati berbagai


macam ujian yang sangat beragam tersebut dengan baik..

Kaum muslimin dan muslimat yang kami hormati…

Tidak mudah memang untuk sukses dalam melewati berbagai macam


ujian yang amat beragam itu. Ada yang sukses saat diuji dengan
kekayaan, namun ternyata ia gagal ketika diuji dengan kemiskinan. Ada
pula yang sebaliknya; sukses saat diuji dengan kemiskinan, tetapi gagal
ketika diuji dengan kekayaan.
Ada yang sukses saat diuji dengan kesehatan, namun gagal ketika diuji
dengan sakit. Sebaliknya, ada yang sukses saat diuji dengan sakit,
tetapi gagal ketika diuji dengan kesehatan.

Ada yang sukses saat mendapat ujian naik jabatan, namun gagal ketika
diuji turun jabatan. Adapula yang sebaliknya, sukses saat mendapat
ujian turun jabatan, namun gagal ketika diuji naik jabatan.

Bagaimanakah gerangan caranya agar kita bisa sukses total dalam


menghadapi berbagai macam ujian yang beragam tadi?

Faktor pertama dan utama yang diperlukan hamba, adalah taufik dan


bantuan dari Allah ta’ala.

Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah…

Taufik dari Allah adalah karunia yang diberikan-Nya kepada siapapun


yang Dia kehendaki. Tidak peduli apakah ia pejabat atau rakyat jelata,
pria atau wanita, tua atau muda, bersuku Jawa atau Sunda atau
Sumatra. Semua berpeluang untuk mendapatkan karunia istimewa
tersebut.

Namun, kita semua dituntut untuk berusaha dan berikhtiar dalam


mengejar karunia mulia itu. Salah satu bentuknya adalah dengan
mengamalkan nasehat Nabi shallallahu ’alaihi wasallam berikut ini,

ِّ ‫اء َي ْع ِر ْف َك فِي ال‬


“‫ش َّد ِة‬ ِ ‫الر َخ‬ ِ ‫ف إِ َلى‬
َّ ‫هللا فِي‬ ْ ‫” َت َع َّر‬
“Kenalilah Allah saat lapang; niscaya Dia akan mengenalimu ketika
engkau susah”. HR. Al-Hakim dari Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhuma dan
dinyatakan sahih oleh al-Albaniy.

Dalam kitab Jâmi’ al-‘Ulûm wa al-Hikam, Imam Ibn


Rajab rahimahullah menjelaskan makna hadits di atas.
Maksud dari mengenali Allah saat lapang adalah: bertakwa kepada-Nya
serta menjalankan aturan-Nya. Barang siapa menjalankan hal itu, maka
ia telah mengenal Allah. Sehingga ia memiliki hubungan spesial
dengan-Nya. Nah, ketika ia mengalami kondisi susah, niscaya saat itu
Allah akan mengenalinya. Kedekatannya dengan Allah saat lapang,
sangat bermanfaat dalam kondisi susah seperti ini. Ia akan disayang
Allah dan dikabulkan permintaannya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…

Kondisi lapang, contohnya adalah saat kita sehat, kaya, menduduki


jabatan dan yang semisal dengan itu.

Sedangkan kondisi susah, contohnya adalah ketika kita sakit, miskin,


turun jabatan dan yang semisalnya.

Maka, saat kondisi fisik sehat, gunakanlah kesempatan emas itu


untuk lebih bersemangat dalam beribadah kepada
Allah ta’ala.  Menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi
larangan-larangan-Nya. Tunaikan shalat berjamaah di masjid dan
ringan tanganlah dalam membantu orang lain yang membutuhkan
bantuan.

Bila itu dilakukan, insyaAllah  kita akan dibantu Allah agar kuat dalam
menghadapi ujian sakit. Akan terasa ringan dalam menjalani
penderitaan itu. Akan dibantu untuk bisa bersabar dalam menanggung
ketidaknyamanan. Dan mungkin juga akan segera dikaruniai
kesembuhan oleh Allah ta’ala. Itulah antara lain buah dari kepatuhan
kita dahulu pada Allah, saat kondisi tubuh kita sedang sehat.

Setali tiga uang, saat kondisi rizki sedang lancar. Tunaikanlah zakat


harta kita, jangan lupakan saudara-saudara kita kaum fakir-miskin dan
dhu’afa. Dukung proyek-proyek kebaikan Islam.

Bila itu dijalankan, insyaAllah  ketika rizki seret, keimanan kita akan


tetap kokoh karena dijaga oleh Allah ‘azza wa jalla.
Rizki yang sedikit akan tetap mencukupi kebutuhan kita, karena
diberkahi oleh Allah. Dan mungkin badai ujian ekonomi tersebut akan
segera berakhir. Itulah antara lain buah dari ketaatan kita dahulu pada
Allah saat rizki sedang lancar.

Tidak jauh berbeda, manakala kita menduduki kursi


jabatan. Pergunakanlah kesempatan emas itu untuk mematuhi dan
menjalankan aturan-aturan Allah, bukan justru melanggarnya.
Adakanlah kegiatan-kegiatan yang tidak menabrak aturan agama.
Berusahalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, bukan justru
memperkaya diri sendiri dan kroni-kroni. Imbangkanlah pembangunan
fisik dan mental, jasmani dan rohani. Jangan timpang antara keduanya.

Apabila seluruh kebaikan itu ditunaikan, insyaAllah saat turun dari kursi


jabatan, kita akan tetap disegani dan dihormati oleh rakyat dan
bawahan. Akan ikhlas dalam menjalani ketetapan Tuhan. Serta yang
paling istimewa dari itu semua, insyaAllah  akan meraih keridhaan dari
Allah Yang Maha Rahman. Itulah antara lain buah manis dari kepatuhan
kita kepada Allah, saat dahulu sedang menduduki kursi jabatan.

‫ وأستغفر هللا لي ولكم ولجميع‬،‫أقول قولي هذا‬


‫ فاستغفروه إنه هو الغفور‬،‫المسلمين والمسلمات‬
‫الرحيم‬.

 
KHUTBAH KEDUA:

ِ ‫شدِي ِد ا ْل ِع َقا‬
‫ب‬ َ ‫ب‬ ِ ‫ب َو َق‬
ِ ‫اب ِل ال َّت ْو‬ ِ ‫هلل “ َغاف ِِر ال َّذ ْن‬ ِ ‫ا ْل َح ْم ُد‬
‫ش َه ُد‬ ْ َ‫ َوأ‬،”‫ذِي ال َّط ْو ِل اَل إِ َل َه إِاَّل ه َُو إِ َل ْي ِه ا ْل َمصِ ي ُر‬
َ‫ش ِب ْي َه َوال‬ َ َ‫س ْب َحا َن ُه َوال‬ ُ ‫أَنْ الَ إِل َه إِالَّ هللاُ الَ نِدَّ َل ُه‬
‫س ْولُ ُه‬ ُ ‫ش َه ُد أَنَّ ُم َح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َر‬ ْ َ‫ َوأ‬،‫َم ِث ْيل َ َوالَ َنظِ ْي َر‬
‫س َّل َم‬ َ ‫ص َّلى هللاُ َو‬ َ ،‫ج ا ْل ُم ِن ْي ُر‬ُ ‫س َرا‬ ِّ ‫ا ْل َبشِ ْي ُر ال َّن ِذ ْي ُر َوال‬
ِ ‫ص ْح ِب ِه َو ُكل ِّ َت‬
‫اب ٍع‬ َ ‫ار َك َع َل ْي ِه َو َع َلى آلِ ِه َو‬ َ ‫َو َب‬
‫ ُم ْس َت ِن ْي ٍر‬.
Sidang Jum’at yang kami hormati…

Allah subhanahu wa ta’ala mengingatkan kita bahwa hakikat kekuasaan dan


kemuliaan itu adalah milik Allah ‘azza wa jalla. Dia yang memberi jabatan kepada
siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dia pula yang mencabut jabatan dari siapa pun
yang dikehendaki-Nya.

“ ٍ‫ش ْيء‬ َ ِّ ‫شا ُء ِب َي ِد َك ا ْل َخ ْي ُر إِ َّن َك َعلَى ُكل‬


َ ‫شا ُء َو ُت ِذل ُّ َمنْ َت‬
َ ‫شا ُء َو ُتع ُِّز َمنْ َت‬ َ ‫قُ ِل اللَّ ُه َّم َمالِ َك ا ْل ُم ْلكِ ُت ْؤتِي ا ْل ُم ْل َك َمنْ َت‬
َ ‫شا ُء َو َت ْن ِز ُع ا ْل ُم ْل َك ِم َّمنْ َت‬
‫” َقدِي ٌر‬

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan,


Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki,
dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki.
Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkau lah
segala kebaikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala
sesuatu”. QS. Ali Imran (3): 26.

Maka, jangan sampai karunia Allah berupa kekuasaan itu, justru


digunakan untuk melanggar aturan Sang Pemberi karunia kekuasaan
tersebut, yakni Allah subhanahu wa ta’ala..

 
‫هذا؛ وصلوا وسلموا –رحمكم هللا– على الصادق‬
‫األمين؛ كما أمركم بذلك موالكم رب العالمين‪ ،‬فقال‬
‫ون َع َلى ال َّن ِب ِّي َيا‬ ‫سبحانه‪“ :‬إِنَّ هَّللا َ َو َماَل ِئ َك َت ُه ُي َ‬
‫صلُّ َ_‬
‫س ِّل ُموا َت ْسلِيما ً‬
‫صلُّوا َع َل ْي ِه َو َ‬ ‫‪”.‬أَ ُّي َها ا َّلذِينَ آ َم ُنوا َ‬
‫اللهم صل على محمد وعلى_ آل محمد كما صليت‬
‫على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد‪ ,‬اللهم‬
‫بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على‬
‫‪.‬إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد‬
‫ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن‬
‫من الخاسرين‬
‫ربنا اغفر لنا وإلخواننا الذين سبقونا_ باإليمان_ وال‬
‫تجعل في قلوبنا غال للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف‬
‫رحيم‬
‫ربنا ال تزغ قلوبنا_ بعد إذ هديتنا_ وهب لنا من لدنك‬
‫رحمة إنك أنت الوهاب‬
‫اللهم نج إخواننا_ المؤمنين المستضعفين في بورما‪،‬‬
‫وسوريا‪ ،‬وفلسطين‪ ،‬وفي كل مكان‬
‫اللهم اشدد وطأتك_ على كفار بورما الظالمين‪ ،‬وعلى_‬
‫جيوش بشار المجرمين ومن حالفهم_ من الروس‬
‫والصين وإيران واليهود الظالمين‪ ،‬يا عزيز يا جبار‬
‫اللهم اجعلها عليهم_ سنين كسني يوسف‬
‫ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي اآلخرة حسنة وقنا‬
‫عذاب النار‬
‫وصلى_ هللا على نبينا_ محمد وعلى آله وصحبه ومن‬
‫تبعهم_ بإحسان إلى يوم الدين‬
‫وآخر دعوانا_ أن الحمد هلل رب العالمين‪ .‬أقيموا‬
‫…الصالة‬

Anda mungkin juga menyukai