Anda di halaman 1dari 5

‫ َو َنُعوُذ ِباِهلل ِم ْن ُش ُروِر َأْنُفِس َنا َو ِم ْن َس ِّيَئاِت‬،‫إَّن الـَح ْم َد ِهّلِل َنـْح َم ُد ُه َو َنْسَتِع ْيُنُه َو َنْسَتْغ ِفُر ُه‬

‫ َو َأْش َهُد َأن َّال ِإَلَه ِإَّال هللا َو ْح َد ُه‬،‫ َو َم ْن ُيْض ِلْل َفاَل َهاِدَي َلُه‬،‫ َم ْن َيْهِدِه ُهللا َفاَل ُمِض َّل َلُه‬،‫َأْع َم اِلَنا‬
‫اَل َش ِرْيَك َلُه َو َأْش َهُد َأَّن ُم ـَح َّم دًا َع ْبُد ُه َو َر ُسوُله‬
‫ َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َح َّق ُتَقاِتِه َو اَل َتُم وُتَّن ِإاَّل َو َأْنُتْم‬،‫قال هللا تعالى فى كتابه الكريم‬
‫ُم ْس ِلُم وَن‬

‫َٰٓيَأُّيَها ٱلَّناُس ٱَّتُقو۟ا َر َّبُك ُم ٱَّلِذ ى َخ َلَقُك م ِّم ن َّنْفٍس َٰو ِح َد ٍة َو َخ َلَق ِم ْنَها َز ْو َج َها َو َبَّث ِم ْنُهَم ا ِر َج ااًل‬
‫َك ِثيًرا َو ِنَس ٓاًء ۚ َو ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّلل ٱَّلِذ ى َتَس ٓاَء ُلوَن ِبِهۦ َو ٱَأْلْر َح اَم ۚ ِإَّن ٱَهَّلل َك اَن َع َلْيُك ْم َر ِقيًبا‬

‫ َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َو ُقوُلوا َقْو اًل َسِد يًد ا‬،‫وقال تعالى‬
‫ُيْص ِلْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم َو َيْغ ِفْر َلُك ْم ُذ ُنوَبُك ْم َو َم ْن ُيِط ِع َهَّللا َو َر ُسوَلُه َفَقْد َفاَز َفْو ًز ا َع ِظ يًم ا‬
، ‫ َو َأْح َس َن اْلَهْد ِي َهْد ُي ُمَحَّم ٍد َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬، ‫ فِإَّن َأَص َدَق اْلَحِد يِث ِكَتاُب ِهَّللا‬،‫َأَّم ا َبْع ُد‬
‫ُأل‬
‫ َو ُك َّل َض الَلٍة ِفي الَّناِر‬، ‫ َو ُك َّل ِبْد َع ٍة َض الَلٌة‬، ‫ َو ُك َّل ُم ْح َد َثٍة ِبْد َع ٌة‬، ‫َو َش َّر ا ُم وِر ُم ْح َد َثاُتَها‬
Jama’ah jum’at rahimani wa rahimakumullah,

Di antara nikmat yang amat besar yang Allah berikan kepada seorang hamba adalah nikmat Islam.
Tidak ada nikmat yang lebih besar daripada nikmat Islam. Karena sesungguhnya surga tidak akan
dimasuki kecuali oleh orang-orang Islam. Rasulullah bersabda tentang surga:

‫أَّنه ال َيْد ُخ ُل الَج َّنَة إاَّل َنْفٌس ُم ْس ِلَم ٌة‬


“Sesungguhnya surga itu tidaklah dimasuki kecuali oleh jiwa-jiwa yang muslim saja.” (HR. Muslim)

Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam memohon kepada Allah supaya diwafatkan di atas keislaman. Beliau
bersabda:

‫َتَو َّفِني ُم ْس ِلًم ا َو َأْلِح ْقِني ِبالَّصاِلِح يَن‬


“Ya Allah wafatkan aku dalam keadaan muslim dan masukkan aku ke dalam golongan orang-orang
yang shalih.” (QS. Yusuf[12]: 101)
Maka dari itulah Allah memerintahkan kita jangan sampai kita wafat kecuali dalam keadaan Islam.

‫َو اَل َتُم وُتَّن ِإاَّل َو َأنُتم ُّم ْس ِلُم وَن‬


“Dan janganlah kalian meninggal kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 102)

Jama’ah jum’at rahimani wa rahimakumullah,


Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji hamba-hambaNya yang bersyukur. Akan tetapi
sangat sedikit dari hamba-hambaNya yang bersyukur kepada Allah SWT. Allah Ta’ala berfirman:

﴾١٣﴿ ‫…َو َقِليٌل ِّم ْن ِعَباِدَي الَّشُك وُر‬


“…Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (QS. Saba[34]: 13)

Allah juga memuji Nabi Nuh, karena ia termasuk hamba Allah yang bersyukur hingga Allah memanggil
Nabi Nuh AS dengan sebutan Abdan Syakuuro. Para ulama menafsirkan alas an dibalik Nabi Nuh
dipanggil Abdan Syakuro adalah karena beliau tetap bersyukur walaupun ditimpa ujian yang berat,
dakwah 900 tahun lebih dan kebanyakan dari kaumnya membangkang bahkan putera beliau sendiri
juga membangkang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berjanji untuk memberikan tambahan nikmat kepada
orang-orang yang bersyukur. Allah berfirman:

﴾٧﴿ ‫…َلِئن َشَك ْر ُتْم َأَلِز يَد َّنُك ْم ۖ َو َلِئن َك َفْر ُتْم ِإَّن َع َذ اِبي َلَش ِد يٌد‬
“…Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim[14]: 7)
Mensyukuri nikmat Allah membutuhkan kekuatan Iman. Karena sesungguhnya nikmat-nikmat tersebut
seringkali melalaikan. Banyak orang yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala nikmat, bukan
semakin dekat kepada Allah. Akan tetapi semakin ia jauh kepada Allah.

Semakin banyak nikmat, semakin banyak harta yang Allah berikan kepada seorang hamba, bukan
menjadikan dia semakin dekat dan bertaqarrub kepada Allah. Akan tetapi semakin menjadikan dia
kufur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bersombong, karena ia merasa memiliki harta yang banyak. Ujub dengan kekayaannya dan hartanya,
dengan pakaiannya yang mewah. Seperti si Qorun yang ia keluar kepada kaumnya dengan perhiasannya
dan ia merasa sombong dengannya. Ia menganggap bahwasannya kekayaan itu semua hasil jerih
payahnya. Tanpa sama sekali menisbatkan kepada Allah pemberi kenikmatan tersebut.

Oleh karena itulah jama’ah, berapa banyak kenikmatan-kenikmatan tersebut seringkali membuat kita lupa
kepada Allah. Cobalah kita renungkan dalam kehidupan kita. Allah memberikan kepada kita nikmat-nikmat yang
banyak. Berupa nikmat pakaian, demikian pula nikmat makanan, nikmat tempat tinggal, demikian pula nikmat
kendaraan, dan yang terbesar adalah nikmat keislaman. Atas nikmat yang sangat banyak tersebut, sungguh
sepatutnya kita bersyukur kepada Allah SWT.
Al-Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah menyebutkan bahwasannya bersyukur itu mempunyai rukun.

Rukun yang pertama, mengakui dengan hati kita bahwasannya nikmat ini adalah dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Tidak seperti sebagaimana seseorang yang sombong yang menganggap bahwasannya kenikmatan tersebut
hasil dari pada jerih payahnya, karena kecerdasannya, karena keterampilannya, karena kemampuannya dalam
berbisnis sehingga dia tidak menisbatkan itu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka seorang yang mengakui bahwasanya nikmat ini semua dari Allah dan semua itu diberi oleh Allah, maka ia
telah mensukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rukun yang kedua, ia mengucapkan dengan lisannya puji dan syukur kepada Allah. Karena sesungguhnya ia
tahu dan yakin bahwasannya satu-satunya yang memberikan kenikmatan hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bukan atasannya, bukan pula siapa-siapa, dia yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa pemberi rezeki hanyalah
Allah. Maka ia memuji Allah, ia puji Allah atas seluruh kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan kepadanya.

Adapun rukun yang ketiga kata Ibnul Qayyim yaitu menggunakan nikmat-nikmat tersebut untuk mentaati
Allah. Kita gunakan HP kita untuk mentaati Allah, kita gunakan kendaraan kita untuk menaati Allah, bahkan
panca indra kita yang merupakan nikmat yang besar, kita gunakan mata kita untuk melihat apa yang Allah ridhai,
kita gunakan telinga kita untuk mendengarkan apa yang Allah cintai, kita gunakan hati kita untuk memahami
ayat-ayatNya, kita gunakan akal yang berikan untuk memahami ayat-ayat Allah yang Allah turunkan kepada kita.
Bukan untuk menentang ayat-ayatNya.
Siapa yang menggunakan seluruh kenikmatan tersebut saudaraku, sungguh ketika ia gunakan dalam kebaikan
dan ketaatan, ketika ia gunakan dalam perkara yang diridhai oleh Ar-Rahman, maka sungguh ia telah mensyukuri
nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dahulu Salafush Shalih dengan diberikan banyak kenikmatan, mereka menjadi ketakutan. Mereka takut sekali
dengan hisab pada hari kiamat. Mereka sangat takut sekali, semua kenikmatan yang diberikan kepada mereka
akan dipertanyakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka takut dengan jawaban apa yang harus mereka
lakukan.
Maka dari itu Salafush Shalih, ketika mereka diberikan oleh kenikmatan-kenikmatan oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala, segera mereka infaqkan, segera mereka gunakan untuk ketaatan, bahkan semakin mereka mencintai suatu
harta semakin mereka malah menginfakkannya. Hal ini karena mereka ingin mendapatkan keutamaan yang
besar yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala:

… ۚ ‫َلن َتَناُلوا اْلِبَّر َح َّتٰى ُتنِفُقوا ِمَّم ا ُتِح ُّبوَن‬


“Kalian tidak akan sampai kepada kebajikan, sampai kalian menginfakkan apa yang kalian cintai…” (QS. Ali-
Imran[3]: 92)
Subhanallah..
Demikianlah Salafush Shalih.
Sementara kita, gembira dan senang ketika kita mendapatkan kenikmatan dunia belaka. Lalu setelah itu kita lupa
untuk mensyukurinya. Sementara Salafush Shalih ketika diberikan kenikmatan dunia, mereka sungguh malah
ketakutan. Takut itu menjadi adzab pada hari kiamat untuknya.
Maka dari itulah saudaraku sekalian, setiap kita wajib merenungi tentang harta, tentang karunia, tentang
kenikmatan yang Allah berikan kepada kita. Sudah untuk apa kita lakukan? Sebelum dihari kiamat Allah tanya
kita, tanyakanlah di dunia ini kepada diri kita sendiri.

‫أقول قولي هذا واستغفر هللا لي ولكم‬

‫ وأشهد أن‬،‫ نبينا محمد و آله وصحبه ومن وااله‬،‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا‬
‫ وأشهد أَّن محّم دًا عبده ورسولُه‬،‫ال إله إال هللا وحده ال شريك له‬
Jama’ah jum’at yang dimuliakan Allah SWT
Orang yang bersyukur tak akan tertipu dengan banyaknya amal. Banyak diantara kita ketika kita merasa telah
banyak beramal, kita merasa sudah menjadi orang yang bersyukur. Sementara kita melihat bagaimana Rasulullah
dan para Sahabatnya, diberikan oleh Allah kenikmatan-kenikmatan yang luar biasa dalam perkara dunia maupun
agama. Terutama urusan akhiratnya.
Nabi kita Baginda Nabi Muhammad Rasulullah SAW, semalam suntuk beliau shalat dan beliau perpanjang
shalatnya sampai-sampai kakinya bengkak. Kemudian ditanya oleh istrinya, “kenapa engkau lakukan itu ya
Rasulullah? Sementara Allah mengampuni dosamu yang telah lalu maupun yang akan datang” Maka Rasulullah
bersabda:

‫يا عائشُة ! أفال أكوُن عبًد ا شكوًرا‬


“Wahai Aisyah, bukankah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?” (HR. Bukhari dan Muslim)
Subhanallah..
Rasulullah tidak tertipu dengan janji Allah kepadanya berupa telah diampuni dosanya yang lalu maupun yang akan
datang. Bahkan Rasulullah tidak tertipu dengan janji surga Allah untuknya. Justru semua itu menjadikan beliau
semakin dekat kepada Allah.
Maka lihatlah para Sahabat yang telah dijamin masuk surga, Abu Bakar ash shidiq, Umar ibn khottob, Utsman ibn
affan, Ali ibn abi tholib radhiallahu anhum, Rasulullah SAW telah menyatakan bahwa mereka semua dijamin
‫‪surga. Dengan kabar tersebut mereka justru semakin bertaqarrub kepada Allah sebagai rasa syukur kepada Allah‬‬
‫‪Subhanahu wa Ta’ala.‬‬
‫‪Maka orang yang bersyukur tak akan tertipu dengan banyaknya amal. Karena ia tidak tahu berapa amal yang akan‬‬
‫‪diterima disisi Allah. Dia tidak tahu dan bahkan khawatir kalau ternyata Allah jadikan hatinya berpaling dari‬‬
‫‪amalan shalih. Ia dipalingkan karena cintanya kepada dunia, karena ternyata harapannya kepada dunia‬‬
‫‪naudzubillah.‬‬

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى ُمَح َّم ٍد َو َع َلى آِل ُمَح َّم ٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل ِإْبَر اِهْيَم ‪ِ ،‬إَّنَك َح ِم ْيٌد‬
‫َم ِج ْيٌد ‪َ .‬و َباِرْك َع َلى ُمَح َّم ٍد َو َع َلى آِل ُمَح َّم ٍد َك َم ا َباَر ْك َت َع َلى ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل ِإْبَر اِهْيَم ‪ِ ،‬إَّنَك‬
‫َح ِم ْيٌد َم ِج ْيٌد‬

‫اللُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو المْس ِلَم اِت َو المْؤ ِمِنْيَن َو المْؤ ِم َناِت اَألْح َياِء ِم ْنُهْم َو اَألْم َو اِت ِإَّنَك َسِم ْيٌع‬
‫َقِر ْيٌب ُم ِج ْيُب الَّد َع َو اِت‬

‫ِإَّنَك َسِم ْيٌع َقِر ْيٌب ُم ِج ْيُب الَّد َع َو اِت‬

‫َر َّبَنا َظَلْم َنا َأْنُفَس َنا َو ِإْن َلْم َتْغ ِفْر َلَنا َو َتْر َح ْم َنا َلَنُك وَنَّن ِم َن اْلَخ اِس ِريَن‬

‫َر َّبَنا اَل ُتِزْغ ُقُلْو َبَنا َبْع َد ِاْذ َهَد ْيَتَنا َو َهْب َلَنا ِم ْن َّلُد ْنَك َر ْح َم ًة ِۚاَّنَك َاْنَت اْلَو َّهاُب‬

‫َر َّبَنا اَل ُتَؤ اِخ ْذ َنا ِإْن َنِس يَنا َأْو َأْخ َطْأَنا ۚ َر َّبَنا َو اَل َتْح ِم ْل َع َلْيَنا ِإْص ًرا َك َم ا َح َم ْلَتُه َع َلى اَّلِذ يَن ِم ْن‬
‫َقْبِلَنا ۚ َر َّبَنا َو اَل ُتَح ِّم ْلَنا َم ا اَل َطاَقَة َلَنا ِبِه ۖ َو اْعُف َع َّنا َو اْغ ِفْر َلَنا َو اْر َح ْم َنا ۚ َأْنَت َم ْو اَل َنا َفاْنُصْر َنا‬
‫َع َلى اْلَقْو ِم اْلَك اِفِر يَن‬

‫َر َّبَنٓا َء اِتَنا ِفى ٱلُّد ْنَيا َحَس َنًة َو ِفى ٱْل َء اِخ َرِة َحَس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب ٱلَّناِر‬

‫ُسْبَح اَن َر ِّبَك َر ِّب اْلِع َّز ِة َع َّم ا َيِص ُفوَن َو َس الٌم َع َلى اْلُم ْر َسِليَن َو اْلَحْم ُد ِهَّلِل َر ِّب اْلَع اَلِم يَن‬

‫عباد هللا‪:‬‬
‫ِإَّن الَّلـَه َيْأُم ُر ِباْلَع ْد ِل َو اِإْل ْح َس اِن َو ِإيَتاِء ِذ ي اْلُقْر َبٰى َو َيْنَهٰى َع ِن اْلَفْح َش اِء َو اْلُم نَك ِر َو اْلَبْغ ِي ۚ‬
‫َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُروَن ﴿‪﴾٩٠‬‬

‫َفاْذ ُك ُروا هللا الَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك م‪َ ،‬و اْشُك ُروُه َع َلى ِنَعِمِه َيِزْد ُك م‪ ،‬ولِذ كُر هللا أكَبر‪.‬‬

Anda mungkin juga menyukai