Anda di halaman 1dari 6

Artikel Khutbah Jum'at :

Rizki Hanyalah Hak Allah


Kamis, 03 Januari 08

‫الحمد هلل الذي هدانا لإلسالم وما كنا لنهتدي لوال أن هدانا هللا‬
‫ الكريم الرحمن الذي يقبل التوبة عن‬،‫ ويحيط علما بما يظهره العبد وما يضمر‬،‫الحمد هللا الذي يبسط الرزق لمن يشاء من عباده ويقدر‬
.....................................‫ وأشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له‬،‫ نحمده سبحانه ونشكره‬،‫عباده فيمحو الزلل ويغفر‬
.‫وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله بلغ الرساله وأدى األمانة ونصح لألمة وجاهد في هللا حق جهاده‬

.‫َاللُه ّم َصّل َوَس ّلْم َع لى ُمَحّمٍد َوَع لى آِلِه ِوَأْصَح اِبِه َوَمْن َتِبَع ُه ْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َيْوِم الّدْي ن‬

‫َياَأّيَه ا اّلَذ ْيَن آَمُنْو ا اّتُق وا َهللا َحّق ُتَقاِتِه َو َال َتُمْوُتّن ِإّال َوَأْنُتْم ُمْس ِلُمْو َن‬

‫َياَأّيَه ا الَناُس اّتُقْو ا َرّبُك ُم اّلِذي َخ َلَقُك ْم ِم ْن َنْف ٍس َواِحَدٍة َوَخ َلَق ِم ْنَه ا َزْوَجَه ا َوَبّث ِم ْنُه َم ا ِرَج اًال َك ِثْيًر ا َوِنَس اًء َواّتُق وا َهللا اَلِذي َتَس اَء ُلْو َن ِبِه‬
‫َوْاَألْرَح ام َ ِإّن َهللا َكاَن َع َلْي ُك ْم َرِقْيًبا‬

... ‫ َأّما َبْع ُد‬،‫َياَأّيَه ا اّلِذ ْيَن آَمُنْو ا اّتُق وا َهللا َو ُق ْو ُلْو ا َق ْو ًال َس ِد ْي ًدا ُيْصِلْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم َوَيْغِف ْر َلُك ْم ُذُنْوَبُك ْم َوَمْن ُيِط ِع َهللا َوَرُس ْو َلُه َفَق ْد َفاَز َف ْو ًزا َع ِظ ْي ًما‬

‫ َوُك ّل ُمْح َد َثٍة ِبْد َع ٌة َوُك ّل ِبْد َع ٍة‬،‫ َوَش ّر ْا ُألُمْو ِر ُمْح َد َثاُتَه ا‬، ‫ َوَخ ْيَر اْل َهْد ِى َهْد ُى ُمَحّمٍد َصّلى هللا َع َلْي ِه َوَس ّلَم‬، ‫َفِأّن َأْصَد َق اْلَح ِد ْي ِث ِكَت اُب ِهللا‬
.‫ َوُك ّل َضَالَلِة ِفي الّناِر‬،‫َضَالَلًة‬

Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Shalat Jum'ah Rahimakumullah

Marilah kita selalu menumbuhkan dan menjaga rasa syukur kepada Allah Ta’ala atas segala nikmat dan
karunia yang telah Dia anugerahkan kepada kita, sehingga kita bisa menunaikan rangkaian ibadah shalat
Jum’at dengan berjama’ah. Dan marilah kita juga senantiasa meningkatkan mutu keimanan dan kwalitas
ketaqwaan kita, yaitu ketaqwaan yang dibangun atas dasar mengharap keridhaan Allah Ta'ala dan bukan
keridhaan manusia, ketaqwaan yang dilandasi karena ilmu yang bersumber dari al-Qur'an dan sunnah
Rasulullah, dan ketaqwaan yang dibuktikan dengan amal perbuatan dengan cara menjalankan setiap
perintah Allah dan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, karena mengharap rahmat Allah Ta'ala dan
berusaha semaksimal mungkin menjauhi dan meninggalkan setiap bentuk larangan Allah dan Nabi-Nya
shallallahu ‘alaihi wasallam karena takut terhadap adzab dan siksa Allah Ta’ala.
Thalq bin Habib rahimahullah, seorang tabi’in pernah menuturkan:

.‫ تخاف عذاب هللا‬،‫ وأن تترك معصية هللا على نور من هللا‬،‫ ترجو رحمة هللا‬،‫ أن تعمل بطاعة هللا على نور من هللا‬:‫التقوي‬

Beliau menggambarkan bahwa, ”Taqwa adalah engkau mengamalkan ketaatan di atas cahaya dari Allah,
engkau mengharapkan rahmat-Nya. Engkau meninggalkan kemaksiatan kepada Allah, di atas cahaya
Allah, engkau takut terhadap siksa-Nya.”
Demikianlah ketaqwaan ini harus tumbuh dalam jiwa setiap muslim, sehingga akan lahir dan muncul
pribadi-pribadi muslim yang istiqamah dan komitmen terhadap agamanya, serta dapat membentuk satu
keluarga dan komunitas masyarakat yang Islamy, yaitu masyarakat yang terbina dan berjalan di atas
manhaj dan jalan yang lurus dan benar.

Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Shalat Jum'ah Rahimakumullah

Terhadap golongan yang demikian Allah Ta’ala telah memberikan khabar gembira dan janji yang agung.
Sebagaimana yang termaktub di dalam surat an-Nahl ayat 97, Allah Ta’ala berfirman:

‫َمْن َع ِم َل َصاِلًحا ِّمن َذَكٍر َأْو ُأنَثى َوُه َو ُم ْؤِم ٌن َفَلُنْح ِيَيَّنُه َحَياًة َطِّيَبًة َوَلَنْج ِزَيَّنُه ْم َأْج َرُهْم ِبَأْح َس ِن َم اَكاُنوا َيْعَم ُلوَن‬
Artinya:"Barangsiapa yang beramal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dan dia (dalam keadaan)
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia). dan
sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan (di akhirat kelak)" (Q.S an-Nahl: 97).
Ibnu Abbas, Ali bin Abi Thalhah, Ikrimah dan Wahab bin Munabbih dan selainnya dari kalangan Shahabat
radhiyallahu ‘anhum pernah menuturkan sebagaimana dinukil oleh Ibnu Katsir di dalam tafsirnya ketika
memberikan penjelasan terhadap ayat tersebut, bahwa yang dimaksud dengan kehidupan yang baik di
dunia adalah Allah akan memberikan rizki yang halal dan baik, timbulnya rasa qana'ah (perasaan cukup)
dengan apa yang telah Allah anugerahkan dan karuniakan, serta mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan
di dalamnya.
Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah memberikan penegasan sebagaimana yang
termaktub dalam hadits riwayat Imam Muslim yang bersumber dari Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu,
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫ وأما الكافر فيطعم بحسنات ما عمل هلل تعالى في الدنيا حتي‬.‫ ويجزى بها في اآلخرة‬،‫إن هللا اليظلم مؤمنا حسنة يعطى بها في الدنيا‬
‫إذا أفضى إلى اآلخرة لم يكن له حسنة يجزى بها‬

”Sesungguhnya Allah tidak akan mendhalimi kebaikan seorang mukmin, dengan kebaikan itu ia akan
diberi rizki di dunia dan diberi balasan diakhirat. Adapun orang kafir maka dengan kebaikan-kebaikan
amal yang ia kerjakan karena Allah, ia diberi rizki di dunia, sehingga ketika ia memasuki akhirat ia tidak
memiliki satu kebaikan yang harus dibalasnya karenanya.” (HR. Muslim).
Dengan demikian seorang mukmin yang senantiasa berada di atas tuntunan Allah dan Rasul-Nya
Shallallaahu 'alaihi wasallam dia akan mendapatkan kebahagian di dunia dan akhirat yang abadi.
Sebaliknya bagi orang kafir dan orang-orang yang mengikuti jalan mereka, meskipun di dunia juga Allah
berikan kenikmatan, namun di akherat kelak ia akan mendapatkan kehidupan yang sempit. Sebagaimana
firman-Nya,

‫َوَمْن َأْع َرَض َع ن ِذ ْك ِرى َف ِإَّن َلُه َم ِعيَش ًة َضنًك ا َوَنْح ُش ُر ُه َيْوَم اْل ِق َياَم ِة َأْع َم ى‬

”Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang
sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS. 20:124)

Demikianlah janji-janji Allah Ta’ala dan bentuk ancaman dan peringatan-Nya, agar kita selalu hati-hati
dan mawas diri sehingga Allah tidak murka dan menimpahkan segala bentuk cobaan dan musibah karena
disebabkan perbuatan kita sendiri.

Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Shalat Jum'ah Rahimakumullah

Berkaitan dengan permalahan rizki yang telah Allah Ta’ala tentukan dan anugerahkan kepada setiap
hamba-Nya, maka ada beberapa hal yang harus menjadi keyakinan seorang muslim, diantaranya:
Manakala aqidah ahlus sunnah wal jama’ah telah menyakini bahwa diantara sifat fi’liyah yang dimiliki
Allah Subhaanahu wa ta'ala dan menujukkan kesempurnaan rububiyah-Nya adalah Allah Ta’ala sebagai
Dzat satu-satunya Pemberi Rizki kepada setiap makhluk, Dia sendiri yang telah menentukannya sesuai
dengan kadar masing-masing sejak 50 ribu tahun sebelum bumi diciptakan, kemudian ketentuan ini ditulis
oleh malaikat sejak manusia berada di dalam kandungan ibunya pada 40 hari ke 4, sebagaimana yang
telah diisyaratkan oleh sebuah hadit riwayat Imam Muslim, maka termasuk konsekwensi iman terhadap
qadha dan qadar Allah Ta'ala bagi setiap muslim dalam masalah ini adalah, dia harus menyakini bahwa
segala bentuk rizki, baik yang datang dari langit maupun buminya, dalam bentuk harta dan anak, rumah,
perkebunan, sehat dan tentram telah Allah tentukan bagi setiap hamba-Nya, bahkan kepada binatang
melata pun telah Allah Ta’ala berikan bagiannya. Allah Ta'ala berfirman,

‫َوَم اِمن َدآَّبٍة ِفي ْا َألْرِض ِإَّال َع َلى ِهللا ِرْز ُق َه ا َوَيْع َلُم ُمْس َتَق َّر َه ا َوُمْس َتْوَدَع َه ا ُكٌّل ِفي ِكَتاٍب ُّم ِبيٍن‬

Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia
mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab
yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. 11:6)
Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,

‫ فاتقوا هللا وأجملوا في الطلب‬، ‫إن نفسا لن تموت حتي تستكمل رزقها‬

"Sesungguhnya seseorang tidak akan meninggal dunia sampai ia sudah meraih seluruh bagian rizkinya,
maka bertaqwalah kepada Allah dan lakukan cara yang baik dalam mencari rizki." (HR. Ibnu Majah dan
dishahihkan oleh al-Albani)

Dengan demikian setiap kebaikan dan setiap bentuk dan kadar rizki setiap makhluk telah Allah tentukan,
tidak ada seorang pun yang memiliki kewenangan untuk menolak dan menahannya, sebagaimana tak ada
seorangpun yang dapat merubah ketentuan tersebut. Sebagaiman yang demikian telah merusak
keyakinan sebagian kaum muslimin, sehingga mereka terjerumus dalam sekian bentuk kesyirikan,
mereka mendatangi tukang ramal, mencari hari baik dan mujur, mengarahkan bangunan rumah-rumah
mereka ke arah tertentu bahkan melakukan dan mengadakan ritual-ritual tertentu dengan keyakinan agar
mendapatkan rizki yang banyak. Na’udzubillahi min dzalik.

Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Shalat Jum'ah Rahimakumullah

Di antara keyakinan yang harus dimiliki oleh setiap muslim dalam masalah rizki juga, bahwa Allah Ta'ala
telah membagi dan memberikan keutamaan sebagian orang terhadap lainnya berkaitan dengan rizki dan
yang demikian tidak ada hubungannya sama sekali dengan nasab dan keturunan, warna kulit, kedudukan,
kehormatan, kepandaian, bahkan keta'atan dan kemaksiatan seseorang. Namun Allah Ta'ala memberikan
nikmatnya kepada seluruh makhluknya untuk suatu hikmah dan tujuan yang Allah ketahui dan kehendaki.

Sehingga dengan demikian ada sebagian di antara manusia yang mendapatkan harta yang cukup atau
bahkan melimpah ruah dan sebagian yang lain justru sebaliknya, serba kekurangan dan menghadapi
kesulitan hidup.
Dalam hal Allah Ta'ala telah menegaskan sebagaimana firman-Nya,

‫َوُهللا َفَّض َل َبْع َضُك ْم َع َلى َبْع ٍض ِفي الِّرْزِق َف َم ا اَّلِذيَن ُفِّضُلوا ِبَرآِّدي ِرْز ِقِه ْم َع َلى َم اَم َلَكْت َأْيَم اُنُه ْم َفُه ْم ِفيِه َس َوآٌء َأَفِبِنْعَم ِة ِهللا َيْج َحُد وَن‬

”Dan Allah telah melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam hal rezki, tetapi orang-
orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki mereka kepada budak-budak yang
mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat
Allah.” (QS. 16:71)

Namun yang terjadi, betapa banyak orang yang telah Allah Ta'ala karuniakan rizki yang melimpah,
kedudukan yang berada, keluarga terhormat dan terpandang di masyarakat, namun mereka tidak
mendapatkan dan merasakan sedikitpun nilai suatu kebahagian hidup di dunia sama sekali apalagi di
akhirat karena mereka telah jauh dari tuntunan Allah Ta'ala dan Rasul-Nya Shallallaahu 'alaihi wasallam.
Sebaliknya betapa banyak orang yang berkehidupan serba kekurangan dan pas-pasan, namun mereka
justru dapat merasakan kebahagiaan dengan keadaan yang telah ditentukan oleh Allah Ta'ala
terhadapnya karena ketaqwaan, kesabaran, rasa tawakkal, dan qana'ah yang mereka miliki serta
khusnudhan mereka terhadap Allah Ta'ala.
Mereka merasa telah mendapatkan kebaikan yang banyak. Dan ini semua merupakan sebab-sebab
mereka mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Apa yang menjadi rahasia di
balik ini semua ma'asyiral muslimin….?? Sesungguhnya rizki yang haqiqiy adalah hati yang terhiasi
dengan keimanan dan perasaan cukup dengan apa yang telah AllahTa'alaanugerahkan. Sehingga
seseorang merasa mendapat kebaikan dan merasakan kebahagiaan di dunia sebelum akhiratnya. Oleh
karena itulah suatu ketika Umar bin Khathab pernah menulis surat kepada Abu Musa al-Asy'ari, dan beliau
mengatakan kepadanya,

‫واقنع برزقك من الدنيا فإن الرحمن فضل بعض عباده على بعض بالرزق‬
"Merasa cukuplah dengan rizkimu di dunia, sesungguhnya Allah Ta'ala telah melebihkan sebahagian kamu
dari sebahagian yang lain dalam hal rezki"

Maka manakala Allah Ta'ala menginginkan terhadap hamba-Nya satu kebaikan dan kebahagiaan, maka
Allah Ta'ala akan memberikan keberkahan dan mencatat baginya kebaikan dalam menggunakan segala
bentuk kenikmatan dan mendapatkan keberkahan pada hartanya, keberkahan dalam keluarganya, dan
keberkahan dalam setiap keadaan dan urusannya. Kalau sudah demikian tidak ada seorangpun yang
dapat menutup segala keberkahan tersebut. Sebaliknya jika Allah Ta'ala menghendaki sebaliknya maka
tak akan ada seorangpun yang dapat memberikan keberkahan. Maka yang menjadi ukurannya adalah
keberkahan dan inilah rizki yang hakiki. Bagaimana Allah Ta'ala dengan kekuasaan-Nya menjadikan yang
sedikit menjadi banyak, dan yang kecil menjadi besar. Dan jika Allah Ta'ala menghendaki demikian, maka
Allah Ta'ala akan membukakan dan memudahkan kepada seseorang mendapatkan sebab dan jalan pintu-
pintu keberkahan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

‫َّم اَيْفَت ِح ُهللا ِللَّن اِس ِمن َّرْح َمٍة َفَال ُمْم ِس َك َلَه ا َوَم اُيْم ِس ْك َفَال ُمْر ِس َل َلُه ِمن َبْعِدِه َوُه َو اْل َع ِزيُز اْلَح ِكيُم‬

“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat,maka tidak ada seorangpun yang
dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup
untuk melepaskannya sesudah itu.Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. 35: 2)

Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Shalat Jum'ah Rahimakumullah

Keyakinan berikutnya adalah, bahwa rizki yang telah Allah Ta'ala anugerahkan kepada kita seharusnya
kita jadikan sebagai washilah dan sarana untuk mendekatkan diri dan menjaga ketaatan kita kepada Allah
Ta'ala dan bukan justru sebaliknya.
Syaikhul Islam Taqiyuddin rahimahullah pernah menuturkan,

،‫ وإنما خلق الرزق لهم ليستعينوا على عبادته‬،‫إنما خلق هللا الخلق ليعبدوه‬

“Sesungguhnya Allah Ta’ala mencipatakan manusia hanyalah agar mereka beribadah kepada-Nya, dan
menciptkakan rikzi untuk mereka hanyalah agar dengannya dapat membantu mereka dalam beribadah
kepada-Nya.”

Dengan demikian pada hakekatnya, apa yang telah Allah Ta'ala anugerahkan bukan untuk kesenangan
dan permainan yang telah diharamkan oleh Allah Ta'ala Rasul-Nya sehingga dapat melalaikan akherat.
Bagaimana mereka akan mempertanggungjawabkan ketika Allah Ta'ala meminta pertanggungjawaban
harta tersebut di hari kiamat kelak..? wallahu musta’an.
Banyak kita temukan ayat-ayat al-Qur’an yang yang menunjukkan bahwa maksud terpenting Allah Ta'ala
menganugerahkan rizki kepada setiap hamba-Nya adalah agar denga sarana rizki tersebut seorang hamba
dapat beribadah kepada Allah Ta'ala.

Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Shalat Jum'ah Rahimakumullah

Adapun syubhat perasaan yang sering terlintas dalam benak mayoritas kaum Muslimin adalah bahwa
Allah Ta'ala telah banyak memberikan kemudahan dan kelapangan rizki kepada orang-orang yang pada
hakekatnya jauh dari tuntunan Allah dan Rasul-Nya, pelaku maksiat, bahkan orang-orang dari kalangan
non muslim, dan sebaliknya kaum Muslimin justru dalam keadaan serba kekurangan, kelaparan,
menderita dan lain sebagainya.
Maka sikap seorang muslim yang benar, dia harus meyakini bahwa ini semua adalah merupakan bentuk
ujian dan cobaan dari Allah subhaanahu wa Ta'ala bagi orang-orang yang masih memiliki rasa keimanan
kepada-Nya!! Dan sesungguhnya ketika Allah Ta'ala memberikan rizki kepada setiap hamba-Nya, maka
yang demikian tidaklah pasti menunjukkan kecintaan Allah Ta'ala dan ridha kepadanya.
Allah Ta'ala telah tegaskan dalam berfirman:

‫َأ‬
‫َوَمْن َكَف َر َفُأَم ِّتُعُه َقِليًال ُثَّم ْض َطُّرُه ِإلَى َع َذاِب الَّناِر َوِبْئ َس اْل َم ِصيُر‬

"Dan kepada orang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa
neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali". (QS. 2:126)
Maka terkadang Allah Ta'ala memberikan rikzi kepada orang-orang yang jahat lebih banyak daripada
orang-orang yang baik. Dan memberikan rizki kepada orang-orang kafir berlipat ganda dan keadaan
kaum Muslimin pada mayoritasnya justru sebaliknya. Allah Ta'ala berfirman,

‫َوَك ْم َأْه َلْك َن ا َقْب َلُه م ِّمن َقْر ٍن ُه ْم َأْح َس ُن َأَثاًثا َو ِرْء ًيا‬

“Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, sedang mereka adalah lebih bagus
alat rumah tangganya dan lebih sedap dipandang mata.” (QS. 19:74)

Marilah kita renungkan sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bersumber dari 'Uqbah
bin Amir , Rasulullah Shalallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,

‫ وهو قائم على معصية هللا فاليخذر فإنما هو استدراج‬،‫إذا رأيت هللا يعطي العبد من الدنيا‬

"Seandainya kamu melihat Allah ta'ala menganugerahkan nikmat dunia kepada seorang hamba,
sementara dia pelaku maksiat, maka ketahuilah bahwa yang demikian hanyalah istidraj dari Allah"
Kemudian beliau membaca ayat:

‫َفَلَّم ا َنُس وا َم اُذِّكُر وا ِبِه َفَتْح َنا َع َلْي ِه ْم َأْبَواَب ُك ِّل َش ْى ٍء َحَّتى ِإَذا َفِرُح وا ِبَم آُأوُتوا َأَخْذ َناُه م َبْغ َتًة َف ِإَذا ُه م ُّم ْب ِلُس وَن‬

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan
semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka gembira dengan apa yang telah
diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka
terdiam berputus asa.” (QS. 6:44)

‫} َوَأَّم آ ِإَذا َم ااْبَت َالُه َفَق َدَر َع َلْي ِه ِرْز َقُه َفَيُق وُل َرِّبي َأَه اَنِن‬15{ ‫َفَأَّم ا ْا ِإل نَس اُن ِإَذا َم ااْبَت َالُه َرُّبُه َفَأْك َرَمُه َوَنَّعَمُه َفَيُق وُل َرِّبي َأْك َرَم ِن‬

“Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia
berkata:"Rabbku telah memuliakanku". (QS. 89:15) Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi
rezkinya maka dia berkata:"Rabbku menghinakanku". (QS. 89:16)

Akhirnya marilah kita selalu berhusnuzh-zhan, berprasangka baik kepada Allah Ta'ala dalam situasi dan
kondisi apapun, ketika kita mendapatkan nikmat kita bersyukur, sebaliknya ketika kita mendapatkan
musibah dan cobaan kita-pun bersabar untuk tujuan yang lebih agung yaitu kebahagiaan di akhirat.
Sahabat Jabir bin Abdullah pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tiga hari
sebelum beliau wafat sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim, beliau bersabda,

)‫ال يموتن أحدكم إال وهو يحسن الظن باهلل عز وجل (رواه مسلم‬

“Janganlah salah seorang diantara kalian meninggal, melainkan dia dalam keadaan berprasangka baik
kepada Allah Azza wa Jalla,” (HR. Muslim)

.‫أقول قولي هذا وأستغفر هللا لي ولكم ولجميع المسلمين من كل ذنب فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم‬
Khutbah yang kedua

‫ِإّن اْلَحْمَد ِِهلل َنْح َمُدُه َوَنْس َت ِع ْيُنُه َوَنْس َت ْغِف ُر ُه َوَنُعْوُذ ِباِهلل ِم ْن ُش ُر ْو ِر َأْنُف ِس َنا َوَس ّيَئاِت َأْع َم اِلَنا َمْن َيْه ِدِه ُهللا َفَال ُم ِض ّل َلُه َوَمْن ُيْضِلْل َفَال َهاِد َي‬
,‫َلُه َأْش َهُد َأْن َال ِإلَه ِإّال ُهللا َوَأْش َهُد َأّن ُمَحّمًدا َع ْبُدُه َوَرُس ْو ُلُه وبعد‬

Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Shalat Jum'ah Rahimakumullah

Kendatipun rizeki seseorang telah ditetapkan semenjak manusia berada di dalam perut ibunya. Namun
tidak ada seorang manusia pun yang mengetahui pendapatan rizki yang akan ia peroleh pada setiap
harinya, ataupun selama hidupnya. Ini semua tentu mengandung hikmah sesuai dengan kehendak Allah
Ta'ala.
Allah Ta'ala berfirman,

‫َأ َأ‬
‫َوَم اَتْد ِري َنْف ٌس َّم اَذا َتْك ِس ُب َغ ًدا َوَم اَتْد ِري َنْف ٌس ِب ِّي ْرٍض َتُم وُت ِإَّن َهللا َع ِليٌم َخ ِبيٌر‬

"Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dia usahakan. Dan
tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Lukman: 34)

Dengan demikian seorang muslim disyari'atkan dan dituntut selayaknya tetap mencari sebab-sebab
sehingga AllahTa'ala akan memberikan rizki kepadanya, dengan cara berusaha secara maksimal untuk
mencari rizki yang halal dan baik, dan menjahui hal-hal yang haram, sehingga keberkahan ada di
dalamnya dengan senantiasa menumbuhkan perasaan syukur kepada Allah Ta'ala, sabar serta tawakkal
terhadap segala ketentuan Allah Ta'ala, menjaga ketaqwaan kepada-Nya, membiasakan bersedekah,
menyambung silaturrahim, dan senantiasa berdo'a dan meminta hanya kepada Allah Ta'ala serta
menjauhi segala bentuk kemaksiatan dan perbuatan dosa, karena kemaksiatan dapat menyempitkan dan
mengurangi rizki seseorang dan keberkahannya. Sebagaimana hal ini banyak termaktub di dalam al-
Qur'an dan hadits Nabi di dalam banyak tempat.

‫ َوَباِرْك َع َلى ُمَحَّم ٍد َوَع َلى آِل‬. ‫ ِإَّنَك َح ِم ْيٌد َم ِجْيٌد‬، ‫َالَّلُه َّم َصِّل َع َلى ُمَحَّم ٍد َوَع َلى آِل ُمَحَّم ٍد َك َم ا َصَّلْيَت َع َلى ِإْبَراِه ْيَم َوَع َلى آِل ِإْبَراِه ْيَم‬
. ‫ ِإَّنَك َح ِم ْيٌد َم ِجْيٌد‬، ‫ُمَحَّم ٍد َك َم ا َباَرْك َت َع َلى ِإْبَراِه ْيَم َوَع َلى آِل ِإْبَراِه ْيَم‬
.‫ ِإَّنَك َس ِم ْيٌع َقِرْيٌب ُم ِجْيُب الّد َع َواِت‬،‫ َواْل ُم ْؤِمِنْيَن َواْل ُم ْؤِم َن اِت ْا َألْح َياِء ِم ْنُه ْم َوْاَألْمَواِت‬،‫َالَّلُه َّم اْغ ِف ْر ِلْل ُمْس ِلِم ْيَن َواْل ُمْس ِلَم اِت‬
‫َرّبَن ا َالُتَؤاِخْذ َنا ِإْن َنِس ْيَن ا َأْو َأْخ َطْأَنا َرّبَن ا َو َال َتْح ِم ْل َع َلْيَن ا ِإْصًر ا َك َم ا َحَم ْلَتُه َع ََلى ّالِذ ْيَن ِم ْن َقْب ِلَن ا َرّبَنا َو َال ًتَحّمْلَنا َم اَال َطاَقَة َلَنا ِبِه َواْع ُف َع ّنا‬
. ‫َواْغ ِف ْر َلَن ا َواْرَحْمَن ا َأْنَت َمْو َالَنا َفاْنُصْر َنا َع َلى اْلَق ْوِم اْلَكاِفِرْيَن‬
‫ والحمد هلل رب العالمين‬.‫َرَبَن ا َء اِتَن ا ِفي الّدْنَيا َحَس َن ًة َو ِفي ْا َألِخ َرِة َحَس َن ًة َو ِقَن ا َع َذاَب الّناِر‬

Anda mungkin juga menyukai