Anda di halaman 1dari 16

Idul Adha dan Refleksi Ujian Keimanan untuk Setiap Hamba

Kaum Muslimin Rahimakumullah

Rasa syukur yang mendalam sudah selayaknya senantiasa kita haturkan kepada Allah swt sebab
hingga detik ini limpahan kenikmatan yang kita rasakan tidak ada putus-putusnya.
Kenikmatan yang tidak akan pernah kita dapat menghitung dan mencatatnya satu persatu.

Shalawat serta salam marilah senantiasa kita haturkan kepada baginda Nabi Muhammad saw.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa Lillaahil-Hamd.

Kaum Muslimin Rahimakumullah


Sebagaimana yang telah kita pahami, bahwa syariat penyembelihan qurban yang kita laksanakan
pada hari raya Iduladha ini terilhami dari peristiwa yang dialami oleh Khalilullah Nabi Ibrahim a.s.
dengan putranya Nabi Ismail a.s.. Peristiwa yang menggambarkan dengan agungnya betapa
menakjubkan keimanan dan ketaqwaan hambahamba Allah yang terpilih itu.

Tidak hanya sang ayah dan sang anak, namun sang ibu juga. Sebab tidak akan ada di zaman
sekarang seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya merelakan buah hatinya dikurbankan.
Peristiwa ini terekam abadi dalam al-Qur’an surah ash-Shaaffaat ayat ke 99- 113, salah satunya
sebagai berikut,

َّ ٰ ‫ج ُدن ِٓى ِإن َشٓا َء ٱهَّلل ُ مِنَ ٱل‬


َ‫ص ِب ِرين‬ ِ ‫َاذا َترَ ٰى ۚ َقا َل ٰ َٓيَأ َب‬
ِ ‫ت ٱ ْفعَ ْل مَا ُتْؤ َم ُر ۖ سَ َت‬ ُ ‫َفلَمَّا َبلَغَ مَعَ ُه ٱلسَّعْ ىَ َقا َل ٰ َي ُب َنىَّ ِإ ِّن ٓى َأرَ ٰى فِى ْٱل َم َنام َأ ِّن ٓى َأ ْذ َبحُكَ َف‬
َ ‫ٱنظرْ م‬
ِ
Artinya:

Tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata,
hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa
pendapatmu! Ia menjawab, hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.

Kisah agung di atas mengandung ibrah, bahwa Allah swt hendak menunjukkan kepada kita, hamba-
hambanya yang lemah imannya, bahwa setiap hamba dapat memaksimalkan keimanan dan
ketaqwaan kepada-Nya sehingga menjadi hamba yang “tahan banting”, kuat dan tegar menghadapi
apapun ujian yang melandanya, bahkan pada peristiwa yang tampak seperti di luar nalar manusia
sekalipun.
Peristiwa penyembelihan itu, digambarkan sebagai simbol penyembelihan hawa nafsu dan sifat
pembangkangan dalam diri manusia dan menjadikannya manusia yang sepenuhnya taat dan tunduk
kepada Rabbnya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa Lillaahil-Hamd.

Kaum Muslimin Rahimakumullah


Saat ini kita semua sedang dihadapkan dengan ujian kehidupan yang relatif sama dan hampir
merata pada semua orang. Ujian kehidupan yang datang dari makhluk super kecil ciptaan Allah swt,
yaitu virus Covid-19, yang memaksa kita untuk tersadar, kita adalah makhluk yang lemah tak
berdaya di hadapan kekuasaan-Nya. Apapun latar belakang kita, asal kita, profesi kita, semuanya
terkena dampaknya, baik besar maupun kecil.

Oleh karenanya Hari Raya Iduladha ini dengan kisah keluarga Nabi Ibrahim a.s. di atas sangat tepat
untuk kita jadikan momentum penyadaran dan kebangkitan kita, bahwa

Pertama, sebagai seorang yang mendaku beriman kepada Allah swt, kita tidak terlepas dari ujian
dan cobaan. Bahkan justru, semakin tinggi level keimanan kita, maka semakin berat cobaan yang
akan kita terima. Dengan kata lain, jika kita ditimpa ujian, semakin berat ujian itu, maka itu berarti
Allah swt sedang menaikkan derajat keimanan kita.

Jika kita dapat melewati ujian itu dengan baik maka level keimanan kita benar-benar telah setingkat
lebih tinggi untuk nantinya menjadi modal menghadapi ujian-ujian berikutnya. Bukankah saat ini
anak manusia sudah biasa melalui ujian demi ujian untuk meningkatkan pendidikannnya, dari
sekolah dasar sampai perguruan tinggi? Yang setiap jenjangnya akan semakin sulit.

Kedua, semestinya, sebagai hamba dari Allah yang Maha Perkasa, apapun yang terjadi, tidak
selayaknya kita berputus asa. Sudah semestinya kita senantiasa berikhtiar sekuat tenaga untuk
tetap hidup dengan penuh penghambaan kepada-Nya. Bukankah Rasulullah saw sudah
menggambarkan, sifat seorang mukmin yang sangat mulia? Ia selalu dapat bersikap dengan benar
atas apa pun yang dialaminya, baik kenikmatan atau pun ujian.

Dari Sahabat Suhaib ra berkata, Rasulullah saw bersabda: sungguh menakjubkan urusan seorang
mukmin itu, karena semua urusannya adalah menjadi sebuah kebaikan baginya. Hal ini tidak terjadi
pada siapa pun juga kecuali pada seorang mukmin, (yaitu) jika kenikmatan/kemudahan
menghampirinya ia bersyukur dan syukur itu menjadi sebuah kebaikan baginya; dan jika
kesempitan/kesediahn yang menimpanya maka ia bersabar, dan sabar itu (juga) menjadi sebuah
kebaikan baginya [H.R. Muslim]

Ketiga, pandemi Covid-19 ini memberikan pelajaran berharga bagi kita, bahwa memang sudah
semestinya keimanan yang kita miliki ini harus dibarengi dengan ilmu yang selalu harus kita gali
lebih dalam.

Banyak fenomena yang terjadi, seorang hamba yang mengaku beriman kepada Allah swt namun ia
beribadah dengan tanpa ilmu. Tidak memperhatikan protokol kesehatan yang telah ditetapkan untuk
menjaga setiap orang agar tetap sehat dan dapat tetap beribadah kepada-Nya. Sehingga dengan
kekurangan ilmunya itu, ia tanpa sadar telah membahayakan dirinya juga orang lain. Oleh sebab itu,
benarlah hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Sahabat Abu Darda’ berikut ini,
Dari Abu ad-Darda’ ra berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, “Keutamaan seorang
ahli ilmu terhadap ahli ibadah bagaikan keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh
bintang” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Semoga kita dapat melalui ujian besar ini dengan baik sebagai hamba Allah yang ahli ibadah
dengan berlandaskan ilmu. Sehingga ujian ini menjadi batu loncatan bagi kita untuk meningkatkan
keimanan pada level yang lebih tinggi. Aamiin.
Khutbah I
 
‫ هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر‬.ُ‫ هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َبر‬.ُ‫هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َبر‬
 
‫ص َر َعبْدَ هُ َوَأ َع َّز ُج ْندَ هُ َو َه َز َم‬ َ ‫صدَ َق َوعْ دَ هُ َو َن‬ َ ،ُ‫ اَل ِإل َه ِإالَّ هللاُ َوحْ دَ ه‬،ً‫هللا ب ُْك َر ًة َوَأصِ ْيال‬ ِ ‫ان‬ َ ‫هلل َك ِثيْرً ا َو ُسب َْح‬ِ ‫هللَا ُ َأ ْك َبرْ َك ِبيْرً ا َو ْال َحمْ ُد‬
‫لحمْ ُد‬ ِ ‫ هللَا ُ َأ ْك َب ُر َو‬،ُ‫ الَِإل َه ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َأ ْك َبر‬،ُ‫اب َوحْ دَ ه‬
َ ‫هلل ْا‬ َ ‫اَأْلحْ َز‬
 
‫هلل الَّذِيْ َج َع َل لَ َنا عِ يْدَ ْالف ِْط ِر َو‬ ِ ‫ اَ ْل َحمْ ُد‬.‫اع ْال َه َوى‬ ‫ اَ ْل َحمْ ُد ِ ًّ َأ‬.‫ات َو َأحْ َيى‬ َ ‫هلل الَّذِيْ َأ َم‬ِ ‫اَ ْل َحمْ ُد‬
ِ ‫هلل الذِيْ َم َر َنا ِبال َّت ْق َوى َو َن َها َنا َع ِن ا ِّت َب‬
ْ‫ارك‬ ِ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َو َب‬
‫َأ‬
َ ‫ اَللَّ ُه َّم‬.‫يك لَ ُه َو ْش َه ُد نَّ م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُ ُه اَل َن ِبيَّ َبعْ دَ ه‬ ‫َأ‬ َ ‫ ْش َه ُد نْ الَ ِإلَ َه ِإالَّ ُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِر‬. ‫ْاَألضْ َحى‬
‫هَّللا‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫َعلَى َن ِب ِّي َنا م َُح َّم ٍد َو َعلَى َألِ ِه َوَأصْ َح ِاب ِه َو َمنْ َت ِب َع ُه ًدى‬
 
َ ‫ِين َآ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َح َّق ُت َقا ِت ِه َواَل َتمُو ُتنَّ ِإاَّل َوَأ ْن ُت ْم مُسْ لِم‬
‫ُون‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
 
‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجااًل َكثِيرً ا َون َِسا ًء َوا َّتقُوا هَّللا َ الَّذِي‬ َّ ‫س َواحِدَ ٍة َو َخلَ َق ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َب‬ ٍ ‫َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ ا َّتقُوا َر َّب ُك ُم الَّذِي َخلَ َق ُك ْم مِنْ َن ْف‬
‫ان َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬ َ ‫ون ِب ِه َواَأْلرْ َحا َم ِإنَّ هَّللا َ َك‬ َ ُ‫َت َسا َءل‬
 
‫از َف ْو ًزا‬ َ ‫ِين َآ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َوقُولُوا َق ْواًل َسدِي ًدا يُصْ لِحْ َل ُك ْم َأعْ َمالَ ُك ْم َو َي ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم َو َمنْ يُطِ ِع هَّللا َ َو َرسُولَ ُه َف َق ْد َف‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
‫َعظِ يمًا‬

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,


Marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dialah yang
terus menerus dan senantiasa melimpahkan nikmat kepada kita. Dipanjangkan usia
kita, dijaga iman kita hingga hari ini kita bisa mendirikan sholat idul adha.
 
Sungguh Dialah yang terus menerus melimpahkan nikmat-Nya. Bahkan saat
terjadinya pandemi covid-19 seperti saat ini pun, tiada detik berlalu tanpa nikmat-
Nya. Maka selayaknya kita mewujudkan syukur dengan berusaha meningkatkan
takwa.
 
Jamaah sholat idul adha yang dirahmati Allah,
Bulan Dzulhijjah identik dengan dua ibadah besar. Yakni haji dan idul adha. Kedua
ibadah ini sarat dengan nilai-nilai tarbiyah (pendidikan) yang kita dapatkan dari
keteladanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alaihimas salam.
 
Saat ini suasananya memang agak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Pandemi corona membuat ibadah haji tahun ini dibatasi. Kota suci Makkah yang
biasanya dipenuhi dengan jutaan jamaah haji, tahun ini hanya kaum muslimin yang
mukim di Arab Saudi yang bisa berhaji. Tentu ini membuat kita sedih. Terlebih bagi
calon jamaah haji yang mestinya berangkat tahun ini.
 
Namun takdir Allah ini pasti ada hikmahnya. Dan bagi orang-orang yang bersabar,
Allah akan membersamai dan menganugerahkan pahala tanpa batas.
 
 
ٍ ‫ُون َأجْ َر ُه ْم ِب َغي ِْر ح َِسا‬
‫ب‬ ِ ‫ِإ َّن َما ي َُو َّفى الص‬
َ ‫َّابر‬
 
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala
mereka tanpa batas. (QS. Az Zumar: 10)
 
Allaahu akbar.. Allaahu akbar.. Allaahu akbar walillaahilhamd
 
Jamaah sholat idul adha hafidhakumullah,
Meskipun saat ini ada keterbatasan akibat pandemi virus corona, tak menghalangi
kita untuk mengambil keteladanan dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alaihimas
salam. Bahkan nilai-nilai tarbiyah dari keduanya semakin relevan di tengah pandemi
corona.
 
Keteladanan pertama dari Nabi Ibrahim ‘alaihis salam adalah senantiasa
menguatkan doa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Awal mula idul adha yang
merupakan napak tilas pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail adalah sejarah
doa. Yakni doa Nabi Ibrahim yang selalu meminta kepada Allah agar dikaruniai anak
yang shalih.
 
 
َ ‫َربِّ َهبْ لِي م َِن الصَّالِح‬
‫ِين‬
 
Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang
sholih. (QS. Ash Shaffat: 100)
 
Ketika usia Nabi Ibrahim semakin tua, beliau semakin memperkuat doa. Dan
kemudian Allah mengabulkan doa itu.
 
‫َف َب َّشرْ َناهُ ِب ُغاَل ٍم َحل ٍِيم‬
 
Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. (QS.
Ash Shaffat: 101)
 
Maka dalam menghadapi masalah apa pun, kita harus memperbanyak doa kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam menghadapi persoalan apa pun, kita harus
memperkuat doa kepada-Nya.
 
Saat ini ketika kita dihadapkan pada pandemi virus corona, seharusnya kita semakin
memperbanyak doa dan memperkuatnya. Karena hanya Allah Yang Kuasa
melindungi kita. Karena hanya Allah Yang Kuasa menjaga iman dan kesabaran kita.
 
Terlebih jika ada keluarga yang sakit di masa seperti ini. Atau himpitan ekonomi
akibat pandemi. Sungguh selayaknya kita memperbanyak doa kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Termasuk mendoakan saudara-saudara kita dan mendoakan
bangsa kita agar bisa melewati pandemi ini dengan sebaik-baiknya.
 
Allaahu akbar.. Allaahu akbar.. Allaahu akbar walillaahilhamd
 
Jamaah sholat idul adha yang dimuliakan Allah,
Keteladanan, kedua adalah, setelah Nabi Ismail lahir, Allah memerintahkan Nabi
Ibrahim membawa Bunda Hajar dan Ismail ke lembah tandus bernama Bakkah yang
kemudian lebih dikenal dengan nama Makkah. Setelah tiba di sana, Nabi Ibrahim
kemudian meninggalkan mereka untuk kembali ke Palestina.
 
Bunda Hajar tidak mengerti mengapa ditinggal hanya berdua dengan bayinya. Ia
bertanya kepada Nabi Ibrahim namun tidak dijawab. Akhirnya Bunda Hajar
mengubah pertanyaannya, “apakah ini peritah Allah?” Nabi Ibrahim pun menjawab
singkat, “Ya.”
 
Mendengar jawaban itu, Bunda Hajar mengatakan: “Kalau ini perintah Allah, Dia
sekali-kali takkan pernah menyia-nyiakan kami.”
 
Inilah tawakkal yang diteladankan Nabi Ibrahim dan Bunda Hajar. Nabi Ibrahim
bertawakkal kepada Allah saat meninggalkan Bunda Hajar. Dan Bunda Hajar pun
tawakkalnya luar biasa setelah tahu bahwa itu adalah perintah dari Allah.
 
Namun tawakkal bukanlah sikap statis dan menyerah tanpa ikhtiar. Justru saat
tawakkal menghunjam di hati, anggota badan mengoptimalkan ikhtiar. Dan itulah
yang dilakukan Bunda Hajar saat Ismail lapar dan kehausan. Bunda Hajar berlari-
lari kecil dari bukit Shafa ke Marwa dalam rangka mencari air. Memandangi lembah
sejauh-jauhnya, barang kali terlihat sumber air atau datangnya musafir.
 
Yang kemudian terjadi adalah keajaiban. Dari bawah kaki Nabi Ismail yang
menghentakkan kakinya ke tanah, memancar sumber mata air yang hingga kini tak
pernah kering. Zamzam.
 
 
Allaahu akbar.. Allaahu akbar.. Allaahu akbar walillaahilhamd
 
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Perjalanan Bunda Hajar dari bukit Shafa ke bukit Marwa itulah yang kemudian
diabadikan menjadi sa’i dalam ibadah haji. Semangatnya adalah semangat ikhtiar.
Dan inilah yang harus kita miliki, terutama di masa pandemi ini.
 
Kita senantiasa bertawakkal kepada Allah sebab virus yang kita hadapi ini tak
terlihat. Dan hanya Allah yang Kuasa menjadikan kita tetap sehat. Namun kita juga
mengoptimalkan ikhtiar dengan menggunakan masker saat keluar rumah, menjaga
jarak (physical distancing), sering mencuci tangan dengan sabun, menjaga
kesehatan dan meningkatkan imun.
 
Demikian pula dalam hal ekonomi. Kita mengoptimalkan ikhtiar dengan lebih kreatif
mencari nafkah halal di tengah keterbatasan. Sedangkan jiwa kita senantiasa
bertawakkal karena Allah-lah yang Maha Pemberi rezeki.
 
Jamaah sholat idul adha yang dirahmati Allah,
Keteladanan berikutnya dari keluarga Nabi Ibrahim adalah mendidik anak dengan
pendidikan Islam yang baik. Tarbiyah islamiyah. Nabi Ibrahim memiliki visi parenting
yang berorientasi akhirat dan sejak awal telah ditanamkannya kepada Bunda
Hajar.Meskipun terpisah jarak, Nabi Ibrahim senantiasa mendoakan keluarga dan
buah hatinya agar senantiasa fokus dengan orientasi itu.
 
ِ ‫صاَل َة َفاجْ َع ْل َأ ْفِئدَ ًة م َِن ال َّن‬
‫اس َته ِْوي ِإلَي ِْه ْم‬ َ ‫ت مِنْ ُذرِّ َّيتِي ِب َوا ٍد َغي ِْر ذِي َزرْ ٍع عِ ْندَ َب ْيت‬
َّ ‫ِك ْالم َُحرَّ ِم َر َّب َنا لِ ُيقِيمُوا ال‬ ُ ‫َر َّب َنا ِإ ِّني َأسْ َك ْن‬
َ ‫ت لَ َعلَّ ُه ْم َي ْش ُكر‬
‫ُون‬ ِ ‫الث َم َرا‬ َّ ‫َوارْ ُز ْق ُه ْم م َِن‬
 
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di
lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah)
yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat,
maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri
rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS.
Ibrahim: 37)
 
Parenting Nabi Ibrahim adalah parenting yang menjadikan aqidah sebagai pondasi.
Pondasi karakter anak, pondasi keyakinannya, pondasi pola pikirnya, pondasi
segalanya. Jika anak memiliki aqidah yang lurus (salimul aqidah), orangtua boleh
lebih tenang. Separuh tugasnya telah selesai. Sebab imanlah yang menjadi kunci
utama masuk surga.
 
 
َ ‫ين َفاَل َتمُو ُتنَّ ِإاَّل َوَأ ْن ُت ْم مُسْ لِم‬
‫ُون‬ َ ‫َو َوص َّٰى ِب َها ِإب َْراهِي ُم َبنِي ِه َو َيعْ قُوبُ َيا َبنِيَّ ِإنَّ هَّللا َ اصْ َط َف ٰى لَ ُك ُم ال ِّد‬
 
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula
Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih
agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama
Islam.” (QS. Al-Baqarah: 132)
 
Bunda Hajar sendiri benar-benar fokus mendidik putranya dengan tarbiyah
Islamiyah. Menguatkan keimanan, mencintai ibadah, meneladankan akhlakul
karimah serta menceritakan kebaikan-kebaikan sang ayah. Maka tumbuhlah Nabi
Ismail menjadi anak shalih sebagaimana doa Nabi Ibrahim. Sekaligus alim dan
halim sebagaimana yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
 
Kita sebagai orang tua, semestinya meneladani bagaimana Nabi Ibrahim dan Bunda
Hajar dalam mendidik buah hati. Masa pandemi yang kemudian membuat anak-
anak lebih banyak di rumah, belajar dari rumah, semestinya menjadi kesempatan
berharga bagi para orangtua untuk lebih dekat kepada buah hati. Semestinya
menjadi kesempatan istimewa untuk mendidik dan mentarbiyah anak-anak kita.
 
Jamaah sholat idul adha yang dirahmati Allah,
Keteladanan keempat dari keluarga Nabi Ibrahim adalah taat tanpa tapi. Ketaatan
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa reserve.
 
Ketika mendapat perintah melalui mimpi untuk menyembelih Ismail, putra yang
sangat dicintainya, Nabi Ibrahim tidak menolak perintah itu. Nabi Ibrahim tidak
mencari-cari alasan untuk melalaikan perintah itu. Tidak juga menundanya. Perintah
yang sangat berat bagi manusia. Bayangkan, anak pertama dan satu-satunya. Anak
yang kelahirannya ditunggu puluhan tahun.
 
 
Maka Nabi Ibrahim pun menyampaikan perintah itu kepada putranya.
 
َ ‫َفلَمَّا َبلَ َغ َم َع ُه السَّعْ َي َقا َل َيا ُب َنيَّ ِإ ِّني َأ َرى فِي ْال َم َن ِام َأ ِّني َأ ْذ َبح‬
ُ ‫ُك َفا ْن‬
‫ظرْ َم َاذا َت َرى‬
 
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” (QS. Ash Shaffat:
102)
 
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, Nabi Ibrahim menyampaikan perintah ini
agar putranya tidak terkejut sekaligus untuk menguji kesabaran dan keteguhan serta
keyakinannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Juga baktinya kepada orang tua.
 
Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menambahkan, Nabi Ibrahim menyampaikannya
agar Nabi Ismail bisa memikirkan perintah itu dan mengatakan pendapatnya. Nabi
Ibrahim mengajak putranya bermusyawarah.
 
Jawaban Nabi Ismail sungguh mengagumkan. Ia sama sekali tidak menolak
perintah itu. Ia sama sekali tidak ragu untuk taat kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Apa pun perintah-Nya. Allah mengabadikan jawaban Ismail dalam lanjutan
ayat yang sama.
 
‫ين‬ ِ ‫ت ا ْف َع ْل َما ُتْؤ َم ُر َس َت ِج ُدنِي ِإنْ َشا َء هَّللا ُ م َِن الص‬
َ ‫َّاب ِر‬ ِ ‫َقا َل َيا َأ َب‬
 
Ia (Ismail) menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;
insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS. Ash
Shaffat: 102)
 
Inilah yang harus kita teladani. Ketaatan kepada Allah dengan taat tanpa tapi. Dan
ketaatan itu selalu berbuah manis. Ismail tidak jadi disembelih karena Allah
menggantinya dengan domba sebagai sembelihan, yang dari peristiwa ini kemudian
Allah turunkan syariat qurban. Demikian pula ketika kita selalu taat kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala, niscaya ketaatan itu akan menuntun kita ke surga-Nya.
 
 
Ketaatan kepada Allah harus selalu menjadi jiwa kita. Baik di masa normal maupun
di masa pandemi. Baik saat bersama orang lain maupun tatkala sendiri.
 
ِ ‫ازعْ ُت ْم فِي َشيْ ٍء َف ُردُّوهُ ِإلَى هَّللا ِ َوالرَّ س‬
‫ُول ِإنْ ُك ْن ُت ْم‬ َ ‫ِين َآ َم ُنوا َأطِ يعُوا هَّللا َ َوَأطِ يعُوا الرَّ سُو َل َوُأولِي اَأْلمْ ِر ِم ْن ُك ْم َفِإنْ َت َن‬
َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
‫ون ِباهَّلل ِ َو ْال َي ْوم اَآْلخ ِِر َذل َِك َخ ْي ٌر َوَأحْ َسنُ َتْأ ِوياًل‬
َ ‫ُتْؤ ِم ُن‬
ِ
 
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An Nisa: 59)
 
Allaahu akbar.. Allaahu akbar.. Allaahu akbar walillaahilhamd
 
Jamaah sholat idul adha yang dimuliakan Allah,
Keteladanan kelima dari keluarga Nabi Ibrahim adalah ruh at tadhiyah, semangat
pengorbanan. Menjalankan perintah untuk menyembelih putranya adalah
pengorbanan luar biasa bagi Nabi Ibrahim. Menyerahkan diri untuk disembelih
adalah pengorbanan yang tak kalah luar biasa bagi Nabi Ismail.
 
Jiwa pengorbanan inilah yang harus senantiasa ada dalam diri kita. Secara khusus,
berqurban dengan menyembelih hewan qurban. Sebagaimana Allah perintahkan
dalam Surat Al Kautsar:
 
ْ‫ِّك َوا ْن َحر‬ َ ‫ص ِّل ل َِرب‬ َ ‫ِإ َّنا َأعْ َط ْي َن‬
َ ‫ َف‬. ‫اك ْال َك ْو َث َر‬
 
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. (QS. Al Kaustar: 1-2)
 
Ketika kita mampu, tak boleh ada alasan untuk tidak berqurban. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan:
 
‫ُصالَّ َنا‬ َ ‫ان لَ ُه َس َع ٌة َولَ ْم ي‬
َ ‫ُض ِّح َفالَ َي ْق َربَنَّ م‬ َ ‫َمنْ َك‬
 
“Barangsiapa yang memiliki kelapangan untuk berqurban namun dia tidak
berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami” (HR Ibnu Majah,
Ahmad dan Al Hakim)
 
Semangat pengorbanan yang lebih luas juga selayaknya kita teladani dari keluarga
Nabi Ibrahim. Dengan semangat pengorbanan ini, kita saling membantu sesama
terutama untuk mereka yang terdampak pandemi virus corona. Jika punya keluasan
‫‪rezeki berupa materi, bantu dengan pengorbanan materi. Jika punya ilmu, bantu‬‬
‫‪dengan pengorbanan berupa edukasi. Jika punya otoritas, bantu dengan kebijakan‬‬
‫‪yang meringankan beban.‬‬
‫‪ ‬‬
‫‪ ‬‬
‫‪Semoga dengan semangat pengorbanan itu Allah menurunkan rahmat-Nya serta‬‬
‫‪mengangkat pandemi ini dari bumi Indonesia dan seluruh dunia. Serta menjaga kita‬‬
‫‪dalam keislaman dan keimanan hingga nanti dikumpulkan bersama dalam surga-‬‬
‫‪Nya.‬‬
‫‪ ‬‬
‫آن ْا َلعظِ ي ِْم‪َ ،‬و َن َف َعنِي َوِإيَّا ُك ْم ِب َمافِ ْي ِه مِنْ آ َي ِة َوذ ِْك ِر ْال َح ِكي ِْم َو َت َق َّب َل هللاُ ِم َّنا َو ِم ْن ُك ْم ِتالَ َو َت ُه َوِإ َّن ُه ه َُو‬ ‫ار َك هللا لِي َولَ ُك ْم فِى ْالقُرْ ِ‬ ‫َب َ‬
‫الغف ْو ُر الرَّ ِحيْم‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬
‫العظِ ْي َم ِإن ُه ه َُو َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫العلِ ْي ُم‪َ ،‬و ق ْو ُل َق ْولِي َهذا َفأسْ َت ْغفِ ُر َ‬
‫هللا َ‬ ‫َأ‬ ‫ال َّس ِم ْي ُع َ‬
‫‪ ‬‬
‫‪Khutbah II‬‬
‫‪ ‬‬
‫هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َبرُ‪ .‬هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َبرُ‪ .‬هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر‬
‫‪ ‬‬
‫ون ‪َ .‬أ ْش َه ُد أنْ ال إلَ َه إال هللاُ َوحْ دَ هُ‬ ‫ين ُكلِّ ِه َولَ ْو َك ِر َه ْال ُم ْش ِر ُك َ‬ ‫ِين ْال َح ِّق لِي ُْظ ِه َرهُ َعلَى ال ِّد ِ‬ ‫ْال َحمْ ُد هَّلِل ِ الَّذِي َأرْ َس َل َرسُولَ ُه ِب ْالهُدَ ى َود ِ‬
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫اركْ َعلَى َن ِب ِّي َنا م َُح َّم ٍد َو َعلَى لِ ِه َو صْ َح ِاب ِه َو َمنْ َت ِب َع ُه ْم‬ ‫ِّ‬ ‫َّ‬
‫ورسُوله‪ .‬اَلل ُه َّم َ‬‫ُ‬ ‫يك لَهُ‪ ،‬وأشه ُد أنَّ م َُح َّم ًدا ع ْب ُده َ‬ ‫ال َش ِر َ‬
‫ص ِّل َو َسل ْم َو َب ِ‬
‫ْن‬ ‫ِّ‬
‫ان ِإلى َي ْو ِم الدي ِ‬ ‫َ‬ ‫بِِإحْ َس ٍ‬
‫‪ ‬‬
‫ُون‬ ‫ِين َآ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َح َّق ُت َقا ِت ِه َواَل َتمُو ُتنَّ ِإاَّل َوَأ ْن ُت ْم مُسْ لِم َ‬ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ َ‬
‫‪ ‬‬
‫ون‬ ‫ت ل َِغ ٍد َوا َّتقُوا هَّللا َ ِإنَّ هَّللا َ َخ ِبي ٌر ِب َما َتعْ َملُ َ‬ ‫ظرْ َن ْفسٌ َما َق َّد َم ْ‬ ‫ِين َآ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َو ْل َت ْن ُ‬‫َيا َأ ُّي َها الَّذ َ‬
‫‪ ‬‬
‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّمُوا َتسْ لِيمًا‬ ‫ِين َآ َم ُنوا َ‬ ‫ون َعلَى ال َّن ِبيِّ َيا َأ ُّي َها الَّذ َ‬ ‫ُصلُّ َ‬ ‫ِإنَّ هَّللا َ َو َماَل ِئ َك َت ُه ي َ‬
‫‪ ‬‬
‫لى م َُح َّم ٍد‬ ‫آل ِإب َْرا ِه ْي َم ِإنـ َّ َك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد اَللَّ ُه َّم با َ ِركْ َع َ‬ ‫لى ِ‬ ‫لى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َع َ‬ ‫ْت َع َ‬ ‫صلَّي َ‬ ‫آل م َُح َّم ٍد َكما َ َ‬ ‫لى ِ‬ ‫لى م َُح َّم ٍد َو َع َ‬‫ص ِّل َع َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َ‬
‫آل ِإب َْرا ِه ْي َم ِإنـ َّ َك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ‫لى ِ‬ ‫لى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َع َ‬ ‫ت َع َ‬ ‫ْ‬
‫آل م َُح َّم ٍد َكما َ با َ َرك َ‬ ‫لى ِ‬ ‫َو َع َ‬
‫‪ ‬‬
‫ُّعا ِء‪َ .‬ر َّب َنا‬ ‫اغفِرْ ل ِْلمُْؤ ِم ِني َْن َو ْالمُْؤ ِم َناتِ‪َ ،‬و ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو ْالمُسْ لِ َماتِ‪ ،‬اَألحْ َيا ِء ِم ْن ُه ْم َواَألمْ َواتِ‪ِ ،‬إ َّن َك َس ِم ْي ٌع َق ِريْبٌ ُم ِجيْبُ الد َ‬ ‫اللَّ ُه َّم ْ‬
‫ِين َآ َم ُنوا َر َّب َنا ِإ َّن َك َرءُوفٌ َرحِي ٌم ‪َ .‬ر َّب َنا اَل ُت ِز ْغ قُلُو َب َنا‬ ‫اًّل‬
‫وب َنا غِ لِلَّذ َ‬ ‫ان َواَل َتجْ َع ْل فِي قُلُ ِ‬ ‫اغفِرْ لَ َنا َوِإِل ْخ َوا ِن َنا الَّذ َ‬
‫ِين َس َبقُو َنا ِباِإْلي َم ِ‬ ‫ْ‬
‫ت ْال َوهَّابُ‬ ‫َأ‬
‫َبعْ دَ ِإذ َهدَ ْي َت َنا َو َهبْ لَ َنا مِنْ لَ ُد ْن َك َرحْ َم ًة ِإ َّن َك ْن َ‬‫ْ‬
‫‪ ‬‬
‫ب ال َّسالَ َم‬ ‫ِين‪َ ،‬و ْاك ُت ِ‬‫الظالِم َ‬ ‫الح ِّق‪َ ،‬و ْاكسِ رْ َش ْو َك َة َّ‬ ‫صفُ ْو َف ُه ْم‪َ ،‬وَأجْ مِعْ َكلِ َم َت ُه ْم َعلَى َ‬ ‫اللَّ ُه َّم َأعِ َّز اِإلسْ الَ َم َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن‪َ ،‬و َوحِّ ِد اللَّ ُه َّم ُ‬
‫َأل‬ ‫َأ‬
‫ت ال َّس َماء َو ْخ ِرجْ لَ َنا مِنْ َخي َْرا ِ‬ ‫ِين‪ .‬اللَّ ُه َّم َأ ْن ِز ْل َعلَ ْي َنا مِنْ َب َر َكا ِ‬
‫ِك َأجْ َمع َ‬ ‫َواَألمْ َن لِعِباد َ‬
‫ار َنا‬ ‫اركْ لَ َنا في ِث َم ِ‬ ‫ض‪َ ،‬و َب ِ‬ ‫ت ا رْ ِ‬
‫ار‬ ‫اب ال َّن ِ‬ ‫رزاقِ َنا َيا َذا ْال َجالَ ِل َواِإل ْك َر ِام ‪َ .‬ر َّب َنا آ ِت َنا في ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوفي اآلخ َِر ِة َح َس َن ًة َوقِ َنا َع َذ َ‬ ‫َو ُزر ُْوعِ َنا و ُك ِّل َأ َ‬
‫‪ ‬‬
‫ان َوِإ ْي َتا ِء ذِي القُرْ َبى َو َي ْن َهى َع ِن ْال َفحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َكر َو ْال َب ْغي َيع ُ‬ ‫ْأ‬
‫ِظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫هللا ‪ِ:‬إنَّ هللاَ َي ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َواِإلحْ َس ِ‬‫عِ َبادَ ِ‬
KHUTBAH IDUL ADHA 2020/1441 H
‫ مرات) و هلل الحمد‬9( ‫هللا أكبر‬.

  ‫ وأشهد أن ال إله إال هللا وحده‬.‫ وقرن النحر بالصالة في محكم القرآن‬,‫الحمد هلل الذي شرع لعباده التقرب اليه بذبح القربان‬
.‫ وأشهد أن سيدنا محمدا عبده و رسوله أفضل من قام بشرائع اإلسالم و حقق اإليمان‬,‫ال شريك له ذو الفضل واإلمتنان‬
‫صلى اللهعلىسيدنا محمد و سلم عليه و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان‬.

‫ أوصيكم وإيّاي نفسى بتقوى هللا فقد فاز المتقون‬,‫فيأيها الناس‬.

‫ياأيها الذين آمنوا اتقوا هللا وابتغوا إليه الوسيلة وجاهدوا في سبيله لعلكم تُفلحون‬:‫قال هللا تعالى فى ُمحكم تنزيله‬.

‫أما بعد‬...

Zumratalmuwahhidînrahimakumullâh.

Hari ini kita merayakan IdulAdha, Hari Raya Kurban 1441 H. Syari’at kurban telah
dimulai pada generasi pertama umat manusia, anak Adam as.. Allah berfirman dalam
Surah Al-Mâ`idahayat 27: 

َ‫ال ِإنَّ َما َي َت َقبَّلُ هَّللا ُ ِمنَ ْال ُمتَّ ِقين‬


َ ‫ال َأَل ْقتُ َلنَّكَ َق‬ ِ ‫َوا ْتلُ َع َل ْي ِه ْم َن َبَأ ا ْبن َْي آ َد َم ِب ْال َح ِّق ِإ ْذ َقرَّ َبا قُرْ َبا ًنا َفتُقُب َِّل ِم ْن َأ َح ِد ِه َما َو َل ْم يُ َت َقبَّلْ ِمنَ اآْل‬
َ ‫خَر َق‬
Artinya: Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua anak Adam (Habil dan Qabil) menurut
yang sebenarnya. Ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima (kurban itu
oleh Allah) dari salah seorang dari keduanya (kurban milik Habil) dan tidak diterima
(kurban) dari yang lain (milik Qabil). Ia (Qabil berkata: Aku pasti akan membunuhmu.
Berkatalah (Habil): Sesungguhnya Allah (hanya) menerima (kurban) dari orang-orang
yang bertaqwa.

Syari’at kurban ini kemudian dilestarikan di dalam syari’at Nabi Ibrahim as, sebagaimana
dapat kita lihat pada Surah as-Shâffâtayat 102:

ِ ‫ال َيا َأ َب‬


َ‫ت ا ْف َعلْ َما تُْؤ َمرُ َست َِج ُد ِني ِإ ْن َشا َء هَّللا ُ ِمن‬ ُ ‫ال َيا بُن ََّي ِإ ِّني َأ َرى ِفي ْال َمن َِام َأ ِّني َأ ْذ َبحُكَ َفا ْن‬
َ ‫ َق‬.‫ظرْ َما َذا ت ََرى‬ َ ‫َف َل َّما َب َل َغ َم َعهُ الس‬
َ ‫َّعْي َق‬
َ‫الصَّا ِب ِرين‬

Artinya: Maka tatkala anak itu (Ismail) telah sampai (pada  usia sanggup) berusaha
bersama-sama (Ibrahim), (Ibrahim) berkata: Wahai puteraku, sesungguhnya aku melihat
dalammimpi bahwa akumenyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu?. (Ismail)
menjawab: Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan (oleh Allah) kepadamu,
insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar.

Ayat di atas mengajarkan kepada kita bahwa berkurban merupakan ujian Allah atas
kesabaran kita. Apakah kita bersabar ketika Allah menuntut kita untuk mengorbankan
sebagian harta yang kita cintai, sebagaimana Ibrahim dapat bersabar saat Allah
menuntutnya mengorbankan harta kecintaannya, yaitu puteranya sendiri. Beruntunglah kita
yang hanya diperintahkan untuk berqurban dengan hewan, dan bukan dengan
menyembelih  darah daging sendiri. Malulah kita terhadap Ibrahim yang rela menyembelih
puteranya, jika kita mampu namun enggan untukmenyembelih sekadar seekor hewan
qurban yang tiada berharga sedikitpun dibanding nyawa Ismail.

Dan lihatlah!...Allah tidak akan pernah mensia-siakan kesabaran, ketaatan dan


pengorbanan hamba-hambanya. Allah SWT pun berfirman Surah as-Shâffâtayat 107-111:

َ‫ ِإنَّهُ ِم ْن ِع َبا ِدنَا ْال ُمْؤ ِم ِنين‬. َ‫ َك َذ ِلكَ نَجْ ِزي ْال ُمحْ ِس ِنين‬.‫ َساَل ٌم َع َلى ِإب َْرا ِهي َم‬. َ‫ َوت ََر ْكنَا َع َل ْي ِه ِفي اآْل ِخ ِرين‬.‫َو َف َد ْينَاهُ ِب ِذب ٍْح ع َِظ ٍيم‬

Artinya: Dan kami tebus anakitu (Ismail) dengan seekor sembelihan yang besar. Kami
abadikan untuk Ibrahim pujian yang baik di kalangan kaum-kaum sesudahnya.
Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim. Demikianlah Kami membalas orang-orang yang
berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.

Betapamulia, Allah SWT sendiri yang menyematkan predikat-predikat  keagungan dan


kemuliaan kepada Ibrahim dan Ismail ‘alayhimassalâm: as-Shâbirîn (hamba yang
senantiasa bersabar), al-Muhsinîn (hamba yang senantiasa berbuat baik) danal-Mu`minîn
(hamba yang senantiasa kokoh danteguh  dalam keimanannya).

Sidang IdulAdha   yang dirahmati Allah SWT.

Dalam  syariatNabi kita Muhammad Saw., tradisi kurban para nabi di atas kemudian
dilestarikan melaluifirman Allah SWT dalam Surah Al-Kautsar ayat 2:

ْ‫صلِّ ِل ِربِّكَ َو ا ْن َحر‬


َ ‫َف‬
Artinya: Maka shalat (IedulAdha)-lah kamu kemudian berkurbanlah.

Perintah Allah tersebutkemudiandipertegasolehsabdaRasulullah Saw:


ّ
‫يقربن مصالنا (رواه ابن ماجه و‬ ‫ من وجد سعة و لم يضحّ فال‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬:‫عن أبى هريرة قال‬
)‫أحمد‬

Artinnya: Dari AbiHurayrahra, Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa yang mampu


namun tidakberkurban, maka jangan sekali-kali ia mendekati tempat shalat (Iedul Adha)
kami (HR. IbnuMajahdan Ahmad).

Dari hadits di atas, madzhab Hanafi berpendapat bahwa berkurban wajib hukumnya bagi
yang mampu. Adapun madzhab Maliki, Syafi’i dan Hanbalimenyatakan bahwa berkurban
adalah sunnah mu’akkadah (sunnah yang sangat ditekankan).
Ma’âsyiralmu’minînrahimakumullâh.

Tentang syariat qurban, beberapa hal perlu kita garis bawahi dan perhatikan, antara lain:

Pertama, sebagaimana semua amal ibadah lainnya, ibadah qurban ada yang diterima oleh
Allah SWT, adajuga yang tidak diterima. Sebagaimana telah dikisahkan di dalam Surah
Al-Mai`idahayat 27 di awal khutbah ini, bahwa Allah menerima qurban dari Habil dan
tidak menerima kurban dariQabil. Ayat di atas diakhiri dengan firman Allah:

‫إنما يتقبلُ هللا من المتقين‬

Artinya: Sesunggunya Allah hanyamenerima (kurbannya) orang-orang yang bertaqwa.

Prinsip taqwa dalam berkurban inikembali dipertegas di dalam Surah Al-Hajj ayat 37:

‫َال هّللا َ لُحُو ُم َها َواَل ِد َماُؤ هَا َو َل ِك ْن َينَالُهُ التَّ ْق َوى ِم ْن ُكم‬
َ ‫ َل ْن َين‬...
Artinya: Daging hewan kurban  dandarahnya itusekali-kali tidak akan sampai kepada
Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketaqwaan kalian…

Qurbannya orang bertaqwa antara lain dan yang terpenting adalah ditandai dengan
landasan niat untuk mentaati perintah Allah semata, bukan untuk menaikkan gengsi atau
status sosial da nniat-niat duniawi lainnya. Maka ketikakita berqurban, pastikan bahwa
hanya keikhlasan yang ada di hati kita, hanya demi menggapai ridha Allah SWT. Taqwa di
sini juga berarti bahwa hewan qurban tersebut berasal dariharta yang halal. Karena, ibadah
apapun yang dibiayai dari harta yang haram pasti tertolak, sebagaimana sabdaRasulullah
Saw.:

)‫ال يقبل هللا عز و جل صدقة من غلول و ال صالة بغير طهور (رواه ابو داود‬

Artinya: Allah AzzawaJalla tidak menerima shadaqah dariharta yang haram dan (tidak
menerima) sholat tanpa bersuci (HR. Abu Daud)

JugasabdaRasulallah Saw.:

‫أيها الناس! إن هللا طيب ال يقبل إال طيبا‬...

Artinya: Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu Maha Suci dan tidak menerima kecuali
yang suci… (HR. Muslim)

Kedua, tentang distribusi dagingkurban, Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hajj ayat
28:

‫س ْال َف ِقير‬ ْ ‫ت َع َلى َما َرزَ َقه ُْم ِم ْن َب ِهي َم ِة اَأْل ْن َع ِام َف ُكلُوا ِم ْن َها َوَأ‬
َ ‫ط ِع ُموا ْال َباِئ‬ ٍ ‫ِل َي ْش َهدُوا َمنَا ِف َع َله ُْم َو َي ْذ ُكرُوا ا ْس َم هَّللا ِ ِفي َأي ٍَّام َمعْ لُو َما‬
Artinya: (Tujuan ibadah haji dan kurban itua dalah) agar mereka menyaksikan berbagai
manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah
ditentukan, atas rizki yang telah Allah berikan kepada mereka, yaitu berupa binatang
ternak, maka makanlah sebagian darinya dan berikanla hsebagian lainnya untuk dimakan
oleh orang-orang yang papa lagi fakir.

Dari ayat di atas dapat kita ambil sebuah tuntunan bahwa orang-orang yang berqurban atau
panitia qurban harus memastikan bahwa qurban tersebut didistribusikan secara baik dengan
prioritas pembagian hasil qurban untuk para fakir miskin, di samping si empu qurban juga
memiliki hak untuk menikmati sebagian daging qurbannya.

Ini adalah bentuk solidaritas sosial, agar pada Idul Adha kali ini, terlebih di masa pandemi
Covid-19 yang memprihatinkan ini, kita semua, tanpa terkecuali, betul-betul dapat
merayakannya dengan riang gembira dan penuh suka cita.

Jangan sampai pada Idul Adha nantia daperut-perut lapar yang berangan-angan tentang
nikmatnya daging qurban, sementara perut kita kekenyangan setelah menyantap hidangan
lezat hasil qurban.

Hal ketiga yang kiranya perlu kitaketahui adalah tentang wasiat Rasulullah Saw:

‫ من باع جلد أضحيته فال أضحية له (رواه الحاكم‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬,‫عن ابى هريرة رضي هللا عنه قال‬
)‫و البيهقي‬

Artinya: Diriwayatkan oleh AbiHurayrah ra, bahwaRasulullah Saw bersabda: Barangsiapa


yang menjual kulit hewan qurbannya maka sesunggungnya dia tidak berqurban (HR. Al-
Hakim dan Al-Bayhaqiy).

Wejangan Rasulullah di atas adalah sebuah tuntunan agar dalam berqurban kita harus total,
optimal dan sempurna, tidak setengah-setengah. Dengan demikian, ganjaran baik yang kita
peroleh dari Allah pun menjadi sempurna pula. Maka, tidak sah qurban seseorang yang
kulit qurbannya dijadikan upah untuk si tukang sembelih atau tukang jagal qurbannya.

Ikhwânîfillâha’âdzaniyallâhuwaiyyâkumajma’în.

Akhirnya, khatib berharap, semoga khutbah ini dapat membangkitkan kesadaran dan
keinginan kita untukberlomba-lomba mempersembahkan qurban terbaik.

Semoga di Idul Adha ini semakin banyak saudara kita yang tersenyum bahagia karena
menikmati hidangan daging qurban yang kita sembelih, hanya untuk menggapai ridha
Allah SWT. Amin yâRabbal ’âlamîn.
ّ ‫ و نفعنى و إيّاكم بما فيه من اآليات و‬.‫بارك هللا لى و لكم فى القرآن الكريم‬
‫ إ ّنه هو‬,‫ و تقبّل م ّنى و منكم تالوته‬.‫الذكر الحكيم‬
‫ إ ّنه هو الغفور الرّحيم‬....‫ فاستغفروه‬,‫ أقول قولى هذا فأستغفر هللا لي و لكم و لسائر المؤمنين من كل ذنب‬.‫السّميع العليم‬.
‫‪.‬هللا أكبر (‪ 7‬مرات)و هلل الحمد‬

‫هللا أكبر ما تعارفَ الواقفون بعرف َة‬


‫الحج من اآلفاق‪ُ ,‬‬
‫ِ‬ ‫مؤمن مشتا ٌ‬
‫ق‪ ,‬هللا أكبر ما أتى الحجّاج ألداء‬ ‫ٌ‬ ‫هللا أكبر ما ّ‬
‫حن لبيت هللا‬ ‫ُ‬
‫ق‬
‫ٍ‬ ‫وفا‬ ‫و‬ ‫د‬‫حا‬
‫ِ ٍ‬‫ت‬‫‪.‬با‬
‫‪.‬أشهد ان ال إله إال هللا الملك الع ّ‬
‫الم‪ ,‬و أشهد أنسيدنا محمدا عبده و رسوله سيد األنام‬

‫‪.‬أللهم صل و سلم على سيدنا محمد و على آله و أصحابه صال ًة و سالما دائمين متالزمين على ممرّ ال ّدهور و ْاأليّام‬

‫‪.‬أيها النَاس‪ ,‬إتقوا هللا ح ّق تقواه‪ ,‬و راقبوه مراقبة من يعلم أنه يراه‬
‫ّ‬
‫تموتن إال و أنتم مسلمون‬ ‫‪.‬فقال هللا تعالى‪ :‬يا َأيها الذين آمنوا ا ّتقوا هللا ح ّق تُقاته و ال‬

‫سلمت و باركت على سيدنا إبراهيم‪ ,‬و‬ ‫أللهم صل و سلم و بارك على سيدنا محمد‪ ,‬و على آل سيدنا محمد‪ ,‬كما صليت و ّ‬
‫‪.‬على آل سيدنا إبراهيم‪ ,‬فى العالمين إنك حميد مجيد‬

‫أألحياء منهم و األموات‪ ,‬إنك سميع قريب مجيب الدعوات‪ ,‬يا‬


‫ِ‬ ‫أللهم اغفر للمسلمين و المسلمات‪ ,‬و المؤمنين و المؤمنات‪,‬‬
‫‪.‬قاضي الحاجات‬

‫َربَّنَا َءا ِتنَا ِم ْن َل ُد ْنكَ َرحْ َم ًة‪َ ,‬و َهيِّْئ َلنَا ِم ْن َأ ْم ِرنَا َر َشدًا‬

‫الرَّح ْي ُم‬
‫ِ‬ ‫‪.‬ربَّناَ َت َقبَّلْ ِمناَّ ِإنَّكَ َأ ْنتَ الس َِّم ْي ُع ْال َع ِل ْي ُم‪َ ,‬و تُبْ َع َليْناَ ِإنَّكَ َأ ْنتَ التَّوَّابُ‬
‫َ‬

‫اب ال َّن ِ‬
‫ار‬ ‫‪.‬ربَّنَا آ ِتنَا ِفى ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة‪َ ,‬و ِفى ْا ِ‬
‫آلخ َر ِة َح َس َن ًة َّو ِقنَا َع َذ َ‬ ‫َ‬
‫‪.‬عباد هللا‪ ,‬إن هللا يأمر بالعدل و اإلحسان‪ ,‬و إيتاء ذى القربى و ينهى عن الفخشاء و المنكر و البغي‪ ,‬يعظكم لعلكم تذكرون‬

‫فاذكروا هللا العظيم يذكركم‪ ,‬و اشكروه على نعمه يز ْدكم‪ ,‬و اسئلوه من فضله ِ‬
‫يعطكم‪ ,‬و لذكر هللا أكبر‪ ,‬وهللا يعلم ما‬
‫‪.‬تصنعون‬

Anda mungkin juga menyukai