ُ اَل ِإلهَ ِإالَّ هللا،ًص ْيال ِ هللَا ُ َأ ْكبَرْ َكبِ ْيرًا َو ْال َح ْم ُد هللِ َكثِ ْيرًا َو ُسب َْحانَ هللاِ بُ ْك َرةً َوَأ َ الَِإله،ُاب َوحْ َده َ ََص َر َع ْب َدهُ َوَأ َع َّز ُج ْن َدهُ َوهَزَ َم اَأْلحْ ز َ ق َو ْع َدهُ َون َ ،َُوحْ َده َ ص َد َ هللَا ُ َأ ْكبَ ُر َوهللِ ْا،ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َأ ْكبَ ُر. لح ْم ُد ُ ى لَوْ آَل َأ ْن هَ َد ٰىنَا ٱهَّللَ ْٱل َح ْم ُد هَّلِل ِ ٱلَّ ِذى هَد َٰىنَا لِ ٰهَ َذا َو َما ُكنَّا لِنَ ْهتَ ِد ـح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َرسُولُه َ ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي أ ْشهَ ُد أن الَ ِإلَهَ ِإال هللا ص ّل َو َسلّ ْم عَلى سيّدنا ُم َح ّم ٍد َوعَلى آلِ ِه َواَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َسا ٍن َ اَللهُ ّم ِإلَى يَوْ ِم ال ّديْن ََقوى هللاِ فَقَد فَازَ ال ُمتَّقُون َ َفسى بِت ِ صي ُكم َون ِ فَيَا ِعبا َد هللاِ أو-َُأ َّما بَ ْعد َ ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذين:ان ال َّر ِجيْم ِ َ َأ ُعوْ ُذ بِاهللِ ِمنَ الَّش ْيط:ان ْال َك ِري ْم ِ ْال هللاُ تَ َعال َى فِي ْالقُر َ َق َق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأنتُم ُّم ۡسلِ ُمون ْ ُوا ٱتَّق َّ وا ٱهَّلل َ َح ْ َُءا َمن وقال تعالى: ْ يُصْ لِحْ لَ ُك ْم ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِر-يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ َمنُوا اتَّقوا هللا َوقولوا قَوْ اًل َس ِديدًا َأ ُ ُ ُ َآ َظي ًماِ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع هللا َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَازَ فَوْ ًزا ع Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa liilahil hamd Ma’asyiral muslimin jama’ah sholat Idul Adha yang dirahmati Allah. Marilah kita senantiasa bersyukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya. Alhamdulillah, sampai detik ini kita masih diberi nikmat iman dan Islam, kesehatan dan kesempatan untuk melaksanakan berbagai ibadah kepada Allah SWT, termasuk melaksanakan shalat Idul Adha pada pagi hari yang mulia ini, Hari Raya Idul Adha 1443H/2022M. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, seorang manusia agung dan nabi terakhir yang dipilih oleh Allah SWT untuk menjadi teladan (uswah) bagi seluruh umat manusia sepanjang masa.
Ma’asyiral muslimin jama’ah sholat ‘Idil Adha yang berbahagia,
Ibadah kurban merupakan salah satu ibadah penting dalam ajaran Islam. Ibadah ini memiliki fondasi kuat dan memiliki akar sejarah panjang dalam tradisi rasul-rasul terdahulu. Ajaran kurban dan prakteknya telah ditunjukkan secara sinergik oleh para nabi dan rasul hingga Nabi Muhammad SAW. Nabi Ibrahim as. dikenal sebagai peletak batu pertama ibadah ini. Yakni dengan peristiwa penyembelihan yang dilakukan Nabi Ibrahim as. terhadap anaknya, Nabi Isma'il as. yg kemudian digantikan oleh Allah dg seekor domba. Nabi Ibrahim as. dengan penuh keimanan dan keikhlasan bersedia untuk menyembelih anak kesayangannya, Ismail hanya semata-mata untuk memenuhi perintah Allah SWT. Peristiwa yang mengharukan ini, dilukiskan dengan indah oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an surah as-Shaffat ayat 102: ُ ك َف ٱنظ ۡر َ َفلَمَّا َبلَ َغ َم َع ُه ٱلس َّۡع َي َقا َل ٰ َي ُب َنيَّ ِإ ِّن ٓي َأ َر ٰى فِي ۡٱل َم َن ِام َأ ِّن ٓي َأ ۡذ َب ُح ين َّ ٰ ت ۡٱف َع ۡل َما ُت ۡؤ َم ۖ ُر َس َت ِج ُدن ٓ\ِي ِإن َشٓا َء ٱهَّلل ُ م َِن ٱل َ ص ِب ِر ِ َم َاذا َت َر ٰۚى َقا َل ٰ َٓيَأ َب “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-samanya, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Ini adalah ujian ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT. Di kemudian hari, pengorbanan ini menjadi anjuran bagi umat Islam untuk menyembelih hewan kurban, setiap tanggal 10 Dzulhijah dan pada hari tasyrik, yaitu 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Deskripsi historis ini menggambarkan bahwa, keteguhan hati, keyakinan akan kebenaran perintah Allah, keikhlasan, ketaatan, dan kesabaran adalah esensi yang melekat dari ibadah Qurban. Nilai-nilai ini telah diimplementasikan dengan baik oleh Nabi Ibrahim dan Ismail as. dalam peristiwa yang mengharukan itu. Kesanggupan Nabi Ibrahim as. menyembelih anak kandungnya sendiri Nabi Ismail as. bukan semata-mata didorong oleh perasaan taat setia yang membabi buta (taqlid), tetapi meyakini benar2 bahwa perintah Allah SWT itu haruslah ditaati dan dipatuhi, demi meraih Ridho-Nya. Maka Nabi Ibrahim pun lulus dari ujian ini. Ia membuktikan bahwa dirinya sanggup mengalahkan egonya untuk tujuan mempertahankan nilai-nilai Ilahi. Dengan penuh ketulusan, Nabi Ibrahim menapaki jalan pendekatan diri kepada Allah SWT sebagaimana makna kurban itu sendiri, yakni pendekatan diri. Sementara Nabi Ismail as, meski usianya masih belia, mampu membuktikan diri sebagai anak yg berbakti dan patuh kepada perintah Tuhannya. Yang menarik adalah, ayahnya menyampaikan perintah tersebut dengan meminta pendapatnya terlebih dahulu, dengan tutur kata yang halus, tanpa unsur paksaan atau memaksa. Dan atas dasar kesalehan dan kesabaran yang ia miliki, ia pun memenuhi panggilan Tuhannya. Oleh karena itu, معاشر المسلمين رحمكم هللاesensi spirit atau semangat berkorban, serta ketaatan kpd Allah SWT yg totalitas yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail ini lah, yg harus menjadi panutan bagi seluruh umat manusia setelah mereka, termasuk kita umat Islam, umat Nabi Muhammad SAW. Selain itu hendaklah juga menjadi pengajaran bagi kita, bahwa segala apapun karunia yg diberikan oleh Allah SWT kepada kita hanyalah titipan semata, baik berupa anak, harta benda bahkan nikmat kesehatan diri badan kita. Dan hendaknya semua itu tidak boleh melengahkan kita bahwa Allah lah tujuan akhir dari rasa cinta dan ketaatan kita.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd
Kaum muslimin yang berbahagia Kurban adalah simbolisasi pengorbanan, sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam ibadah kurban, seperti yang khatib sebutkan tadi, nilai yang paling esensial adalah sikap batin berupa keikhlasan, ketaatan dan kejujuran. Sementara itu melatih keikhlasan dan ketaatan itu harus lah terus menerus kita lakukan dan biasakan dalam semua amal ibadah kita. Sering tanpa kita sadari, kita telah digoda syetan agar tidak melaksanakan ibadah kurban, ataupun ibadah- ibadah yg lain, karena rasa was-was atau khawatir tidak ikhlas. Imam al Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumiddin-nya mengingatkan, bahwa syaitan selalu membisiki kita: “Buat apa engkau beribadah kalau tidak ikhlas, lebih baik sekalian tidak beribadah”. Maka penting utk kita sadari akan hal ini, dengan tetap melaksanakan ibadah itu sembari berlindung kpd Allah dari sifat riya dan ujub, dan berdoa supaya Allah hadirkan rasa keikhlasan itu dalam hati kita. Ibadah kurban bukan hanya mementingkan tindakan lahiriyah, berupa menyedekahkan daging kurban kepada orang lain terutama fakir miskin, tetapi yang lebih penting adalah nilai ketulusan guna mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT memperingatkan bahwa yang betul-betul membuahkan kedekatan dengan- Nya, bukanlah fisik hewan qurban, melainkan nilai takwa dan keikhlasan yang ada dalam jiwa kita. Dalam surah al- Hajj ayat 37, Allah SWT menyebutkan: َۚۡال ٱهَّلل َ لُحُو ُمهَا َواَل ِد َمٓاُؤ هَا َو ٰلَ ِكن يَنَالُهُ ٱلتَّ ۡق َو ٰى ِمن ُكم َ لَن يَن “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” Penegasan Allah SWT ini mengindikasikan dua hal. Pertama, penyembelihan hewan kurban, yg merupakan bentuk simbolik dari tradisi Nabi Ibrahim as. itu, dan merupakan syi’ar dari ajaran Islam, adalah suatu sarana bagi kita untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kedua, Allah SWT hanya menginginkan nilai ketakwaan dari orang yang melaksanakan ibadah kurban. Indikasi ini sejalan dengan peringatan Rasulullah SAW: “Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat bentuk luarmu dan harta bendamu, tetapi Dia melihat hatimu dan perbuatanmu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamd
Kaum muslimin yang berbahagia, Pada akhirnya kalau ibadah kurban dilaksanakan dengan ikhlas demi mengharap ridla Allah SWT. akan memberi hikmah dan manfaat bagi pelakunya, baik di dunia maupun di akhirat. Di antaranya adalah: -Meningkat keimanan kepada Allah SWT. Ibadah kurban yang dilaksanakan oleh orang muslim dapat melatih kepatuhan dan kepasrahan total kepada Allah SWT. Orang-orang yang dekat dengan Allah akan memperoleh predikat muqarrabin, muttaqin serta mendapat kemuliaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. -Yg kedua membersihkan diri dari sifat-sifat bahimiyyah. Pada saat hewan kurban jatuh ke bumi maka saat itulah sifat kebinatangan dalam diri kita harus sirna, seperti rakus, tamak serakah, kejam dan penindas, dlsb. -Selanjutnya yaitu menanamkan sifat kedermawanan, rasa kasih sayang dan empati kepada sesama. Ibadah kurban dalam Islam tidak sama dengan persembahan dalam agama-agama selain Islam. Islam tidak memerintahkan pemujaan dalam penyembelihan hewan, tetapi Islam memerintahkan agar dagingnya dibagikan kepada fakir miskin agar ikut makan dan menikmatimya. Sehingga timbul lah rasa empati, berbagi, dan ukhuwah islamiyah antar sesama.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd