Anda di halaman 1dari 4

Senantiasa Bersyukur atas Aneka Nikmat

‫ َوَو َعَد ِلْلُم َتَم ِّس ِكْيَن ِبِه َو َيْنَهْو َن اْلَفَس اَد َم َك اًنا َع ِلًّيا‬،‫ َاْلَح ْم ُد ِهلل اَّلِذ ْى َج َعَل اِاْل ْس اَل َم َطِرْيًقا َس ِوًّيا‬،‫َاْلَح ْم ُد ِهلل‬
‫ َو َأْش َهُد َأَّن َس ِّيَد َنا َح َّم ًدا‬.‫ َش َهاَد َة َم ْن ُهَو َخ ْيٌر َّم َقاًم ا َو َأْح َس ُن َنِد ًّيا‬،‫َاْش َهُد َأْن َال ِاَلَه ِاَّال ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِرْيَك َلُه‬
‫َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه اْلُم َّتِص ُف ِباْلَم َك اِرِم ِكَباًرا َو َص ِبًّيا‬
‫ َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه اَّلِذ ْيَن‬،‫َالَّلُهَّم َفَص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد َك اَن َص اِد َق اْلَو ْع ِد َو َك اَن َر ُسْو ًال َنِبًّيا‬
‫ُيْح ِس ُنْو َن ِإْس َالَم ُهْم َو َلْم َيْفَع ُلْو ا َشْيًئا َفِرًّيا‬
‫ َقاَل ُهللا‬. ‫ َفَقْد َفاَز اْلُم َّتُقْو َن‬،‫ ُاْو ِص ْيِنْي َنْفِسْى َو ِإَّياُك ْم ِبَتْقَو ى ِهللا‬،‫َأَّم ا َبْعُد َفَيا َأُّيَها اْلَح اِض ُرْو َن َر ِح َم ُك ُم ُهللا‬
‫ َيا َاُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا اَّتُقْو ا َهللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َال َتُم ْو ُتَّن ِإَّال َو َاْنُتْم ُم ْس ِلُم ْو َن‬، ‫ ِبْس ِم ِهللا الَّرْح َمِن الَّر ِح ْيِم‬: ‫َتَع اَلى‬
Hadirin Jamaah Jumat yang Mulia

Dalam kesempatan yang baik ini marilah kita tanamkan tekad yang kuat untuk mengisi hari-hari demi
meningkatkan iman dan takwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai wujud rasa syukur atas kehidupan yang
telah dianugerahkan. Dengan iman dan takwa sebagai rasa syukur kita wujudkan kehidupan yang damai, makmur
dan sentosa dengan penuh kesadaran akan jabatan sebagai khalifah di muka bumi yang akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT kelak di hari pengadilan. Dan percayalah bahwa takwa adalah
bekal terbaik saat menghadap kepada-Nya.
Hadirin Jamaah yang Mulia
Suatu ketika Nabi Sulaiman ‘Alaihisalam bersama sejumlah tentara pengawalnya yang terdiri dari manusia dan jin
mengadakan perjalanan jauh. Di tengah jalan mereka bertemu dengan sekelompok semut yang sedang bekerja
mengangkut makanan ke sarangnya. Pimpinan semut berseru kepada anggotanya:
‫َيا َأُّيَها الَّنْم ُل اْد ُخ ُلوا َم َس اِكَنُك ْم اَل َيْح ِط َم َّنُك ْم ُس َلْيَم اُن َو ُج ُنوُد ُه َو ُهْم اَل َيْش ُعُروَن‬
Artinya: Wahai sekalian semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan
bala tentaranya sedangkan mereka tidak menyadari. (QS. Al-Naml: 18).
Nabi Sulaiman yang dianugerahi Allah kemampuan mengerti bahasa binatang di antara kelebihan-kelebihannya
yang lain hanya tersenyum demi mendengar perkataan seekor semut itu. Nabi Sulaiman pun langsung
memanjatkan doa:
‫َر ِّب َأْو ِز ْع ِني َأْن َأْشُك َر ِنْع َم َتَك اَّلِتي َأْنَعْم َت َع َلَّي َو َع َلٰى َو اِلَد َّي َو َأْن َأْع َم َل َص اِلًحا َتْر َض اُه َو َأْد ِخ ْلِني‬
‫ِبَر ْح َم ِتَك ِفي ِعَباِد َك الَّصاِلِح يَن‬

Artinya: Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku ilham agar tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku berbuat kebaikan yang Engkau ridhai
masukkan aku dengan kasih-sayang-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih. (QS Al-Naml: 19).
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Sungguh luar biasa sikap yang ditunjukkan oleh Nabi Sulaiman. Seorang yang memiliki kekuasaan yang besar dan
harta kekayaan yang berlimpah, dikawal oleh pasukan besar manusia dan jin, berkemampuan mengerti dan
berbahasa bahasa binatang, yang terpatri dalam kalbunya dan terucap dari bibirnya adalah rasa syukur. Berterima
kasih atas anugerah yang dicurahkan Allah kepadanya.
Kebanyakan manusia seringkali lupa bersyukur tatkala mendapatkan sedikit saja kenikmatan apalagi banyak.
Berbeda dengan Nabi Sulaiman, yang karena sikap kerendahan hatinya pantas ditunjuk oleh Allah sebagai nabi
yang harus kita teladani perbuatan dan tingkah lakunya, justru tak lupa bersyukur atas seluruh kenikmatan yang
diperolehnya kepada Allah. Syukur adalah seutama-utama tingkah laku. Jika kita membaca Al-Qur`an, membuka
lembaran pertamanya, akan kita temukan bahwa kitab suci pun memulai segala pengetahuannya dengan ungkapan
rasa syukur kepada Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dengan ungkapan alhamdu lillahi rabbil
alamin (segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam).
Syukur adalah hikmah, atau sebagaimana diartikan para filosof dengan pengetahuan sejati, pengetahuan sejati
pertama yang diterima oleh Lukman al-Hakim. Allah Subhanahu Wa Taala menceritakan sebagai berikut:

‫َو َلَقْد آَتْيَنا ُلْقَم اَن اْلِح ْك َم َة َأِن اْشُك ْر ِهَّلِل َو َم ْن َيْشُك ْر َفِإَّنَم ا َيْشُك ُر ِلَنْفِسِه َو َم ْن َك َفَر َفِإَّن َهَّللا َغ ِنٌّي َح ِم يٌد‬
Artinya: Dia sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu ‘bersyukurlah kepada Allah dan barang
siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa tidak bersyukur
(kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Terpuji. (QS. Luqman: 12).
Mengapa syukur menjadi tingkah laku utama? Karena nikmat Allah sudah begitu besar dan begitu banyak
terlimpah kepada kita semua. Rasanya begitu malu jika kita masih meminta-minta kepada Allah, padahal sudah
begitu banyak yang Ia curahkan. Kita terlalu banyak meminta tapi sedikit sekali bersyukur. Seharusnya kita banyak
bersyukur tapi juga banyak meminta, karena Allah justru akan marah jika kita tidak meminta kepada-Nya.

Ini menandakan bahwa sebanyak apapun kita meminta nikmat Allah tidak jua habis dikuras. Allah sendiri
menggambarkan dengan cara yang sangat cantik sekali seberapa banyak nikmat yang dapat Ia limpahkan kepada
sekalian makhluk-Nya. Allah berfirman:

‫ُقل َّلْو َك اَن اْلَبْح ُر ِم َد اًدا ِّلَك ِلَم اِت َر ِّبي َلَنِفَد اْلَبْح ُر َقْبَل َأن َتنَفَد َك ِلَم اُت َر ِّبي َو َلْو ِج ْئَنا ِبِم ْثِلِه َم َد ًدا‬
Artinya: Katakanlah wahai Muhammad, seandainya air laut dijadikan tinta untuk menghitung kalimah atau
nikmat Tuhanku, maka habislah lautan itu sebelum nikmat-nikmat selesai dicatat, bahkan jika seandainya Allah
mendatangkan lagi jumlah lautan yang sama. (QS Al-Kahf: 109).
Nikmat Allah begitu banyak, bahkan kehidupan hari ini adalah sebagian dari nikmat Allah Subhanahu Wa Taala.
Dengan diberikan kehidupan kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk membuktikan diri sebagai orang-orang
yang pantas mendapat ridha Allah dan memasuki surga-Nya. Ingatlah bahwa orang-orang yang telah meninggal
berharap diberikan lagi kehidupan agar diberikan lagi kesempatan beribadah dan beramal, karena jika maut sudah
menjemput kesempatan berbuat kebaikan sudah musnah dan harapan hidup di akhirat dengan keadaan berbahagia
telah pupus.
Nikmat Allah begitu banyak, bahkan nafas dan detak jantung yang bekerja saat ini adalah sebagian nikmat Allah
Subhanahu Wa Taala. Banyangkanlah, jika menderita sesak napas saja, sudah begitu menderitanya kita, apalagi
jika nafas ini dicabut oleh Allah. Atau bayangkanlah jika detak jantung ini terlalu cepat atau terlalu lambat, sudah
begitu sakitnya terasa oleh kita, apalagi jika jantung sudah tak lagi bekerja memompa darah ke seluruh tubuh.

Ingatlah, karena itu untuk selalu bersyukur. Wajar kiranya Rasulullah dan para ulama mengajarkan kita untuk
memulai hari dengan ungkapan rasa syukur. Hal itu melalui doa sederhana yang diajarkan guru-guru agama sejak
masih kecil:

‫َاْلَح ْم ُد ِ ِهلل اَّلِذ ى َأْح َياَنا َبْع َد َم ا َأَم اَتَنا َو ِإَلْيِه الُّنُش وُر‬
Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan kepada-Nya-lah
tempat kembali.

Hadirin Rahimakumullah
Lalu apakah syukur itu? Syukur jelas bukanlah sekadar hamdalah yang diucapkan dengan sangat fashih. Tetapi ia
lebih berupa pengakuan sungguh-sungguh bahwa semua rejeki dan anugerah yang menghadirkan perasaan nikmat
dalam jiwa kita tidak didapat dengan usaha sendiri, melainkan berasal hanya dari Allah Subhanahu Wa Taala. Oleh
karena itu, orang yang bersyukur akan terpatri dalam hatinya bahwa semua kenikmatan, pengetahuan, kemampuan,
kekuasaan, dan harta yang dimiliki karena kehendak dan perbuatan Allah Subhanahu Wa Taala, bukan karena
kehendak dan perbuatan usaha sendiri.
Dengan pengakuan ini maka orang yang bersyukur akan menempatkan Allah sebagai sumber kenikmatan yang
didapatnya. Kemudian kita memahami bahwa Allah adalah sumber kebaikan yang diketahui dari nama-nama dan
sifat-sifat-Nya. Maka dari itu, orang yang bersyukur akan memanfaatkan semua pengetahuan, kemampuan,
kekuasaan, harta dan segala kenikmatan lainnya untuk kebaikan.
Dengan berbuat kebaikan menggunakan rejeki dari Allah itu, orang yang bersyukur akan menciptakan kehidupan
yang baik, kemakmuran masyarakat pun lahir, ketenteraman tercipta, stabilitas terpelihara dan peradaban yang
maju pun akan menghampiri hidupnya dan bangsanya. Inilah yang dimaksud hikmah Allah yang diberikan kepada
Luqman: dan barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri.
Orang yang tidak bersyukur disebut Allah dengan kufur atau dijabarkan lagi oleh ulama dengan sebutan kufur
ni'mah. Kata kufur juga berarti ingkar terhadap Allah. Orang yang ingkar disebut dengan kafir. Karena itu, orang
yang tidak bersyukur berarti mengingkari bahwa pengetahuan, kemampuan, kekuasaan, harta dan segala
kenikmatan lain yang diperolehnya berasal dari Allah. Dalam hatinya ia merasa bahwa nikmat yang didapatnya
berasal dari usaha dirinya sendiri. Dengan ini maka orang yang tidak bersyukur disamakan Allah dengan orang
yang ingkar terhadap Allah, atau disebut dengan orang kafir.

Hadirin yang Mulia


Di sini kita mengetahui bahwa ternyata sebutan kafir tidak hanya disematkan kepada orang yang bukan Islam yang
ingkar terhadap Allah dan hari akhir serta tak beramal salih, tetapi juga dikenakan kepada orang muslim yang tidak
bersyukur. Dengan demikian, rasa syukur mengandung unsur ketauhidan karena berhubungan dengan pengakuan
akan kemahakuasaan Allah Subhanahu Wa Taala.
Rasa syukur juga mengandung unsur ajaran akhlak dalam Islam, sebab ia berhubungan dengan perbuatan baik yang
dilakukan orang bersyukur, yang jika dilakukan akan mendatangkan kebaikan dan kenikmatan yang lebih banyak
lagi dan sebaliknya jika nikmat dipergunakan untuk perbuatan buruk dan jahat akan mendatangkan keburukan dan
kejahatan yang lebih besar lagi.
Inilah nampaknya makna yang terkandung dalam firman Allah:

‫َو ِإْذ َتَأَّذ َن َر ُّبُك ْم َلِئْن َشَك ْر ُتْم َأَلِزيَد َّنُك ْم ۖ َو َلِئْن َك َفْر ُتْم ِإَّن َع َذ اِبي َلَش ِد يٌد‬

Artinya: Jika engkau bersyukur atas nikmat-nikmat-Ku maka akan Ku tambahkan nikmat-nikmat itu, tetapi jika
engkau kufr (ingkar tidak mengakui bahwa itu semua dari-Ku) maka azab-Ku sangatlah pedih. (QS Ibrahim:7)
Mari kita budayakan kebiasaan untuk selalu bersyukur kepada Allah. Semoga kita semua digolongkan oleh Allah
termasuk dalam golongan hamba-hamba-Nya yang shalih sebagai mana doa Nabi Sulaiman Alaihissalam di atas,
amin ya rabbal alamin.
‫ َو َتَقَبَّل ُهللا ِم ِّنْي‬، ‫ َو َنَفَعِنْي َو ِإَّياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِم َن ْاآلَياِت َو الِّذ ْك ِر اْلَح ِكْيِم‬، ‫َباَر َك ُهللا ِلْي َو َلُك ْم ِفي اْلُقْر آِن اْلَعِظ ْيِم‬
‫ َأُقْو ُل َقْو ِلْي َهَذ ا َو َأْسَتْغ ِفُر َهللا اْلَعِظ ْيَم ِلْي َو َلُك ْم َو ِلَس اِئِر اْلُم ْس ِلِم ْيَن‬، ‫ ِإَّنُه ُهَو الَّس ِم ْيُع اْلَعِلْيُم‬،‫َو ِم ْنُك ْم ِتَالَو َتُه‬
‫َو اْلُم ْس ِلَم اِت َفاْسَتْغ ِفُرْو ُه ِإّنُه ُهَو اْلَغ ُفْو ُر الّر ِح ْيِم‬

Khutbah II
‫َاْلَح ْم ُد ِهلل َع لَى ِاْح َس اِنِه َو الُّشْك ُر َلُه َع لَى َتْو ِفْيِقِه َو ِاْمِتَناِنِه‪َ .‬و َاْش َهُد َاْن َال ِاَلَه ِاَّال ُهللا َو ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِرْيَك َلُه‬
‫َو َاْش َهُد َاَّن َس ِّيَد َنا ُمَح َّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه الَّد اِع ى ِالَى ِرْض َو اِنِه‬
‫اللُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد ِوَع َلى َاِلِه َو َاْص َح اِبِه َو َس ِّلْم َتْس ِلْيًم ا ِكثْيًرا‬
‫َفيَا َاُّيَها الَّناُس ِاَّتُقوَهللا ِفْيَم ا َاَم َر َو اْنَتُهْو ا َع َّم ا َنَهى َو اْع َلُم ْو ا َاَّن ّهللا َاَم َر ُك ْم ِبَاْم ٍر َبَد َأ ِفْيِه ِبَنْفِس ِه َو َثـَنى ِبَم آل‬
‫ِئَك ِتِه ِبُقْد ِسِه َو َقاَل َتعَاَلى ِاَّن َهللا َو َم آل ِئَكَتُه ُيَص ُّلْو َن َع لَى الَّنِبى يآ َاُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا‬
‫َتْس ِلْيًم ا‬

‫اللُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس ِّلْم َو َع َلى آِل َس ِّيِد نَا ُمَح َّمٍد َو َع َلى َاْنِبيآِئَك َو ُرُس ِلَك َو َم آلِئَك ِة‬
‫ْالُم َقَّر ِبْيَن َو اْر َض الّلُهَّم َع ِن ْالُخَلَفاِء الَّراِشِد ْيَن َاِبى َبْك ٍرَو ُع َم رَو ُع ْثَم ان َو َع ِلى َو َع ْن َبِقَّيِة الَّص َح اَبِة‬
‫َو الَّتاِبِع ْيَن َو َتاِبِع ي الَّتاِبِع ْيَن َلُهْم ِبِاْح َس اٍن ِاَلىَيْو ِم الِّدْيِن َو اْر َض َع َّنا َم َع ُهْم ِبَر ْح َم ِتَك َيا َاْر َح َم الَّراِح ِم ْيَن‬
‫َاللُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو ْالُم ْؤ ِم َناِت َو ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو ْالُم ْس ِلَم اِت َاَالْح يآُء ِم ْنُهْم َو ْاَالْم َو اِت اللُهَّم َاِع َّز ْاِال ْس َالَم‬
‫َو ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو َأِذ َّل الِّش ْر َك َو ْالُم ْش ِرِكْيَن َو اْنُصْر ِعَباَدَك ْالُمَو ِّح ِد َّيَة َو اْنُصْر َم ْن َنَص َر الِّدْيَن َو اْخ ُذ ْل َم ْن َخ َذ َل‬
‫ْالُم ْس ِلِم ْيَن َو َد ِّم ْر َاْع َد اَء الِّدْيِن َو اْع ِل َك ِلَم اِتَك ِاَلى َيْو َم الِّدْيِن ‪ .‬اللُهَّم اْدَفْع َع َّنا ْالَبَالَء َو ْالَو َباَء َو الَّز َالِزَل‬
‫َو ْالِمَح َن َو ُسْو َء ْالِفْتَنِة َو ْالِمَح َن َم ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا َبَطَن َع ْن َبَلِد َنا ِاْنُد وِنْيِس َّيا خآَّص ًة َو َس اِئِر ْالُبْلَد اِن‬
‫ْالُم ْس ِلِم ْيَن عآَّم ًة َيا َر َّب ْالَع اَلِم ْيَن ‪َ .‬ر َّبَنا آِتنَا ِفى الُّد ْنَيا َح َس َنًة َو ِفى ْاآلِخ َر ِة َح َس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‪َ .‬ر َّبَنا‬
‫َظَلْم َنا َاْنُفَس َناَو ِاْن َلْم َتْغ ِفْر َلَنا َو َتْر َح ْم َنا َلَنُك ْو َنَّن ِم َن ْالَخ اِس ِرْيَن‬
‫ِعَباَد ِهللا ! ِاَّن َهللا َيْأُم ُر َنا ِبْالَع ْد ِل َو ْاِال ْح َس اِن َو ِإْيتآِء ِذ ى ْالُقْر بَى َو َيْنَهى َع ِن ْالَفْح شآِء َو ْالُم ْنَك ِر َو ْالَبْغ ي‬
‫َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن َو اْذ ُك ُرواَهللا ْالَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم َو اْشُك ُرْو ُه َع لَى ِنَعِمِه َيِزْد ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َاْك َبْر‬

Anda mungkin juga menyukai