Anda di halaman 1dari 8

ُ‫ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُه‬

،‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫هللا أكبر‬
‫هللا أكبر‬
ً‫ص ْيال‬ ِ َ‫ان هللا بُ ْك َرةً َّوأ‬ َ ‫الح ْم ُدهللِ' َكثِيرًا َو ُسب َْح‬ َ ‫هللا أَ ْكبَ ُر َكبِ ْيرًا َو‬.
َ ‫الح ْم ُدهللِ َح ْم ًدا َكثِيرًا َك َما أَ َم َر نَحْ َم ُدهُ ُسب َْحانَهُ َوتَ َعالَى َع‬
‫لى‬ َ
َّ‫ أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ اِلهَ اِال‬.‫الَّ ِذى َج َع َل ُم َح َّم ًد اِ َما ًما لَّنَا َولِ َسائِ ِر البَ َشر‬
ُ‫ْك لَهُ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬ َ ‫هللا َوحْ َدهُ' الَ َش ِري‬
ِ ‫ان َويُنَجِّ ي ِه ْم ِم ْن َع َذا‬
‫ب‬ ِ َ‫اس لِيَ ْنفِ َذهُ ْم ِم ْن َك ْي ِد ال َّش ْيط‬
ِ َّ‫ث لِلن‬ ُ ‫ال َم ْبع ُْو‬
‫ار‬
ِ َ ‫طه‬ ْ َ‫لى آلِ ِه األ‬ َ ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َع‬ ِ َ‫صلِّ َو َسلِّ ْم َوب‬ َ ‫ اللّهُ َّم‬.‫ار‬ ِ َّ‫الن‬
‫ان إِلَى يَ ْو ِم القِيَا َمة‬ ٍ ‫ار َو َم ْن تَبِ َعهُ بِإِحْ َس‬ ِ َ‫وأَصْ َحابِ ِه األَ ْخي‬. َ
‫ال هللاُ تَ َعالَى‬ َ َ‫ ق‬.‫از ال ُمتَّقُ ْو َن‬ َ َ‫ص ْي ُك ْم بِتَ ْق َوى هللاِ فَقَ ْد ف‬ِ ‫ أُ ْو‬:‫أَ َّما بَ ْع ُد‬
‫ أَ ُع ْو ُ'ذ بِاهللِ ِم َن‬.‫ق القَائِلِي َْن‬'ُ ‫آن ال َك ِري ِْم َوهُ َو أَصْ َد‬ ِ ْ‫فِى القُر‬
‫ {يَاأَيُّهَا الَّ ِذي َْن‬:‫َّحيْم‬ ِ ‫من الر‬ ِ ْ‫ بِس ِْم هللا الرَّح‬.‫َّجي ِْم‬ ِ ‫ان الر‬ ِ َ‫ال َّش ْيط‬
‫ب َعلَى الَّ ِذي َْن ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم‬ َ ِ‫ب َعلَ ْي ُك ُم الصِّ يَا ُم َك َما ُكت‬ َ ِ‫َءا َمنُوا ُكت‬
‫لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُ ْو َن‬
َ ِ‫هللا اَ ْكبَ ُر َوهللاُ اَ ْكبَ ُر هللاُ اَ ْكبَ ُر َوهلل‬
‫الح ْم ُد‬
Ma’asiral muslimin Rahimakumullah

Puji Syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, karena Pada hari yang mulia ini, kita
masih diberikan nikmat kesehatan dan keimanan oleh Allah. Nikmat yang besar
dan banyak yang kita rasakan ini merupakan bukti bahwa Allah tiada pernah
melupakan kita sebagai makhluk ciptaanNya. Udara yang kita hirup, darah yang
mengalir di dalam tubuh kita, bahkan Jantung yang selalu berdenyut yang kita
sendiri tak bisa menghitung berapa banyak jumlah denyut jantung tersebut,
Semuanya itu tidak luput dari perhatian dan kasih sayang Allah SWT.

“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat


Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”

Sedangkan tugas kita sebagai makhlukNya ialah dengan tidak lupa mengucapkan
rasa syukur dan berubudiyah kepada Allah sebagai tanda bahwa kita adalah
makhluk yang lemah dan sangat menyadari betapa butuhnya kita akan perhatian
dan kasih sayang Allah. Dan ingatlah, tatkala Tuhanmu memaklumkan
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih”.

Sholawat beserta Salam tidak bosan-bosannya kita bermohon kepada Allah agar
disampaikan kepada Junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
Sahabat-sahabat beliau. Karena berkat perjuangan yang gigih dan penuh sabar
yang telah beliau lakukan, telah berhasil membawa umat manusia dari zaman
Jahiliyah kepada zaman Ilmiyah, dari zaman yang biadab ke zaman yang beradab
Akhrajannasa mina Zulumati Ila Nur.

َ ِ‫هللا اَ ْكبَ ُر َوهللاُ اَ ْكبَ ُر هللاُ اَ ْكبَ ُر َوهلل‬


‫الح ْم ُد‬
Ma’asiral muslimin Rahimakumullah

Hari ini kalimat takbir dari mulut umat Islam bergema di mana-mana. Hal ini
dilakukan sebagai ungkapan syukur yang bercampur gembira, lantaran mereka
telah ber-idul fitri atau kembali kepada kesucian (fitrah).

Kalimat di atas terdiri dari dua kata, yaitu kata id yang berarti kembali atau hari
raya, dan kata fitr yang berarti kesucian. Dengan demikian, Idul Fitri dapat
diartikan dengan hari perayaan umat Islam atas keberhasilannya kembali pada
kesucian diri layaknya seperti bayi yang baru dilahirkan.

Orang yang berhasil melaksanakan puasa sebulan penuh dengan penuh keimanan
dan keikhlasan pada Allah Swt. dianggap sebagai orang yang kembali suci. Untuk
menunjukkan rasa syukur kepada Allah Swt., umat Islam dianjurkan untuk
menutup ibadah Ramadhan dengan melaksanakan shalat sunat dua rakaat yang
disebut dengan shalat hari raya Idul Fitri.

Adapun landasan hukum pelaksanaan shalat Idul Fitri tersebut adalah sebuah
riwayat dari Anas ibn Malik yang mengatakan bahwa ketika Rasulullah Saw.
pertama kali hijrah ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari khusus yang
merupakan hari raya bagi mereka. Lalu Rasulullah Saw. bertanya: “Kedua hari ini
hari apa?” Penduduk Madinah menjawab: “Pada dua hari ini kami mengadakan
perayaan, bergembira dan bermain-main sejak zaman Jahiliyah”. Kemudian
Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Swt. telah mengganti kedua
harimu ini dengan dua hari yang lebih baik, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri” (H.R.
Bukhari, Muslim dan Ahmad ibn Hanbal).

Dalam riwayat ibnu Abbas disebutkan bahwa ia bersama-sama Rasulullah Saw.,


Abu Bakr dan Umar ibn al-Khattab memulai shalat Idul Fitri. Shalat ini diadakan
sebelum khutbah, tanpa azan dan iqamah (H.R. Bukhari dan Muslim).

Namun di sisi lain perasaan haru dan sedih juga dialami oleh umat Islam, karena
bulan Ramadhan yang amat mulia telah berlalu. Kemuliaan Ramadhan dapat
dilihat dari banyaknya julukan lain dari bulan ke-9 tersebut selain julukan
Ramadhan. Bulan ini dijuluki juga dengan Syahr al-Qur’an (bulan al-Qur’an),
Syahr al-Shiyam (bulan puasa), Syahr an-Najah (bulan keselamatan), Syahr al-
Juud (bulan kemurahan), Syahr al-Tilawah (bulan membaca), Syahr al-Shabr
(bulan kesabaran), Syahr al-Rahmah (bulan curahan kasih sayang dari Allah).

Ramadhan menjadi bulan yang mulia, karena banyaknya kitab suci dan shuhuf
diturunkan pada bulan tersebut. Shuhuf Ibrahim, diturunkan Allah SWT. pada
malam pertama Ramadhan; Kitab Taurat, diturunkan Allah SWT. pada malam
keenam Ramadhan; Kitab Zabur, diturunkan Allah SWT. pada malam ke-12
Ramadhan, Kitab Injil, diturunkan Allah SWT. pada malam ke- 18 Ramadhan, dan
Kitab al-Qur’an, diturunkan Allah SWT. pada malam ke- 17 Ramadhan.

Ramadhan semakin terbukti kemuliaannya bila dilihat peristiwa- peristiwa penting


yang mengukir lembaran sejarah Islam yang terjadi pada bulan Ramadhan.
Peristiwa-peristiwa itu antara lain: 1). Kemenangan Rasul dan pasukannya dalam
perang Badr, terjadi pada bulan Ramadhan tahun ke-2 H; 2). Persiapan perang
Uhud dilakukan pada bulan Ramadhan tahun ke-3 H; 3). Persiapan perang
Khandak dilakukan pada bulan Ramadhan tahun ke-5 H; 4). Pembebasan kota
Mekah terjadi pada bulan Ramadhan tahun ke-8 H; 5). Kemenangan umat Islam
dalam perang Tabuk terjadi pada bulan Ramadhan
tahun ke-9 H; 6).

Pengiriman pasukan khusu yang dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib ke Yaman
terjadi pada bulan Ramadhan tahun ke-9 H. Setahun kemudian penduduk Yaman
berbondong-bondong masuk Islam; 7). Penaklukan Afrika oleh pasukan Islam
yang dipimpin oleh Uthbah ibn Nafi’, terjadi pada bulan Ramadhan tahun ke-53 H;
8). Islam menjajakkan kaki ke Eropa di bawah pimpinan panglima Thariq bin
Ziyad, terjadi pada bulan Ramadhan tahun ke- 91 H; dan 9). Indonesia merdeka
terjadi juga pada bulan Ramadhan.

Kemuliaan Ramadhan semakin jelas, bila ilihat dari khutbah Nabi SAW.: “Wahai
manusia! Sesungguhnya kamu dianugerahi bulan yang besar lagi penuh berkah,
yaitu bulan yang di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan
(lailatul Qadr); bulan yang diwajibkan di dalamnya berpuasa; shalat malam di
malam harinya dipandang sebagai ibadah sunat.

Siapa saja yang mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan satu perbuatan
sunat di dalamnya, pahalanya sama dengan melakukan satu perbuatan fardhu di
bulan lain. Siapa saja yang menunaikan satu perbuatan fardhu di dalamnya,
pahalanya sama dengan orang yang mengerjakan 70 fardhu di bulan lain.
Ramadhan adalah bulan sabar, dan pahala untuk sabar adalah surga.

Ramadhan adalah bulan untuk memberikan pertolongan dan bulan ketika Allah
menambah rezki bagi mereka yang beriman. Siapa saja yang memberikan makanan
kepada orang yang berbuka, maka dosa-dosanya akan diampuni dan dia mendapat
pahala seperti orang yang berpuasa tanpa dikurangi sedikitpun”. Para sahabat
bertanya: “Wahai Rasulullah! Bagaimana dengan kami yang tidak memiliki
makanan untuk diberikan kepada orang yang berpuasa?” Rasulullah bersabda:
“Allah memberikan pahala kepada orang yang memberikan sebutir kurma, seteguk
air atau sedikit susu di bulan yang awalnya penuh rahmat, pertengahannya penuh
keampunan, dan akhirnya terbebas dari api neraka. Siapa saja yang meringankan
beban seorang hamba, niscaya Allah akan mengampuni dosanya dan
dimerdekakannya dari api neraka.

Karena itu, perbanyaklah yang empat di bulan Ramadhan; dua perkara untuk
menyenangkan Allah dan dua lagi kamu yang membutuhkannya. Dua perkara yang
kamu lakukan untuk menyenangkan Allah ialah mengakui dengan sesungguhnya
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan memohon ampun kepada-Nya. Dua perkara
lagi yang sangat kamu butuhkan adalah memohon surga dan berlindung dari api
neraka. Siapa saja yang memberi minum kepada orang yang berpuasa, niscaya
Allah akan memberinya minum yang jika diminum seteguk saja maka ia tidak akan
merasa haus untuk selama-lamanya”.

Dari khutbah Rasul di atas tergambar jelas oleh kita betapa mulianya bulan
Ramadhan, yang tidak akan pernah dijumpai pada bulan-bulan lain. Sehingga
wajar bila Nabi SAW selalu sedih dan menangis ketika akan berakhirnya bulan
Ramadhan. Atas dasar ini pulalah, wajar bila Nabi SAW mengatakan bahwa
andaikan umatku tahu betapa besarnya keutamaan Ramadhan, pastilah mereka
meminta supaya semua bulan dalam satu tahun itu dijadikan Ramadhan.

َ ِ‫هللا اَ ْكبَ ُر َوهللاُ اَ ْكبَ ُر هللاُ اَ ْكبَ ُر َوهلل‬


‫الح ْم ُد‬
Ma’asiral muslimin Rahimakumullah

Bulan Ramadhan adalah bulan beramal dan beribadah. Semua umat Islam
berlomba-lomba untuk beramal. Namun bukan berarti, dengan berakhirnya
Ramadhan berakhir pula kita beramal. Seharusnya kita dapat mempertahankan
ibadah-ibadah yang telah kita lakukan selama satu bulan tersebut. Ibadah-ibadah
yang harus kita pertahankan dan lestarikan tersebut
adalah:

Pertama, Puasa. Bila pada bulan Ramadhan, puasa adalah suatu kewajiban yang
harus dilakukan selama satu bulan penuh, maka di luar Ramadhan disunatkan
kepada kita melakukan puasa pada hari-hari tertent, seperti puasa enam hari di
bulan syawal, puasa senin dan kamis, puasa pertengahan bulan (13, 14, dan 15),
dll.

Puasa merupakan ibdah yang memiliki banyak manfaat. Selain untuk kesehatan,
dia juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengendalikan nafsu. Manfaat besar
dari puasa, juga akan dapat dilihat dari dialog yang terjadi antara Abu Umamah
dengan Nabi SAW. Abu Umamah bertanya kepada Nabi SAW.: “Wahai
Rasulullah, tunjukkan kepadaku amal apa yang dapat menjamin diriku
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat dan masuk surga kelak? Rasul
menjawab: Puasa! Abu Umamah bertanya dengan pertanyaan yang serupa, tetapi
tetap saja jawaban Rasul sama, yaitu puasa.

Puasa yang dimaksud oleh Nabi SAW tersebut tentunya buka sekedar menahan
lapar dan dahaga, tetapi lebih dari itu, puasa yang dilakukan dengan keimanan dan
penuh perhitungan. Bila hanya sekedar menahan lapar dan dahaga, inilah puasa
yang disinyalir oleh Nabi dalam hadisnya:

ُ ‫صيَا ِم ِه اِالَّ الج ُْو‬


‫ع َوال َعطَش‬ ِ ‫ْس لَهُ ِم ْن‬
َ ‫صائِ ٍم لَي‬
َ ‫َك ْم ِم ْن‬
Mereka yang benar-benar puasa akan senantiasa mempuasakan totalitas dirinya,
tidak saja dari makan, minum dan syahwat; tetapi juga mempuasakannya dari
segala yang membatalkan pahala puasa. Adapun yang membatalkan pahala
tersebut –sebagaimana yang disebutkan Nabi SAW-adalah berdusta atau berkata
bohong, memfitnah, bersumpah palsu, membicarakan orang lain, dan melepaskan
pandangan kepada sesuatu yang diharamkan Allah. Puasa seperti inilah yang dapat
menghapuskan dosa-dosa masa silam, sebagaimana yang disebutkan Nabi:

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن‬ َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫َع ْن أَبِي هُ َري َْرةَ ق‬
َ َ‫ال ق‬
‫ان إِي َمانًا َواحْ تِ َسابًا ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه‬
َ ‫ض‬ َ ‫صا َم َر َم‬
َ
(‫)رواه الجماعة‬
Berakhirnya bulan Ramadhan bukan berarti berakhir pula ibadah puasa kita. Puasa
tetap dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu, yang biasa disebut dengan puasa
sunat. Puasa-puasa ini tidak kalah pentingnya dan
banyak pula manfaatnya.

Kedua, Shalat berjamaah. Pada bulan Ramadhan, semua umat Islam berupaya
melakukan shalat secara berjamaah, terlebih lagi terhadap shalat sunat tarawih dan
witir. Sehingga seluruh masjid dan mushallah penuh sesak dengan jamaah. Dengan
berakhirnya bulan Ramadhan, hendaknya jangan sampai masjid dan mushalallah
menjadi sunyi dari shalat berjamaah.

Bila kita lakukan analisa, banyaknya orang tidak mau shalat berjamaah ke masjid,
lantaran menganggap sepele shalat berjamaah yang humnya sunat tersebut.
Padahal bila kita rujuk kehidupan Nabi dan para sahabat dahulu, mereka tidak
pernah sengaja meninggalkan shalat berjamaah. Kalaupun shalat berjamaan
tinggal, itu lantaran ketidak sengajaan. Meskipun tidak sengaja meninggalkannya,
tetapi banyak para sahabat justru memberikan sanksi pada dirinya atas kelalaian
yang mengakibatkan tertinggalnya shalat berjamaah.

Umar bin Khattab, misalnya, di sutau siang dia sedang asyik bekerja di kebunnya
yang terletak di kota madinah. Seusai bekerja, dia duduk beristirahat di bawah
sepokok pohon hingga akhirnya tertidur. Ketika terbangun, dia terkejut karena
waktu ashar telah masuk. Dia pun berlari ke masjid Nabi untuk mengejar shalat
berjamaah, tetapi sesampai di masjid dia menemukan Nabi dan sahabat yang lain
baru saja selesai melakukan shalat berjamaah

Tertinggalnya shalat ashar berjamaah tersebut dianggap Umar sebagai keteledoran


besar, sehingga dia pun memberikan sanksi dengan cara memberikan kebunnya
yang rindang tersebut untuk dipergunakan sebagai modal perjuangan umat Islam.
Padahal kebunnya tersebut bernilai 600.000
dinar (sekitar Rp. 45.000.000.000,- ).

Ketiga, Zakat dan shadaqah. Ibadah sosial ini banyak dilakukan oleh umat Islam di
bulan Ramadhan. Ibadah ini dapat menjadikan manusia memeliki sifat kepedulian
sosial (dermawan). Meskipun harta diperoleh melalui jerih payah kita, tetapi di
dalam harta tersebut terdapat hak orang lain, seperti hak fakir-miskin, hak masjid,
hak anak yatim, dan lain-lain. Ini sejalan dengan firman Allah SWT.:

ِ ‫ق لِلسَّائِ ِل َو ْال َمحْ ر‬


‫ُوم‬ ٌّ ‫َوفِي أَ ْم َوالِ ِه ْم َح‬
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian” (Q.S. adz-
Dzariyat (51): 19)

Zakat merupakan ibadah yang sangat banyak dibicarakan Allah dalam al-Qur’an.
Paling tidak ada 82 kali pengulangan pembicaraan zakat di dalam al-Qur’an.
Jumlah ini jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan pembicaraan tentang puasa
–yang hanya sekitar 13 kali- dan haji –yang hanya terulang sebanyak 10 kali.
Bahkan perintah zakat seringkali digandengkan dengan perintah mendirikan shalat
di dalam al-Qur’an. Paling tidak penggandengan tersebut ditemukan sebanyak 26
kali. Hal ini menunjukkan

bahwa zakat tidak kalah pentingnya dengan shalat. Bila shalat adalah lambang
keharmonisan huibungan vertikal dengan Allah SWT, maka zakat merupakan
lambang keharmonisan hubungan horizontal sesama manusia. Oleh sebab itu, tidak
dapat disalahkan, bila ada ulama yang mengatakan bahwa kalau shalat dilakukan
sementara zakat tidak dibayarkan, maka keimanan orang tersebut masih
dipertanyakan.

Abu Bakar ash-Shiddiq, yang melihat antara shalat dan zakat tidak dapat
dipisahkan, sehingga dia memerangi orang yang tidak mau membayar zakat. Sikap
ini sesuai dengan hadis Nabi SAW.

ُ ْ‫ال أُ ِمر‬
‫ت‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ َ ِ ‫ُول هَّللا‬ َ ‫َع ْن اب ِْن ُع َم َر أَ َّن َرس‬
‫اس َحتَّى يَ ْشهَ ُدوا' أَ ْن اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ َوأَ َّن ُم َح َّم ًدا‬ َ َّ‫أَ ْن أُقَاتِ َل الن‬
‫ك‬ َ ِ‫صاَل ةَ' َوي ُْؤتُوا ال َّز َكاةَ فَإِ َذا فَ َعلُوا َذل‬ َّ ‫َرسُو ُل هَّللا ِ َويُقِي ُموا ال‬
‫ق اإْل ِ ْساَل ِم َو ِح َسابُهُ ْم‬ ِّ ‫ص ُموا ِمنِّي ِد َما َءهُ ْم َوأَ ْم َوالَهُ ْم إِاَّل بِ َح‬ َ ‫َع‬
)‫َعلَى هَّللا ِ (رواه البخارى والمسلم‬
Atas dasar itulah zakat tidak boleh dipandang remeh. Bila zakat ini telah
dibayarkan oleh seluruh umat Islam, ditambah lagi kesadaran yang tinggi untuk
bersedekah, berinfak dan berwakaf, insyaallah segala problem sosial ekonomi umat
dapat diatasi dengan baik.

َ ِ‫هللا اَ ْكبَ ُر َوهللاُ اَ ْكبَ ُر هللاُ اَ ْكبَ ُر َوهلل‬


‫الح ْم ُد‬
Ma’asiral muslimin Rahimakumullah

Bulan syawal adalah bulan peningkatan. Oleh sebab itu, di samping melestarikan
nilai-nilai Ramadhan, kita berupaya melakukan peningkatan dalam bidang amal.
Untuk dapat melakukanpeningkatanamal tersebut, dapat diupayakan melalui enam
cara, yaitu:

Pertama, musyaratah (komitmen dan tekat yang bulat. Artinya, mengawali bulan
Syawal (bulan peningkatan) ini hendaknya kita memiliki komitmen dan tekat yang
bulat bahwa kita betul-betul akan berupaya meningkatkan amal.
Kedua, muraqabah, yaitu memantau diri kita atau merasakan bahwa Allah
memantau diri kita. Jika sikap ini dimiliki, tentu kita tidak akan main-main dalam
pelaksanaan tekad tersebut. Sebab, Allah akan senantiuasa melihat keseriusan
tekad kita.

Ketiga, muhasabah, yaitu melakukan introspeksi sejauh mana pelaksanaan tekad


yang diikrarkan tersebut. Apakah terlaksana dengan baik, atau terlaksana tetapi
dipenuhi dengan kelalaian, atau tidak terlaksana sama sekali.

Keempat, mu’aqabah, yaitu memberikan sanksi yang bernilai jera terhadap


kelalaian dalam pelaksanaan tekad. Sebab, bila kelalaian tersebut tidak diberikan
sanksi, dikhawatirkan kelalaian serupa akan terulang kembali.

Kelima, mujahadah, yaitu mengerahkan segenap kemampuan yang ada pada diri
untuk memperbaiki kelalaian dari pelaksanaan tekad yang pernah terjadi. Bila
seluruh kemampuan telah dikerahkan untuk melaksanakan tekad dalam
peningkatan amal tersebut, insyaallah peningkatan amal itu dapat terwujud.

Keenam, taubikh wa mu’atabah, yaitu senantiasa mengkritik diri. Sebab dengan


cara inilah kita menyadari bahwa amal-amal kita penuh dengan kekurangan
sehingga ke depan kita akan berupaya meningkatkannya.

Demikianlah khutbah Idul Fitri kita hari ini, semoga dapat kita terapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Selamat merayakan Idul Fitri mohon maaf lahir dan batin.

‫ت َوال ِّذ ْك ِر‬ ِ َ ‫ك هللا لِ ْي َولَ ُك ْم َونَفَ َعنِ ْي َواِيا َّ ُك ْم ِب َما فِ ْي ِه ِم َن ْاآليا‬ َ ‫با َ َر‬
ِ َ‫ْال َح ِكي ِْم َوتَقَب ََّل ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ اِنَّهُ هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ْالب‬
‫ص ْي ُر‬
Khutbah Ke 2

‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫هللا أكبر‬
‫ص َر َع ْب َدهُ َواَ َع َّز ُج ْن َدهُ َو َح َز َم‬
َ َ‫ق َو ْع َده' َون‬ َ ُ‫الح ْم ُدهللِ َوحْ َده‬
َ ‫ص َد‬ َ
َ ‫ أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ اِلهَ اِالَّ هللا َوحْ َدهُ الَ َش ِري‬.‫اب َوحْ َده‬
ُ‫ْك لَه‬ َ ‫األَحْ َز‬
َّ َِ‫َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ الَنب‬
َ ‫ اللَّهُ َّم‬.‫ي بَ ْع َده‬
‫صلِّ َو َسلِّ ْم‬
‫ اَ َّما بَ ْع ُد فَيَا‬.‫َوبا َ ِر ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َواَصْ َحابِ ِه اَجْ َم ِعي َْن‬
َ‫ إِ َّن هللا‬.‫از ال ُمتَّقُ ْو َن‬ ِ ‫ِعبا َ َد هللاِ اُ ْو‬
َ َ‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِسي بِتَ ْق َوى هللاِ فَقَ ْد ف‬
‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه‬ َ ‫لى النَّبِي يَاأَيُّها َ الَّ ِذي َْن َءا َمنُ ْوا‬
َ ‫ُصلُّ ْو َ'ن َع‬
َ ‫َو َمالَئِ َكتَهُ ي‬
‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما‬
ِ ‫لى‬ َ ‫لى ُم َح َّم ٍد َو َع‬ َ ‫صلِّ َع‬ َ ‫ اَللّهُ َّم‬.‫َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِ ْي ًما‬
َ ‫آل اِب َْرا ِهيْم َوبا َ ِر ْك َع‬
‫لى ُم َح َّم ٍد‬ ِ ‫لى‬
َ ‫لى اِب َْرا ِهيْم َو َع‬ َ ‫صلَّي‬
َ ‫ْت َع‬ َ
‫لى اِب َْرا ِهيْم ِفى ْالعاَلَ ِمي َْن اِنَّ َ‬
‫ك‬ ‫ت َع َ‬ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما با َ َر ْك َ‬‫لى ِ‬ ‫َو َع َ‬
‫َح ِم ْي ٌد َم ِجيْد‪.‬اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَنَا ُذنُ ْوبَنَا َولِ َوالِ ِدي َ'ْن َوارْ َح ْمهُ ْم َك َم َ‬
‫ارب َّْونَا‬
‫ص َغارًا َولِ َج ِمي ِْع ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َمات َو ْال ُم ْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُم ْؤ ِمنا َ ِ‬
‫ت‬ ‫ِ‬
‫ك يا َ أَرْ َح َم الر ِ‬
‫َّاح ِمي َْن‬ ‫ت بِ َرحْ َمتِ َ‬ ‫ْاألَحْ يا َ ِء ِم ْنهُ ْم َو ْاألَ ْمواَ ِ‬
‫آرنا َ ْالبا َ ِط َل با َ ِطالً ‪.‬‬ ‫اَللّهُ َّم آرنا َ ْال َح َّ ً‬
‫ق َحقا ّ َوارْ ُز ْقنا َ اتِّبا َ َعهُ َو ِ‬ ‫ِ‬
‫‪.‬وارْ ُز ْقنا َ اجْ تِناَبَهُ‬
‫َ‬
‫اب البَ َرا َك ِة َواَب َْو َ'‬
‫اب النِّ ْع َم ِة‬ ‫الخي ِْر َواَب َْو َ‬
‫اب َ‬‫اللَّهُ َّم ا ْفتَحْ َعلَ ْينَا اَب َْو َ‬
‫الجنَّ ِة‪َ .‬ربَّنَا ظَلَ ْمنَا‬
‫اب َ‬‫اب الصِّ َّح ِة َواَب َْو َ‬
‫اب ال َّسالَ َم ِة َواَب َْو َ‬
‫َواَب َْو َ‬
‫اس ِري َْن‪َ .‬ربَّنا َ‬ ‫أَ ْنفُ َسنَا َوإِ ْن ل َم ْتَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُك ْونَ َّن ِم َن َ‬
‫الخ ِ‬
‫ب الناَّر‬ ‫‪.‬آتِنا َ فِىال ُّد ْنيا َ َح َسنَ ِة َوفِى ْا ِ‬
‫آلخ َر ِة َح َسنَ ِة َوقِنا َ َعذاَ َ‬
‫صحْ بِ ِه اَجْ َم ِعي َْن‬ ‫صلَّى هللاُ َع َ‬
‫لى َسيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬ ‫َو َ‬
‫الح ْم ُد هللِ َربِّ ال َعالَ ِمي َْن‬
‫َو َ‬

Anda mungkin juga menyukai