Anda di halaman 1dari 83

Doa Minta Tegar di Atas Agama

َ ْ ْ ُ َ ُ َ َ ْ ُّ َ َ َ َ ُ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ ُ َ َ ِّ
‫اﻟﺮﺷ ِﺪ َوأ ْﺳﺄﻟﻚ ﺷﻜ َﺮ ﻧِﻌ َﻤ ِﺘﻚ َو ُﺣ ْﺴ َﻦ‬ ‫اﻟﻠ ُﻬﻢ ِإ أ ْﺳﺄﻟﻚ اﺨﻛﺒَﺎت ِﻲﻓ اﻷﻣ ِﺮ وأﺳﺄﻟﻚ ﻋ ِﺰﻳﻤﺔ‬
ْ ‫ﻚ ﻣ ْﻦ َﺧ‬ َ َُ ْ ََ ُ َ ْ َ َ َ ُ ْ َ ْ ََ ً َ ً َ َ ً َ ًْ َ َ َُ ْ ََ َ َ َ
‫ﺮﻴ َﻣﺎ‬
ِ ِ ‫ِﻋﺒﺎدﺗِﻚ وأﺳﺄﻟﻚ ﻗﻠﺒﺎ ﺳ ِﻠﻴﻤﺎ وﻟِﺴﺎﻧﺎ ﺻﺎ ِدﻗﺎ وأﺳﺘﻐ ِﻔﺮك ﻟِﻤﺎ ﻳﻌﻠﻢ وأﺳﺄﻟ‬
َ ْ َ ّ َ ْ َ ُ ُ ََ ُ َ ْ َ
‫ش َﻣﺎ ﻳﻌﻠ ُﻢ‬
ِ ‫ﻳﻌﻠﻢ وأﻋﻮذ ﺑِﻚ ِﻣﻦ‬
“Ya Allâh, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu keteguhan dalam semua perkara. Aku meminta
kepada-Mu ketetapan dalam petunjuk. Aku meminta kepada-Mu untuk bisa mensyukuri nikmat-
Mu dan agar bisa beribadah kepada-Mu dengan baik. Dan aku meminta kepada-Mu hati yang
bersih dan lisan yang jujur. Juga aku meminta ampun kepada-Mu dari hal yang Engkau ketahui.
Aku meminta kepada-Mu yang terbaik dari apa yang Engkau ketahui, dan aku berlindung kepada-
Mu dari keburukan yang Engkau ketahui. (HR. Ahmad)
Dari Syaddad bin Aus berkata: “Adalah Rasûlullâh n mengajarkan kepada kita doa-doa
yang kami baca di shalat kami, [atau perawi berkata]: ‘di penghujung shalat kami’: Allahumma
inni as’aluka … “ (al-Hadits).
Mengenai letak doa ini, al-Qari berkata: “yaitu setelah tasyahhud”. Sedangkan Ibnu Hajar
berkata:” di akhir shalat”. Adapun Asy-Syaukani berkata: “Doa ini datang secara mutlak dalam
shalat, tidak dikhususkan pada tempat tertentu”. Syaikh Ubaidullah ar-Rahmani berkata:
“Dalam riwayat Ahmad disebutkan bahwa doa tersebut dibaca di shalat kami, atau di
penghujung shalat kami”.
Tegar di atas semua urusan:
Yaitu terus-menerus dalam melakukan semua urusan agama dan tetap istiqamah di
atasnya. Asy-Syaukani berkata: “Meminta ketegaran di atas semua urusan merupakan di
antara jawami’ul kalim dari Nabi n , yaitu yang redaksi kalimatnya singkat, namun memuat
makna yang padat dan luas. Karena orang yang diteguhkan Allâh dalam urusannya, maka
ia terjaga dari ketergelinciran dalam kebinasaan. Dan tidak muncul darinya sesuatu
perkara yang bertentangan dengan ridha Allâh”.
Ketetapan dalam petunjuk:
Artinya mempunyai perbuatan dan perilaku yang baik dan teguh selalu di atasnya. Ia kuat
hati untuk selalu menetapi jalan keshalihan dan ketakwaan. Ia selalu istiqamah di atas
jalan kebenaran. Semua perkara yang itu adalah sesuai dengan petunjuk agama, iapun
selalu menjalankan dan menetapinya.
Bersyukur atas nikmat-Mu:
Artinya diberi taufiq oleh Allâh  untuk selalu mensyukuri segala nikmat Allâh.
Beribadah dengan baik:
Yaitu menjalankannya sesuai dengan tuntunan dan cara yang baik dan diridhai-Nya.
Meminta hati yang selamat:
Yaitu selamat dari segala keyakinan yang rusak, dan tidak cenderung pada hawa nafsu,
hati yang mengarah pada amalan-amalan yang shalih.
Meminta lisan yang jujur:
Yaitu terjaga dari dusta. Sehingga yang muncul dari lisannya adalah kebenaran.
 Aku meminta kepada-Mu yang terbaik dari apa yang Engkau ketahui.
Asy-Syaukani berkata: “Yaitu meminta hal yang teraik secara mutlak. Karena ilmu Allâh
mencakup semua perkara. Demikian pula dengan meminta perlindungan dari kejahatan
yang Allâh ketahui. Pun juga dengan meminta ampun dari apa yang Allâh ketahui. Seakan
ia berdoa: ‘Aku memohon kepada-Mu yang terbaik dari segala sesuatu’. ‘Aku berlindung
kepada-Mu dari yang terburuk dari segala hal’. Dan aku meminta ampun kepada-Mu dari
segala dosa’ “.
Mengenai derajat hadits di atas, dalam al-Musnad dengan hukum derajat hadits oleh
Syaikh Syu’aib al-Arna’uth disebutkan: “Hadits hasan dengan jalur-jalur periwayatannya,
sedangkan isnadnya sendiri dha’if”. [Lihat Mir’atul Mafâtih 3/ 310]
Ridha Allah Melebihi Segalanya
Allahberfirman:

«ª©¨§¦ ¥¤£¢¡‫}~ﮯ‬
º ¹ ¸ ¶ μ ´³ ² ± ° ¯® ¬
Allâh menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir
sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. Dan keridhaan Allâh
adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar. (QS. at-Taubah/9: 72)
Dalam ayat di atas, Allâh menyebutkan dengan jelas, “Ridhwân dari Allâh itu lebih besar “. Di sini, tidak disebutkan
ridhwân Allâh itu lebih besar dari apa? Tidak disebutkan pembandingnya. Ini menunjukkan bahwa ridhwân Allâh
itu merupakan anugerah terbesar, mengalahkan semua anugerah lainnya. Sekaligus menjelaskan betapa besar dan
agungnya ridhwân Allâh. Ridhwân Allâh itu lebih besar dari semua kenikmatan dan karunia lainnya. Karena ridhwân
Allâh merupakan salah satu dari sifat Allâh. Sedangkan surga dan semua kenikmatannya, itu tidak lain adalah satu
makhluk di antara makhluk-makhluk Allâh yang ada. Maka ridhwân Allâh lebih besar dari surga, lebih besar dari
semua kenikmatan di dalamnya. Ini didukung oleh hadits-hadits dari Nabi n . Diantaranya:
َ َ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ َّ َ ْ َ
َِّ‫النة‬ َ ْ ‫ول ِل ْهل‬
َ ْ ‫ال َّنةِ يَا أ ْه َل‬ ّٰ ُ ُ َ َ َ َ َ ّ ْ ُ ْ
‫ إِن ا تبارك وتعا يق‬b ِ ‫يد الدرِ ِي قال قال رسول ا‬ َ
ٍ ِ‫عن أ ِب سع‬
َ ِ
ُ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ُ ُ َ ُ َ ْ َ ُ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َّ َ َ ْ َّ َ َ ُ ُ َ َ
‫يت ْم ف َيقولون َو َما لَا ن ْرض َوق ْد أع َطيْت َنا َما ل ْم ت ْع ِط‬ ‫ض‬ِ ‫فيقولون ليك ربنا وسعديك فيقول هل ر‬
ُ ُ َ َ َ َ ْ ُ َ ْ ْ َ ُّ َ ّ َ َ ُ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ُ
َ َ ْ ُ ََ ُ ََُ َ ْ َ ْ ً َ َ
‫ب وأي ش ٍء أفضل مِن ذل ِك فيقول‬ ِ ‫أحدا مِن خلقِك فيقول أنا أع ِطيكم أفضل مِن ذل ِك قالوا يا ر‬
ً‫ك ْم َب ْع َدهُ َأبَدا‬
ُ ْ َ َ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ ُ ْ َ َ ُّ ُ
‫أحِل عليكم رِضو ِان ف أسخط علي‬
Dari Abu Sa’id al-Khudri z berkata, “Rasûlullâh n bersabda, ‘Sesungguhnya Allâh -Tabaraka wa Ta’ala- berfirman
kepada penghuni surga: ‘Wahai penghuni surga!’ Mereka pun menjawab: “Kami penuhi panggilan-Mu selalu dengan
penuh suka cita selalu’. Lalu Allâh berfirman: ‘Apakah kalian telah ridha dan puas?’ Mereka menjawab:’Mengapa pula
kami tidak ridha? Padahal Engkau telah memberikan kepada kami segala yang belum pernah Engkau berikan kepada
seorang pun dari makhluk-Mu?’ Allâh pun berfirman: ‘Aku berikan kepada kalian sesuatu yang lebih bagus dari itu
semua.’ ‘Mereka menjawab: ‘Wahai Rabbi! Apakah sesuatu itu yang lebih utama dari itu semua?’ Allâh berfirman: ‘Aku
tempatkan ridha-Ku untuk kalian semua, sehingga Aku tidak akan pernah murka kepada kalian setelah itu selama-
lamanya!’” (HR. Al-Bukhâri dan Muslim).
Rasul n juga bersabda dalam hadits riwayat al-Hakim dari Jabir bin Abdullah z :
َ ُ ُ َ َ ْ ُ َ َ َ ً ْ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ ُ ّٰ ُ ُ َ َ َ َ َ ْ
َ‫ َو َﻣﺎ ﻓَ ْﻮ َق ﻣﺎ‬،‫ َرﺑﻨَﺎ‬:‫ﻮن‬ َ ْ َُْ ََ َ َ
‫ ﻫﻞ ﺗﺸﺘﻬﻮن ﺷﻴﺌﺎ ﻓﺄ ِزﻳﺪﻛﻢ؟ ﻓﻴﻘﻮﻟ‬: ‫ ﻗﺎل ﻓﻘﻮل ا‬،‫إِذا دﺧﻞ أﻫﻞ اﺠﻟﻨ ِﺔ اﺠﻟﻨﺔ‬
ُ ََُ َ َ ََْ َ ْ َ
ُ‫ ر ْﺿ َﻮا أَ ْﻛ َﺮﺒ‬:‫ﻮل‬ ‫ ﻓﻴﻘ‬:‫أﻗﻄﻴﺘﻨﺎ؟ ﻗﺎل‬
ِ ِ
Bila penduduk surga telah masuk surga, Nabi bersabda: Allâh berfirman: “Apakah kalian menginginkan sesuatu sehingga
Aku tambahkan untuk kalian?” Mereka menjawab: “Wahai Rabb kami! Apakah gerangan sesuatu yang lebih agung
daripada apa yang telah Engkau berikan kepada kami?” Allâh berfirman: “Ridha-Ku itu lebih besar lagi.” (HR. Al-Hakim).
Artinya ridha Allâh itu lebih besar daripada surga dan seisinya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah t berkata, “Aku amat-amati apakah gerangan doa yang paling bermanfaat?
Ternyata itu ada pada memohon pertolongan untuk mendapatkan ridha Allâh. Lalu aku dapatkan itu ada pada Surat
al-Fâtihah dalam ayat, “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in” (hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-mu
kami meminta pertolongan)”.
Jadi, meminta tolong kepada Allâh dalam rangka untuk menggapai ridha-Nya  , itu adalah tujuan dan
maksud yang paling agung, tujuan yang paling mulia dan tinggi.
Wahai Allâh! Bantulah kami dan bimbinglah kami dalam usaha menggapai ridha-Mu serta jauhkanlah kami
dari murka-Mu. [ ]
EDISI 06 / TAHUN XXVI
1444 H / 2022 M

www.majalahassunnah.net

ْ َ َ ْ َ َ ‫ﺒﻟ َر ُﺳ ْﻮ ِل ا ّٰ ِ َو‬ َ
َ َ ‫ﻼ ُم‬ َُ ّٰ ْ
‫ أﻣﺎ َﻧﻌ ُﺪ‬،‫ﺒﻟ آ ِ ِ َو َﺻﺤ ِﺒ ِﻪ َو َﻣ ْﻦ َواﻻ ُه‬ ‫اﺤﻟ َ ْﻤ ُﺪ ِ ِ َواﻟﺼﻼة َواﻟﺴ‬
Alhamdulillâh alladzi bi ni’matihi tatimmus shalihat
Alhamdulillâh, kita bersyukur kepada Allâhatas semua kenikmatan yang Allâh karuniakan kepada kita.
Semoga syukur kita kepada-Nya menghantarkan kita menggapai ridha-Nya.
Pembaca, rahimakumullâh!
Dalam salah satu ayat-Nya, Allâh  menyebutkan dengan tegas bahwa keridhaan Allâh  itu lebih
besar. Ini disebutkan setelah menjelaskan tentang berbagai kenikmatan yang diproleh oleh penghuni syurga-Nya
lalu dilanjutkan bahwa keridhaan Allâhitu lebih besar.
Pemahaman seperti ini juga dipertegas oleh Rasûlullâh n dalam beberapa hadits.
Apakah yang dimaksud ridha Allâh? Bagaimanakah meraih kenikmatan teragung ini?
Inilah yang berusaha kami hadirkan di majalah kesayangan kita ini. Pembahasan ini kami angkat dari kitab
yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al-Badr hafizhahumallâh, salah seorang Ulama Madinah,
dengan judul Ta’ammulât fi Qaulihi “Wa Ridhwânum Minallâhi Akbar”. Semoga pembahasan ini bermanfaat bagi
kita semua.
Pembaca, rahimakumullâh!
Pada edisi ini juga, kami hadirkan penjelasan Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimint terkait firman
Allâh  dalam Surat an-Nisa’ ayat ke-114, yang menjelaskan tentang bisikan-bisikan yang seringnya tidak
mengandung kebaikan. Belasan faidah, beliau simpulkan dari firman Allâh  tersebut. Untuk mengetahui
faidah-faidah yang beliau simpulkan, kami persilahkan para pembaca untuk menelaah sajian kami para rubrik
Tafsir. Sementara dalam rubrik Hadits, kami menyuguhkan pembahasan tentang tawakkal yang sebenarnya.
Bagaimana penjelasannya? Kami mengajak para pembaca yang budiman menelaah sajian kami pada rubrik
Hadits edisi ini.
Pembaca, rahimakumullâh!
Masih ada pembahasan-pembahasan lain yang insya Allâh bermanfaat pada edisi keenam ini.
Akhirnya, kami mengucapkan selamat menelaah!
Semoga Allâh  menjadikan semua aktifitas kita ini sebagai pemberat kebaikan kita saat amalan kita
ditimbang oleh Allâh.
Saran dan kritik yang membangun senantiasa kami tunggu dari para pembaca yang budiman. [ ]

DOA : MANHAJ : Urgensi Menjelaskan


Doa Agar Mencintai Keimanan____________________01 Madzhab Salaf Dan Pandangan
TAJUK : Mereka terhadap Ahli Bid’ah____________________
Bid’ah____________________48
48
Ridha Allah 
Melebihi
Melebihi Segalanya________02
MASAIL JAHILIYAH : Pemberian Dunia
SOAL-JAWAB :
Dianggap Tanda Kecintaan Allâh________________
Allâh________________51
51
Bersedekah Untuk Selain Muslim_______________04
Bersedekah Muslim______________
Shalat Taubat_________________________________05
Shalat FIKIH :
Untuk Mengetahui Bala Itu Menjadi Ujian
Untuk Wasiat Rukun dan Syaratnya____________________54
Atau Adzab?__________________________________06 KHUTBAH JUM'AT :
Memadukan Antara Ayat Dan Hadits___________07
Memadukan Tegar Di Atas Agama____________________________62
TAFSIR : BAITUNA :
Adakah Kebaikan Dalam Bisikan?________________09 Berlaku Layaknya Pelayan di Hadapan
HADITS :
Orang Tua_____________________________________01
Tawakkal Kunci Rezeki__________________________17
HADITS LEMAH & PALSU :  Strategi Nabi b Dalam Menyatukan Umat_____05
Keutamaan Ali bin Abi Thalib Sebagai Pintu Ilmu__24  Mengetahui Makna Tauhid:Kunci Surga________08
MABHATS :  Mengajarkan Anak Untuk Berbakti
 Menggapai Ridhwân Dari Allâh___
Allâh________________30
_____________30 Kepada Orang Tua____________________________10
 Ridha membuahkan Ridha__________________
Ridha____________________40
__40 Pernikahan Orang Memiliki Gangguan Mental__12
Pernikahan
AKIDAH : Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid
Imam
Sifat Para Rasul_______________________________________42 al-Maqdisi t Imam Hadits Abad ke-6_______14

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 3


ّٰ َ َُ ْ ََْْ َ َ َ َ َ ْ
Bersedekah Untuk ِ ‫َو َﺳﻠ َﻢ َو ُﻣﺪﺗِ ِﻬﻢ ﻣﻊ أ ِﻧﻴﻬﺎ ﻓﺎﺳﺘﻔﺘﺖ رﺳﻮل ا‬
ّٰ َ ْ َ‫ّٰ ُ َﻋﻠَﻴْﻪ َو َﺳﻠ َﻢ َﻓ َﻘﺎﻟ‬
‫ﺖ ﻳَﺎ َر ُﺳﻮل ا ِ ِإن‬ ‫َﺻﻰﻠ ا‬
Selain Muslim
ِ
ْ‫ﻲﻫ َراﻏﺒَ ٌﺔ أَﻓَﺄَﺻﻠُ َﻬﺎ ﻗَ َﺎل َﻏ َﻌﻢ‬ َ َ ْ َ َ ِّ ُ
Soal:
ِ َ َ
ِ ‫أﻲﻣ ﻗ ِﺪﻣﺖ ﻋﻲﻠ و‬
Apa hukum bersedekah yang diberikan kepada ِ
selain Muslim? َ ‫ﺻﻠ‬
‫ﻴﻬﺎ‬ ِ ِ
Dari Asma’ Binti Abi Bakr s berkata: “Ibuku datang
Jawab:
kepadaku, dan ia seorang yang masih musyrik; ia
Sedekah untuk selain orang Muslim
datang pada masa perjanjian Quraisy dan rentang
diperbolehkan. Yaitu bila mereka bukan orang yang waktu perjanjian mereka. Yaitu ketika mereka
memerangi kita, dalam keadaan aman, gencatan membuat perjanjian damai dengan Rasûlullâh n . Ia
senjata dan perjanjian atau yang semisalnya; datang bersama dengan ayahnya. Asma’ pun bertanya
dalam keadaan seperti itu tidak mengapa. ini kepada Rasûlullâh tentang hal itu. Asma’ bertanya:
berdasarkan firman Allah: “Ya Rasûlallâh! Sungguh, ibuku datang kepadaku,

RQPON MLKJI
sedangkan ia ada menginginkan (pemberian
dariku). Apakah aku boleh menyambung hubungan

\ [ ZY X W V U T S
dengannya (dengan memberi pemberian)?” Nabi
n bersabda: “Sambunglah hubungan dengannya.”

_ ^]
(HR. Al-Bukhari).

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik Di sini, Nabi n memerintahkan Asma’ untuk
dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada menyambung hubungan dengannya (dengan
memerangimu karena agama dan tidak (pula) memberinya pemberian), padahal ia seorang yang
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah kafir.
menyukai orang-orang yang Berlaku adil. (QS. Al- Ringkasnya, boleh bagi seorang Muslim untuk
Mumtahanah/60: 8). menyambung hubungan dengan kerabatnya
yang kafir, dan juga orang kafir lain yang bukan
Telah datang dalam hadits secara sah dari Asma’ kerabatnya, dengan memberi mereka sebagian
Binti Abu Bakr sbahwa sang ibunda datang harta atau dengan berbuat baik kepada mereka.
kepadanya pada waktu Shulhul Hudaibiyah. Yaitu Yaitu bila mereka bukan orang yang tengah
ketika Nabi membuat perjanjian damai dengan memerangi kita pada saat gencaran senjata
penduduk Mekkah. Sang ibu datang kepada Asma’ (damai). Adapun bila mereka tengah memerangi
kita, dalam kondisi perang, itu tidak dibolehkan.
di Madinah, meminta pemberian darinya.
ْ َ َ ْ َ َ َْ ْ َ
Tidak boleh menyambung hubungan dengan
َ‫ﻜﺮ َر ِ َ ا ّٰ ُ َﻗﻨْ ُﻬﻤﺎ‬
ٍ ‫ﺖ أِ ُ ﺑ‬
ِ ‫ﻗﻦ أﺳﻤﺎء ﺑِﻨ‬ mereka dengan memberikan apapun. Mereka tidak

ْ َ ٌ َ ْ ُ َ َ ِّ َ َ ْ َ َ ْ َ َ diberi pertolongan. Tidak boleh mereka diberi


‫ﺮﺸ ﺔ ِﻲﻓ ﻗﻬ ِﺪ‬ ِ ‫ﻗﺎﻟﺖ ﻗ ِﺪﻣﺖ ﻋﻲﻠ أﻲﻣ و ِﻲﻫ ﻣ‬
pertolongan, entah itu banyak ataupun sedikit.
َ ّٰ ّٰ َ َ ْ ْ ُ
‫ﻗ َﺮﻳ ٍﺶ ِإذ َﺨﻫ ُﺪوا َر ُﺳﻮل ا ِ َﺻﻰﻠ ا ُ َﻋﻠﻴْ ِﻪ‬
Fatawa Nur Ala ad-Darb,
Syaikh Bin Baz 15/ 381.

4 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


Allâh Maha Benar dalam Khabar dan janji-Nya.
Shalat Taubat Allâhberfirman:
Soal:
Pada awal masa muda saya dulu, saya telah )('&%$#"!
/.- ,+ *
melakukan sebagian maksiat. Saya telah bertaubat
kepada Allâh, wal hamdu lillah, syukur kepada Allâh.

432 10
Akan tetapi masih ada sesuatu yang mengganjal
di hati saya. Saya pun pernah mendengar tentang
shalat taubat. Saya mohon penjelasannnya tentang Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada
masalah ini. semoga Allâh membalas dengan Allâh dengan taubatan nasuhâ (taubat yang semurni-
balasan yang terbaik. murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke
Jawab:
dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-
Taubat itu menutup dan menghapus dosa sungai, (QS. at-Tahrim/ 66: 8).
yang telah lalu, wal hamdu lillah. Maka dari itu,
Kata ‘asa (semoga, mudah-mudahan)’ untuk
tidak seyogyanya kalau masih ada sesuatu yang
Allâhmempunyai makna wajib.
mengganjal di hati tentang masalah tersebut.
Jadi, engkau harus berbaik sangka kepada Allâh
Wajib atasmu untuk berbaik sangka kepada
 , bahwa Allâh menerima taubatmu, bila
Allâh; dan agar engkau berkeyakinan bahwa Allâh
engkau jujur dalam taubatmu, menyesal atas apa
menerima taubatmu, bila memang engkau benar
yang telah engkau lakukan, telah meninggalkan
dan jujur dalam taubatmu. Karena Allâhtelah
perbuatan tersebut, dan bertekad untuk tidak
berfirman:
kembali mengerjakannya lagi. Dan jauhilah
ÓÒÑÐÏ Î Í bisikan-bisikan syetan. Allâh telah berfirman
dalam hadits qudsi:
ÕÔ ْ َ ّ َ َ ْ ََ
ِ ‫أﻧﺎ ِﻋﻨﺪ ظ ِن ﻗﺒ ِﺪي‬
dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allâh, Hai
Aku sesuai dengan sangkaan hamba terhadap-Ku.
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
(Muttafaq ‘alaih).
(QS. an-Nur/ 24: 31).
Sudah seharusnya engkau mempunyai
Allâh  menggantungkan keberuntungan
persangkaan baik kepada Allâh. Rasul n bersabda:
ُ ُ َ َ َ َُ
dengan taubat, dalam ayat di atas, "Bertaubatlah
ُ ُْ ََُ ْ َ
supaya kalian beruntung." Maka barangsiapa yang
bertaubat, sungguh ia telah beruntung. Allâh
‫ﻓﻤﻮﻳﻦ أﺣﺪﻛﻢ ِإﻻ وﻫﻮ ﺤﻳ ِﺴﻦ اﻟﻈﻦ‬ ‫ﻻ‬
ّ ّٰ
berfirman:
‫َِﻋﺰ َو َﺟﻞ‬ ‫ﺑِﺎ‬
mlkji h gfe Janganlah sekali-kali salah seorang dari kalian

n
meninggal dunia melainkan ia berbaik sangka kepada
Allah. (HR. Muslim, Ibnu Majah).
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang
yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian Adapun mengenai shalat taubat, telah datang
tetap di jalan yang benar. (QS. Thaha/ 20: 82). secara sah dari Nabi n dari Abu Bakr ash-Shiddiq

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 5


ّٰ َ َُ َ ُ ُْ َ َ َ ْ ْ َ ْ َ
z bahwa Beliau n bersabda:
‫ﺎص ﻗﺎل ﻗﻠﺖ ﻳﺎ رﺳﻮل ا‬ َ
ُ‫ﻮر ُﻋﻢ َﻓ ُﻘﻮم‬ َ ‫اﻟﻄ ُﻬ‬
ُّ ‫ﺤﺴ ُﻦ‬ ْ َُ ًَْ ُ ْ ُ ْ َ ْ َ ِ َْ َ ْ
ٍ ‫ﻗﻦ ﺳﻌ ِﺪ ﺑ ِﻦ أ ِ وﻗ‬
َ َ ً َ َ ُّ َ َ َ
ِ ‫ْ َ ُ ﻣﺎ ِﻣﻦ ﻗﺒ ٍﺪ ﻳﺬﻧِﺐ ذﻏﺒﺎ ﻓﻴ‬ ُ ُ َ ْ ُّ
‫ﺎس أﺷﺪ ﺑﻼء ﻗﺎل اﻷﻧ ِﺒﻴﺎء ﻋﻢ اﻷﻣﺜﻞ‬ ِ ‫أي اﺠ‬
ُ َ ُ ّٰ ‫َﻓﻴُ َﺼ ِّﻲﻠ َر ْ َﻌﺘَ ْﻦﻴ ُﻋﻢ ﻳ َ ْﺴﺘَ ْﻐﻔ ُﺮ ا ّٰ َ إﻻ َﻟ َﻔ َﺮ ا‬ ََُْْ َ
ِ ِ ِ ‫ﻓﺎﻷﻣﺜﻞ‬
ْ‫ﻳﻦ إ َذا َﻓ َﻌﻠُﻮا ﻓَﺎﺣ َﺸ ًﺔ أَو‬ َ َ ََ ْ َ َََ ُ
ِ ِ ِ ‫ ﻋﻢ ﻗﺮأ ﻫ ِﺬهِ اﻵﻳﺔ وا‬Dari Sa’d bin Abi Waqqash berkata: aku berkata:
َ‫“ َﻇﻠَ ُﻤﻮا أَ ْﻏ ُﻔ َﺴ ُﻬ ْﻢ َذ َﻛ ُﺮوا ا ّٰ َ إ َﻰﻟ آﺧﺮ ْاﻵﻳﺔ‬Ya Rasûlallâh! Siapakah manusia yang paling
ِ ِ ِ ِ berat cobaannya?” Nabi n menjawab: “Para nabi,
Tidaklah seorang hamba berbuat dosa, lalu ia kemudian yang kedudukannya mendekati mereka,
memperbagus dalam bersucinya, kemudian ia kemudian yang kedudukannya mendekati mereka
melakukan shalat dua rakaat, kemudian ia meminta lagi.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad).
ampun kepada Allâh, melainkan Allâh akan
Kadang kala, Allâh juga menimpakan hal
mengampuni dosanya. Kemudian beliau membaca
itu karena disebabkan maksiat dan dosa. Sehingga
ayat ini yang artinya: [dan orang-orang yang
hukuman atau siksa pun disegerakan. Ini seperti
bila melakukan suatu tindakan keji, atau mereka
firman Allâh:
menzalimi diri mereka sendiri, merekapun mengingat
Allâh…]. (HR. Abu Daud).
Ô Ó ÒÑÐÏ
Fatawa Nur Ala ad-Darb, Syaikh Bin Baz 4/ 227.
Ù Ø×ÖÕ
Untuk mengetahui Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka
bala itu menjadi adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri,
ujian atau adzab? dan Allâh memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-
kesalahanmu). (QS. asy-Syura/ 42: 30).
Soal:
Secara umum, seseorang yang biasanya punya
Bila seseorang ditimpa penyakit atau bala
sifat meremehkan dan tidak melaksanakan apa
buruk yang mengenai jiwa atau harta, lalu
yang wajib, maka apa yang menimpanya tersebut
bagaimana agar kita tahu bahwa bala itu adalah
disebabkan dosa dan kelalaiannya terhadap
ujian ataukah itu adalah murka Allâh?
perintah Allâh.
Sedangkan bila seseorang di antara hamba
Jawab: yang shalih ditimpa suatu penyakit atau yang
Allâh menguji hamba-hamba-Nya dengan semisalnya, maka itu adalah suatu cobaan dan
kesenangan dan kepedihan, dengan kemakmuran ujian, sebagaimana yang menimpa para nabi dan
dan kesusahan. Allâh menguji mereka dengan rasul, untuk mengangkat derajat dan memperbesar
ujian-ujian tersebut, untuk meninggikan derajat pahala. Juga sebagai bentuk teladan bagi orang
dan kedudukan mereka serta melipatgandakan lain dalam hal kesabaran dan ihtisab (mengharap
kebaikan mereka. Ini seperti perlakuan terhadap pahala Allâh).
para nabi dan rasul –shalawat dan salam untuk Jadi, bala’ atau musibah yang menimpa itu
mereka- serta para hamba yang shalih. Ini seperti kadang bisa menjadi media meninggikan derajat
yang disabdakan Nabi n : dan memperbesar pahala, sebagaimana yang Allâh

6 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


lakukan terhadap para nabi dan sebagian orang َُْ َ َ َْ ْ َ ُ ّٰ َ َ َ َ َ َ ْ ُّ
baik pilihan. Kadang itu juga menjadi penggugur ‫ا ﻏﻴﺎ و ِذا أراد ا ﺑِﻌﺒ ِﺪهِ اﻟﺮﺸ أﻣﺴﻚ ﻗﻨﻪ‬
َ َ‫اﻲﻓ ﺑﻪ ﻳَ ْﻮ َم اﻟْﻘﻴ‬ ُ َ َْ
ِ ِ َ ِ ‫ﺑِﺬﻧ ِﺒ ِﻪ ﺣ ﻳ َﻮ‬
keburukan dan dosa, sebagaimana yang Allâh
firmankan: ‫ﺎﻣ ِﺔ‬ ِ
N ... ... D C B A @
Bila Allâh menghendaki kebaikan pada hamba-Nya,
maka Allâh segerakan siksanya di dunia. Dan bila
Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya Allâh menghendaki keburukan pada hamba-Nya,
akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. Allâh tahan siksanya, hingga nanti Allâh timpakan
(QS. an-Nisa’/ 4: 123). siksa (padanya) dikarenakan dosanya pada Hari
Kiamat. (HR. at-Tirmidzi).
Dan sabda Nabi n :
َ ّٰ َ Fatawa Nur Ala ad-Darb, Syaikh Bin Baz 4/ 371.

‫ﻲﺒ َﺻﻰﻠ ا ُ َﻋﻠﻴْ ِﻪ َو َﺳﻠ َﻢ‬ ِّ ‫َﻗ ْﻦ أ ُﻫ َﺮﻳْ َﺮ َة َﻋﻦ اﺠ‬


ِ ِ
َ َ
َ ‫ﻴﺐ اﻟ ُﻤ ْﺴﻠ َﻢ ﻣ ْﻦ ﻧ َﺼﺐ َوﻻ َو‬ ْ ُ ‫ﻗَ َﺎل َﻣﺎ ﻳُﺼ‬ Memadukan antara
‫ﺐ‬ ٍ ‫ﺻ‬ ٍ ِ ِ ِ
َ َ َ
ً َ َ َ َ
ayat dan hadits
‫َوﻻ ه ٍ ّم َوﻻ ُﺣ ْﺰ ٍن َوﻻ أذى َوﻻ غ ٍ ّم َﺣ‬
َ ّٰ َ ُ َ َ
‫اﻟﺸ ْﻮﻛ ِﺔ ﻳُﺸﺎﻛ َﻬﺎ ِإﻻ ﻛﻔ َﺮ ا ُ ﺑِ َﻬﺎ ِﻣ ْﻦ ﺧ َﻄﺎﻳَ ُﺎه‬ Soal:
Bagaimana mempertemukan antara firman
Dari Abu Hurairah z dari Nabi n bersabda: Allâhyang berbunyi:
Tidaklah kelelahan, tidak pula penyakit, tidak
juga kegalauan dan kesedihan ataupun gangguan C B A @? > = < ;
dan keresahan yang menimpa seorang Muslim;
sampaipun duri yang menusuknya, melainkan dengan GF E D
hal itu Allah akan hapuskan kesalahan-kesalahannya.
Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu,
(HR. Muttafaq alaih).
tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat
Juga sabda Nabi n : kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk.
ُْ ْ ُ ًْ َ ّٰ ْ
‫َﻣ ْﻦ ﻳُ ِﺮد ا ُ ﺑِ ِﻪ ﺧﺮﻴا ﻳ ِﺼ‬
(QS. Al-Maidah/5:105)
‫ﺐ ِﻣﻨﻪ‬
Dengan sabda Rasûlullâh n :
Barangsiapa yang Allâh kehendaki kebaikan
ْ ّ ‫ﻜ ًﺮا فَلْ ُي َغ‬
ْ‫يهُ ﻧﻴَﺪه ﻓَﺈ ْن ﻟَﻢ‬ َ ُْ ْ ُ ْ ََ ْ َ
padanya, Allâh akan timpakan musibah padanya.
ِ ِِ ِ ِ ‫ﻣﻦ رأى ِﻣﻨﻜﻢ ﻣﻨ‬
َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ
‫ﻳ َ ْﺴﺘَ ِﻄ ْﻊ ﻓ ِﺒ ِﻠ َﺴﺎﻧِ ِﻪ ﻓ ِﺈن ﻟ ْﻢ ﻳ َ ْﺴﺘَ ِﻄ ْﻊ ﻓ ِﺒﻘﻠ ِﺒ ِﻪ َوذﻟِﻚ‬
(HR. Al-Bukhari).

َُ ْ َ
Bisa jadi juga itu adalah bentuk hukuman
‫ﺎن‬ َ
yang Allâh segerakan untuknya, disebabkan
maksiat-maksiat yang dilakukan dan tidak
ِ ‫اﻹﻳﻤ‬ ِ ‫أﺿﻌﻒ‬
bersegera bertaubat. Ini seperti dalam hadits Barangsiapa diantara kalian yang melihat
Nabi n : kemungkaran, maka hendaklah dia merubahnya
َ َ ُ ُ ْ ُ َ َ َ َ ْ َْ ْ َ ُ ّٰ َ َ َ َ dengan tangannya! Jika dia tidak bisa, maka
‫إِذا أراد ا ﺑِﻌﺒ ِﺪهِ اﺨﻟﺮﻴ ﻋﺠﻞ اﻟﻌﻘﻮﺑﺔ ِﻲﻓ‬ dengan lisannya! Jika dia tidak bisa, maka dengan

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 7


hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.1 Orang terbaik umat ini, yaitu Abu Bakar ash-
Shiddiq z sangat menyadari hal ini, sehingga
beliau z mengatakan, “Wahai umat manusia!
Jawab: Kalian sudah membaca ayat ini:
Bagaimana memadukan ayat dan hadits di atas?
Kami mengatakan bahwa tidak ada pertentangan C B A @? > = < ;
antara ayat dan hadits di atas. Karena Allâh 
memerintahkan kita untuk membawa diri kita GF E D
menuju jalan kebenaran lalu konsisten di atas
Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu,
jalan tersebut. Kita tidak perlu melihat perbuatan
tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat
dan penyimpangan orang lain. Kita jangan larut
kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk.
mengikuti orang-orang sekitar kita. Artinya, jika
(QS. Al-Maidah/5:105)
mereka berbuat buruk, maka janganlah kita berbuat
buruk seperti mereka. Jika mereka baik, kita juga
Dan saya pernah mendengar Nabi n bersabda:
ََ ُ ُ َْ ْ ََ َ
ikut baik. Jangan ikut-ikutan seperti itu! Namun kita
ْ‫ﺒﻟ ﻳَ َﺪﻳﻪ‬ ََ َ َ
harus selalu konsisten menempuh jalan kebaikan
ِ ُ
‫ِإن اﺠﺎس ِإذا رأوا اﻟﻈﺎﻟِﻢ ﻓﻠﻢ ﻳﺄﺧﺬوا‬
َ ُ ْ ُ ّٰ ُ ُ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ
untuk selamanya.

ٍ ‫أوﺷﻚ أن ﻓﻌﻤﻬﻢ ا ِﻣﻨﻪ ﺑِ ِﻌﻘ‬


‫ﺎب‬
Kami juga mengatakan agar kita memerintahkan
kepada yang ma’ruf dan melarang dari kemungkaran
sesuai dengan kemampuan kita, sebagaimana Sesungguhnya umat manusia, jika mereka melihat
disebutkan dalam hadits di atas. pelaku kezhaliman lalu mereka tidak mencegahnya,
Dan ini ditunjukan oleh ayat di atas, dimana maka hampir saja Allâh menimpakan adzab-Nya
Allâhberfirman: untuk semuanya.2

C B A @? > = < ; Ini menjelaskan bahwa tidak ada pertentangan


antara ayat dan hadits ini. Orang yang menyangka
GF E D bahwa makna ayat ini adalah meninggalkan amar
ma’ruf dan tidak mencegah dari kemungkaran, maka
Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu, itu adalah kesalahan dalam memahami ayat ini.
tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat Wallâhu a’lam. [ ]
kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk.
(QS. Al-Maidah/5:105) Majmu' Fatawa Syaikh Shalih Fauzan, 1/207

Dan diantara bukti kita mendapatkan petunjuk


adalah kita menyuruh kepada yang ma’ruf dan
melarang dari yang mungkar sesuai dengan
kemampuan kita. Ini kita lakukan setelah usaha
memperbaiki diri kita dan membimbingnya menuju
kebaikan, agar kita menjadi orang pertama yang
taat dan tunduk kepada kebaikan serta menjadi
2 HR. Ahmad dalam al-Musnad, 1/2; Abu Daud dalam as-Sunan,
orang pertama yang menjauhi keburukan. 4338; At-Tirmidzi, no. 2168 dalam al-Jami’; Ibnu Majah, no. 4405
dan Riyâdhus Shâlihin, hlm. 130 dan al-Arnauth mengatakan
1 HR. Muslim dalam Shahîhnya, no. 49 bahwa sanadnya hasan.

8 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


+ *)('&%$# "
21 0 / . - ,
=<;:9876 543
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka,
kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah,
atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.
Dan Barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allâh,
maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.
(QS. an-Nisa’/ 4: 114).

PENAFSIRAN AYAT 0/.-, + *)(


Firman Allâh:
21
'&%$# " Kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan- (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf,
bisikan mereka, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.
Allâh  mengecualikan bisikan orang
Artinya, bisikan-bisikan yang dilakukan oleh yang memerintahkan orang lain untuk
banyak orang, banyak di antaranya yang tidak memberi sedekah, atau berbuat yang ma’ruf,
mengandung kebaikan atau tidak mendatangkan atau mendamaikan antara orang-orang yang
kebaikan. Sedikit saja dari bisikan-bisikan itu yang bersengketa. Di sini Allâh menyebutkan tiga hal,
mengandung kebaikan atau melahirkan kebaikan. seperti dalam ayat tersebut di atas.
Kemudian Allâh  memberi pengecualian Allâh  mengecualikan orang yang
dari bisikan-bisikan tersebut. memerintahkan manusia untuk memberi sedekah.

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 9


Misalnya dengan mengatakan kepada orang Dalam kata bainan nâs (di antara manusia)
lain: bersedekahlah! Baik kalimat tersebut ini mencakup sesama Muslimin ataupun dengan
[bersedekahlah] datang dari orang yang punya selain Muslimin. Mendamaikan antara manusia
power dan kuasa, maupun datang dari orang yang adalah kebaikan, sama saja apakah itu antara
tingkatannya sama dengan orang yang diajak Muslimin ataupun antara orang kafir, atau antara
bicara. Bila datang dari orang yang punya kuasa, Muslim dengan kafir. Keumuman ini kita ambil
kalimat tersebut berarti punya makna perintah. dari kata bainan nâs.
Sedangkan bila datang dari sesama, muatannya
adalah meminta atau memberi saran. Dan ayat ini Kemudian Allâhberfirman:

543
mencakup dua makna tersebut.
Sedekah di sini, dalam ayat datang secara
nakirah yaitu shadaqah tanpa tambahan alif lam. Dan barangsiapa yang berbuat demikian
Penyebutannya secara nakirah di sini menunjukkan
bahwa maknanya mutlak. Artinya sedekah ini Kata dzalika (itu) mengisyaratkan pada hal yang
mencakup semua sedekah, baik yang sedikit telah disebut sebelumnya, yaitu memerintahkan
maupun banyak. bersedekah, berbuat yang ma’ruf dan mendamaikan
Sedangkan ma’ruf adalah sesuatu yang bukan antara manusia.
kemungkaran. Yang ma’ruf itu lebih umum daripada Firman Allâhberikutnya:
sedekah. Karena sedekah itu adalah bentuk berbuat
baik (ihsan), sedangkan ma’ruf adalah sesuatu yang 876
diketahui atau dikenali orang banyak sebagai
sesuatu yang baik, meskipun bukan berbentuk karena mencari keridhaan Allâh,
sedekah. Contoh dari memerintahkan yang ma’ruf
Yaitu orang yang melakukan hal-hal tersebut di
adalah memerintahkan untuk berbuat tepo sliro
(toleran dan mudah dalam berinteraksi), atau atas, dengan motivasi mencari ridha Allâh. Artinya,
menyuruh untuk menyambung hubungan, atau ia melakukannya agar Allâhridha kepadanya.
menyuruh berbuat kebajikan, dan semacamnya. Ini Dan Allâh tidak memberi balasan dan pahala
semua tidak masuk dalam cakupan sedekah, bila dari suatu amalan, kecuali bila ada ridha Allâh
kita khususkan sedekah untuk sedekah harta. dalam amalan tersebut, dan ikhlas karena Allâh,
tanpa ada riya’ dan sum’ah.
Firman Allâh:
Firman Allâh:
21 0 / .
atau mengadakan perdamaian di antara manusia.
=<;:9
Maka kelak Kami memberi kepadanya
Ishlâh (mendamaikan) adalah menghilangkan
pahala yang besar.
kerusakan yang terjadi di antara sesama manusia,
misalnya,permusuhan diantara dua orang atau lebih, Di sini, Allâh   menegaskan bahwa
lalu seseorang berusaha untuk menghilangkan kelak di akhirat, Allâh   akan memberikan
permusuhan tersebut. Inilah bentuk mendamaikan; kepadanya pahala yang sungguh sangat
al-ishlâh. Ini di antara amalan paling utama yang agung. Pahala yang akan diberikan Allâh
mendekatkan kepada Allâh. sungguh sangat besar dan agung, tak ada yang
mengetahui kadar besarnya selain Allâh  .

10 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


PELAJARAN DARI AYAT 21
1. Banyak perkataan manusia yang tidak
kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh
mempunyai nilai kebaikan.
(manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf,
Barometer untuk mengetahui baik atau buruk atau mengadakan perdamaian di antara manusia.
perkataan seseorang adalah apa yang disabdakan
Nabi n : 4. Keutamaan mendamaikan pertikaian di antara

ً ْ ‫َﻣ ْﻦ َﺎﻛ َن ﻳُ ْﺆ ِﻣ ُﻦ ﺑﺎ ّٰ ِ َوا ْ َ ْﻮمِ ْاﻵ ِﺧﺮ ﻓَﻠْﻴَ ُﻘ ْﻞ َﺧ‬


manusia.
‫ﺮﻴا‬ ِ ِ
ْ‫َ ْ َ ْﺼ ُﻤﺖ‬
5. Keutamaan memerintahkan yang ma’ruf.

ِ ‫أو‬ Allâh  menyandingkan masalah


menyuruh kepada yang ma’ruf dengan perihal
Barangsiapa yang beriman kepada Allâh dan hari menyuruh untuk bersedekah. Ini berdasarkan
akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau firman-Nya:
hendaknya ia diam. (HR. Al-Bukhâri dan Muslim)
Juga yang disabdakan Nabi n : + *)(
َْ َ ُُ َ ْ َ
‫ِﻣ ْﻦ ُﺣ ْﺴ ِﻦ ِإ ْﺳﻼمِ اﻟ َﻤ ْﺮ ِء ﺗ ْﺮﻛﻪ َﻣﺎ ﻻ ﻓﻌ ِﻨﻴ ِﻪ‬
kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh
(manusia) memberi sedekah,
Di antara bentuk bagusnya Islam seseorang adalah Yang dimaksud dengan perbuatan ma’ruf
kala ia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat adalah setiap hal yang diketahui sebagai suatu
baginya. (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, yang baik oleh syariat dan ditetapkan sebagai hal
ath-Thabrani dalam al-Ausath). yang baik. Sedangkan setiap hal yang diingkari
syariat dan dilarang oleh syariat, itu adalah
Begitu pula dengan sabda Nabi n yang
kemungkaran.
melarang untuk memperkatakan kabar burung dan
banyak bertanya. Tiga hadits tersebut semuanya
menjelaskan bagaimanakah kriteria baik dalam 6. Dalam ayat di atas terdapat penjelasan
suatu perkataan. bahwa kebaikan tetap ada dalam tiga
perkara tersebut, meskipun seseorang
melakukannya tanpa meniatkan untuk
2. Keutamaan bersedekah.
mencari wajah Allâh. Alasannya adalah ketika
Sisi pengambilan keutamaan sedekah dari ayat Allâh  menafikan atau meniadakan
ini adalah bahwa yang memerintahkan orang lain kebaikan dari kebanyakan bisikan manusia,
untuk bersedekah, itu saja sudah menjadi bentuk Allâh mengecualikan tiga hal ini dari hal-
kebaikan. Bila demikian adanya, maka pelaku hal yang dinafikan di atas. Kemudian Allâh
sedekah tentu akan mendapatkan keutamaan  berfirman:
sedekah yang lebih banyak lagi.
9876 543
=<;:
3. Anjuran untuk memerintahkan yang baik dan
untuk berbuat kebajikan (ihsan).
Ini berdasarkan firman Allâh: Dan Barangsiapa yang berbuat demikian karena
mencari keridhaan Allâh, maka kelak Kami
0/.-, + *)( memberi kepadanya pahala yang besar.

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 11


7. Wajib untuk selalu memberi perhatian terhadap Allâh. Dan perbuatan yang diridhai Allâh itu
masalah ikhlas mengikuti masyi’ah Allâh. Karena, itu (perbuatan
Karena tiga hal tersebut, meskipun di dalamnya hamba) datang dari perbuatan hamba, sedangkan
terdapat kebaikan -disebabkan perbuatan tersebut perbuatan hamba itu terjadi dengan masyi’ah Allâh.
maslahatnya juga mencakup orang lain-, akan tetapi Jadi, ridha termasuk sifat fi’liyyah. Dan perlu
dalam keadaan tersebut tidak bisa mewujudkan diketahui, bahwa sifat-sifat fi’liyyah itu, dilihat dari
pahala yang berlimpah ruah. jenisnya, semuanya adalah sifat dzatiyyah (sifat
diri). Akan tetapi macam-macamnya (macam-
macam sifat fi’liyyah) dan perbuatan tersebut satu-
8. Boleh menyebut kata ‘tindakan’ namun yang
persatu, itulah yang terjadi secara baru dan terus
dimaksud adalah ucapan
dibarukan. Adapun asalnya –yaitu perihal berbuat-
Ini diambil dari firman Allâh:
itu adalah sifat dzatiyyah. Dalilnya adalah: bahwa

543
Allâh masih dan terus menerus berbuat (fa’’âl).
Akan tetapi yang terus baru adalah macam-macam
Dan barangsiapa yang berbuat demikian … perbuatan tersebut atau perbuatan secara satu-
persatunya. Contohnya adalah: istiwa’ di atas arsy,
Padahal yang terjadi adalah (seseorang yang)
itu adalah di antara perbuatan yang dilihat dari
menyuruh orang lain untuk bersedekah, atau
macam perbuatan tersebut adalah baru. Karena
berbuat kebajikan, atau mendamaikan orang-orang.
kita tidak tahu ada suatu perbuatan –dalam hal ini
Pemahaman seperti ini adalah bila kata isyarat
istiwa’-, melainkan bahwa itu khusus terkait dengan
dzalika (yang demikian itu) kembali pada kata
arsy. Dan sesuatu yang terkait khusus dengan arsy,
amara : memerintahkan (menyuruh). Namun bila
pastilah itu terjadi setelah diciptakannya arsy.
kata isyarat tersebut menunjuk pada sedekah itu
sendiri, juga perbuatan ma’ruf dan mendamaikan Adapun turun ke langit dunia, itu adalah
orang, maka ini adalah jelas perbuatan (fi’il), jadi saat macam perbuatan yang baru; dan juga satu dari
itu tak ada hal yang janggal. Karena yang ditunjuk perbuatan-perbuatan yang baru. Karena Allâh
oleh kata dzalika memang ada diperselisihkan. turun ke langit dunia setiap malam. Sedangkan
istiwa’ di atas arsy adalah bersifat mutlak dan
umum; tidak dibatasi dengan waktu tertentu:
9. Menetapkan sifat ridha bagi Allâh.
tidak dibatasi dengan satu malam, satu hari,
Ini berdasarkan firman Allâh: satu pekan, bulan, dan seterusnya. Adapun nuzul

876
(turun) itu terus terbarukan. Karena Allâh turun
setiap malam. Dari itu jelaslah, bahwa sifat-
sifat af ’al (sifat perbuatan) asalnya adalah sifat
karena mencari keridhaan Allâh,
dzatiyyah. Karena Allâh masih dan terus menerus
Ridha adalah sifat fi’liyyah (terkait perbuatan). berbuat (fa’’al). Yang menunjukkan hal itu adalah
Karena setiap sifat yang terkait dengan masyi’ah karena perbuatan adalah bentuk kesempurnaan.
Allâh (kehendak Allâh), bila Allâh berkehendak, Sekiranya ada yang mengatakan: ‘ada rentang
maka Allâh pun melakukannya; dan bila Allâh waktu di mana Allâh tidak berbuat’, tentulah
mau, Allâh pun bisa juga tidak melakukannya, itu merupakan bentuk kekurangan bagi Allâh –
maka ini adalah sifat fi’liyyah. Inilah acuan dari Maha Suci Allâh-. Sebab, bila kita mengatakan:
yang dinamakan dengan sifat fi’liyyah. Sedangkan ‘ada rentang waktu di mana Allâh tidak berbuat,
ridha itu terkait dengan berbagai hal. Karena dikarenakan Dia tidak mampu (tidak kuasa)’, maka
sebab dari ridha adalah perbuatan yang diridhai ini tentu hal yang janggal (dan mustahil). Kalau

12 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


dikatakan ‘ketika itu bahwa Dia Kuasa’, kita jawab: dan kenikmatannya; dengan kehidupan yang baik
‘apa dalil yang menunjukkan adanya penentuan di dunia; dan yang semacamnya.
jangka waktu (bahwa Dia tidak berbuat pada satu Jadi; menafsirkan ridha dengan itsâbah
rentang waktu tertentu)? Karena menentukan atau (memberi pahala) adalah keliru. Dan kita katakan:
membatasi sesuatu yang tidak ada dalilnya (dalam Bila kalian menafsirkan ridha dengan itsâbah, maka
hal tersebut), merupakan bentuk menghukumi konsekuensinya dari hal itu adalah ditetapkannya
semaunya’. Nanti akan muncul pertanyaan: ‘Pada sifat ridha. Karena tidak mungkin Allâh memberi
waktu apakah suatu perbuatan itu menjadi hal pahala kecuali bagi hamba yang Allâh ridhai; dan
yang mungkin dilakukan bagi-Nya?!’ (Maha tidak memberi pahala kepada orang yang Allâh
suci Allâh). Karena itulah kita katakan: ‘Bahwa murkai; selamanya. Akan tetapi Allâh memberi
sifat-sifat af ’al (perbuatan), asalnya adalah sifat pahala kepada orang yang diridhai-Nya. Karena
dzatiyyah. Karena Allâhmasih dan terus saja itulah, meskipun mereka lari (dari sifat ridha)
berbuat. Adapun macam-macam perbuatannya karena mengingkari arti ridha, namun sifat ridha
dan bentuk perbuatan secara satu persatu, maka tetap akan menjadi bentuk lazim (makna yang
itu adalah fi’liyyah. Karena itu terkait dengan melazimi dan menetapi) dari pendapat mereka
masyi’ah Allâh‘. (tentang makna ridha versi mereka), yang mereka
Adapun menurut kelompok mu’atthilah (yang lalui dengan penuh susah payah dan tahrif
menafikan sifat), seperti Asya’irah, Muktazilah, (menyelewengkan maknanya pada arti lain; yang
Jahmiyyah dan yang sepaham, mereka mengatakan: tetap saja arti menurut versi mereka adalah
“Bahwa Allâh tidak punya sifat ridha”. Akan tetapi konsekuensi dari arti ridha); tidak bisa sama sekali
mereka tidak mengingkarinya atas dasar menolak mereka lepas dari sifat ridha ini.
dan mengingkarinya; namun mengingkarinya Karena itulah kita dapatkan bahwa pendapat
dengan mentakwil (membelokkan makna asalnya yang paling menentramkan dan paling mudah
pada makna lain). Karena menafikan atas dasar adalah pendapat ahlus sunnah wal jamaah;
mengingkari (menolak) merupakan bentuk madzhab salaf. Yaitu yang menyatakan: apa-apa
mendustakan al-Quran. Sedangkan orang yang yang Allâh tetapkan untuk Diri-Nya, maka kami
mendustakan al-Quran adalah kafir. Adapun bila pun menetapkannya. Sedangkan apa-apa yang Dia
mereka mengatakan: “Memang benar Allâh punya nafikan dari Diri-Nya, kami pun meniadakannya.
ridha, namun maksud dari ridha adalah begini Maka kita pun menyatakan: Kami menetapkan
dan begitu”; ini disebut inkar takwil (mengingkari sifat ridha bagi Allâh  , sebagaimana Allâh
dengan mentakwilnya); mereka tidak kafir karena menetapkannya untuk Diri-Nya. Dan kami
hal tersebut; kecuali bila mereka melakukan bid’ah menafikan dari Allâh adanya yang semisal dan
besar yang mengkafirkan (membuat orang menjadi serupa (tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-
kafir); maka ketika itu lain masalahnya. Nya), sebagaimana Allâh menafikannya dari Diri-
Lalu apa maksud dari ridha menurut kelompok- Nya. Allâhberfirman:
kelompok tersebut? Mereka mengatakan: maksud
ridha bagi Allâh adalah memberi pahala. Ketika 43 2 1
itu bisa dibantah: bahwa perihal memberi pahala,
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia.
itu bukanlah ridha itu sendiri. Karena memberi
(QS. asy-Syura/ 42: 11).
pahala adalah perbuatan yang tersendiri terpisah
dari Allâh  . Allâh memberi pahala hamba- Kita juga tidak men-takyif sifat-sifat-Nya (tidak
hamba yang Allâh ridhai dengan sesuatu yang membahas tentang bagaimanakah sifat-Nya).
terpisah tersendiri dari Allâh, yaitu dengan surga Karena kita tidak mengetahui tentang hal itu.

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 13


Padahal Allâhberfirman: telah berdoa, namun doaku tidak dikabulkan
untukku! (HR. al-Bukhari, Muslim).
ÈÇ Æ Å Ä Ã Â Á Demikian pula dengan menunggu pahala, tidak
boleh untuk tergesa-gesa.
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
Juga sudah seharusnya bagi seseorang ketika
mempunyai pengetahuan tentangnya. (QS. al-Isra’/
melakukan amal shalih, agar ia tidak tergesa-gesa
17: 36).
meminta pahala di dunia, karena ketika itu ia
Dari itu semua, kita dapati bahwa madzhab
berarti menghendaki dunia. Misalnya: barangsiapa
kaum salaf itu mudah, tak ada hal yang meresahkan,
yang beriman dan beramal shalih, sedangkan Allâh
tidak ada kontradiksi. Justru kontradiksi itu ada
telah berfirman:
pada orang-orang yang melakukan tahrif, yaitu
kalangan muktazilah dan yang serupa.
a`_^ ]\[ZY
10. Menetapkan sifat perbuatan bagi Allâh. ed c b
Yaitu dari firman-Nya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-

=<;:9
laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
Maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang kehidupan yang baik. (QS. an-Nahl/ 16: 97).
besar. (QS. an-Nisa’/ 4: 114). Maka bila engkau beramal dalam rangka agar
Allâh memberikan untukmu kehidupan yang baik,
tidak disangsikan ini adalah sesuatu yang baik.
11. Tidak seharusnya seorang manusia tergesa dan
Namun yang lebih baik darinya adalah bila engkau
terburu-buru dengan datangnya pahala, karena
meniatkan pahala akhirat; dan pahala duniapun
bisa saja Allâh mengakhirkan pahala dan
akan datang pula kepadamu.
ganjaran karena suatu hikmah. Ini diambil dari
firman-Nya: fasaufa yang artinya maka akan… Bila seseorang menginginkan pahala dunia
yang itu menunjukkan makna taswif (akan atau dan akhirat, ini tidak mengapa. Karena Allâh
nanti, bukan sekarang). Itu menunjukkan makna tidaklah menyebut pahala dunia secara sia-sia,
diwujudkannya hal tersebut (kelak; tahqiq), akan tetapi untuk membangkitkan semangat dan
akan tetapi menunjukkan bahwa hal tersebut gelora jiwa untuk beramal. Bila tidak demikian,
bukanlah sesuatu yang akan segera terwujud. maka tentulah setiap pahala yang Allâh sebutkan
Namun maknanya meskipun itu mengambil di dunia ini, itu akan dianggap sebagai hal sia-sia
waktu yang lama. Karena itulah, janganlah kita belaka (Namun tentunya tidaklah demikian!). Maka
terburu-buru mengharap terwujudnya pahala dari itu, tidak mengapa bila seseorang meniatkan
Allâh dengan segera. Bahkan, jangan tergesa- pahala dunia dan akhirat. Akan tetapi orang yang
gesa untuk dikabulkannya doa, sebagaimana hanya meniatkan pahala dunia saja, tak ayal lagi, ia
dalam hadits: telah kurang dalam hal ikhlasnya.
ُ َُ ْ َ ْ َ َْ َ ْ ُ َ َ ُ َ َ ُْ
‫ﻳﺴﺘﺠﺎب ِﻷﺣ ِﺪﻛﻢ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻓﻌﺠﻞ ﻓﻘﻮل‬ 12. Agungnya pahala orang yang melakukan hal

‫ﺐ ِﻲﻟ‬ َ َ‫ت ﻓَﻠَ ْﻢ ﻳ ُ ْﺴﺘ‬


ْ ‫ﺠ‬ ُ َْ َ
‫دﻋﻮ‬
tersebut untuk mencari Wajah Allâh .
Ini berdasarkan firman Allâh:

=<;:9
Doa salah seorang dari kalian akan dikabulkan
selama ia tidak tergesa-gesa. Ia berkata: aku

14 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


Maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang miskin dan kami kaya". (QS. Ali Imran/ 3: 181).
besar. (QS. an-Nisa’/ 4: 114).
Mereka mengambil dalil bahwa Allâh faqir dari
Karena perihal memberikan sesuatu yang firman-Nya:
agung, yang datang dari Dzat Yang Maha Agung, itu
menunjukkan keagungan hal tersebut. ½¼»º¹¸¶μ´
13. Terdapat penjelasan tentang kurnia Allâh
À¿ ¾
atas hamba-hamba-Nya; di mana pahala yang Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allâh,
mereka dapatkan atas amal yang dilakukan, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan
Allâh menyebutnya sebagai upah (ajr, ganjaran Allâh), Maka Allâh akan memperlipat-gandakan
atau upah). Ini seperti halnya upah seorang pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang
pekerja upahan yang memang harus diberikan banyak. (QS. al-Baqarah/ 2: 145).
kepadanya; disebabkan ia memang berhak
mendapatkannya. Ini termasuk di antara nikmat Maka kita jawab: “Celaka kalian! Sungguh,
Allâh, di mana pahala yang Allâh berikan kepada Allâh Maha Kaya, tidak memerlukan hamba-Nya,
hamba atas amalnya disebut Allâh sebagai ajr baik sebelum menciptakan mereka ataupun
atau upah. Layaknya upah seorang pekerja setelahnya. Akan tetapi Allâh mengumpamakan
yang memang harus ia dapatkan.Padahal amalan hamba dengan pinjaman atas dasar
Allâh lah yang telah menganugerahkan amal ihsan (memberikan kebaikan kepada hamba),
tersebut kepada si hamba; dan Dia pula yang dan sebagai penjelasan bahwa Allâh pasti
telah menganugerahkan pahala tersebut. konsekuen dengan memberikan pahala kepada
Dengan hal tersebut, hilanglah kemusykilan orang yang taat”.
dan keganjalan yang mungkin ada dirasakan Bila ada yang membantah: “Ketika engkau
pada firman-Nya: memperkirakan penafsiran ayat tersebut dengan
penafsiran di atas, itu punya konsekuensi bahwa
¼»º¹¸¶μ´ ada sesuatu yang wajib atas Allâh?! Padahal tidak
ada sesuatupun yang wajib atas Allâh”.
À¿ ¾ ½ Jawabnya adalah: “Memang benar! Tidak ada
sesuatupun yang wajib atas Allâh yang mana perihal
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada
mewajibkan tersebut datang dari hamba. Sekalian
Allâh, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya
hamba tidak bisa mewajibkan apapun atas Allâh.
di jalan Allâh), maka Allâh akan memperlipat-
Akan tetapi Allâh sendirilah yang mewajibkan atas
gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat
Diri-Nya”. Bila Allâh mewajibkan sesuatu atas Diri-
ganda yang banyak. (QS. al-Baqarah/ 2: 145).
Nya, maka ini adalah bentuk kesempurnaan-Nya.
Ayat ini termasuk ayat mutasyâbih yang
Sebagaimana yang Allâhfirmankan:
diperturutkan oleh kalangan orang Yahudi. Mereka
mengatakan:
876543 2
* ) ( ' & % $ # " ! A @? > = < ; :9
,+ I H G F E D C B
ONMLKJ
Sesungguhnya Allâh telah mendengar perkatan
orang-orang yang mengatakan: "Sesunguhnya Allâh

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 15


Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat- Itupun karena karunia-Nya, dan Dia Maha
ayat Kami itu datang kepadamu, Maka katakanlah: Pemurah lagi Maha Luas kurnia-Nya
“Salâmun alaikum. Rabbmu telah menetapkan atas
Ibnul Qayyim t mengatakan hal seperti
Diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang
ini, namun ia memberi penjelasan dan penerangan
siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu
lebih:
lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah
mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka Tidak ada sesuatu kewajiban datang dari hamba
sesungguhnya Allâh Maha Pengampun lagi Maha atas-Nya
Penyayang. (QS. al-An’am/ 6: 54).
Dia sendirilah yang mewajibkan pahala yang
Allâhlah Yang mewajibkan atasa Diri-Nya agung melimpah
untuk memberi pahala kepada orang yang taat; Bila mereka disiksa itu karena adil-Nya;
dan bahwa orang yang berbuat kejahatan lantaran atau bila mereka diberi nikmat
kejahilan kemudian ia bertaubat, maka Allâh pun Maka itu lantaran kurnia-Nya, dan karunia milik
menerima taubatnya. Karena itulah dikatakan: Dzat Pemberi anugerah
Tidak ada suatu kewajiban yang datang dari Ibnul Qayyim t menjelaskan bahwa tidak
hamba atas-Nya ada yang wajib atas Allâh  yang diwajibkan
Sama sekali tidak ada, namun tidak ada amal oleh hamba. Yang ada adalah Allâh lah Yang
yang sia-sia di sisi-Nya mewajibkan atas Diri-Nya sendiri. Bila Allâh 
Bila mereka didera siksa, itu karena keadilan- mewajibkan sesuatu atas Diri-Nya, maka itu adalah
Nya; atau kala mereka diberi nikmat dari karunia Allâh. [ ]
Redaksi

16 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


Disusun oleh : Ustadz Kholid Syamhudi, Lc

Rasullullah  bersabda:

ُ َ َ َ َ ُّ َ َ َ
َ،‫ﻜ ْﻢ َﻛ َﻤﺎ ﻳَ ْﺮ ُز ُق اﻟﻄ ْﺮﻴ‬ ََ َ ُ َََ ْ ُ َ َْ
‫ ﻟﺮزﻗ‬،‫ﷲ ﺣﻖ ﺗﻮ ِ ِﻪ‬ ِ ‫ﻟﻮ ﻛﻧﻜﻢ ﻳﺘﻮ ﻮن ﺒﻟ ا‬
ً ُ ‫ﺎﺻﺎ َوﺗَ ُﺮ‬
‫وح ﺑِ َﻄﺎﻧﺎ‬ َ ِ ‫َﻳ ْﻐ ُﺪو‬
ً ‫ﻤﺧ‬
Dari Umar bin al-Khaththab z berkata, bahwa Nabi  bersabda:
Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allâh,
sungguh Allâh akan memberikan kalian rezeki sebagaimana Allâh  memberikan
rezeki kepada burung. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar
dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.

TAKHRIJ HADITS al-Jaisyâni dari Umar bin al-Khathâb secara marfu’.


Hadits ini dikeluarkan oleh Ahmad bin Hambal Ada mutaba’ah penyerta dari Abdullâh bin
dalam al-Musnad, no. 205; At-Tirmidzi dalam Wahb dari Abdullâh bin Lahi’ah dari Abdullâh bin
Sunannya no. 2344; Abdu bin Humaid dalam Hubairah. Dengan sanad ini, hadits ini dibawakan
Musnadnya no. 10; Abu Ya’la dalam Musnadnya oleh Ahmad bin Hambal dalam al-Musnad no.
no. 247; Ibnu Hibân dalam Shahihnya no. 730; al- 370; Ibnu Mâjah dalam Sunannya no. 4164 dan al-
Hâkim dalam al-Mustadrak, 4/318; Ibnu al-Mubârak Qudhâ’i dalam Musnad sy-Syihâb, no. 1445.
dalam az-Zuhud, no. 559; Abu Dawûd ath-Thayâlisi Abdullâh bin Lahi’ah perawi lemah namun
dalam Musnadnya no. 15; Ibnu Abi ad-Dunya riwayat Abdullâh bin Wahb darinya di ketegorikan
dalam kitab at-Tawakkul no.1; al-Bazzâr dalam riwayat yang kuat sehingga menjadi penguat bagi
Musnadnya no. 340; Abu Nu’aim dalam al-Hilyah, hadits Bakr bin Amru di atas.
10/69; Adh-Dhiyâ` dalam al-Mukhtârah, 1/333-334, Oleh karena itu imam at-Tirmidzi berkata
dan al-Qudha’i dalam Musnad asy-Syihâb, no. 1444 setelah menyampaikan hadits ini, “Ini hadits hasan
seluruhnya dari jalan Bakr bin Amru dari Abdullâh shahih, kami tidak mengetahuinya kecuali dari sisi
bin Hubairah dari Abu Tamim Abdullâh bin Mâlik ini. Al-Hâkim berkata, ‘Hadits ini, sanadnya shahih.’

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 17


Hadits ini dihukumi shahih al-Albâni dalam ً َ ُ ََُ ً َ ُ َْ
Silsilah Ahâdits Shahihah 1/12 no. 310 dan Syu’aib ‫ ﻳﻐﺪو ِﻤﺧﺎﺻﺎ وﺗﺮوح ﺑِﻄﺎﻧﺎ‬: Burung itu keluar pagi
al-Arna`uth dalam Tahqiq beliau atas Musnad hari dalam keadaan lapar dan pulang sore hari
dalam keadaan kenyang.3
َْ
‫ )ﻳﻐ ُﺪو‬itu
Ahmad bin Hambal dan Sunan Ibnu Mâjah serta
Musthofa al-Adawi dalam tahqiq al-Muntakhab Min Ada yang menyatakan bahwa kata (
Musnad Abdu bin Humaid,1/61 no. 10. keluar setelah matahari tergelincir.4ْ
ُ َ
As-Suyuthi berkata, “Kata ( ‫اﺨﻟﻤﺎص‬ ِ ) adalah َ
‫ﻴﺺ‬ ٍ ‫ﻤﺧ‬
ِ
ُ ْ ) bentuk jama’ dari ( ‫ﻦﻴ‬ َ‫ ) ﺑ‬dan
bentuk jama’ (plurals) dari kata (
َ ُ َََ ْ ُ َ َْ kata ( ‫اﻛ َﻄﺎن‬ ‫ﻄ‬
SYARAH KOSA KATA
ِ ٍ ِ ). Kami
‫ﻟﻮ ﻛﻧﻜﻢ ﻳﺘﻮ ﻮن‬: Seandainya kalian bersandar
َ ِ ْ‫ )اﻟ‬bentuk jama’ dari ( ‫ﻳﻢ‬
sampaikan bahwa keduanya seperti َ kata
kepada Allâh  dengan sempurna dan
( ِ‫ﻜﺮام‬ ٍ ‫)ﻛ ِﺮ‬. Hadits
meyakini Allâh tidak menyelisihi janjinya
ini berisi penjelasan bahwa manusia mulai
dalam firman-Nya :
merasa butuh menyimpan harta karena

+ *)( '&%$#"
dia meninggalkan hak tawakkal kepada
Allâh  . 5

2 1 0 / .- ,
PENJELASAN HADITS
3 Manhaj seorang Muslim dalam kehidupannya
adalah berserah diri kepada Allâh 
Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi
dan bertawakkal pada-Nya serta berusaha
melainkan Allâh-lah yang memberi rezekinya,
menjalankan semua sebab rezeki serta
dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang
memperbagus amalannya. Hal ini bila terwujudkan
itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya
secara sempurna akan diberikan kemudahan
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).
dalam meraih rezeki Allâh.
(QS. Hûd/11:6). 1
Hadits Umar z ini berisi penjelasan Nabi
َ ُّ َ َ ََ n tentang apa yang seharusnya dilakukan
 ‫ﷲ ﺣﻖ ﺗﻮ ِ ِﻪ‬
ِ ‫ ﺒﻟ ا‬: Tawakkal kepada Allâh manusia dalam bersandar kepada Allâh 
dengan benar dengan menyakini bahwa tidak dan menyerahkan urusannya kepada-Nya serta
ada yang bisa merealisasikan semuanya kecuali berlindung kepada-Nya dalam mewujudkan yang
Allâh dan semuanya dari Allâh lalu di cari dan keselamatan dari yang tidak diinginkan.
berusaha mencarinya dengan cara yang bagus
Ibnu Rajab t berkata, “Hadits ini adalah
dan benar.
ْ ُُ َْ َ َ ْ ُ ََ َ
َ ‫ ﻟ َﺮزﻗﻜﻢ ﻛﻤﺎ ﻳﺮزق اﻟﻄ‬: Pasti Dia akan dasar dalam tawakkal. Tawakkal adalah sebab
‫ﺮﻴ‬ terpenting dalam meraih rezeki, sebagaimana
memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana dijelaskan dalam firman Allâh:
Dia memberikan rezeki kepada burung.
Pastilah kalian diberi rezeki setiap hari dengan s r qpo nml kj
rezeki yang baru tanpa butuh untuk menyimpan
harta. Ini semua tidak mengharuskan seorang ‫ { |} ~ ﮯ‬z y x w vu t
meninggalkan usaha meraihnya dengan keluar
dan beraktifitas, karena usaha itu adalah ª © ¨ § ¦ ¥ ¤ £¢ ¡
sebuah kebiasaan pada burung. 2
3 lihat an-Nihâyah Fi Gharîb al-Hadits 2/80
1 al-Bahru al-Muhîth atsTsajâj 11/36 4 lihat Fathu al-Bâri 1/95
2 Hâsyiyah as-Sindi 2/541. 5 Hâsyiyah as-Sindi 2/541

18 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allâh niscaya Hal ini termasuk sejenis usaha mencari rezeki, akan
Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan tetapi usaha yang ringan.7
memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka- Nabi n dalam hadits ini mensifatkan orang-
sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal orang yang bertawakkal kepada Allâh 
kepada Allâh niscaya Allâh akan mencukupkan dengan dua sifat, usaha dalam mencari rezeki dan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allâh melaksanakan bersandar yang kuat kepada Allâh penyebab
urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allâh adanya sebab-sebab (Musabbibu al-Asbâb). Siapa
telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. yang kehilangan dua sifat ini atau salah satunya
(QS. Ath-Thalâq/65:2-3) maka akan rugi dan menyesal. Siapa yang
Seandainya manusia mewujudkan ketakwaan berusaha melakukan sebab-sebab yang mubah
dan tawakkal, tentulah cukup hal itu dalam meraih dan bersandar kepada Allâh serta bersyukur
kemaslahatan agama dan dunia mereka6. apabila meraih yang diinginkan dan bersabar pada
Hakekat tawakkal adalah hatinya benar-benar hukum Allâh  ketika tertimpa musibah dan
bersandar kepada Allâh dalam mendapatkan yang tidak disukai, maka telah sukses, berhasil dan
maslahat dan menolak madharat dalam semua menguasai semua kesempurnaan.8
urusan dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, tawakkal Rezeki burung yang berangkat pergi dalam
memiliki pengaruh besar dalam kehidupan manusia. keadaan lapar dan pulang malam hari dalam
Seorang muslim yang bertawakkal kepada Allâh keadaan kenyang adalah satu jenis rezeki yaitu
telah menyerahkan urusannya kepada Allâh  rezeki badan dan makanannya. Namun Tawakkal
sehingga menjadikannya ridha dengan Qadha dan ini bermanfaat sekali dalam meraih rezeki badan
Qadar Allâh  dan jauh dari rasa rakus dalam sebagaimana juga dalam rezeki hati dan dalam
mencari dan mengais rezeki. Allâh  telah perkara dunia dan akhirat. Memang Nabi n
mengajarkan kita untuk mengkhususkan tawakkal menyampaikan permisalan di sini dalam hal yang
dan permohonan bantuan hanya kepada-Nya berhubungan dengan urusan dunia dan rezeki
dalam firman-Nya: badan, karena yang menjadi perhatian seluruh
makhluk dan menjadi sebab kesibukan mayoritas
65432 manusia adalah berhubungan dengan kecukupan
hal ini.
Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya
Hadits yang mulia ini menjelaskan bahwa
kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. (QS. Al-
benarnya tawakkal kepada Allâh  dan
Fâtihah/1:5)
menyerahkan urusan kepada-Nya dengan hati
yang bersandar kepada-Nya secara totalitas akan
Rasûlullâh n dalam hadits ini menjelaskan menjadikan seorang meraih yang diinginkan.
bahwa seandainya manusia mewujudkan tawakkal Namun hal ini tidak berarti rezeki akan datang
kepada Allâh dengan hatinya dan bersandar hanya dengan bersandar kepada Allâh tanpa
kepada Allâh dengan totalitas dalam meraih berusaha, karena Nabi n menjelaskan bahwa
semua yang bermanfaat dan menolak semua burung tersebut melakukan dua hal; menyerahkan
yang merugikan mereka serta melaksankan urusan dengan hatinya kepada Allâh  dan
sebab-sebab yang benar, pastilah Allâh akan melakukan usaha yang menjadi sebabnya yaitu
menganugerahkan rezeki mereka dengan sebab pergi di pagi hari dan pulang di malam hari.
yang paling ringan, sebagaimana dianugerahkan
kepada burung dengan sekedar pergi dan pulang.
7 Fatâwa Lajnah Dâ’imah Lil Ifta, KSA 1/379
8 al-Fawâkih asy-Syahiyah Fi al-Khuthab al-Minbariyah Ala al-
6 Jâmi al-Ulûm wa al-Hikam 2/496 Munasabât, As-Sa’di hlm 23

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 19


Kedua hal ini menjadi tuntutan Tawakkal. Oleh Oleh karena itu Allâh  jadikan tawakkal
karena itu bukan termasuk tawakkal yang benar sebagai jalan mendapatkan rezeki dan tawakkal
meninggalkan usaha dan sebab. Bahkan sikap juga bagian dari ketakwaan. Allâhberfirman :
meninggalkan sebab dan usaha ini termasuk
kurang akal dan yang sempurna adalah melakukan po nml kj
amalan hati dan amalan badan. Amalan hati
disini dengan menyerahkan urusan kepada Allâh Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allâh niscaya Dia
 dan bersandar kepada-Nya dan amalan akan mengadakan baginya jalan ke luar. (QS. Ath-
badan dengan usaha dan mengambil sebab yang Thalâq/65:2) kemudian berfirman:

z y x w vu t s r q
mengantar kepada hasil.
Keberadaan tawakkal tidak menafikan usaha

§ ¦ ¥ ¤ £¢ ¡ ‫{ |} ~ ﮯ‬
menjalankan sebab yang dijadikan sebab Allâh
 menakdirkan sesuatu dan sunah-sunnah-

ª©¨
Nya berlaku pada makhluknya. Karena Allâh
memerintahkan untuk melakukan sebab-sebab
tersebut bersama perintah-Nya untuk bertawakkal. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-
Usaha melakukan sebab dengan anggota tubuh sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal
adalah ketaatan dan tawakkal dengan hati adalah kepada Allâh niscaya Allâh akan mencukupkan
keimanan. Allâhberfirman: (keperluan)nya. Sesungguhnya Allâh melaksanakan

A @ ? > =< ;
urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allâh
telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
(QS. Ath-Thalaq/65:3)
Dan bertakwalah kepada Allâh, dan hanya kepada
Allâh sajalah orang-orang Mukmin itu harus
bertawakkal (QS. Al-Maidah/5:11) Dengan demikian, hadits ini tidak memberikan
pengertian bahwa seorang manusia itu cukup
Allâhjadikan tawakkal bersama ketakwaan
duduk, tidak beramal, tidak berusaha kemudian
yang adalah melaksanakan sebeb-sebab yang
menanti turunnya rezeki dari Allâh  . Yang
diperintahkan dan tawakkal tanpa melaksanakan
dimaksud disini adalah seperti dinyatakan oleh
sebab yang diperintahkan adalah murni ketidak
imam al-Baihaqi t bahwa seorang harus
mampuan walaupun ada sedikit tawakkal.
melakukan usaha dan sebab. Burung itu tidak
Tidak semestinya seorang hamba menjadikan
tinggal disangkarnya saja menunggu rezeki Allâh
tawakkalnya sebagai ketidak mampuan dan ketidak
 lalu perutnya kenyang. Tapi dia keluar di
mampuan sebagai tawakkal, bahkan seharusnya
waktu pagi, melakukan sebab dan usaha kemudian
menjadikan tawakkalnya termasuk bagian dari
setelah itu kembali ke sarangnya di akhir hari
sebab-sebab yang menjadi sebab sempurnanya
apabila telah gelap10.
yang dimaksudkan.9
Beliau juga menyatakan, Dalam hadits ini
tidak ada petunjuk agar tidak beramal dan tidak
TAWAKKAL berusaha, namun berisikan petunjuk untuk
ANTARA AMALAN HATI DAN BADAN mencari rezeki, karena burung apabila pagi hari
Siapa yang bertawakkal kepada Allâh  maka ia berangkat dalam keadaan lapar untuk
dengan benar maka Allâhakan mencukupinya. mencari rezeki. Beliau inginkan -Wallâhu A’lam-

9 Fatâwa lajnah Dâ`imah 1/379 10 Lihat Syu’ab al-Imân no. 1135

20 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


seandainya mereka bertawakkal kepada Allâh Aku merasa cukup dengan mengingat Allâh
dalam berangkat dan pulangnya serta aktifitas dari selainnya.
mereka dan meyakini bahwa kebaikan ditangan Serta firman Allâh:
Allâh saja, maka tidaklah mereka pergi kecuali
dalam keadaan selamat dan mendapatkan yang + *)( '&%$#"
diinginkan seperti burung yang berangkat di pagi
hari dalam keadaan lapar dan pulang di akhir hari 3 2 1 0 / .- ,
dalam keadaan kenyang. Akan tetapi kenyataannya
mereka bersandar kepada kekuatan dan keuletan Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi
mereka serat mereka menipu dan berdusta. Ini melainkan Allâh-lah yang memberi rezkinya, dan Dia
jelas menyelisihi tawakkal.11 mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab
‘Amir bin Abdillah t berkata, “Aku membaca
yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. Hûd/11:6).
tiga ayat dalam al-Qur`an yang membuatku merasa
cukup dengannya dalam menyikapi keadaanku. Demi Allâh tidaklah aku memperhatian rezeki
Aku mencukupkan dengan firman Allâh: ku sejak aku membacanya sehingga aku bisa

*) ( ' & % $ # " !


istirahat.12
Seorang yang bertawakkal kepada Allâh 

4 3 2 10 / . - , + adalah orang yang mengikat hatinya dengan


Allâh  dna meyakini semua yang ada ini

< ; : 9 87 6 5 dengan kehendak dan keinginan Allâh dan usaha,


kecukupan dan meraih sesuatu tidak disebabkan
Jika Allâh menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, kecerdasannya dan tidak pula karena kekuatan,
maka tidak ada yang dapat menghilangkannya keahlian, pengalaman dan skilnya. Jangan ikuti
kecuali Dia. Dan jika Allâh menghendaki kebaikan Qârûn yang menyatakan
bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-
Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang , + * ) ( '& % $ # " !
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan
Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 654 3210/. -
(QS. Yûnus/10:107)
Aku berkata, ‘Apabila Allâh menginginkan
? > = < ; : 98 7
untuk ku madharat maka tidak ada seorangpun Karun berkata:”Sesungguhnya aku hanya diberi
yang mampu memberi manfaat kepadaku dan harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Apakah ia
bila Allâh  memberiku sesuatu maka tidak tidak mengetahui, bahwasanya Allâh sungguh telah
ada seorangpun yang mampu menahannya’. membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih
Dan firman Allâh: kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan
harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-
ÁÀ ¿¾½¼ » orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka.
(QS. Al-Qashash/28:78)
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku
Wallâhu a’lam.
ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku
dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS.
Al-Baqarah/2:152) 12 As-Sirâj al-Munîr Syarh al-Jâmi’ ash-Shaghîr Fi Hadits al-Basyîr
an-Nadzîr 4/413)
11 Syu’abul Imân 2/67

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 21


FAEDAH HADITS Isra’:17/ 2). Tawakkal juga harus memiliki unsur
menyandarkan hati sepenuhnya hanya kepada
1. Tawakkal merupakan gabungan berbagai unsur
Allâh., dan mengupayakan situasi berupa
yang menyatu secara komprehensif. Ia belum
hati yang tenang hanyalah ketika mengingatkan
bisa disebut tawakkal yang sesungguhnya bila
diri kepada-Nya. Tawakkal juga harus dibarengi
tidak terdapat unsur-unsur tersebut. Orang
dengan husnudzan (baca; berbaik sangka)
yang bertawakkal harus ma’rifat kepada Allâh
terhadap Allâh  . Karena tidak mungkin
 dengan segala sifat-sifat-Nya, minimal
seseorang bertawakkal terhadap sesuatu yang
tentang kekuasaan-Nya, keagungan-Nya,
dia berburuksangka kepadanya. Tawakkal
keluasan ilmu-Nya, keluasan kekayaan-Nya,
hanya dapat dilakukan terhadap sesuatu yang
bahwa segala urusan akan kembali pada-Nya,
diyakini kebaikan-kebaikannya dan diharapkan
dan segala sesuatu terjadi karena kehendak-
perwujudannya dalam dunia nyata. Tawakkal
Nya, dan seterusnya. Orang yang bertawakkal
yang sebenarnya juga harus diikuti oleh upaya
juga harus memiliki keyakinan akan keharusan
memasrahkan jiwa sepenuhya hanya kepada
melakukan usaha. Siapa yang menafikan
Allâh. Juga menyerahkan segala masalah,
keharusan adanya usaha, maka tawakkalnya
mewakilkan, mengharapkan, dan memasrahkan
tidak benar sama sekali. Dari Anas bin Malik
segala sesuatu hanya kepada Allâh.
z , ada seseorang berkata kepada Rasûlullâh

_ ^ ] \[ ZYX
n yang artinya:
َ‫ أَ ْو أُ ْﻃﻠ ُﻘﻬﺎ‬، ُ ‫ﻮل ا ّٰ ِ أَ ْﻋﻘﻠُ َﻬﺎ َوأَﺗَ َﻮ‬
َ َُ َ
‫ﻳﺎ رﺳ‬
ِ ِ a`
ْ َََ َْ ْ َ َ ُ ََََ
‫ اﻋ ِﻘﻠﻬﺎ وﺗﻮ‬:‫وأﺗﻮ ؟ ﻗﺎل‬ Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allâh.
Sesungguhnya Allâh Maha Melihat akan hamba-
“Wahai Rasûlullâh ! Aku ikat ontaku lalu aku
hamba-Nya. (QS. Ghafir/40:44).
bertawakkal, atau aku lepaskan saja lalu aku
bertawakkal?’ Rasûlullâh n menjawab, 2. Tawwakkal yang benar adalah tawakkal yang
“Ikatlah kendaraanmu lalu bertawakkalah disertai amal shalih dan usaha yang baik.
kepada Allâh.” (HR. Tirmidzi no. 2517 dan dinilai Usaha ini ada kalanya untuk mendapatkan
hadits hasan oleh al-Albâni). Orang yang yang sesuatu yang bermanfaat yang belum ada
bertawakkal juga harus memiliki ketetapan seperti bekerja atau untuk menjaga manfaat
hati dalam mentauhidkan (mengesakan) Dzat yang sudah ada seperti menyimpan atau untuk
yang ditawakkali, yaitu Allâh  . Karena menolak sesuatu yang berbahaya yang belum
tawakkal memang harus disertai dengan mengenai seorang hamba seperti membela diri
keyakinan akan ketauhidan Allâh dan jauh dari dari orang yang ingin mencelakai dan pencuri
ikatan kesyirikan-kesyirikan. serta hewan buas atau untuk menghilangkan
madharat yang telah menimpa seorang hamba
=< ;:98 seperti berobat dari penyakit. Ini semua tidak
bertentangan dengan tawakkal apabila seorang
DCBA@?> itu mengikhlaskan niatnya dan menyerahkan
urusannya kepada Allâh. 13
Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat)
3. Tawakkal kepada Allâhmemiliki pengaruh
dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk
yang besar dalam kehidupan manusia karena
bagi Bani Israil (dengan firman): “Janganlah
kamu mengambil penolong selain Aku,” (QS al-
13 Kunûz Riyâdh ash-Shâlihîn 2/263-264

22 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


manusia yang bertawakkal kepada Allâh 
telah menyerahkan urusannya kepada Allâh
 sehingga telah menjadikan seorang itu
ridha dengan takdir Allâhdan tidak rakus
dalam mencari dan mengais rezeki.14
4. Allâh  telah menjamin rezeki hamba-Nya
dan ini dijelaskan dalam firman-Nya:
VERSI DIGITAL
Demi memudahkan Pembaca
vut s rqpo untuk mendapatkan majalah
As-Sunnah, kami hadirkan
| { z y xw majalah As-Sunnah dalam
Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) format digital, yang bisa
membawa (mengurus) rezekinya sendiri.Allâh-lah diperoleh melalui aplikasi
yang memberi rizki kepadanya dan kepadamu Myedisi. Terbit lebih cepat
dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(QS. Al-Ankabût/29:60) dan harga lebih murah.
As-Sa’di berkata, “Allâh menjamin rezeki para CARA PEMBELIAN AS-SUNNAH
makhluk baik yang kuat atau yang lemah”.15 VERSI DIGITAL
Seorang da’i seharusnya menjelaskan 1. Dowload aplikasi myedisi reader di google
kepada audiensnya tentang pengaruh baik Play Store.
tawakkal hakiki kepada Allâh  dan 2. Buat akun di aplikasi tersebut.
orang yang bertawakkal meyakini bahwa 3. Setelah memiliki akun, ketik as-sunnah di
Allâh telah menjamin rizeki hamba-Nya dan kolom pencarian.
mencukupkannya sehingga dapat mempercayai 4. Pilih edisi mana yang akan dibeli.
Allâh  atas janji-Nya dan percaya penuh 5. Klik nominal harga yang ada di bagian atas.
dengan hatinya.16 6. Pilih opsi berlangganan atau beli satu edisi.
Selama seorang masih hidup maka Allâh 7. Pilih opsi bayar.
menjamin rezekinya. Kadang dimudahkan 8. Ikuti petunjuk bayar yang tertera di layar.
dengan usaha dan tanpa usaha. Siapa yang 9. Majalah As-Sunnah sudah dapat dibaca
bertawakkal kepada Allâh untuk mencari setelah transaksi berhasil.
rezeki maka telah menjadikan tawakkal sebagai INFO LEBIH DETAIL HUBUNGI :
sebab dan usahanya. Siapa yang bertawakkal
kepada Allâh untuk percaya kepada-Nya atas 0852 9009 3792
jaminan-Nya secara totalitas maka telah
menjadikan tawakkal sebagai bentuk percaya
dan imannya kepada Allâh. 17
Wallâhu a’lam. [ ]

14 Kunûz Riyâdh ash-Shâlihîn 2/265


15 Tafsir as-Sa’di hlm 584
16 Kunûz Riyâdh ash-Shâlihîn 2/265
17 Lihat Jâmi’ al-‘Ulûm wa al-Hikam 2/507

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 23


Disusun oleh : Ustadz Kholid Syamhudi, Lc

َ‫ار ﻓَﻠْﻴَﺄْﺗ َﻬﺎ ﻣ ْﻦ ﻗﺒَﻞ ﺑَﺎﺑﻬﺎ‬ َ َ َ ْ َ َ َ ُ َ ٌّ َ َ ْ ْ ُ َ َ َ َ


Diriwayatkan bahwa Rasûlullâh n bersabda :
َ ‫اد ا‬‫أﻧﺎ ﻣ ِﺪﻳﻨﺔ اﻟ ِﻌﻠ ِﻢ وﻋ ِﻲﻠ ﺑﺎﻧﻬﺎ ﻓﻤﻦ أر‬
ِ ِ ِ ِ ِ
Aku Madinah ilmu dan Ali pintunya.
Siapa yang ingin masuk kota ilmu maka datangilah dari arah pintunya.

adits ini diriwayatkan dari empat dari jalan al-Khathîb dikeluarkan oleh

H sahabat Nabi yaitu Ibnu Abbâs, Ali bin


Abi Thalib, Jâbir bin Abdillâh dan Abu
Sa’id al-Khudri.
Ibnu al-jauzi dalam al-Muadhu’ât 1/351.
Seluruhnya dari jalan periwayatan Abu
ash-Shalt Abdussalâm bin Shâlih dari
Abu Mu’awiyah dari al-A’masy dari
I. HADITS IBNU ABBÂS YANG MEMILIKI DUA Mujâhid dari ibnu Abbâs secara marfu’
JALAN PERIWAYATAN: dengan redaksi :
ْ ْ َ
A. Al-A’masy dari Mujâhid dari Ibnu Abbâs secara ْ‫ َﻓ َﻤﻦ‬،‫ﺎﻧ َﻬﺎ‬ ٌّ ‫ َو َﻋ‬،‫أﻧَﺎ َﻣ ِﺪﻳﻨَ ُﺔ اﻟ ِﻌﻠ ِﻢ‬
ُ َ‫ﻲﻠ ﺑ‬
ِ
َُ َ َْْ َ َ ْ ْ َ ََ
marfu’ melalui empat jalan periwayatan dari

‫أراد اﻟ ِﻌﻠﻢ ﻓﻠﻴﺄ ِت ﺑﺎﺑﻪ‬


Abu Mu’awiyah Muhammad bin Khâzin adh-
Dharîr, ‘Isâ bin Yunus, Abu al-fath Sa’id bin
‘Uqbah al-Kufi. Sanad periwayatan ini memiliki
beberapa ilal:
1. Jalan periwayatan Abu Mu’awiyah dari Al-
A’masy ini diriwayatkan dari beberapa jalan, 1. Tadlîs al-A’masy
 Abdussalâm bin Shâlih bin Sulaimân Al-A’masy terkenal banyak
Abu ash-Shalt al-Harawi dikeluarkan melakukan tadlîs sehingga al-
oleh Ibnu Mahriz dalam Ma’rifatu ar- Hâfizh ibnu Hajar memasukkannya
Rijâl Lil Imam Ibnu Ma’in riwayat Ibnu dalam tingkatan kedua. (Ta’rîf ahli
Mahriz 2/242, ibnu ‘Adi dalam al-Kâmil at-Taqdîs Bi Marâtib al-maushufîna
Fi Dhu’afâ` ar-Rijâl 5/67, ath-Thabrani Bit- Tadlîs no.55). Namun dalam
dalam al-Mu’jam al-Kabîr 11/66 dari dua kitab an-Nukat ‘Ala Ibni ash-Shalâh
jalan. Dikeluarkan oleh al-Hâkim dalam (2/640) memasukkannya dalam
al-Mustadrâk 3/126, ath-Thabari dalam tingkatan ketiga.
Tahdzib al-Atsâr hlm 105, al-Khathîb al- Adz-Dzahabi t berkata, “Beliau
Baghdâdi dalam Târikhnya 11/48 dan melakukan tadlîs dan kadang

24 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


melakukan tadlîs dari perawi yang Fi ar-Rijâl Riwayat Ibnu Thahmân
lemah (Dha’if) dan tidak diketahui. no 59).
Sehingga kapan beliau menyatakan,
ّ
Haddatsana ( ‫ ) ﺣﺪﺛﻨﺎ‬maka tidak
2. Bersendiriannya Abu Mu’awiyah
masalah. Ka[an beliau berkata ‘An meriwayatkan hadits ini dari al-
( ‫) ﻋﻦ‬, maka ada kemungkinan A’masy.
tadlis kecuali pada guru-guru Beliau menyelisihi para murid
yang beliau banyak mengambil besar al-A’masy seperti Yahya al-
haditsnya, seperti Ibrâhîm, Ibnu Qathân, ats-Tsauri, Syu’bah dan
Abi Wâ`il, Abu Shâlih as-Sammân. lainnya yang tidak meriwayatkan
Riwayat beliau dari kategori ini hadits ini. Walaupun diikuti dan
difahami bersambung”. (Mîzân al- disertai ‘Isâ bin Yûnus dan Sa’id bin
I’tidâl 2/224). ‘Uqbah tapi pada keshahihan sanad
Riwayat beliau dari Mujâhid kepada beliau berdua lemah.
termasuk sedikit dan bukan
termasuk guru yang beliau 3. Abu Mu’awiyah berhenti dari
banyak ambil haditsnya. Ya’qûb menyampaikan hadits ini.
bin Syaibah menyatakan, Tidak
Yahya bin Ma’in berkata, Ibnu
shahih Al-A’masy meriwayatkan
Numair menceritakan kepadaku,
dari Mujâhid kecuali sedikit hadits.
beliau berkata, “Abu Mu’awiyah
Aku bertanya kepada Ali bin al-
menyampaikan hadits ini dahulu
Madini, berapa banyak al-A’masy
kemudian berhenti”. (Ma’rifat ar-
mendengar hadits dari Mujâhid?
Rijâl 1/79)
Beliau menjawab, Tidak shahih
darinya kecuali yang beliau Al-Mu’allimi berkata, “Jelas
katakan dengan ( ‫) ﺳﻤﻌﺖ‬, itu kelemahan hadits ini dengan adanya
sekitar sepuluhan dan hadits- orang yang menetapkan hadits
hadits Mujâhid itu padanya dari ini dari Abu Mu’awiyah berkata
Abu Yahya al-Qattât (Tahdzîb at- bahwa beliau menyampaikan
Tahdzîb 4/197) Abu Yahya al-Qatât hadits ini dahulu kemudian
seorang perawi lemah. menghentikannya, seandainya tidak
Yahya bin Sa’id berkata,“Aku menulis karena mengetahui kelemahannya
banyak hadits dari al-A’masy dari tentunya tidak berhenti
Mujâhid semuanya tempelan, beliau menyampaikannya”. (komentar
tidak mendengarnya (langsung)”. beliau atas kitab al-Fawâ`id al-
(al-Jarh wa at-Ta’dîl 1/241). Majmu’ah karya asy-Syaukâni hlm
Yahya bin Ma’in berkata, “Al-A’masy 352).
mendengar dari Mujâhid dan semua Dengan 3 sebab kelemahan
yang beliau riwayatkan darinya ini, dilemahkan seluruh jalan
tidak beliau dengar langsung, tapi periwayatan dari Abu Mu’awiyah
riwayat terputus mudallas”. (Min dari al-A’masy dari Mujâhid yang
Kalâm Abi Zakariya Yahya bin Ma’in berjumlah 12 jalan periwayatan.

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 25


4. Adanya Abu ash-Shalt Abdussalâm Juga kelemahan Sa’id bin ‘Uqbah, sehingga
bin Shâlih seorang perawi yang ibnu Adi berkata, Majhûl tidak tsiqah. (al-
sangat lemah. (lihat rubrik Hadits Kâmil 3/314).
lemah edisi lalu September 2022).
Jalan periwayatan ‘Isâ bin Yunus B. Riwayat Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbâs secara
dari al-A’masy dikeluarkan oleh marfu’ dikeluarkan dari Ibnu Syâdzân dalam
Ibnu ‘Adi dalam al-Kâmil 5/177 Mi’ah Manqibah no. 18 dari Muhammad bin
dan al-Ajûrri dalam asy-Syari’at Sa’id Abu al-farh dari Ahmad bin Muhammad
3/236 dari Utsmân bin Abdillâh al-
bin Sa’id dari Sa’ad bin Tharîf al-Khafâf dari
‘Utsmâni dari ‘Isâ bin Yûnus dari al-
Sa’id bin Jubeir dari Ibnu Abbâs secara marfu’
A’masy dari Mujâhid dari Ibnu Abbâs
dengan redaksi:
ْ َ َ َ ْ ْ ُ َ ْ َ َ َ ُّ َ َ
secara marfu’ dengan redaksi:
َ‫ﺎﻧﻬﺎ‬ ْ ْ َُْ َ ََ َ ُ َ َ
ُ َ‫ َو َﻋﻲﻠ ﺑ‬،‫ﻜ َﻤﺔ‬ ، ‫اﺤﻟﻜﻤ ِﺔ وأﻧﺖ ﺑﺎﻧﻬﺎ‬ ِ ‫ـﺪﻓﻨﺔ‬ ِ ‫ﻳﺎ ﻋ ِﻲﻠ أﻧﺎ ﻣ‬
ِ ِ ‫اﺤﻟ‬ ِ ‫أﻧﺎ ﻣ ِﺪﻓﻨﺔ‬ َْ َ ْ ََْ َْ َ ُْ ْ ََ
Jalan periwayatan ini lemah sekali ‫ﺎب‬
ِ ‫اﻛ‬ ‫ﻞ‬
ِ ‫ﺒ‬ ‫ﻗ‬
ِ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬
ِ ‫إﻻ‬
ِ ‫ﺔ‬ ‫وﻟﻦ ﺗﺆﻰﺗ اﻟﻤ ِﺪﻓﻨ‬
karena termasuk riwayat al-A’masy
Ini hadits palsu (maudhu’) karena adanya
di atas dan ditambah lemahnya
Sa’ad bin Tharîf, Ibnu Hajar berkata, “Matrûk
Utsman bin Abdillah seorang
dan diklaim Ibnu Hibân memalsukan hadits
pendusta dan pemalsu hadits. (lihat
dan ia seorang Rafidhah”. (at-Taqrîb no 2254).
Lisân al-Mîzân 4/143).
Juga Sa’ad bin Tharîf meriwayatkan dari orang
 Jalan periwayatan Abu al-Fath Sa’id yang meriwayatkan dari Sa’id bin Jubeir
bin ‘Uqbah al-Kûfi dari al-A’masy yang sehingga terputus. Ditambah Ibnu Syâdzân
dikeluarkan oleh Ibnu Adi dalam al-Kâmil adalah Muhammad bin Ahmad bin Ali bin al-
3/412 dan dari jalan periwayatannya Husein bin Syâdzân seorang Dajjâl pendusta.
ini dikeluarkan Ibnu al-Jauzi dalam al- Adz-Dzahabi berkata, “Akhtab Khawarizmi
Maudhu’ât 1/352 dari jalan Ahmad bin meriwayatkan dari jalan dajjal Ibnu Syâdzân
Hafsh dari Sa’id bin ‘Uqbah dari al-A’masy ini banyak hadits bathil tidak pantas dan aneh
dari Mujâhid dari Ibnu Abbâs secara marfu’, tentang keutamaan as-Sayyid Ali”. (al-Mîzân
beliau bersabda: 3/466-467).
َ َ َ ُ َ‫ َو َﻋﻲﻠ ﺑ‬، ‫أَﻧَﺎ َﻣﺪ ْﻓﻨَ ُﺔ اﻟْﻌﻠْﻢ‬
‫ ﻓ َﻤ ْﻦ أ َراد‬، ‫ﺎﻧ َﻬﺎ‬ ِ ِ ِ ِ
ْ ْ
َ ‫ ﻓَﻠﻴَﺄ ِت‬، ‫اﻟْ ِﻌﻠْ َﻢ‬
ْ II. HADITS ALI BIN ABI THÂLIB YANG
َ ‫اﻛ‬
‫ﺎب‬ DIRIWAYATKAN DARI BEBERAPA JALAN:
Jalan periwayatan ini lemah sekali A. Riwayat Salamah bin Kuhail dari Suwaid bin
dengan adanya tambahan sebab Ghafalah dari ash-Shunnâbihi dari Ali bin Abi
kelemahan yaitu lemahnya Ahmad bin Thâlib. Riwayat ini memiliki dua jalan:
Hafsh as-Sa’di. Ibnu Adi berkata, “Dia  Jalan riwayat Yahya bin Salamah bin
menyampaikan hadits-hadits mungkar Kuhail dari ayahnya dikeluarkan oleh ad-
tidak diikuti”. (al-Kâmil 1/199) dan adz- Daraquthni dalam al-Ilal 3/247 dan Yahya
Dzahabi berkata, Pemilik hadits-hadits bin Salamah al-Hadhrâmi Abu Ja’far al-Kûfi
mungkar (Mîzân al-I’tidâl 1/94). ini dijelaskan al-Hâfizh dengan pernyataan,

26 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


“Matrûk dan seorang syi’ah”. (at-Taqrîb no. asalnya dari Nabi n dan Syarîk
7611). juga tidak meriwayatkannya
 Jalan Syarîk dari Salamah bin Kuhail yang dan tidak pula Salamah bin
diriwayatkan dalam beberapa jalan: Kuhail dan ash-Shunnâbihi tidak
a. Muhammad bin ‘Umar bin Abdullah memusnadkannya. Tampaknya
ar-Rûmi dari Syarîk yang dikeluarkan syeikh ini sampai kepadanya
oleh at-Tirmidzi 5/596 no. 3723 dan hadits Abu ash-Shalt dari Abu
Ibnu Jarîr ath-Thabari dalam Tahdzib Mu’awiyah lalu menghafalnya
al-Atsâr hlm 104 dari jalan Ismâ’il bin kemudian membalik sanadnya dari
Musâ al-Fazâri dari Muhamad bin Umar Syarîk dan menyampaikan hadits
ar-Rûmi dari Syarîk dari Salamah bin dengan sanad ini”. (al-Majrûhîn
Kuhail dari Suwaid bin Ghafalah dari 2/94). Ibnu Hibbân ini di kritisi ad-
ash-Shunnâbihi dari Ali secara marfu’ Daraquthni dengan pernyataan,

َ‫ﺎﻧﻬﺎ‬ ْ
ٌّ ‫ﺤﻟﻜ َﻤ ِﺔ َو َﻋ‬
ُ َ‫ﻲﻠ ﺑ‬ ُ َ ََ “Ucapan Abi Hatîm di sini Umar bin

ِ ِ ‫أﻧﺎ دار ا‬ Abdillah ar-Rûmi dan yang benar


adalah Muhammad bin Umar ar-
Sanad ini ada dua sebab kelemahannya: Rûmi”. (Ta’liqat ad-daraquthni ‘Ala
1. Lemahnya Muhammad bin Umar al-Majrûhîn hlm 179). Hadits ini
ar-Rûmi. termasuk hadits mungkar yang
Ibnu Abi Hâtim berkata, Aku dia sampaikan. Imam at-Tirmidzi
bertanya kepada ayahku berkata setelah menyampaikan
tentangnya, beliau menjawab, “Ia hadits ini,“Ini hadits Gharib mungkar
sudah lama meriwayatkan dari dan sebagian mereka meriwayatkan
Syarîk hadits mungkar”. (al-Jarh wa hadits ini dari Syarîk dan mereka
at-Ta’dîl 8/22). Sedangkan Ibnu tidak menyebut padanya dari ash-
Hibbân berkata, “Umar bin Abdullah Shunnâbihi. Kami tidak mengenal
ar-Rûmi, syeikh meriwayatkan dari hadits ini dari seorangpun dari
Syarîk membalik hadits-hadits dan para perawi tsiqat dari Syarîk”.
menyampaikan dari para perawi (Sunan at-Tirmidzi 5/596). Beliau
tsiqat yang bukan dari hadits mereka. juga berkata, “Tidak diriwayatkan
Tidak boleh dijadikan hujjah sama dari seorangpun perawi-perawi
sekali. Dia meriwayatkan dari tsiqât dari murid-murid Syarîk dan
Syarîk dari Salamah bin Kuhail tidak kami mengetahui hal ini dari
dari ash-Shunnâbihi dari Ali z , hadits Salamah bin Kuhail selain
beliau berkata, Rasûlullâh n telah dari hadits Syarîk”. (al-‘Ilal al-Kabîr
bersabda: 2/942)
ْ‫ﺎﻧ َﻬﺎ َﻓ َﻤﻦ‬
ُ َ‫ﻲﻠ ﺑ‬ َ َ َ ْ ْ ُ َ ََ
ٌّ ‫اﺤﻟﻜﻤ ِﺔ وﻋ‬ ِ ‫أﻧﺎ دار‬
2. Syarîk bin Abdillâh an-Nakha’i
ِ ْ
ْ ْ َ ََ
َ‫ﻜ َﻤ َﺔ ﻓَﻠْﻴَﺄﺗ َﻬﺎ ﻣ ْﻦ ﺑَﺎﺑﻬﺎ‬
yang dihukumi ibnu Hajar dengan

ِ ِ ِ ‫اﺤﻟ‬
ِ ‫أراد‬ pernyataan, “Shadûq banyak
salahnya, hafalannya berubah
Dikeluarkan oleh Abu Muslim setelah menjabat Qadhi di Kufah,
al-Kajji. Hadits ini tidak ada Dahulu beliau seorang yang adil,

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 27


terhormat, ahli ibadah dan keras ada dua perawi majhûl Yahya bin Basyâr
dengan ahli bid’ah”. (at-Taqrîb no. dan Ismâ’il bin Ibrâhîm al-Hamadan
2803). Kesimpulannya sanad ini (Talkhîsh al-Mutasyâbih 1/308). Adz-
lemah sekali. Dzahabi menyatakan, “Yahya bin Basyâr
b. Suwaid bin Sa’id al-Hadatsâni dari al-Kindi Syeikhnya ‘Ubâd bin Ya’qâb ar-
Syarîk dikeluarkan oleh Ibnu al- Ruwâjini tidak dikenal dari semisalnya dan
Maghazili dalam al-Manâqib no.129 membawa hadits batil”. (al-Mîzân 4/366).
dan Ibnu ‘Asâkir dalam tarikhnya  Jalan al-Husein bin Ali dari Ali bin Abi
12/417 dari jalan Suwaid bin sa’id dari Thâlib dikeluarkan oleh Abu Ja’far ath-
Syarîk dari Salamah bin Kuhail dari ash- Thûsy seorang tokoh Syiah rafidhah dalam
Shunnâbihi dari Ali secara marfu’. Sanad amâlinya (disebutkan dalam kitab Itmâm
ini lemah karena Salamah bin Kuhail an-Ni’mah Bi Tash-hih Hadits Ali Bab Dâr
belum pernah mendengar hadits dari al-Hikmah hlm 88) dengan sanad yang
ash-Shunnâbihi dan lemahnya Suwaid bermasalah karena ada Jâbir bin Yazîd
bin Sa’id ini (lihat at-Taqrîb no. 2705) seorang perawi lemah dan penganut syiah
Rafidhah (at-Taqrîb no. 886) dan Umar bin
c. Abdulhamid bin Bahr al-Bashri dari
Syamr perawi yang sangat lemah (al-Lisân
Syarîk dikeluarkan oleh al-Ajûrry dalam
4/366-367). Serta Abu ja’far ath-Thûsi
asy-Syariat 3/232 dan Abu Nu’aim
sendiri seorang ulama syiah yang mencela
dalam al-Hilyah 1/64. Sanad hadits
para salaf (al-Lisân 5/135). Kesimpulannya
ini lemah sekali karena Abdulhamid
hadits ini lemah sekali.
ini dihukumi pencuri hadits (lihat
 Jalan Ali bin Musâ ar-Ridha dari orang
al-Majrûhîn 2/142) dan terputus
tuanya dari Ali dikeluarkan oleh ibnu Najjâr
disebabkan Salamah bin Kuhail tidak
dalam Tarikhnya (lihat Allâali al-Mashnu’ah
mendengar dari ash-Shunnâbihi.
1/334) dan ada Dawûd bin Sulaimân al-
Dengan demikian seluruh jalan Jurjâni seorang pendusta (al-Mizân 2/8 dan
periwayatan dari Syarîk lemah sekali. al-Lisân 2/417).
 Jalan al-Ashbagh bin Nabâtah dari Ali bin  Jalan asy-Sya’bi dari Ali bin Abi Thâlib
Abi Thâlib dikeluarkan oleh al-Harbi dalam dikeluarkan oleh Abu Bakr Ibnu Mardawaih
Amâlinya (sebagaimana disebutkan dalam (sebagaimana ada di al-Muadhu’ât
al-Alâ`i al-Mashnu’ah 1/335) dengan sanad 1/350) dan lemah karena asy-Sya’bi
lemah sekali karena adanya Sa’ad bin Tharîf hanya mendengar satu hadits dari Ali
al-Iskâfi seorang matrûk dan di hukumi sebagaimana dijelaskan ad-Daraquthni (al-
Ibnu Hibbân sebagai pemalsu hadits dan Ilal 4/97) dan al-hasan bin Muhamad serta
seorang Rafidhah (at-Taqrîb no 2254) dan Jarîr dua perawi majhûl.
al-Ashbagh bin Nabâtah seorang matrûk  Jalan Jarîr adh-Dhabbi dari Ali dikeluarkan
dan dituduh seorang Rafidhah (at-Taqrîb no. oleh Ibnu al-Maghâzili dalam al-Manâqib
451). no 122 dengan sanad yang lemah ada Jarîr
 Jalan ‘Âshim bin Dhamrah dan al-Hâris al- adh-Dhabbi perawi majhûl (al-Mîzân 1/397)
A’war dari Ali dikeluarkan al-Khathîb al- dan Ali bin Umar seorang perawi mastûr (at-
Baghdâdi dalam Talkhîsh al-Mutasyâbih Taqrîb 4809) serta Hafsh bin Umar seorang
1/308 dengan sanad lemah sekali dan perawi lemah. Juga ada Muhammad bin

28 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


Mushaffi shadûq tapi melakukan tadlîs Abdillâh at-Tamimi seorang perawi majhûl
taswiyah (al-Majrûhîn 1/94 dan Tahdzîb at- (Talkhîsh al-Mutasyâbih 1/161).
Tahdzîb 9/407).
Kesimpulannya semua jalan riwayat dari
IV. HADITS ABU SA’ID AL-KHUDRI
Ali lemah sekali.
Hadits Abu Sa’id al-Khudri yang Dikeluarkan
Ibnu Syâdzân Dalam Mi`Ah Manqibah No. 94
III. HADITS JÂBIR YANG DIRIWAYATKAN dengan sanad yang lemah sekali bahkan palsu,
DARI 2 JALAN: karena adanya Kholid bin Thuhmân al-Kûfi seorang
 Jalan Abdurrahman bin Bahman dari Jâbir shadûq dan memiliki pemikiran syiah kemudian
bin Abdillâh dikeluarkan ibnu Hibbân rusak hafalannya (at-Taqrîb 1654), ‘Isâ bin Mihrân
dalam al-Majrûhîn 1/152-153, Ibnu Abdi seorang pendusta (al-Kâmil 5/360 dan al-Mîzân
dalam al-Kâmil 1/192 dan al-Hâkim dalam 3/324) dan Muhammad bin Abdillâh al-Bahlûl
al-Mustadrâk 3/127 dalam sanadnya ada pemalsu hadits (lihat Târîkh Baghdâdi 5/466-
Ahmad bin Abdillâh bin Yazîd al-Husyaimi 467dan al-Lisân 5/231)
seorang pendusta dan pemalsu hadis (lihat
Melihat semua riwayat yang ada di atas maka
al-Kâmil 1/192, al-Majrûhîn 1/152 dan al-
hadits ini lemah sekali dan bahkan sebagian
Lisân 2/198).
ulama ada yang menghukuminya sebagai hadits
 Jalan Ja’far bin ‘Ali bin Husein bin ‘Ali bin
palsu, diantara mereka adalah Ibnu al-Jauzi (al-
Abi Thâlib dari bapaknya dari kakeknya
Maudhu’ât 1/349), Abu Hafsh Umar bin Ali al-
dari Jâbir dikeluarkan ad-Daraquthni dalam
Qazwini (lihat Faidh al-Qadîr 3/46), Ibnu Taimiyah
al-Mu`talif wa al-Mukhtalif 2/624-625
dan memiliki kelemahan adanya Hubaib (Majmu’ al-Fatâwa 18/377), Adz-Dzhahabi (Talkhîsh
bin an-Nu’man yang dikatakan al-Azdi al-Mustadrâk 3/126) dan al-Albâni dalam Dha’if al-
memiliki hadits-hadits mungkar (al-Mu`talif Jâmi’ ash-Shaghîr 2/13 no. 1416).
wa al-Mukhtalif hlm 47) dan al-Hasan bin Wallahu a’lam. [ ]

RALAT MAJALAH AS-SUNNAH EDISI 05 / TAHUN XXVI / 1443 H / 2022 M


Pada halaman 2 baris ke 16-17 tertulis :
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, mereka diberi petunjuk oleh
Rabb mereka karena keimanannya, dibawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh
kenikmatan. (QS. At-Taghabun/64:9)
Seharusnya :
Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan mengerjakan amal shaleh niscaya Allah akan menutupi
kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai,
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah keberuntungan yang besar. (QS. At-Taghabun/64:9)
Pada halaman 47 baris akhir dan halaman 48 baris awal tertulis :

ÌË Ê É È Ç Æ Å Ä Ã
Seharusnya :
Ó Ò Ñ Ð Ï Î Í ÌË Ê É È Ç Æ Å Ä Ã

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 29


enjadi bagian dari kaum Mukmin merupakan satu kenikmatan

M besar tiada tara. Mereka benar-benar totalitas dalam semangat


dan kesungguhan dalam beramal, membaktikan diri sepenuh
hati dalam menggapai ridha Allâh. Merekapun larut dalam atmosfer
persaudaraan antara sesama mereka, saling mencintai sesama Mukmin,
saling loyal dan saling melindungi dalam kebenaran dan kebaikan, di
bawah panji ketaatan kepada Allâh dan Rasul-Nya.
Sebagai balasannya, Allâh  pun tidak menyia-nyiakan mereka.
Allâh  memberi mereka kemuliaan dan kehidupan yang indah di
dunia, dan terlebih lagi kenikmatan agung di akhirat kelak. Mereka
mendapatkan tempat yang begitu mulia dan kedudukan yang sangat
tinggi, yang merupakan anugerah dari Allâh  . Anugerah yang
begitu megah dan agung ini –dan itu adalah murni dari anugerah dan
rahmat Allâh, bukanlah hal yang diraih dengan hanya bertopang dagu,
tanpa peluh dan jerih payah amalan. Namun mereka tak jemu-jemunya
menebar kebaikan, mencegah kerusakan dan kemungkaran, menghamba
dan totalitas menghadirkan ubudiyyah, dengan hanya beribadah kepada-
Nya semata. Karena itulah, mereka mendapatkan ganjaran yang sangat
besar, dan pun akan mendapatkan ridha Allâh yang sangat agung; yang
merupakan nikmat Allâh yang paling puncak.
Allâhberfirman:

i h g fe d c b a
sr q p o n m l k j
‫ { | } ~ ﮯ‬z y x wv u t
ª©¨§¦ ¥¤£¢¡
º ¹ ¸ ¶ μ ´³ ² ± ° ¯® ¬ «
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allâh dan Rasul-Nya. Mereka itu akan

30 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


diberi rahmat oleh Allâh; Sesungguhnya Allâh Maha Hanya saja, kata ridhwân mendapatkan tambahan
Perkasa lagi Maha Bijaksana. Allâh menjanjikan huruf, yaitu alif dan nun. Dan bila ditilik menurut
kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, pembahasan para ahli, meskipun sama artinya,
(akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir namun dengan adanya tambahan huruf (rangkaian
sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan huruf dari kata tersebut), itu juga mengandung arti
(mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. adanya tambahan dalam maknanya. Sehingga kata
Dan keridhaan Allâh adalah lebih besar; itu adalah ridhwân menunjukkan makna ridha yang begitu
keberuntungan yang besar. (QS. at-Taubah/9: 71- 72). kuat, banyak, besar, dan agung.
Kaum Mukminin menunaikan amalan-amalan Juga bila ditilik dari susunan kalimat ayat
yang merupakan bentuk ibadah mereka kepada yang menggunakan bentuk kalimat: “wa ridhwânun
Allâh  . Yaitu mereka wujudkan ketaatan minallâhi akbar” –ridhwân dari Allâh, bukan dengan
kepada Allâh dan Rasul-Nya, dengan mendirikan kata ridhwânullah yang menunjuk makna ridhwân
kewajiban yang harus mereka tunaikan. Mereka
Allâh] menurut susunan kalimat dalam ayat
juga menyeru orang lain untuk menyambut seruan
tersebut, bisa disimpulkan juga bahwa Ridhwân dari
Allâh dan Rasul-Nya, dengan melakukan amar ma’ruf
Allâh itu meski hanya sedikit darinya yang digapai
dan nahi mungkar. Itu semua bisa membuahkan
hamba, namun itu sejatinya adalah sangatlah besar
pahala agung dari Allâh: surga dengan kenikmatan
dan agung. Pun sedikit dari ridhwân Allâh, itu lebih
dan hunian yang sangat memukau, yang tidak
agung daripada surga dan segala kenikmatannya.
bisa dibayangkan sama sekali keindahan dan
Padahal tidak ada kata sedikit dalam hal ridhwân
kenikmatannya. Itu semua diperuntukkan para
hamba Allâh yang Mukmin, bukan lainnya. yang didapat hamba dari Allâh.
Dalam ayat tersebut Allâh  berfirman,
Surga dan kenikmatannya merupakan yang artinya, “dan ridhwân dari Allâh itu lebih besar
kenikmatan tiada tara, namun ternyata masih ada “. Di sini, tidak disebutkan ridhwân Allâh itu lebih
kenikmatan yang lebih agung dari itu semua. Yaitu besar dari apa? Tidak disebutkan pembandingnya,
Allâh masih memberikan anugerah dan kemuliaan
yaitu ridha Allâh lebih besar dan lebih agung dari
yang terbesar yang tidak ada bandingannya, yaitu
apa? Ini menunjukkan bahwa ridhwân Allâh itu
Allâh memberikan kepada mereka ridhwân (ridha)
merupakan anugerah yang terbesar, mengalahkan
dari-Nya, yaitu keridhaan Allâh. Dan ridhwân Allâh,
semua anugerah lainnya. Sekaligus menjelaskan
itulah kemenangan yang paling besar.
betapa besar dan agungnya ridhwân Allâh; bahwa
itu lebih besar dari semua kenikmatan dan kurnia
RIDHWÂN ALLÂH YANG TERAGUNG lainnya. Ini karena ridhwân Allâh merupakan salah
Kalau kita perhatikan ayat di atas, Allâh satu dari sifat-sfat Allâh. Sedangkan surga dan
menegaskan bahwa ridhwân dari Allâh, itulah semua kenikmatannya, itu tidak lain adalah satu
yang lebih besar dan lebih agung. Bahkan itulah makhluk di antara makhluk-makhluk Allâh yang
anugerah yang paling terbesar. Oleh karena itu, ada. Maka ridhwân Allâh lebih besar dari surga,
dalam lafazh ayat, disebutkan: lebih besar dari semua kenikmatan di dalamnya.

³²±° Hal ini didukung oleh hadits-hadits dari Nabi


n . Nabi n bersabda:
Dan ridhwân dari Allâh itu lebih besar
َ ّٰ ُ ُ َ َ َ َ َ ِّ ْ ُ ْ َ َ ْ َ
Agungnya ridha Allâh ini diungkapkan dengan ‫ﻴﺪ اﺨﻟﺪ ِري ﻗﺎل ﻗﺎل رﺳﻮل ا ِ ﺻﻰﻠ‬ ٍ ‫ﻗﻦ أ ِ ﺳ ِﻌ‬
َْ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ّٰ َ ّٰ
‫ا ُ َﻋﻠﻴْ ِﻪ َو َﺳﻠ َﻢ إِن ا ﻳﺒﺎرك َوﻳﻌﺎﻰﻟ ﻓﻘﻮل ِﻷﻫ ِﻞ‬
kata ridhwân. Kata ar-ridhwân bermakna ridha. Dua
kata ini diambil dari satu rumpun akar kata yang sama.

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 31


َ ْ َ َ َ ُ ُ َ ْ ََْ ْ
‫اﺠﻟَﻨ ِﺔ ﻳَﺎ أﻫﻞ اﺠﻟَﻨ ِﺔ ﻓﻴَﻘﻮﻟﻮن ﻛﻴْﻚ َرﺑﻨَﺎ َو َﺳﻌ َﺪﻳْﻚ‬
Artinya ridha Allâh itu lebih besar daripada
surga dan seisinya.
َْ َ َْ َ ََ َ َ َ ُ ََُ ْ ُ َ ْ َ ُ ََُ
‫َوﻗﺪ‬ ‫ﻓﻴﻘﻮل ﻫﻞ ر ِﺿﻴﺘﻢ ﻓﻴﻘﻮﻟﻮن وﻣﺎ ﺠﺎ ﻻ ﻧﺮ‬ Al-Hasan al-Bashri t berkata, “Kenikmatan

ََ ُ ُ َ َ ْ َ َ ُْ َ َ ْ َ
dan kebahagiaan yang menembus hati mereka
‫أﻗ َﻄﻴْﺘﻨَﺎ َﻣﺎ ﻟ ْﻢ ﻳﻌ ِﻂ أ َﺣ ًﺪا ِﻣ ْﻦ ﺧﻠ ِﻘﻚ ﻓﻴَﻘﻮل أﻧﺎ‬ yang dikarenakan ridhwân dari Allâh, yang itu

َ َ َ َْ ُ ْ ُ
lebih nikmat dan lebih menyejukkan mata mereka
ُ َ َ َ
‫أﻋ ِﻄﻴﻜ ْﻢ أﻓ َﻀﻞ ِﻣ ْﻦ ذﻟِﻚ ﻗﺎﻟﻮا ﻳَﺎ َر ِّب َوأ ُّي ْ ٍء‬ daripada segala kenikmatan surga apapun yang

ََ ْ ُ َ ُّ ُ ُ ُ َ َ َ ُ َْ
mereka dapatkan.”
‫أﻓ َﻀﻞ ِﻣ ْﻦ ذﻟِﻚ ﻓﻴَﻘﻮل أ ِﺣﻞ َﻋﻠﻴْﻜ ْﻢ ِرﺿ َﻮا ِ ﻓﻼ‬ Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah t berkata,
َ ْ ُ َ َ َ
‫أ ْﺳﺨ ُﻂ َﻋﻠﻴْﻜ ْﻢ َﻧﻌ َﺪ ُه أﺑَ ًﺪا‬
“Aku amat-amati apakah gerangan doa yang paling
bermanfaat? Ternyata itu ada pada memohon
pertolongan untuk mendapatkan ridha Allâh. Lalu
Dari Abu Sa’id al-Khudri z berkata: Rasûlullâh aku dapatkan itu ada pada Surat al-Fâtihah dalam
n bersabda: “Sesungguhnya Allâh -Tabaraka wa ayat: “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in” (hanya
Ta’ala- berfirman kepada penghuni surga: ‘Wahai kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-mu
penghuni surga!’ Mereka pun menjawab: “Kami penuhi kami meminta pertolongan)”.
panggilan-Mu selalu dengan penuh suka cita selalu’.
Jadi, meminta tolong kepada Allâh dalam rangka
Lalu Allâh berfirman: ‘Apakah kalian telah ridha?’ Mereka
untuk menggapai ridha-Nya, itu adalah tujuan
menjawab:’Mengapa pula kami tidak ridha? Padahal
dan maksud yang paling agung, tujuan yang paling
Engkau telah memberikan kepada kami segala yang
mulia dan tinggi; itu adalah hal terbesar, di mana
belum pernah Engkau berikan kepada seorang pun dari
orang yang bertekad kuat benar-benar bersungguh-
makhluk-Mu?’ Allâh pun berfirman: ‘Aku berikan kepada
sungguh dan berusaha untuk menggapai dan
kalian sesuatu yang lebih bagus dari itu semua.’ ‘Mereka
menjawab: ‘Wahai Rabbi! Apakah sesuatu itu yang lebih mewujudkannya. Karena itulah, ridha merupakan
utama dari itu semua?’ Allâh berfirman: ‘Aku tempatkan pintu Allâh yang paling agung; itu juga surganya
ridha-Ku untuk kalian semua, sehingga Aku tidak dunia; rasa nyamannya orang-orang ‘arifin (yang
akan pernah murka kepada kalian setelah itu selama- mengenal Allâh); gerak hidupnya para muhibbin
lamanya!’” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). (pecinta Allâh); kenikmatan para ‘abidin (ahli
ibadah); penyejuk mata musytaqin (perindu Allâh).”
Rasul n juga bersabda dalam hadits riwayat
al-Hakim dari Jabir bin Abdullah z : Maka sudah semestinya setiap Muslim selalu

ْ َ ُ ّٰ ُ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َُْ ََ َ َ meresapkan dan menghadirkan ayat ini dalam


‫ ﻫﻞ‬: ‫ ﻗﺎل ﻓﻘﻮل ا‬،‫ِإذا دﺧﻞ أﻫﻞ اﺠﻟﻨ ِﺔ اﺠﻟﻨﺔ‬ sanubarinya dalam setiap langkah dan keadaan.

َ‫ َوﻣﺎ‬،‫ َرﺑﻨَﺎ‬:‫ﻮن‬ َ ُ َُ َ ْ ُ َ ََ ًْ َ َ َُ ْ َ Karena bila ayat ini telah bersemayam dalam hati,
‫ﺗﺸﺘﻬﻮن ﺷﻴﺌﺎ ﻓﺄ ِزﻳﺪﻛﻢ؟ ﻓﻴﻘﻮﻟ‬ di mana inti dari ayat ini menjadi obsesi dan tujuan
َ ُ ََُ َ َ ََْ َ ْ َ َ َ َْ
ُ‫ ر ْﺿ َﻮا أ ْﻛ َﺮﺒ‬:‫ﻮل‬
seseorang, maka semua keadaan dan urusannya
ِ ِ ‫ ﻓﻴﻘ‬:‫ﻓﻮق ﻣﺎ أﻗﻄﻴﺘﻨﺎ؟ ﻗﺎل‬ pun akan baik dan indah.

Bila penduduk surga telah masuk surga, Nabi bersabda:


Allâh berfirman: “Apakah kalian menginginkan sesuatu BAGAIMANA MERAIH RIDHWÂN ALLÂH?
sehingga Aku tambahkan untuk kalian?” Mereka Untuk menggapai ridhwân Allâh, seorang hamba
menjawab: “Wahai Rabb kami! Apakah gerangan dituntut untuk mempersiapkan segala sarana dan
sesuatu yang lebih agung daripada apa yang telah persiapan menuju tujuan agung ini. Jangan sampai
Engkau berikan kepada kami?” Allâh berfirman: “Ridha- ia terlena dengan segala godaan dan rintangan
Ku itu lebih besar lagi.” (HR. Al-Hakim). yang menghalanginya dari menggapai ridhwân

32 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


Allâh ini. Ini karena hidup hamba tak akan pernah Itulah yang dapat mendekatkan hamba menuju
lepas dari godaan yang akan menjerumuskannya ridhwân Allâh.
dalam murka Allâh. Persiapan yang harus Adapun bila amalan seseorang adalah dalam
diusahakan sang hamba, telah banyak diterangkan rangka untuk mendambakan popularitas, riya’, agar
dalam al-Quran dan as-Sunnah. Dan secara umum, dipuji, dan motif-motif duniawi lainnya, maka itu
persiapan dan cara meraih ridhwân Allâh ini bisa tidak akan mendekatkannya kepada ridhwân-Nya.
disimpulkan dalam dua point, yaitu: (1) mencari Allâh tidak akan menerimanya, meski sebesar
ridhwân Allâh; (2) mengikuti ridhwân Allâh. apapun amal dan karyanya. Karena itulah Nabi n
Maka bila seorang hamba ingin menggapai bersabda:
ridhwân Allâh, maka ia harus menghimpun dua ًَ َ َ َ ْ َ ْ ّ َ َ َ ُّ َ ْ َ َ َ
hal pokok di atas: mencari ridhwân Allâh, dan ‫الشكِ ﻣﻦ ﻋ ِﻤﻞ ﻗﻤﻼ‬ِ ‫أﻧﺎ أﻟﻰﻨ اﻟﺮﺸ ِء ﻋﻦ‬
mengikutinya.
ُ َ ْ َ ََُُْ ْ َ َ َ َ َْ
‫ﺮﻴي ﺗﺮ ﺘﻪ و ِﺮﺷﻛﻪ‬ِ ‫أﺮﺷك ِﻓﻴ ِﻪ ﻣ ِﻲﻌ ﻟ‬
1. Mencari ridhwân Allâh 
Aku adalah Yang paling tidak membutuhkan sekutu.
Allâhberfirman:
Barangsiapa yang melakukan amalan, di mana ia
u t s r q p menyekutukan-Ku dengan lain-Nya dalam amalan
tersebut, maka Aku tinggalkan ia bersama dengan
| { z y xw v apa yang ia persekutukan tersebut. (HR. Muslim).

Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan


2. Mengikuti Ridhwân Allâh
dirinya karena mencari keridhaan Allâh; dan Allâh
Dalam hal ini, Allâhberfirman:
Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (QS. al-

ÑÐÏÎÍÌËÊÉÈ
Baqarah/ 2: 207).
Allâhjuga berfirman (yang artinya) :
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan ÙØ×ÖÕÔÓÒ
mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang
menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat )('&%$# "!
ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara
manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian 10/.-,+*
karena mencari keridhaan Allâh, maka kelak Kami
memberi kepadanya pahala yang besar. (QS. an- (Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allâh dan
Nisa’/ 4: 114). Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang
yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah
Dan banyak ayat lain yang berbicara perihal mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu,
mencari ridhwân Allâh. karena itu takutlah kepada mereka”, Maka perkataan
Mencari ridhwân Allâh sendiri maksudnya itu menambah keimanan mereka dan mereka
adalah ikhlas dalam beramal, dan bertawajjuh menjawab: “Cukuplah Allâh menjadi penolong Kami
menghadap diri kepada Allâh dengan amal dan Allâh adalah Sebaik-baik Pelindung”.Maka
ibadah sebaik mungkin. Kala hamba beramal, mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang
ia mengikhlaskan amalnya untuk Allâh seraya besar) dari Allâh, mereka tidak mendapat bencana
mengharap pahala Allâh dan negeri akhirat- apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allâh. Dan
Nya. Dalam segala amalnya, tidak ada motif yang Allâh mempunyai karunia yang besar. (QS. Ali Imran/
mendorongnya selain menggapai ridhwân Allâh. 3: 173 – 174).

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 33


Bagaimana seseorang mengikuti ridhwân Jadi, barangsiapa ingin mendapatkan ridhwân
Allâh? Agar seorang hamba bisa mengikuti Allâh di hari perjumpaan dengan-Nya, ia tidak akan
Ridhwân-Nya, maka ia harus senantiasa berusaha bisa mendapatkannya kecuali dengan mengikuti
untuk melakukan amalan yang diajarkan oleh Nabi n dan melazimi jalan hidupnya yang lurus.
Nabi n . Sungguh, ridhwân Allâh itu tidak akan Dengan dua prinsip ini –yaitu mencari
dapat diraih kecuali dengan menetapi agama yang ridhwân dan mengikutinya-, seorang hamba akan
dibawa Beliau n ; yaitu agama yang Allâh ridhai mendapatkan kemenangan mendapatkan ridhwân-
untuk sekalian hamba-Nya. Allâhberfirman: Nya dan janji-Nya yang agung. Semua ayat yang

QP ONMLK
berbicara tentang hal ini, semuanya berpangkal
pada dua prinsip agung ini. Mengenai dua pokok
inilah, ketika menafsirkan firman Allâh:
UTSR
Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu
4 32 1 0 / . - , +
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-
Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.
76 5
(QS. Al-Maidah/ 5: 3). Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji
Agama yang Allâh ridhai inilah yang harus kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.
diikuti. Dengan mengikuti agama-Nya, maka dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (QS.
ridhwân Allâh pun akan bisa digapai. Sehingga al-Mulk/ 67: 2).
ayat-ayat yang datang dengan redaksi kalimat Ketika menafsirkan ayat ini, al-Fudhail bin
serupa: Iyadh t berkata, “Yaitu yang paling ikhlas dan

+* )
paling benar.” Lalu ia ditanya, “Wahai Abu Ali! Apa
maksud dari yang paling ikhlas dan paling benar?”
Ia menjawab, “Sesungguhnya suatu amalan itu
Dan mereka mengikuti ridhwân Allâh
bila murni ikhlas namun tidak benar, itu tidak akan
Maka makna yang dimaksudkan adalah
diterima. Begitu pula bila amalan itu benar namun
makna di atas, yaitu: mengikuti agama Islam, yang
tidak murni untuk Allâh, juga tidak diterima, hingga
merupakan agama yang diridhai Allâh. Seorang
amalan itu menjadi amalan yang murni ikhlas
Muslim harus senantiasa mengerjakan amalan yang
dan benar. Yang murni adalah amalan untuk Allâh,
diridhai Allâh , yang dibawa oleh Rasul-Nya.
sedangkan yang benar adalah yang sesuai dengan
Karena itulah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam
sunnah.”2
sebagian kitabnya menukilkan perkataan sebagian
Dua pokok ini terhimpun dalam berbagai ayat
ahli ilmu, “Barangsiapa yang ingin mencapai ridha
al-Quran, di antaranya adalah pungkasan dari
Allâh, maka hendaklah ia senantiasa mengerjakan
Surat al-Kahfi:
apa-apa yang Allâh jadikan sebagai keridhaan-Nya.”
Syaikhul Islam berkata, “Ini adalah ucapan yang
sangat indah. Karena barangsiapa yang melazimi
áà ß Þ Ý Ü Û Ú Ù Ø × Ö
hal-hal yang membuat Allâh ridha, yang berupa
mengerjakan perintah dan menjauhi larangan-
ëêéè çæ å ä ãâ
Nya, terutama lagi bila ia mengerjakan yang wajib
dan juga yang mustahabb, maka Allâh pun ridha
ïîí ì
kepadanya.”1
2 HR. Ibnu Abi Dunya dalam al-Ikhlas wa an-Niyyah halaman 51,
1 Majmu’ Fatawa 10/ 681, 686, al-Istiqamah 2/ 74. Abu Nuaim dalam Hilyatul Auliya’ 8/ 95.

34 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa manusia yang menunda amalan yang merupakan
seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa jalan untuk meraih ridha Allâh, namun kematian
Sesungguhnya Tuhan Sesembahan kamu itu adalah justru mengejutkan mereka sebelum mereka
Sesembahan yang Esa”. Barangsiapa mengharap mewujudkan amalan-amalan tersebut, sebelum
perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia menang menggapai keutamaan tersebut.
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia Imam Ahmad meriwayatkan dari Tsauban
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat bahwa Nabi n bersabda:
kepada Rabbnya”. (QS. al-Kahfi/ 18: 110).
َ َ ُ ََ ََ َ َ ْ َ ُ َْ ََ َ ْ َْ
Firman-Nya yang artinya: [Maka hendaklah ‫ﷲ وﻻ ﻳﺰال ﺑِﺬﻟِﻚ‬ ِ ‫إِن اﻟﻌﺒﺪ ﻠﺘ ِﻤﺲ ﻣﺮﺿﺎة ا‬
َ ً َُ َ َ ْ ُ ََُ
‫ﺮﺒﻳﻞ إن ﻓﻼﻧﺎ ﻗﺒْ ِﺪي‬ َ ‫اﷲ َﻋﺰ َو‬ ُ ‫ﻮل‬
ia mengerjakan amal yang saleh] ini adalah ittiba’
ridhwân (mengikuti ridhwân Allâh). Sedangkan ِ َ ‫ﺠﻟ‬
ِ ِ ‫ﻞ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻓﻴﻘ‬
َ َ
َ ْ ‫ﻳَﻠْﺘَﻤ ُﺲ أ ْن ﻳُ ْﺮﺿﻴَﻲﻨ أﻻ َو ن َر‬ َ
‫ﻤﺣ ِﻲﺘ َﻋﻠﻴْ ِﻪ‬
firman-Nya yang artinya: [dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
ِ ِ ِ ِ
ُ ُ ٌ َ ُ ََ ََُْ ُ ْ ُ ََُ
‫ﷲ ﺒﻟ ﻓﻼن َو َﻳﻘﻮﻟ َﻬﺎ‬
kepada Rabbnya] ini bentuk dari ibtigha’ ar-ridhwân
(mencari ridhwân-Nya), dengan mengikhlaskan ِ ‫ﺮﺒﻳﻞ رﻤﺣﺔ ا‬ ِ ‫ﻓﻴﻘﻮل ِﺟ‬
amal hanya untuk Allâh.
َ‫ﻤﺣﻠَ ُﺔ اﻟْ َﻌ ْﺮش َو َﻳ ُﻘﻮﻟ ُ َﻬﺎ َﻣ ْﻦ َﺣ ْﻮﻟ َ ُﻬ ْﻢ َﺣ َﻓ ُﻘﻮﻟُﻬﺎ‬
ََ
ِ
ْ َ ْ َ َُ ُ ْ َ ُ ْ َ َُْ
‫ات اﻟﺴﺒ ِﻊ ﻋﻢ ﻳﻬ ِﺒﻂ إِﻰﻟ اﻷر ِض‬ َ
ِ ‫أﻫﻞ اﻟﺴﻤﺎو‬
BERCERMIN DARI PARA RASUL
DALAM MENJEMPUT RIDHA-NYA
Setiap Muslim sangat berharap mendapatkan Sungguh, seorang hamba benar-benar mencari
nikmat terindah dan terbesar tiada tara ini. Untuk ridha Allâh dan ia senantiasa seperti itu. Lalu Allâh
melangkah meraihnya, hendaknya ia bersegera berfirman kepada Jibril: “Sesungguhnya si fulan
dan berlomba merealisasikan kebaikan; bukan hamba-Ku ini, ia mencari (berusaha) untuk membuat-
malah berleha-leha bermalas-malasan dengan Ku ridha. Ingatlah, sesungguhnya rahmat-Ku
menunda-nunda amal. Untuk melecut semangat untuknya.” Lalu Jibril berkata: “Rahmat Allâh untuk si
ini, maka jadikanlah para nabi dan rasul sebagai fulan”. Itupun juga diucapkan malaikat pemikul arsy;
penuntunnya dalam menggapai tingkatan ini. pun diucapkan mereka yang ada di sekitar mereka.
Hingga itupun diucapkan para penduduk langit yang
Di antara contoh teladan dalam hal ini dari
tujuh. Kemudian rahmat Allâh pun turun ke bumi
kalangan nabi adalah firman Allâh tentang Musa :
untuk si fulan tersebut.3

~} |{zyxwv
MENGAMBIL TELADAN DARI SAHABAT
‫ﮯ‬ Untuk menggapai ridhwân Allâh, tentunya tidak
bisa lepas dari contoh indah dan suri teladan dari
(Musa) Berkata, "Itulah mereka sedang menyusuli aku
orang-orang terbaik. Nabi n merupakan suri
dan aku bersegera kepada-Mu Ya Rabbi, agar supaya
teladan mutlak yang harus menjadi barometer
Engkau ridha (kepadaku)". (QS. 20: 84).
dalam meraih ridhwân Allâh. Semua perilaku,
Dari ayat ini, para ulama –di antaranya Ibnu akhlak dan perjalanan hidup, haruslah ditimbang
Taimiyyah- menyimpulkan bahwa yang menjadi dengan apa-apa yang datang dari Rasul n . Beliau
pokok perkara adalah bahwa seorang hamba
haruslah bersegera untuk meraih ridha Allâh; 3 HR. Ahmad dalam al-Musnad 37/ 87 no 2240. Al-Haitsami
bukan malah menunda-nunda atau melambat- berkata: “Diriwayatkan oleh Ahmad, dan para perawinya adalah
para perawi Kitab ash-Shahih, kecuali Maimun bin ‘Ajlan. Dan ia
lambatkan dan mengakhirkan. Berapa banyak seorang tsiqah. Majma’ az-Zawaid 10/ 202.

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 35


senantiasa mendapatkan bimbingan dan taufiq karunia Allâh dan keridhaan-Nya. Tanda-tanda
dari Allâh, sehingga beliaupun senantiasa menjadi mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.
rujukan utama dalam menggapai ridha-Nya. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-
Kemudian setelah itu, kita pun harus melihat sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
contoh dan teladan dari para sahabat, yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan
merupakan manusia terbaik setelah Rasul n . tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah ia dan tegak
Mereka benar-benar telah mendermakan diri lurus di atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan
dalam hidup mereka guna menggapai ridhwân hati penanam-penanamnya karena Allâh hendak
Allâh. Mereka benar-benar telah berusaha dengan menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan
sungguh-sungguh untuk merealisasikan ridha-Nya. kekuatan orang-orang mukmin). Allâh menjanjikan
Mereka tidak dibuat lena dan tidak tersibukkan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan
dengan dunia dalam menggapai ridhwân-Nya. amal yang saleh di antara mereka ampunan dan
Karena itulah, ketika berbicara tentang menggapai pahala yang besar. (QS. Al-Fath/48: 29).
ridhwân Allâh, ingatan kita pun –setelah kehidupan Meskipun para Sahabat g masih belum ada
para nabi dan jejak mereka dalam menggapai di muka bumi, akan tetapi Allâh telah menyebut
ridhwân Allâh- langsung tertuju pada kehidupan mereka dengan sebutan yang begitu harum
para sahabat. Allâh telah menyebutkan keluhuran semerbak di dalam Taurat. Sebagaimana Allâh
kehidupan para sahabat dalam Kitab-Nya dalam menyebutkan mereka di dalam Injil seperti dalam
berbagai ayat, dan menerangkan keridhaan Allâh firman-Nya:
akan mereka, dan keridhaan mereka kepada Allâh.
Sungguh, ini adalah kemuliaan yang sangat agung. HGFEDC B
Bahkan mengenai ridha Allâh terhadap para
sahabat ini, telah tersebut dalam taurat; sebelum NMLK JI
sahabat dicipta, sebelum mereka hadir ke bumi.
Dalam hal ini Allâhberfirman: RQ P O
* ) ( ' & % $# " ! dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti
tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu
54 3 2 1 0 / . - ,+ menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah
dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu
? > = <; : 9 8 7 6 menyenangkan hati penanam-penanamnya karena
Allâh hendak menjengkelkan hati orang-orang
H G F E D C B A@ kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).
(QS. Al-Fath/48: 29).
ONMLK JI Para Sahabat mulia tersebut telah

X W V U T S RQ P merealisasikan perkara ini yaitu mencari dan


meraih ridhwân Allâh. Mereka telah mencapai

]\[ZY derajat tinggi tersebut. Mereka telah menduduki


derajat kedua, yaitu setelah para nabi di sepanjang
Muhammad itu adalah utusan Allâh dan orang-orang sejarah umat manusia seluruhnya. Belum pernah
yang bersama dengan dia adalah keras terhadap ada, dan tidak akan pernah ada orang-orang yang
orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama sangat mulia seperti halnya para sahabat Nabi n
mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari setelah para nabi. Allâhberfirman:

36 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


210/. menimpa. Di tengah mereka ada yang lunglai
dengan lukanya. Ketika saat perih seperti itu,
kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk Nabi n mengumumkan kepada semua pasukan
manusia. (QS. Ali Imran/ 3: 110). untuk segera mengejar kaum musyrikin. Cobalah
kita bayangkan, di tengah keadaan yang pilu
Nabi n pun bersabda:
tersebut! Derita karena luka perang, darah yang
َ ُ ْ ‫َﺧ‬
‫ﺎس ﻗ ْﺮ ِﻰﻳ‬
ِ ‫ﺮﻴ اﺠ‬
bercucur, penat dan begitu lelah! Namun tak ada
seorang pun di antara mereka yang tertinggal
Sebaik-baik manusia adalah generasiku. (HR. Al- memenuhi perintah Nabi n . Mereka bersegera
Bukhari dan Muslim). dan bergegas dengan mengatakan: sam’an wa
tha’atan: Kami mendengar dan kami taat! Nabi
n mengeluarkan titahnya tersebut hanya untuk
Para Sahabat adalah generasi terbaik yang
mereka yang menyaksikan Perang Uhud. Mereka
lingkupnya mencakup semua umat para nabi
pun segera berangkat menuju Hamra’ul Asad4,
seluruhnya. Keutamaan mereka tidak sekedar di
ke arah selatan Madinah. Mengenai merekalah
tengah umat ini saja, namun melampaui semua
Allâhberfirman :
umat yang ada, setelah tingkatan para nabi. Karena
itulah terkait dengan masalah sahabat terbaik,
Nabi n bersabda:
ÐÏÎÍÌËÊÉÈ
ْ ْ َ ُ ُ َ ّ َ ُ َ ُ َ ْ َ َُ ÖÕÔÓÒ Ñ
‫ﻮل أﻫ ِﻞ اﺠﻟَﻨ ِﺔ ِﻣ ْﻦ‬ ِ ‫أﺑﻮ ﺑﻜ ٍﺮ وﻗﻤﺮ سيِدا ﻛﻬ‬
َ ‫ي َواﻟ ْ ُﻤ ْﺮ َﺳﻠ‬ َ ‫ﻦﻴ َو ْاﻵ ِﺧﺮ‬
َ ‫ﻳﻦ َﻣﺎ َﺧ َﻼ الَّب ّي‬ َْ $# "! ÙØ×
َ ‫اﻷوﻟ‬
‫ﻦﻴ‬ ِ ِِ ِ ِ
Abu Bakr dan Umar adalah dua penghulu orang ,+ * ) ( ' & %
10 /.-
dewasa penduduk surga dari kalangan orang-
orang terdahulu dan belakangan, selain karangan
para nabi dan rasul. (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah,
(yaitu) orang-orang (yang mentaati Allâh dan
Ahmad dan lainnya, disahihkan al-Albani dalam
Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang
ash-Shahihah 824).
yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah
Perjalanan hidup Sahabat merupakan sejarah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu,
yang penuh dengan kemuliaan dan kesungguhan karena itu takutlah kepada mereka”, Maka perkataan
dalam menggapai ridha Allâh. Karena itulah mereka itu menambah keimanan mereka dan mereka
punya sikap-sikap menakjubkan yang menjadi menjawab: “Cukuplah Allâh menjadi penolong
standar dan kriteria untuk menggapai ridha Allâh Kami dan Allâh adalah Sebaik-baik Pelindung”.
. Mereka berlomba dan bergegas-gegas untuk Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia
mewujudkannya. Ayat al-Quran pun turun segera (yang besar) dari Allâh, mereka tidak mendapat
dalam setiap sikap dan peristiwa mereka yang bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan
mengunjukkan keridhaan Allâh terhadap mereka. Allâh. dan Allâh mempunyai karunia yang besar.
(QS. Ali Imran/ 3: 173- 174).
Dalam perang Uhud misalnya, yaitu ketika
itu peperangan telah usai. Kaum Muslimin pun
berlalu, begitupun kaum musyrikin tengah dalam
perjalanan pulang ke Mekkah. Kaum Muslimin 4 Satu tempat sekira 8 mil dari Madinah. Kira-kira 20 kilo jaraknya.
Itulah yang menjadi tempat akhir pengejaran terhadap kaum
dalam suasana duka menghadapi musibah yang Musyrikin seusai perang Uhud. (Mu’jamul Buldan 2/ 301).

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 37


Tindakan mereka tersebut adalah bentuk dari sahabat terus menerus tiada henti menggambarkan
mengikuti ridhwân Allâh, sesuai dengan persaksian kesigapan dan berlombanya mereka dalam meraih
dari Allâh Rabbul alamin: [mereka mengikuti ridha Allâh.
keridhaan Allâh. dan Allâh mempunyai karunia Dan yang terbaik dari sikap Sahabat apa yang
yang besar.] artinya Allâh mengaruniakan kepada diperbuat oleh ash-Shiddiq (yang sangat jujur)
mereka dan memuliakan mereka dengan anugerah dari umat ini, yaitu Abu Bakr z . Ketika Nabi
agung tersebut. n menyebutkan bahwa Bilal tengah didera
Para ulama berkata: Mereka pun berjaya siksa, maka Abu Bakr pun bergegas ke sana dan
mendapatkan pahala perang secara sempurna. membeli Bilal lalu memerdekakannya. Pun ia
Padahal mereka tidak bertemu dengan musuh. membebaskan enam orang lainnya yang ditindas
Akan tetapi Allâh benamkan rasa takut dalam hati dan disiksa karena membela dan mempertahankan
para musuh, sehingga mereka pun melarikan diri keyakinannya terhadap Allâh.
ke Mekkah dalam keadaan kalah. Mengenai Abu Bakr inilah turun firman Allâh:
Juga dalam Shulhul Hudaibiyah. Nabi n
menyeru para sahabat, dan Nabi n mengambil 1 0/.-,+ *
bai’at dari mereka di bawah pohon. Jumlah mereka
lebih dari 1400 orang. Nabi n membaiat mereka <; : 987 6 5432
untuk ikut berperang hingga kematian. Para
sahabat pun membai’at Nabi n , seluruhnya. A @?> =
Tidak ada seorang pun yang ragu dan bimbang.
Baru saja mereka usai melakukan bai’at agung dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa
tersebut, turunlah firman Allâh: dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan
Allâh) untuk membersihkannya, padahal tidak ada
fedc ba`_ seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya
yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu
nml kjihg semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya
yang Maha tinggi. Dan kelak dia benar-benar
rqpo mendapat kepuasan. (QS. al-Lail/ 92: 17 – 21).
Artinya Allâh akan membuat Abu Bakr z ridha
Sesungguhnya Allâh telah ridha terhadap orang-
dan puas. Dikarenakan ia telah bersegera bergegas-
orang mukmin ketika mereka berjanji setia
gegas untuk meraih ridha Allâh. Karena itulah, ridha
kepadamu di bawah pohon, Maka Allâh mengetahui
Allâh pun menjadi tujuan dari maksud dan tujuannya;
apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan
menjadi klimaks dari dambaannya. Semoga Allâh
ketenangan atas mereka dan memberi balasan
meridhainya dan aku pun ridha kepadanya.
kepada mereka dengan kemenangan yang dekat
(waktunya). (QS. Al-Fath/ 48: 18). Allâhu Akbar! Allâh Maha Besar! Cobalah
kita renungkan dan bayangkan! Bagaimana
Allâh memberi balasan kepada mereka dengan Allâh memuliakan para sahabat mulia tersebut,
kemenangan yang dekat (waktunya), maksudnya sebagai bentuk penghargaan atas kedudukan
adalah kemenangan di Khaibar, dan ghanimah yang luhur mereka. Allâh telah membukakan hati umat
melimpah ruah. Allâh memuliakan mereka dengan ini dari dahulu hingga zaman kita sekarang ini
ghanimah yang melimpah dan memberikan kepada dan demikian hingga akhir zaman, yaitu kala
mereka kemenangan nyata. nama seorang sahabat disebut, maka itupun akan
Dan demikianlah sikap dan perilaku para diiringi dengan untaian doa untuk mereka agar

38 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


Allâh ridha kepadanya. Mereka akan mengatakan: dipetik dari ayat berikut:
radhiyAllâhu anhu semoga Allâh meridhainya kala
nama mereka disebut. Sungguh wujud kemuliaan &%$#"!
besar yang merupakan anugerah besar Allâh
untuk mereka. Berapa banyak doa untuk mereka -,+*)('
setiap saat dan setiap waktu, yang tak mungkin
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama
dihitung dengan bilangan dan angka! Hanya
(masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar
Allâh saja yang tahu. Ini semua merupakan
dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
bentuk meninggikan martabat dan kedudukan
baik, Allâh ridha kepada mereka dan merekapun
para sahabat dalam meraih ridha Allâh. Bila
ridha kepada Allâh. (QS. at-Taubah/ 9: 100).
Allâh telah membukakan pintu doa untuk hamba,
Mengenai orang-orang yang mengikuti sahabat
maka akan terbuka pula untuk mereka pintu-pintu
dengan cara yang baik, Allâh pun mengikutsertakan
rahmat-Nya, dan Allâh berikan kepada mereka
mereka dengan turut mendapatkan ridha darinya.
apa yang menjadi permintaan mereka..
Maka jatah ridha hamba yang didapat dari Allâh
21 0 / . - adalah sesuai dengan seberapa besar kadar hamba
tersebut meneladani dan mencontoh orang-
Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, orang yang Allâh ridhai. Konsekuensinya adalah,
niscaya akan Kuperkenankan bagimu. (QS. Ghafir/ bila seseorang dalam hatinya ada menyimpan
40: 60). dengki, kebencian, kesumat ataupun permusuhan
kepada sahabat, baik kepada sahabat secara umum
Doa seseorang untuk saudaranya sesama maupun secara individu, maka ini adalah pertanda
Muslim kala ia tidak ada di tempat, itu akan yang begitu jelas dan gamblang, bahwa ia telah
dikabulkan Allâh. Sungguh, berapa banyak doa kehilangan bagian dari ridha Allâh kepadanya,
yang senantiasa dipanjatkan kaum Mukminin sekaligus mendapatkan kerugian nyata yang
sepanjang sejarah Mukminin, doa yang mereka begitu besar. Wal iyadzu billah.
panjatkan untuk para sahabat mulia! Dan berapa
Bagaimana bisa kaum yang begitu sangat
banyak ridha Allâh yang begitu agung yang mereka
mulia di sisi Allâh ini, di mana Allâh mengumumkan
dapatkan?!
keridhan-Nya kepada mereka dalam banyak ayat,
Satu hal penting yang tidak boleh dilupakan lalu kemudian dalam hati seorang beriman ada
sama sekali oleh setiap Mukmin. Ketika berbicara rasa dengki dan permusuhan kepada salah satu
tentang luhurnya kedudukan sahabat dan betapa dari mereka yang mulia ini?! Lalu bagaimana
agung ridha Allâh yang mereka dapatkan, maka lagi dengan orang yang selalu menyibukkan diri
kita tidak boleh berhenti sampai di situ saja. Tidak dan waktunya untuk melaknat dan bersumpah
boleh hanya sekedar membaca sejarah mereka, serapah terhadap para sahabat?! Bahkan sebagian
dan memanjatkan doa untuk mereka semata. dari mereka ada yang menjadikan perbuatan
Namun lebih dari itu, itu semua harus dibarengi melaknat sahabat sebagai kebiasaan dan “wirid”
dengan spirit meneladani dan mencontoh hariannya, yang terus ia langgengkan, sebagai
tauladan dalam kehidupan mereka. Inilah faidah bentuk kebencian dan permusuhan yang begitu
dari telaah kita dan doa kita untuk para sahabat: meluap-luap dari mereka terhadap para sahabat
Menjadikan mereka sebagai tauladan dan mulia tersebut?! Terutama lagi bila itu ditujukan
contoh nyata, yang kita implementasikan dalam kepada sahabat terbaik, khususunya Abu Bakr,
kehidupan nyata. Tentu dalam rangka untuk ikut Umar, Aisyah, juga Hafshah, semoga Allâh 
meraih ridha dari Allâh . Inilah pesan yang meridhai mereka semua. Redaksi [ ]

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 39


llâh menyebutkan dengan gamblang Islam sebagai agama dan ridha Muhammad n

A bahwa keridhaan Allâh  itu adalah


karunia terbesar. Allâhberfirman:
sebagai rasul, maka dia akan merasakan rasanya
keimanan1

£¢¡‫}~ﮯ‬
Hadits ini mengandung empat perkara yaitu
ridha terhadap rubûbiyah Allâh, ridha terhadap

ª©¨§¦ ¥¤
ulûhiyah Allâh, ridha terhadap rasul-Nya dan
tunduk kepadanya, ridha terhadap agama yang

´³ ² ± ° ¯® ¬ «
dibawa oleh Rasûlullâh n dan pasrah kepadanya.
Ibnul Qayyim t mengatakan, “Barangsiapa
º¹ ¸ ¶μ terkumpul pada dirinya empat perkara ini, maka
dialah orang jujur yang sebenarnya. Empat perkara
Allâh menjanjikan kepada orang-orang Mukmin, ini adalah perkara yang mudah diakui dan mudah
lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang diucapkan dengan lisan, namun perkara-perkara
dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka ini akan menjadi perkara yang paling sulit ketika
di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang realisasi dan ketika mendapatkan ujian, terutama
bagus di surga ‘Adn. Dan keridhaan Allâh adalah lebih jika ada sesuatu yang bertentangan dengan
besar; itu adalah keberuntungan yang besar. (QS. At- keinginan dan tujuan nafsu. Dengan itu, akan
Taubah/9:72) tampak bahwa ridha yang dia ucapkan dengan
Diantara yang mengundang ridha Allâhini lisannya itu hanya sebatas lisannya, belum
adalah keridhaan seorang hamba terhadap Allâh perbuatannya.
 , sehingga keridhaan Allâh  terhadap  Ridha terhadap ulûhiyah Allâh. Ini mencakup
hamba-nya menjadi sebuah balasan yang sejenis. ridha kepada-Nya dengan mencintai-Nya, takut
Hamba-Nya ridha kepada-Nya, maka balasannya kepada-Nya, berharap kepada-Nya, taubat
adalah Allâhridha kepada hamba tersebut. kepada-Nya, hanya beribadah kepada-Nya, ….
Ridha seorang hamba yang dijadikan jalan untuk Keridhaan ini mencakup ibadah kepada-Nya
beribadah kepada Allâhitu ada dua macam. dan mengikhlaskah ibadah untuk-Nya
 Ridha terhadap rubûbiyah Allâh, mencakup
Pertama; Ridha billâh (Ridha terhadap Allâh). ridha terhadap pengaturan Allâh  untuk
Hal ini ditunjukkan oleh hadits yang para hamba-Nya. Ridha ini juga mencakup
diriwayatkan oleh al-Abbas ibnu Abdil Muthallib pengesaan Allâh dalam hal tawakkal (artinya
z , dia mendengar Rasûlullâh n bersabda: hanya bertawakkal kepada-Nya-red), hanya
َ ْ ْ َ َ ّٰ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ meminta pertolongan dan hanya bersandar
ِ‫ﺎﻹﺳﻼم‬ ِ ِ‫ وﺑ‬،‫ﺎن ﻣﻦ ر ِ ﺑِﺎ ِ رﺑﺎ‬ ِ ‫اﻹﻳﻤ‬ ِ ‫ذاق ﻃﻌﻢ‬ kepada-Nya. Dan dia ridha terhadap apa yang
ً َ ‫ َوﺑ ُﻤ‬،‫دﻳﻨًﺎ‬
‫ﺤﻤ ٍﺪ َر ُﺳ ْﻮﻻ‬
Allâhlakukan pada dirinya.
ِ ِ Jadi yang pertama itu, ridha terhadap semua
Orang yang ridha Allâh  sebagai Rabb, ridha 1 HR. Muslim, no. 34

40 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


yang Allâh  perintahkan dan yang kedua Ridha terhadap Allâh adalah kewajiban yang
ini, ridha terhadap semua yang Allâh  Allâh fardhukan atas setiap Muslim. Tidak ada
taqdirkan. keislaman juga keimanan kecuali disertai rasa ridha
 Ridha terhadap Nabi n sebagai rasul-Nya. terhadap-Nya. Dia ridha terhadap Allâhsebagai
Rabbnya, pencipta-Nya, pengatur-Nya. Dia ridha
Keridhaan ini mencakup ketundukan yang
terhadap Allâh sebagai Rabb yang diibadahi dengan
sempurna kepadanya n , pasrah sepenuhnya
haq, tidak yang berhak diibadahi selain Dia; Hanya Dia
kepadanya dengan menjadikannya n
yang dituju; Hanya kepada-Nya dia bersandar. Hanya
sebagai orang yang lebih utama daripada
kepada Allâhsemua jenis ibadah ditujukan; Dia
dirinya, sehingga dia tidak menerima petunjuk
tidak menjadikan selain Allâh  sebagai sekutu
kecuali dari kalimat-kalimatnya n ; Dia
juga tandingan bagi Allâh. Ridha kepada Allâh
tidak berhukum kecuali kepadanya; Dia
 tidak akan sempurna kecuali dengan ridha
tidak menjadikan selainnya sebagai hakim
terhadap agama-Nya dan ridha terhadap Nabi-Nya.
atas Nabi-Nya; Dia tidak ridha sama sekali
Oleh karena itu, ketiga jenis ridha ini dikumpulkan
terhadap hukum selain hukumnya, baik dalam
atau disebutkan secara bersamaan dalam sebuah
masalah Nama-nama Allâh dan sifat-sifat-Nya hadits. Ridha terhadap Allâh  jenis ini terkait
juga perbuatan-perbuatan-Nya; Juga dalam dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
masalah-masalah terkait hakikat rasa keimanan
Kedua; Ridha ‘anillah (Ridha kepada Allah)
atau maqam-maqam (tingkatan-tingkatan)
terkait apa yang Allah  lakukan untuk para
keimanan, termasuk dalam semua hukum-
hamba-Nya dan apa yang Allah  berikan
hukum, baik yang zhahir maupun yang bathin;
kepadanya. Ini kaitannya dengan pahala Allah
Dalam masalah-masalah ini, dia tidak ridha
 , balasan-Nya, pemberian-Nya, karunia-Nya
dengan hukum selain hukumnya n . Jika pun
dan bantuan-Nya.
dia tidak bisa berhukum dengan hukumnya,
Jenis ridha yang pertama, yaitu ridha billah
dan dia harus berhukum dengan hukum yang
merupakan asas, sedangkan jenis ridha kedua, yaitu
lainnya, maka berhukumnya itu seperti orang
ridha ‘anillah merupakan cabang dari jenis ridha
yang terpaksa mengkonsumsi bangkai dan
yang pertama. Ridha yang pertama hukum fardhu,
darah ketika tidak mendapati apapun yang bisa
berdasarkan kesepakatan ulama ahli ilmu, sedangkan
dipergunakan untuk menyambung hidupnya.
jenis ridha yang kedua, meskipun ridha jenis ini
Atau paling ringannya, seperti menggunakan
termasuk perkara yang paling agung dan jenis ibadah
debu yang untuk bertayammum ketika tidak bisa
yang paling mulia. Masyarakat umum tidak dituntut
menggunakan air yang suci dan menyucikan.
untuk merealisasikan yang kedua, karena mereka
 Ridha terhadap agama-Nya. (Artinya), jika Dia tidak mampu untuk itu dan ini tentu memberatkan
telah berkata, atau telah menetapkan suatu mereka. Ada sekelompok orang yang menyatakan
hukum, atau telah memerintahkan sesuatu bahwa ridha jenis kedua ini juga hukumnya wajib.
atau melarang dari sesuatu, maka dia benar- Yang benar, yang wajib terkait taqdir Allâh
benar ridha; Tidak ada sama sekali dihatinya adalah bersabar, adapun ridha terhadapnya maka itu
rasa berat dalam menerima hukum-Nya; Dia hukumnya mustahab. Orang yang dimuliakan oleh
benar-benar tunduk kepada-Nya meskipun itu diberikan rasa ridha dalam masalah ini, maka sungguh
berlawanan dengan maksud dan keinginan dia mendapatkan keberuntungan yang besar.
jiwa dan hawa nafsunya atau berbeda dengan
Semoga Allâh menjadikan kita termasuk
perkataan pengikutnya, atau syaikhnya atau
orang-orang yang ridha Allâh  sebagai ilah
kelompoknya.”2
dan Rabb kita serta ridha dengan semua taqdir
2 Madârijus Sâlikîn, 2/172-173 (ketetapan) Allahuntuk kita. Redaksi [ ]

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 41


Disusun oleh : Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari

S
esungguhnya diutusnya para Rasul
oleh Allâh  merupakan rahmat
dan nikmat yang sangat besar kepada
manusia. Karena para Rasul mengajak kepada
perkara-perkara yang akan membawa kebaikan
di dunia dan di akhirat.
Allâh  berfirman:

½¼»º¹¸¶μ´
ÂÁÀ ¿¾
Manusia yang Allâhpilih sebagai
Æ ÅÄÃ Rasul-Nya adalah manusia terbaik, sebab
Allâh Maha Mengetahui dan bijaksana di

ÎÍÌËÊÉ ÈÇ dalam mengirim risalah-Nya. Allâh


berfirman:

Sungguh Allah telah memberi karunia kepada ÈÇ Æ Å Ä Ã


orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus di antara mereka seorang rasul dari Allâh lebih mengetahui di mana Dia
menempatkan tugas kerasulan. (QS. Al-
golongan mereka sendiri, yang membacakan
An’am/6: 124)
kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan
(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka SIFAT-SIFAT PARA RASUL
Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya Selayaknya kita mengenal sifat-sifat
sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah para Rasul, sehingga kita akan mencintai
benar-benar dalam kesesatan yang nyata. mereka dan mengagungkan mereka
(QS. Ali-Imrân/3: 164) dengan sesuai kedudukan mereka.

42 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


Sebab sebagian manusia telah bersikap ghuluw KONSEKWENSI RASUL ADALAH MANUSIA
(melewati batas) kepada para Rasul, sehingga Karena para Rasul adalah manusia, maka
memberikan sifat-sifat di atas yang semestinya. mereka memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Mereka
Maka marilah kita mengenal mereka berdasarkan tidak memiliki sifat-sifat malaikat, apalagi sifat-
kitab suci Al-Qur’an dan As-Sunnah. sifat ketuhanan. Di antara sifat mereka antara lain:

PARA RASUL ADALAH MANUSIA 1. Keturunan Nabi Adam q .


Karena para Rasul adalah manusia, maka
Di antara hikmah Allâh adalah mengutus para
mereka adalah keturnan Nabi Adam q yang
Rasul kepada manusia, dan para Rasul itu juga
diciptakan dari tanah. Bukan diciptakan dari nur
manusia. Allâhberfirman:
(cahaya), karena yang diciptakan dari nur adalah
Ú ÙØ × Ö malaikat.
َ ُ ّٰ ُ ُ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ
Katakanlah (wahai Nabi Muhammad): “Sesungguhnya ‫ﺖ‬ ِ ِ‫ﻘ‬ ‫ﻠ‬‫”ﺧ‬ b ِ ‫ﻗﻦ ﺨﺋِﺸﺔ ﻗﺎﻟﺖ ﻗﺎل رﺳﻮل ا‬
َ ‫ﺎن ﻣ ْﻦ‬ُّ َ ْ َ ُ َ ُ ْ ُ َ َ َ ْ
‫ﺎر ٍج ِﻣ ْﻦ‬
aku ini hanya seorang manusia seperti kamu!”.
(QS. Al-Kahfi/18: 110) ِ ‫ﻣ‬ ِ ‫ﻮر وﺧ ِﻠﻖ اﺠﻟ‬ ٍ ‫اﻟﻤﻼﺋِﻜﺔ ِﻣﻦ ﻧ‬
ُ َ َ َ ُ َ
.“‫ﺎر َوﺧ ِﻠ َﻖ آد ُم ِﻣﻤﺎ ُو ِﺻﻒ ﻟﻜ ْﻢ‬
ٍ ‫ﻧ‬
LAKI-LAKI
Di antara sifat para Rasul adalah bahwa mereka Dari Aisyah, dia berkata: Rasûlullâh n bersabda:
berjenis kelamin laki-laki. “Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari
Allâhberfirman: nyala api dan Adam diciptakan dari sesuatu yang
telah disebutkan kepada kalian (yaitu dari tanah).”
l kji h gfed (HR. Muslim, no. 2996; Ahmad, no. 25194, 25354;
Ibnu Hibban, no. 6155. Dishahihkan Al-Albani di
nm dalam Ash-Shahihah, no. 458)

Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan Mereka diciptakan dari air mani kedua orang
orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya tuanya, kecuali Nabi Isa bin Maryam q yang
di antara penduduk negeri. (QS. Yusuf/12: 109) Allâh ciptakan secara khusus tanpa ayah, sebagai
tanda kekuasaan-Nya.
Allâhjuga berfirman:
Allâhberfirman:

t sr q p o n m l < ; :9876543
{z y xw v u Maka hendaklah manusia memperhatikan dari
apakah dia diciptakan?Dia diciptakan dari air yang
Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu
terpancar. (QS. Ath-Thariq/86: 5-6)
(Muhammad), melainkan beberapa orang laki-
laki yang Kami beri wahyu kepada mereka,
maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang 2. Tidak Mengetahui Perkara Ghaib
yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui. Yang dimaksud perkara ghoib yaitu perkara
(QS. Al-Anbiya’/21: 7) yang tidak dapat dijangkau oleh panca indra

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 43


manusia. (Lihat: ‘Alamus Sihr, hal: 263, karya Dr. dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur
Umar Sulaiman Al-Asyqar). Semua perkara ghaib melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh
hanya diketahui oleh Allâh  . Allâh  sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak
berfirman: sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan

A@ ? > = < ; : 9 8 7
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS.
Al-An’am/6: 59)
Katakanlah:”Tidak ada seorangpun di langit dan di
bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Lima kunci perkara ghaib ini dijelaskan oleh
Allâh”. (QS. An-Naml/27: 65) Nabi Muhammad n di dalam hadits yang shahih,
sebagai berikut:
َ َ ّٰ َ َ ُ ّٰ َ َ
‫ ﻗﺎل‬b ِ ‫ﻗ ْﻦ ﻗﺒْ ِﺪ ا ِ ﺑ ْ ِﻦ ﻗ َﻤ َﺮ أن َر ُﺳﻮل ا‬
Allâh  berfirman tentang perkataan Nabi
Muhamamd n :

‫ﺔ‬ َ ‫َﻣ َﻔﺎﺗ ُﺢ اﻟْ َﻐﻴْﺐ َﻤﺧْ ٌﺲ إن ا ّٰ َ ﻋﻨْ َﺪ ُه ﻋﻠْ ُﻢ اﻟﺴ‬


‫ﺎﻋ‬
- ,+ * ) ( ' & % $ # " ! ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َْ ََ َ ْ َ ْ ْ
َ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ ِّ َ ُ َ
4 3 2 1 0 / . ‫وﻳﺰﻨل اﻟﻐﻴﺚ وﻳﻌﻠﻢ ﻣﺎ ِﻲﻓ اﻷرﺣﺎمِ وﻣﺎ ﺗﺪ ِري‬
ِّ‫ﺐ َﻏ ًﺪا َو َﻣﺎ ﺗَ ْﺪري َﻏ ْﻔ ٌﺲ ﺑﺄَي‬ ُ ‫ﻜﺴ‬ ْ َ َ َ ٌ َْ
‫ﻏﻔﺲ ﻣﺎذا ﺗ‬
? > = < ; : 9 8 76 5 ِ ِ ِ
ٌ‫ﻴﻢ َﺧﺒﺮﻴ‬ ٌ ‫ﻮت إن ا ّٰ َ َﻋﻠ‬ ُ َُ َْ
Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan
ِ ِ ِ ‫أر ٍض ﻳﻤ‬
bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan
kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya Dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasûlullâh n
aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat bersabda: Kunci-kunci semua yang ghaib ada
kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan lima, (Beliau membaca ayat, surat Luqman: 34):
ditimpa kemudaratan. Aku tidak lain hanyalah Sesungguhnya Allâh, hanya pada sisi-Nya sajalah
pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah
bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Al-A’râf/7: 188) Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa
yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang
dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
Ada lima kunci perkara ghaib yang hanya
diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang
diketahui oleh Allâh. Allâhberfirman:
dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Æ ÅÄ Ã Â Á À ¿ ¾ Sesungguhnya Allâh Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. (HR. Al-Bukhari, no: 4627)
Ð Ï Î Í Ì ËÊ É È Ç
ÙØ×ÖÕÔ ÓÒÑ Namun terkadang Allâhmemberitahukan
sebagian perkara ghaib itu kepada rasul yang Dia
ßÞ ÝÜÛÚ kehendaki lewat wahyu-Nya. Allâhberfirman:

Dan pada sisi Allâh-lah kunci-kunci semua yang Ø×ÖÕ ÔÓÒÑÐ Ï


ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia
sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan ÜÛÚÙ

44 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”. Itulah
Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang
yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai- benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang
Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga- kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai
penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (QS. anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan
Al-Jinn/72: 27) sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”,
maka jadilah ia. (QS. Maryam/19: 33-35)
Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullâh
menyatakan bahwa firman Allâh “Tidak ada Allâhberfirman tentang Nabi Muhammad
yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri”, maka n :
barangsiapa mengaku-ngaku mengetahui sesuatu
darinya, dia telah kafir”. (Syarah Aqidah Wasitiyah, × ÖÕÔÓ
hlm: 105; karya Syaikh Sholih Al-Fauzan; penerbit
Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya
Darul ‘Aqidah)
mereka akan mati (pula). (QS. Az-Zumar/39: 30)
Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullâh
menyatakan: “Maka barangsiapa mengaku-ngaku
(mengetahui) perkara ghaib dengan sarana apa saja Allâhjuga berfirman:
–selain yang dikecualikan oleh Allâh kepada para
rasul-Nya (lewat wahyu-Nya)- maka dia pendusta, LK J I H G F E D C
SRQ P ONM
kafir. Baik hal itu dengan sarana membaca telapak
tangan, gelas, perdukunan, sihir, perbintangan/
zodiak, atau lainnya”. (Lihat: Kitab At-Tauhid, hal: Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul,
30, karya Syaikh Shalih Al-Fauzan, penerbit Darul sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang
Qasim, cet: 2, th: 1421 H / 2000 M) rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu
berbalik ke belakang (murtad)? (QS. Ali Imrân/3: 144)
3. Lahir, Hidup Di Dunia, Lalu Wafat.
Sebagaimana umumnya manusia, para Rasul 4. Membutuhkan makan dan minum
juga dilahirkan oleh ibunya, lalu hidup di dunia,
Allâhberfirman:
lalu wafat jika telah datang ajalnya. Allâh 
berfirman tentang Nabi Isa bin Maryam q : ih gfedc b
| { z y x w v u srqpo nm lkj
§ ¦ ¥ ¤£ ¢ ¡ ‫ } ~ ﮯ‬Dan mereka (orang-orang kafir) berkata: “Mengapa
rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-
μ´ ³² ± ° ¯ ® ¬ « ª © ¨ pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang

¿¾ ½ ¼»º¹¸ ¶
malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan
bersama-sama dengan dia? (QS. Al-Furqan/25: 7)
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, Allâh  berfirman tentang Nabi Isa bin
pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal Maryam q :

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 45


© ¨ § ¦ ¥ ¤ £ ¢ 4 32 1 0 / . - , +
± °¯ ® ¬ « ª 76 5
¸ ¶ μ ´³ ² Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji
kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.
¿¾ ½¼»º¹ Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
(QS. Al-Mulk/67: 2)
Al Masih putra Maryam hanyalah seorang Rasul yang
sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa
Allâhjuga berfirman:
rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar,
kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan
«ª ©¨§¦¥¤
bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli
Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian ´ ³ ² ±° ¯ ® ¬
perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari
memperhatikan ayat-ayat Kami itu). ½¼»º¹¸¶μ
(QS. Al-Maidah/5: 75)
Æ Å Ä Ã Â Á À¿ ¾
MAYORITAS RASUL Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk
MENIKAH DAN MEMILIKI ANAK surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan)
sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
Allâhberfirman:
sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka
srqponm l dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah
‫ { | } ~ﮯ‬z y x w v ut Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya:
«Bilakah datangnya pertolongan Allâh?» Ingatlah,
¤£¢¡ sesungguhnya pertolongan Allâh itu amat dekat.
(QS. Al-Baqarah/2: 214)
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa
Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada Bahkan ujian yang dialami para Rasul lebih
berat dibandingkan ujian manusia lainnya. Di
mereka istri-istri dan keturunan. Dan tidak ada hak
dalam sebuah hadits disebutkan:
bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat
َ ْ َ َ ْ َ ْ ُ ْ َ
(mukjizat) melainkan dengan izin Allâh. Bagi tiap-tiap
‫ َﺳﻌ ِﺪ ﺑ ْ ِﻦ ِأ‬،‫ ﻗ ْﻦ أ ِﻧﻴ ِﻪ‬،‫ﺐ ﺑ ْ ِﻦ َﺳﻌ ٍﺪ‬ ِ ‫ﻗﻦ ﻣﺼﻌ‬
ُّ َ َ ُّ َ‫ﻮل ا ّٰ ِ أ‬
َ َُ َ ُ ُْ َ َ
masa ada Kitab (yang tertentu). (QS. Ar-Ra’d/13: 38)
‫ﺎس أﺷﺪ‬ ِ ‫اﺠ‬ ‫ي‬ ‫ ﻳﺎ رﺳ‬:‫ ﻗﻠﺖ‬:‫ ﻗﺎل‬،‫ﺎص‬ ٍ ‫َوﻗ‬
َ ْ ََُْْ َ ََُْْ ُ ُ َ َْْ َ َ َ
‫ ﻳُﺒﺘَﻰﻠ‬،‫ ﻋﻢ اﻷﻣﺜﻞ ﻓﺎﻷﻣﺜﻞ‬،‫ﺎء‬ ‫ ”اﻷﻧ ِﺒﻴ‬:‫ﺑَﻼ ًء؟ ﻗﺎل‬
6. Mengalami Bala’/Ujian
Sebagai manusia para Rasul juga mengalami
ْ َ َ ْ َ َ ‫ﺒﻟ َﺣ‬ ََ َُْْ
ujian di dalam kehidupan ini. Karena hidup adalah
،‫ ﻓ ِﺈن ﺎﻛن ِﻲﻓ ِدﻳ ِﻨ ِﻪ ُﺻﻠﺒًﺎ‬،‫ﺐ ِدﻳ ِﻨ ِﻪ‬ ِ ‫ﺴ‬ ‫اﻟﻌﺒﺪ‬
ujian.
ََ ُْ ٌ َ
‫ﻲﻠ ﺒﻟ‬ َ ‫ اﻧﺘ‬،‫ َو ِ ْن َﺎﻛ َن ِﻲﻓ ِدﻳ ِﻨ ِﻪ ِرﻗﺔ‬،‫اﺷﺘَﺪ ﺑَﻼ ُؤ ُه‬
ْ
Allâhberfirman:
ِ

46 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


ُ َ ُْ َ َ ْ َ ْ ُ َ َْ ُ َْ َ َ َ َ َ dari tanaman arok, yang dahannya biasa untuk
‫ﺮﺘﻛﻪ‬ ‫ ﺣ ﻓ‬،‫ ﻓﻤﺎ ﻓﺮﺒح اﻛﻼء ﺑِﺎﻟﻌﺒ ِﺪ‬،‫ﺐ ِدﻳ ِﻨ ِﻪ‬ ِ ‫ﺣﺴ‬ siwak), lalu beliau bersabda: “Petiklah yang berwarna
َ َ َْ ََ َ
“‫ َو َﻣﺎ َﻋﻠﻴْ ِﻪ ِﻣ ْﻦ ﺧ ِﻄﻴﺌَ ٍﺔ‬،‫ﻓ ْﻤ ِ ﺒﻟ اﻷ ْر ِض‬ hitam, itu lebih enak!”. Dia (Jabir) bertanya: “Apakah
engkau pernah menggembalakan kambing?”. Beliau
Dari Mush’ab bin Sa’ad, dari ayahnya, Sa’ad bin menjawab: “Ya. Bukankah tidak ada seorang Nabi
Abi Waqqash, dia bertanya: “Wahai Rasulullah, kecuali pernah menggembalakan kambing?.» (HR. Al-
manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Bukhari, no. 5453; Muslim, no. 2050/163)
Beliaubshallallahu ‘alaihi wa sallambmenjawab, “Para
Nabi n dahulu juga pernah berdagang. Nabi
Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya
Dawud q sebagai pandai besi. Allâh 
lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan agamanya.
berfirman:
Apabila agamanya kuat, maka ujiannya berat.
Apabila agamanya lemah, maka ia diuji sesuai
dengan agamanya. Seorang hamba senantiasa akan
¯®¬«ª©
mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka °
bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR. Ibnu
Majah no. 4024; Tirmidzi no. 2398; Ad Darimi no. Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju
2825; Ahmad, no. 1481, 1494, 1555, 1607; Ibnu besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam
Hibban, no. 2900, 2901, 2920, 2921; dll. Syaikh Al- peperanganmu. (QS. Al-Anbiya’/21: 80)
Albani menshahihkan di dalambShahih Al-Jami’, no.
Dan Nabi Zakaria q adalah seorang
992, 993; Shohih At-Targhib wa At Tarhib,bno. 3402,
tukang kayu.
ُ َُ َ َ َ َ َََُْ َ ْ َ
dan Silsilah Ash-Shohihah, no. 143)
‫ ﻗﺎل رﺳﻮل‬:‫ﻗﻦ أ ِ ﻫﺮﻳﺮة ر اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل‬
َ َ َ
‫ ﻋﻠﻴﻪ‬- ‫ ” ﺎﻛن َز ِﺮﻳﺎ‬:‫ﷲ ﺻﻰﻠ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬
BEKERJA MENCARI REZEKI
Sebagaimana umumnya manusia, para Nabi ِ ‫ا‬
dan Rasul juga bekerja mencari rezeki. Dan banyak ً ‫ َﺠﻧ‬- ‫اﻟﺴﻼم‬
” ‫ﺎرا‬
para Nabi yang mengalami sebagai penggembala
kambing. Di dalam sebuh hadits diriwayatkan, Dari Abu Hurairah z , dia berkata: Rasûlullâh
bahwa Jabir bin Abdillah berkata: n bersabda: “Dahulu Nabi Zakaria q adalah
َْ َ ‫ ب َم ّر اﻟﻈ ْﻬ‬b ِ ّٰ ‫ُﻛﻨﺎ َﻣ َﻊ َر ُﺳﻮل ا‬ seorang tukang kayu". (HR. Muslim, no. 2379/169;
‫ان ﺠﻧ ِﻲﻨ‬ ِ ‫ﺮ‬ ِ ِ ِ
َ
Ibnu Majah, no. 2150; Ahmad, no. 7934)
ُ َ ُْ ُ َ َ :‫ َﻓ َﻘ َﺎل‬،‫ﺎث‬َ ََ
‫”ﻋﻠﻴْﻜ ْﻢ ﺑِﺎﻷ ْﺳ َﻮ ِد ِﻣﻨﻪ ﻓ ِﺈﻧﻪ‬ ‫اﻟﻜﺒ‬ Demikian keterangan mengenai sebagian sifat-

ْ،‫»ﻏ َﻌﻢ‬َ َ َ َ َ َ َ َْ َ ْ ُ َ َ َ ُ َ َْ
َ sifat para Nabi dan Rasul, semoga menambahkan
:‫ أﻛﻨﺖ ﺗﺮﻰﻋ اﻟﻐﻨﻢ؟ ﻗﺎل‬:‫أﻓﻄﺐ« ﻓﻘﺎل‬ kepada kita kecintaan dan keimanan kepada
َ َ َْ
“‫َوﻫﻞ ِﻣ ْﻦ ﻧ ِﻲﺒ ِإﻻ َر َﺨﻫﺎ‬
mereka. Sesungguhnya mengikuti jalan para Rasul
adalah kebenaran yang akan menghantarkan
menuju surga.
Dahulu kami bersama Rasulullah n di Marrizh
Zhahran, kami memetik buah kabats (nama buah Wallahul Musta’an. [ ]

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 47


Disusun oleh : Ustadz Muhammad Ashim bin Mustofa, Lc

ahulu, umat manusia pada mengikuti al-Qur-`an dan Sunnah. Maka, keadaan mereka

D masa Rasûlullâh n dan


generasi pertama dari umat
ini berada di atas satu keyakinan yang
sebenarnya bisa kabur pada pandangan orang awam,
lantaran mereka menampakkan diri berdalil dengan nash-
nash syar’i untuk membela pandangan dan keyakinan
sama dan di atas jalan yang lurus, mereka.
hingga akhirnya timbullah fitnah-fitnah Karena realita mereka demikian, maka Ahli Sunnah
dan muncullah ahli bid’ah. Kemudian wal Jama’ah harus menjelaskan dan menampakkan
golongan Khawarij, Syiah, Jahmiyyah, madzhab Salafus Shalih yang seorang pun tidak ragu
Mu’tazilah bermunculan. Selanjutnya, bahwa mereka adalah benar-benar Ahli Sunnah dan
letupan api ahli kalam beterbangan di para imamnya yang telah dikenal bersama, dan harus
kota-kota menebar syubhat-syubhat. menjelaskan pemahaman dan penafsiran mereka
Mereka semua memandang diri terhadap nash-nash tersebut. Sebab, pemahaman mereka
mereka berada di atas al-haq dan itu lebih teliti, pikiran mereka lebih jernih, lebih tulus
merekalah firqah nâjiyah (golongan dalam mengikuti dalil dan beramal, ilmu mereka lebih
yang selamat). Nash-nash al-Qur`an mendalam, paling sedikit dalam memaksakan diri, lebih
dan Sunnah mereka catut sebagai dekat kepada cahaya kenabian dan pancaran wahyu dari
dalil yang membenarkan pandangan Allâh  . Cahaya al-Qur`an dan Sunnah masih
mereka. Mereka meletakkan dalil-dalil senantiasa menyinari hati mereka, mengantarkan mereka
tersebut sejalan dengan pandangan dan menuju pendapat yang haq dan jalan yang lurus.
pendapat mereka, dan memalingkannya Dengan itu, manusia akan mengetahui pendapat-
dari makna-makna zhahir dalil tersebut. pendapat dan pandangan-pandangan Ulama Salafus
Mereka mengklaim diri mereka shalih sehingga menjadi jelas bagi orang-orang
sejauh mana pertentangan dan perbedaan nyata
1 Wasathiyyatu Ahlis Sunnah Bainal Firaqi, DR.
Muhammad Bakarim Muhammad Baabdullah, hlm.
antara pendapat-pendapat dan pandangan-pandangan
105-108. golongan-golongan sesat tersebut terhadap pendapat

48 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


dan pandangan generasi Salafus shalih. Demikianlah. Para Ulama dari kalangan imam-
Oleh sebab itu, banyak imam umat Islam imam umat Islam sangat intens menerangkan
jika menyebutkan satu perkara aqidah, mereka bahwa apa yang mereka nyatakan dan ucapkan
bersemangat untuk menyampaikan pernyataan dalam masalah aqidah merupakan pernyataan
generasi Salaf dan para imam panutan umat para imam sebelum mereka, baik dari kalangan
yang telah disepakati, supaya diketahu bahwa Sahabat, Tabi’in, dan Atba Tabi’in, untuk diketahui
orang yang bertentangan dengan mereka itu bahwa keyakinan yang tidak sejalan dengan itu,
tidak berjalan di atas jalan para imam. maka bukanlah dari pandangan dan petunjuk
mereka, dan sesungguhnya hal itu merupakan
Imam Ahmad t berkata dalam
perkataan ahli bid’ah.
muqaddimah kitab beliau as-Sunnah, “Ini adalah
pandangan-pandangan Ahli ilmu, para ash-habul Walaupun ahli bid’ah mengaku-aku mengikuti
Atsar, dan Ahli sunnah yang berpegang-teguh al-Qur`an dan Sunnah, berdalil dengan banyak
dengan talinya, yang dikenal dengannya yang nash al-Qur`an dan Sunnah untuk keyakinan yang
menjadi teladan yang diikuti sejak generasi para mereka pegangi dan mengklaim sebagai ahlul
Sahabat Nabi n hingga hari ini, dan aku jumpai haq, bahkan sebagian menamakan dirinya dengan
para Ulama dari Hijaz, Syam dan kota-kota lainnya ahlu sunnah, akan tetapi mereka tidak pernah
berada di atas keyakinan-keyakinan tersebut. mengklaim sama sekali bahwa mereka berada
Maka, barang siapa menyelisihi apa saja dari di atas madzhab Salaf atau mengikuti orang-
aqidah-aqidah ini atau mempermasalahkannya orang yang mengikuti Salaf atau menyatakan
atau mencela orang yang menyampaikannya, pandangan mereka. Justru mereka bertentangan
ia adalah orang yang keliru, ahli bid’ah dan dan berbeda dengan generasi Salaf.
keluar dari jamaah, menyimpang dari manhaj Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah t berkata,
Sunnah dan jalan yang haq”. Kemudian, beliau “Bahkan golongan-golongan yang masyhur
menyebutkan pernyataan-pernyataan para dengan bid’ah, seperti Khawarij, Rafidhah, mereka
Ulama tersebut dalam kitab. 2 tidak pernah mengaku diri mereka berada di atas
Demikian pula Imam Abu Hatim ar-Razi madzhab Salaf. Sebaliknya, mereka mengkafirkan
(wafat tahun 277 H) dan Abu Zur’ah ar-Razi mayoritas generasi Salaf. Golongan Rafidhah
(wafat tahun 264 H), “Kami jumpai Ulama di menikam kehormatan Abu Bakar, Umar dan
seluruh negeri: Hijaz, Iraq, Syam Yaman, di antara mayoritas Sabiqunal Awwalin dari kalangan
pandangan mereka dalam (aqidah) bahwa iman Muhajirin dan Anshar, dan orang yang mengikuti
adalah ucapan dan perbuatan, bertambah dan mereka dengan baik, dan seluruh imam
berkurang”. 3 umat Islam. Bahkan golongan Rafidhah telah
mengkafirkan mereka. Maka, bagaimana bisa
Imam al-Auza’i t berkata, “Ketika para
mereka mengaku di atas madzhab Salaf?! Mereka
generasi Tabi’in masih banyak, kami menyatakan
sekedar mengaku-aku mengikuti madzhab Ahlul
bahwa sesungguhnya Allâh di atas ‘Arsy, kami
Bait dengan kedustaan.
beriman dengan semua yang datang dalam
Sunnah yang memuat sifat-sifat-Nya”. 4 Begitu pula, golongan Khawarij. Mereka telah
mengkafirkan ‘Utsman bin ‘Affan dan ‘Ali bin
Abi Thalib, serta mayoritas Sahabat dan Tabi’in.
2 As-Sunnah hlm.33-34 bersama kitab ar-Raddu ‘alal Jahmiyyah.
3 Syarhu Ushu I’tiqadi Ahlis Sunnah 1/176. Bagaimana mereka bisa mengklaim berada di
4 Al-‘Uluww, adz-Dzahabi hlm.102.

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 49


atas madzhab Salaf?! sifat-sifat Allâh tidak ditakwilkan. Sementara ahli
Golongan Mu’tazilah juga telah memandang kalam ingin mentakwilnya, baik memandangnya
para Sahabat dan Tabi’in orang-orang fasik dan harus ditakwil atau boleh ditakwil. Mereka
menikam kehormatan kebanyakan dari mereka menyebutkan perbedaan antara generasi Salaf
dan riwayat-riwayat yang mereka bawakan yang dan tokoh-tokoh mereka sendiri dari kalangan
tidak sejalan dengan pandangan dan hawa nafsu ahli kalam. Ini ucapan mereka dan yang tertulis
Mu’tazilah. Mengikut madzhab Salaf bukanlah di buku-buku mereka”. 5
slogan mereka. Maksudnya, adalah bahwa Bila demikian keadaan firqah-firqah dan
golongan-golongan yang masyhur dengan bid’ah, golongan-golongan tersebut, yaitu dengan
mereka tidaklah mengikuti madzhab Salaf. Maka terang-terangan menyebut bahwa madzhab
dapat diketahui bahwa slogan ahli bid’ah adalah mereka berbeda dengan madzhab generasi Salaf,
tidak mengikuti generasi Salaf. disertai mengaku mengikuti Al-Kitab dan Sunnah,
Sedangkan ahli kalam dari kalangan berdalil dengan keduanya dan menamakan
Kullabiyyah, Karramiyyah dan Asy’ariyyah, diri dengan ahlul haq, ahli sunnah wal jama’ah,
termasuk para Fuqaha, kaum Sufi dan Ahli maka Ulama Ahli Sunnah menampakkan
Hadits, secara prinsip mereka tidak menikam madzhab generasi Salaf, menyingkapkannya
kehormatan para generasi Salaf. Mereka banyak dan menyebutkan pernyatan-pernyataan para
sejalan dengan generasi Salaf pada kebanyakan imam dari kalangan Sahabat Nabi dan generasi
pandangan-pandangan mereka. Akan tetapi, setelah mereka dari kalangan ahli ilmu dan
setiap orang yang lebih berilmu tentang hadits, para pengikut yang merupakan para imam
maka ia akan lebih tahu dan lebih mengikuti sunnah dan ahli sunnah tanpa perselisihan
madzhab Salaf. Pengagungan terhadap generasi sedikit, untuk menjelaskan bahwa orang yang
Salaf pada golongan-golongan itu tergantung menyelisihi pernyataan mereka, bukanlah di atas
pada tingkat mereka mengikuti Sunnah dan Sunnah yang murni, meski orang itu benar dalam
melakukan bid’ah. sejumlah ucapannya, agar tampak jelas orang
yang benar dalam pengakuannya dari orang yang
Adapun slogan ahli bid'ah, bahwa mereka
keliru. Sesungguhnya semua orang mengaku-
mengikuti generasi Salaf, maka ini batil secara
aku mengikuti al-Kitab dan Sunnah. Sementara
pasti”.
parameternya adalah mengikuti dan meridhai
Lebih jelasnya, Syaikhul Islam t
jalan generasi Salaf dan berjalan di atas manhaj
melanjutkan, “Kebanyakan pengikut Abul Hasan
mereka. Sesungguhnya mereka berada di atas
al-Asy’ari dengan terang-terangan menyatakan
jalan yang lurus, sebagaimana dikatakan oleh
tidak sejalan dengan generasi Salaf, seperti dalam
Ibnu Mas’ud z . Dengan itu, akan tampak
masalah iman, masalah takwil ayat dan hadits.
jelas orang yang benar dan orang yang salah,
Mereka mengatakan, ‘Madzhab Salaf menyatakan
juga tampak jelas perbedaan antara ahli sunnah
bahwa iman adalah ucapan dan perbuatan,
dan ahli bid’ah yang berkarakter berbeda dan
bertambah dan berkurang‘. Sedangkan ahlul
bertentangan dengan madzhab Salaf. [ ]
kalam dari tokoh-tokh kami, madzhab mereka
demikian demikian. Mereka juga mengatakan,
‘Madzhab Salaf menyatakan bahwa ayat-ayat
dan hadits-hadits ini yang berbicara tentang
5 Majmû al-Fatâwâ, 4/153-157.

50 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


Disusun oleh : Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari

anyak orang terpedaya dengan keindahan seorang dari kamu yang mencelupkan jari tangannya

B dunia, sehingga melupakan amal untuk


akhirat. Padahal sesungguhnya dunia itu
sangat kecil dibandingkan akhirat. Allâh 
ini –perawi bernama Yahya menunjuk jari telunjuk-
ke lautan, lalu hendaklah dia perhatikan apa yang
didapat pada jari tangannya." (HR.Muslim, no. 2858).
berfirman:

KJIHGF ED DUNIA SANGAT REMEH DI SISI ALLÂH


Demikian juga dunia ini sangat remeh di sisi
T SR Q P O N M L Allâh, Nabi n banyak memberikan gambaran
tentang remehnya dunia di sisi Allâh, antara
[ Z YX W V U lain di dalam hadits berikut ini:
َ ُ َ َ ّٰ ْ َ ْ
ّٰ َ ْ َ
b a ` _ ^ ] \ b ِ ‫ﻗﻦ ﺟﺎﺑِ ِﺮ ﺑ ِﻦ ﻗﺒ ِﺪ ا ِ أن رﺳﻮل ا‬
‫ﺎس‬ ُ ‫ﻼ ﻣ ْﻦ َﻧ ْﻌﺾ اﻟْ َﻌﺎ َﺔ َواﺠ‬ ً َ ُّ ‫َﻣﺮ ﺑ‬
Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya ِ ِ ِ ِ ‫اﺧ‬ ِ ‫ﻮق د‬ ِ ‫ﺎﻟﺴ‬ ِ
bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk
َ ََ َ ُ َ َ َ َ ِّ َ َ َ ْ َ َ ََََُ
َ
berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat ‫ﺎو ﻓﺄﺧﺬ‬ َ ‫ﺖ ﻓﺘﻨ‬ ٍ ‫ﻛﻨﻔﺘﻪ ﻓﻤﺮ ِﺠﺑﺪ ٍى أﺳﻚ ﻣﻴ‬
dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas
َ ْ ُ َ َ َ َ ُّ ُ ْ ُ ُّ َ َ َ ُ ُ ُ
dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan .« ‫ﺤﻳﺐ أن ﻫﺬا ﺑِ ِﺪرﻫ ٍﻢ‬ ِ ‫ﺑِﺄذﻧِ ِﻪ ﻋﻢ ﻗﺎل » ﻛﻳﻜﻢ‬
di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia َ َ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ُ َ ُّ ُ َ ُ َ َ
ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat » ‫ﺤﻧﺐ ﻛﻧﻪ ﺠﺎ ﺑ ِ ٍء وﻣﺎ ﻧﺼﻨﻊ ﺑِ ِﻪ ﻗﺎل‬ ِ ‫ﻓﻘﺎﻟﻮا ﻣﺎ‬
hanyalah sedikit. (QS. At-Taubah/9: 38)
َ َ َ َ َ ْ َ ّٰ َ ُ َ ْ ُ َ ُ َ َ ُّ ُ َ
Nabi n telah membuat perbandingan antara ‫ ﻗﺎﻟﻮا وا ِﻟﻮ ﺎﻛن ﺣﻴﺎ ﺎﻛن‬.« ‫ﺤﺗﺒﻮن ﻛﻧﻪ ﻟﻜﻢ‬ ِ ‫أ‬
َ َ َ ٌ ِّ َ َ ُ َ َ ْ َ َ ُّ َ ُ َ َ َْ
‫ﻗﻴﺒًﺎ ِﻓﻴ ِﻪ ﻷﻧﻪ أﺳﻚ ﻓﻜﻴﻒ وﻫﻮ ﻣﻴ‬
dunia dan akhirat. Perbandingan antara kedua-
duanya bagaikan seseorang yang mencelupkan » ‫ﺖ ﻓﻘﺎل‬
jarinya ke dalam lautan, maka dunia adalah ْ ُ ْ َ َ َ َ ْ ّٰ َ َ ُ َ ْ َ َ ْ ُّ َ ّٰ َ َ
bagaikan setitik air yang melekat pada jari-jarinya .« ‫ﻓﻮا ِ ﻟﺘﻏﻴﺎ أﻫﻮن ﺒﻟ ا ِ ِﻣﻦ ﻫﺬا ﻋﻠﻴﻜﻢ‬
itu. Al-Mustaurid bin Syaddad z berkata:
ُ َُ َ َ
Dari Jabir bin Abdillah, bahwa Rasûlullâh n pernah

‫اﻵﺧ َﺮ ِة‬ ‫ﻰﻓ‬ ‫ﺎ‬ َ‫ » َوا ّٰ ِ َﻣﺎ ا ُّ ْﻏﻴ‬b ِ ّٰ ‫ﻮل ا‬ ‫ﻗﺎل رﺳ‬
ِ ِ
melewati sebuah pasar, Beliau masuk dari ‘Aliyah (nama

َ ‫ َوأَ َﺷ‬- ‫ﻛ ْﻢ إ ْﺻﺒَ َﻌ ُﻪ َﻫﺬه‬ ُ ُ َ َ ََُْ َ ُْ


tempat-pen) dan para sahabat berada di sekelilingnya.
‫ﺎر‬ ِِ ِ ‫ِإﻻ ِﻣﺜﻞ ﻣﺎ ﺠﻳﻌﻞ أﺣﺪ‬ Beliau mendapati bangkai seekor kambing yang kecil

ُْ َْ ْ
telinganya, lantas Beliau angkat batang telinga bangkai
َْ
« ‫ ِﻰﻓ الَ ِّم ﻓﻠﻴَﻨﻈ ْﺮ ﺑِ َﻢ ﻳَ ْﺮ ِﺟ ُﻊ‬- ‫ﺤﻳ َﻰﻴ ﺑِﺎﻟﺴﺒﺎﺑَ ِﺔ‬ kambing tersebut seraya berkata; "Siapakah di antara
kalian yang mau membeli kambing ini dengan satu
Rasulullâh b bersabda : "Demi Allâh, tidaklah dirham?" . Para sahabat menjawab; “Kami tidak suka sama
dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah sekali, apa yang bisa kami perbuat dari seekor bangkai

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 51


kambing?" Rasûlullâh n bersabda lagi: 'Bagaimana َ َ ُّ ُ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ُّ َ َ ْ ُ ْ َ
jika kambing itu untuk kalian?" Para sahabat menjawab: ‫ﷲ ِﻣﻨﻬﺎ ﻳﺪل ﺒﻟ‬ ِ ‫ ﻓﻈﻨﻮا أن ﻗﻄﺎء ا‬،‫ﻏﺮﻳﻬﻢ‬
"Demi Allâh, apabila kambing itu masih hidup kami tetap ُ َ ‫ } َﺤﻧْ ُﻦ أَ ْﻛ‬: ِ ِ ‫ر َﺿ ُﺎه َﻛ َﻘ ْﻮ‬
َ‫ﺮﺜ أَ ْﻣ َﻮ ًاﻻ َوأ ْو َﻻ ًدا َوﻣﺎ‬
َ
tidak mau karena dia telah cacat, yaitu telinganya kecil, ِ
bagaimana lagi jika sudah menjadi bangkai!” Rasûlullâh َ ‫ﺤﻧْ ُﻦ ﺑ ُﻤ َﻌﺬﻧ‬ َ
n akhirnya bersabda; "Demi Allâh, dunia itu lebih hina { ‫ﻦﻴ‬ ِ ِ
di sisi Allâh daripada seekor bangkai kambing ini bagi “Masalah ke duapuluh tiga: Bahwa kehidupan
kalian”. (HR. Muslim, no. 2957). dunia telah memperdayakan mereka, sehingga
Di dalam hadits lain disebutkan: mereka menyangka bahwa pemberian Allâh yang
َ ّٰ ُ َ َ َ َ ْ ْ َ
‫ ﻟ ْﻮ‬bِ ‫ﻗ ْﻦ َﺳﻬ ِﻞ ﺑ ْ ِﻦ َﺳﻌ ٍﺪ ﻗﺎل ﻗﺎل َر ُﺳﻮل ا‬
berupa (kesenangan) dunia (kepada mereka)
menunjukkan ridha-Nya. Sebagaimana firman
َ َ‫ﺖ ا ُّ ْﻏﻴَﺎ َﻳ ْﻌﺪ ُل ﻋﻨْ َﺪ ا ّٰ ِ َﺟﻨ‬
َ ‫ﺎح َﻧ ُﻌ‬
‫ﻮﺿ ٍﺔ َﻣﺎ‬ ْ َ‫َﺎﻛﻧ‬ Allâh (bahwa mereka berkata): “Kami lebih banyak
ِ ِ mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan
َ ْ َ َْ ً َ َ َ
‫ﺮﺷ َﺑﺔ َﻣﺎ ٍء‬
kami sekali-kali tidak akan diazab”. (QS. Saba’/34: 35)
‫ﺳﻰﻘ ﺎﻛﻓِﺮا ِﻣﻨﻬﺎ‬ (Masail Jahiliyah, hlm. 12)
Dari Sahl bin Sa’ad, dia berkata, Rasûlullâh n
bersabda: “Seandainya dunia di sisi Allâh sebanding SEMUA ADALAH UJIAN
dengan satu sayap nyamuk, niscaya Allâh tidak Memang harta sangat menarik hati manusia,
akan memberikan minum seteguk air kepada orang sehingga mereka sangat mencintainya. Banyak
kafir”. (HR. Tirmidzi, no. 2320 dan ini lafazhnya; manusia menganggap, jika Allâh meluaskan rezeki-
juga Ibnu Majah, no. 4110; Syaikh Al-Albani t nya, memberikan harta yang banyak kepadanya, hal
menyatakan “Shahih lighairihi”. Lihat Shahih at- itu berarti Allâh mencintainya dan memuliakannya.
Targhib wat Targhib, no. 3240)
Demikian juga, jika Allâh menyempitkan
Dengan keterangan ini, maka jangan sampai
rezekinya, hal itu berarti Allâh menghinakannya.
orang mukmin memandang besar dan agung
Ini adalah anggapan yang salah. Karena semua
terhadap dunia yang remeh dan hina di sisi Allâh.
itu merupakan ujian dari Allâh  . Allâh 
berfirman:
ANGGAPAN JAHILIYAH: PEMBERIAN DUNIA
DIANGGAP TANDA KECINTAAN ALLÂH kjih gfed c
Seorang mukmin yang memahami hakekat
utsrqp on ml
dunia ini tidak akan terpedaya dengan dunia,
namun sebaliknya, orang-orang jahiliyah, mereka y xwv
terpedaya dengan dunia, sehingga mereka
menyangka bahwa pemberian kesenangan di Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya, lalu
dunia ini dari Allâh sebagai tanda kecintaan-Nya Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan,
kepada orang yang diberi. maka dia akan berkata: "Rabbku telah memuliakanku".
Ketika menyebutkan perkara-perkara jahiliyah, Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi
Syaikh Muhammad bin Sulaiman At-Tamimi t rezekinya, maka dia berkata: "Rabbku menghinakanku".
(wafat th 1206 H) menjelaskan: (Qs. Al-Fajar/89: 15-16)
ْ
َ‫اﺤﻟَﻴَ َﺎة ا ُّ ْﻏﻴﺎ‬ َ َ ْ ُ ْ ْ َ ُ َ َ ُ ََ ْ ََْ Allâh  mengingkari keyakinan manusia
‫ أن‬:‫اﻟﻤﺴﺄﻟﺔ اﺨﻛ ِﺎﺨﻛﺔ واﻟ ِﻌﺮﺸون‬ tersebut, Diaberfirman:

52 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


¤ £ ¢ ¡ ‫{ | } ~ ﮯ‬z ¥ ¤ £ ¢ ¡ ‫} ~ ﮯ‬
© ¨ § ¦ ¥ ¯® ¬«ª©¨§¦
²±° ¯® ¬«ª ¶μ´³²±°
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-
memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami
mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu sedikit pun; tetapi orang-orang yang beriman dan
memakan harta pusaka dengan cara mencampur mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang
baurkan (yang halal dan yang batil), dan kamu memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan
mencintai harta benda dengan kecintaan yang
apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman
berlebihan. (QS. Al-Fajar/89: 17-20)
sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga).
Allâh  berfirman: ‘Sekali-kali tidak’, yaitu (QS. Saba’/34: 37)
tidaklah urusan sebagaimana yang dia sangka,
Di dalam sebuah hadits disebutkan:
tidak pada yang ini, dan tidak pula yang itu. Karena
ّٰ ُ َ َ َ َ ّٰ َ َ
‫ ”إن‬:b ِ ‫ ﻗﺎل َر ُﺳﻮل ا‬:‫ ﻗﺎل‬،ِ ‫ﻗ ْﻦ ﻗﺒْ ِﺪ ا‬
sesungguhnya Allâh memberikan harta kepada
orang yang Dia cintai dan kepada orang yang tidak
َ ُ َ
‫ ﻛﻤﺎ ﻗ َﺴ َﻢ ﺑﻴﻨَﻜﻢ‬،‫ﻗﺴ َﻢ ﺑﻴﻨﻜﻢ أﺧﻼﻗﻜﻢ‬َ ‫اﷲ‬
Dia cintai. Dan Dia menyempitkan harta kepada
orang yang Dia cintai dan kepada orang yang tidak
َ ‫ﺐ‬ ُ َ
ُّ ‫ و ن اﷲ ﻳُﻌﻄﻲ ا ﻧﻴﺎ َﻣ ْﻦ ُﺤﻳ‬،‫ﻜﻢ‬
‫وﻣ ْﻦ ﻻ‬
Dia cintai. Sesungguhnya yang pokok di dalam hal
itu adalah mentaati Allâh di dalam dua keadaan ِ ‫أرزاﻗ‬
itu. Jika seseorang kaya, (maka ketaatan adalah) َ َْ ْ
ّ ‫ﺎن إﻻ َﻣ ْﻦ ُﺤﻳ‬ ُ ُّ ُ
dengan bersyukur kepada Allâh. Dan jika dia ‫ﺐ‬ ِ ‫اﻹﻓﻤ‬
ِ ‫ وﻻ ﻳﻌﻄﻲ‬،‫ﺤﻳﺐ‬ ِ
miskin, (maka ketaatan adalah) dengan bersabar”. Dari Abdullah (bin Mas’ud), dia berkata: Rasûlullâh
(Lihat Tafsir Ibnu Katsir). n bersabda: “Sesungguhnya Allâh membagi akhlaq
Allâhberfirman (yang artinya) : kamu di antara kamu, sebagaimana Dia membagi
Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki kamu di antara kamu. Dan sesungguhnya Allâh
rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan memberikan dunia kepada orang yang Dia cintai dan
menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya), kepada orang yang tidak Dia cintai. Namun Allâh
akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. tidak memberikan iman kecuali kepada orang yang
(QS. Saba’/34: 36) Dia cintai. (HR. Isma’ili di dalam Mu’jamul Asâmi,
no. 342. Dikuatkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam
TANDA KECINTAAN ALLÂH ADALAH Silsilah Ash-Shahihah, no. 2714)
PEMBERIAN IMAN DAN KETAATAN Dengan demikian sepantasnya orang yang
Sesungguhnya kecintaan Allâh  kepada beriman tidak terpedaya dengan pemberian
hamba-Nya tidak ditunjukkan dengan pemberian kesenangan dunia, namun dia harus menyadari
Allâh yang berupa harta yang banyak dan anak- bahwa itu adalah ujian, apakah dia akan bersyukur
anak yang membanggakan. Namun kecintaan Allâh atau kufur kepada nikmat Allâh. Semoga Allâh
 kepada hamba-Nya ditunjukkan dengan selalu menuntun kita semua di atas jalan yang
pemberian Allâh yang berupa iman dan ketaatan Dia cintai dan ridhai, yang akan menghantarkan
yang ada pada hamba. Allâhberfirman: menuju surga-Nya yang kekal abadi. [ ]

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 53


etiap Muslim berusaha menyelesaikan ¥ ¤ £ ¢ ¡‫} ~ ﮯ‬
S urusannya dengan orang lain di dunia
sehingga meninggalkan dunia ini dalam
keadaan bebas dari semua tanggung jawab.
Sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau
atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak
Terkadang hal ini baru dapat diselesaikan setelah memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allâh
kematiannya. Oleh karena itu Islam memberikan menetapkan yang demikian itu sebagai) syari›at yang
solusi wasiat agar semua urusan yang tidak dapat benar-benar dari Allâh. Dan Allâh Maha Mengetahui
diselesaikan di masa hidup dapat diselesaikan lagi Maha Penyantun. (QS. An-Nisâ`/4:12)
dengan wasiat setelah kematian oleh kerabat atau
orang yang ditunjuk.
Dan Firman Allâh:
Dalam Islam, wasiat mendapatkan perhatian
khusus dengan disebutkannya dalam al-Qur`an XW VU TSRQ
dan Sunnah diantaranya firman Allâh:
_^ ] \[ZY
μ´³² ±° ¯®
hgfedcba`
¼» º ¹ ¸ ¶
o n m lk j i
À¿¾½
Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu
wvu t srq p
kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan
harta yang banyak, berhukum wasiat untuk ibu-bapak
¤ £ ¢ ¡ ‫ { |} ~ ﮯ‬z y x
dan karib kerabatnya secara ma’ruf, (ini adalah)
kewajiban atas orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Al-
§¦¥
Baqarah/2:180) Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang
kamu menghadapi kematian, sedang dia akan
Firman Allâh: berwasiat, maka hendalkah (wasiat) disaksikan oleh
dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang
|{ z y x w v u t s yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam
perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa bahaya

54 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


َ ْ‫ ) َو اﻟﺸﻴ‬artinya bersambung.
‫ﺊ و ِﺻﻴﺎ‬
َ ٌ َْ
kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah shalat
ٌ
(untuk bersumpah), lalu mereka keduanya bersumpah Pernyataan ( ‫اﺻﺒَﺔ‬
ِ ‫ )أرض و‬artinya tanah yang
dengan nama Allâh jika kamu ragu-ragu; "(Demi berhubungan langsung dengan َ tumbuh-
Allâh) kamu tidak akan menukar sumpah ini dengan
ُ ْ
tumbuhan dan juga pernyataan ( ‫َوﺻﺖ اﻷ ْرض‬
harga yang sedikit (untuk kepentingan seseorang), ) apabila tumbuhannya bersambung. (al-Qâmus
walaupun dia karib kerabat, dan tidak (pula) kamu al-Muhîth, al-Fairuzabâdi hlm 1731)
menyembunyikan persaksian Allâh; sesungguhnya 3. Memberikan nesehat kepada orangَ lain untuk
َ ََ
kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang beramal. Seperti pernyataan ( ‫ )ﺗﻮا‬artinya
yang berdosa". (QS. Al-Mâidah/5:106) saling menasehati. (al-Mufradât karya al-
Ashfahâni hlm 525. Perhatikan firman Allâh
Sedangkan dalam hadits Nabi disebutkan :

1 0/.-
dalam hadits Abdullah bin Umar bahwa Rasûlullâh
n bersabda:
ُ ْ‫اﻣﺮئ ُﻣ ْﺴﻠﻢ َ ُ َ ْ ٌء ﻳُﻮ ِ ﻓﻴْﻪ ﻳَﺒﻴ‬
‫ﺖ‬
ْ ُّ َ َ
ٍ ِ ‫ﻣﺎ ﺣﻖ‬
dan nasehat menasehati supaya mentaati
ِ ِ ِ ٍِ kebenaran dan nasihat menasihati supaya
ْ ٌَ ُْ َ ُُ ََ َََْْ
‫ﻮﺑﺔ ِﻋﻨ َﺪ ُه‬‫ﻦﻴ ِإﻻ وو ِﺻﻴﺘﻪ ﻣﻜﺘ‬ِ ‫ﻠﺘ‬
menetapi kesabaran. (QS. Al-Ashr/103:3)

Dan firman Allâh:


Tidak pantas bagi seorang Muslim yang memiliki
sesuatu yang ingin ia wasiatkan untuk melewati dua
malamnya melainkan wasiatnya itu tertulis di sisinya.
6 5 4 3 2 10 /
(Mutafaqun ‘alaihi). Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang
dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum
yang melampaui batas. (QS. Adz-Dzariyât/51:53)
Ayat dan hadits di atas menunjukan
pensyariatan wasiat dalam Islam dan pada asalnya,
wasiat adalah boleh dan disyariatkan. Ini disepakati Sedangkan menurut syariat adalah kepemilikan
para ulama sebagaimana dinukilkan oleh Ibnu yang disandarkan setelah kematian untuk tabarru’
Hazm1, Ibnu Abdilbarr2, al-Kâsâni3, Ibnu Rusyd 4dan (sosial) baik harta atau manfaat. (Hâsyiyah ad-
Ibnu Qudâmah5. Dasûqi ‘Ala asy-Syarh al-Kabîr 4/422).
Sedangkan wasiat dalam hukum di Indonesia
diatur dalam ketentuan Bab XIII Kitab Undang-
HAKEKAT WASIAT
Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut
Wasiat berasal dari Bahasa Arab yang memiliki KUHPer) mengenai Surat Wasiat yang terdiri
beberapa pengertian diantaranya: dari ketentuan Pasal 874 sampai dengan Pasal
َ ْ َ ) berarti
1. Memberi pesan kepada orang lain. Seperti
ُ ‫ َوﺻ‬- ‫اﻟﺮ ُﺟ ُﻞ‬
1004. Pasal 875 KUHPer menyatakan bahwa
pernyataan ( ‫ﺎه‬ َ ‫أو‬ “Surat wasiat atau testamen adalah sebuah akta
berpesan kepadanya. (Lisân al-Arab, Ibnu berisi pernyataan seseorang tentang apa yang
Manzhûr 15/394). dikehendakinya terjadi setelah ia meninggal, yang
2. Menyambung. Seperti pernyataan ( dapat dicabut kembali olehnya.”
Selain diatur dalam KUHPer, pengertian wasiat
1 Marâtib al-Ijmâ’ hlm 113
2 al-Istidzkâr 7/263
juga diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
3 Badâ`i’ ash-Shanâ`i’ 7/330 undangan yang lain. Berdasarkan ketentuan dalam
4 Bidâyat al-Mujtahid 2/336 Penjelasan Pasal 49 huruf c Undang-Undang
5 al-Mughni 6/137

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 55


Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama 2. Hukumnya mustahab (sunnah) apabila orang
sebagaimana diubah dalam Undang-Undang yang berwasiat kaya dan memiliki ahli waris
Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas dan kerabat yang kaya juga tidak membutuhkan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang hartanya. Disini disunnahkan baginya untuk
Peradilan Agama dan Undang-Undang Nomor berwasiat memberikan sebagian hartanya
50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas pada jalan kebaikan dan jalan Allâh agar
Undang Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 pahalanya mengalir hingga paska wafatnya.
tentang Peradilan Agama (selanjutnya disebut 3. Hukumnya makruh apabila harta orang
UU Peradilan Agama) wasiat diartikan sebagai yang berwasiat sedikit dan ahli warisnya
perbuatan seseorang memberikan suatu benda membutuhkan, karena dengan wasiatnya akan
atau manfaat kepada orang lain atau lembaga/ menyusahkan ahli warisnya.
badan hukum, yang berlaku setelah pemberi
4. Hukumnya haram apabila berisi perkara yang
tersebut meninggal dunia.
terlarang dalam agama.6
Dalam KUHPerdata, disebut sebagai surat
wasiat yang berarti wasiat menurut KUHPer berupa
surat atau dapat diartikan bahwa wasiat dilakukan BATAS UKURAN WASIAT
secara tertulis, sedangkan dalam hukum Islam di Tidak diperbolehkan berwasiat lebih banyak
Indonesia wasiat diatur dalam ketentuan Pasal dan besar dari sepertiga harta bagi yang memiliki
194 sampai dengan Pasal 209 Kompilasi Hukum ahli waris berdasarkan hadits Saad bin Abi Waqqâsh
Islam (selanjutnya disebut KHI) yang dalam Pasal z , beliau berkata :
195 ayat (1) KHI menyatakan “Wasiat dilakukan ُ ُ َ َ َ َ َْ َ ُ َ ‫ﻮل اﷲ‬ ُ َُ َ َ
secara lisan dihadapan dua orang saksi, atau tertulis ِ ‫ﻮد‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﺳ‬‫و‬ ‫ﻪ‬
ِ ‫ﻴ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﻋ‬ ‫اﷲ‬ ‫ﻰﻠ‬ ‫ﺻ‬ ِ ‫ﺎﻛن رﺳ‬
ِّ ُ ْ ُ َ ْ ْ
‫ ِإ‬:‫ ﻓﻘﻠﺖ‬، ِ ‫اع ِﻣ ْﻦ َو َﺟ ٍﻊ اﺷﺘَﺪ‬ ِ ‫َﺨ َم َﺣﺠ ِﺔ اﻟ َﻮ َد‬
dihadapan dua orang saksi, atau dihadapan Notaris.”
Sehingga tidak jauh berbeda antara definisi
ulama syariat dengan ketentuan perundang- ُ َ ََ َ ُ َََ َ َْ َ َََ َْ
‫ وﻻ ﻳ ِﺮﺛ ِﻲﻨ‬،‫ﺎل‬ ٍ ‫ﻣ‬ ‫و‬ ‫ذ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻧ‬ ‫أ‬‫و‬ ، ‫ﻊ‬ِ ‫ﺟ‬ ‫ﻮ‬‫اﻟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬
ِ ِ ‫ﻗﺪ ﺑﻠ‬
‫ﻎ‬
َ
undangan negara Kesatuan Republik Indonesia.
ُ ْ‫ َﻓ ُﻘﻠ‬.‫ َﻻ‬:‫ﻲﺜ َﻣﺎﻲﻟ؟ ﻗَ َﺎل‬ َُُ ُ َ َ َ ٌَْ َ
:‫ﺖ‬ ِ ْ ‫ أﻓﺄﺗﺼﺪق ﺑِﺜﻠ‬،‫ِإﻻ اﻧﻨﺔ‬
HUKUM TAKLÎFI
ُ ُ ُ ُ َ َ ُ َ َ ََ
Pada asalnya hukum wasiat adalah boleh ‫ َواﺨﻛُّﻠﺚ‬،‫ اﺨﻛُّﻠﺚ‬:‫ ﻋﻢ ﻗﺎل‬.‫ ﻻ‬:‫ﺑِﺎﻟﺸ ْﻄ ِﺮ؟ ﻓﻘﺎل‬
َ،‫ﻚ أَ ْﻏ ِﻨﻴَﺎء‬ َ ََََ َ ََ ْ َ َ ٌ َ َْ ٌ َ
dan disyariatkan, namun dapat dikategorikan
hukumnya kepada 5 hukum syar’i dalam beberapa ‫ ِإﻧﻚ أن ﺗﺬر ورﻋﺘ‬،‫ أو ﻛ ِﺜﺮﻴ‬،‫ﻛ ِﺒﺮﻴ‬
keadaan.
َ َ ُ َ ََ ًَ َ ْ ُ َ َ َ ْ َ ْ ٌْ َ
1. Hukumnya wajib apabila seorang memiliki ،‫ﺧﺮﻴ ِﻣﻦ أن ﺗﺬرﻫﻢ ﺨﻟﺔ ﻓﺘﻜﻔﻔﻮن اﺠﺎس‬
hutang yang tidak memiliki bukti tertulis atau
Rasûlullâh n datang padaku untuk menjengukku
saksi dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali
pada tahun haji wada' kerana kesakitan yang
Allâh dan pemilik hutang tersebut. Dalam
menimpa diriku, lalu saya berkata: "Ya Rasûlullâh,
keadaan ini wajib berwasiat agar dibayar lunas
sesungguhnya saja kesakitanku ini telah mencapai
hutangnya, karena tidak sempurna kewajiban
sebagaimana keadaan yang Tuan ketahui, sedang
membayar hutang kecuali dengan wasiat ini,
saya adalah seorang yang berharta dan tiada yang
maka hukumnya wajib agar hutang tersebut
tidak hilang begitu saja. 6 al-Fiqhu al-Muyassar 6/277-280 dan lihat Tabyîn al-Haqâ`iq
karya az-Zaila’i 6/183, Minah al-Jalîl karya al-‘Ulaisy 9/503,
Tuhfat al-Muhtâj karya Ibnu Hajar al-Haitsami 7/4 dan al-Inshâf
karya al-Mirdâwi 7/146

56 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


mewarisi hartaku itu melainkan seorang puteriku sebab larangan tersebut. 15 Juga berdalil bahwa
saja. Maka itu apakah dibenarkan sekiranya saya orang yang diperbolehkan bersedekah dengan
bersedekah dengan dua pertiga hartaku?" Beliau seluruh hartanya maka diperbolehkan juga
menjawab: “Tidak dibenarkan.” Saya berkata berwasiat dengan seluruh hartanya. 16
pula: “Separuh hartaku ya Rasûlullâh?” Beliau 2. Tidak sah wasiat melebihi sepertiga walaupun
bersabda: “Tidak dibenarkan juga.” Saya berkata orang yang berwasiat tidak memiliki ahli waris.
lagi: “Sepertiga, bagaimana ya Rasûlullâh?” Beliau Inilah pendapat madzhab Mâlikiyah17, asy-
lalu bersabda: “Ya, sepertiga boleh dan sepertiga Syafi’iyah 18dan satu riwayat dari Ahmad 19serta
itu sudah banyak atau sudah besar jumlahnya. pendapat Zhahiriyah dan sebagian ulama
Sesungguhnya jikalau engkau meninggalkan para salaf20. Pendapat ini berdalil dengan hadits
ahli warismu dalam keadaan kaya-kaya, maka itu Sa’ad yang sama dengan pendapat pertama,
adalah lebih baik daripada engkau meninggalkan hanya saja sisi pendalilannya bahwa zhahirnya
mereka dalam keadaan miskin meminta-minta pada hadits ini bersifat umum sehingga larangannya
orang banyak..” (Muttafaqun ‘Alaihi dan lafazhnya berlaku pada keadaan ada ahli waris dan tidak
lafadz al-Bukhâri). adanya21. Juga karena baitulmal memiliki hak
Hadits ini berisi petunjuk tidak bolehnya wasiat pada hartanya sehingga serupa dengan ahli
lebih banyak dari sepertiga7. waris sehingga tidak boleh diterapkan wasiat
Hal inipun disepakati para ulama sebagaimana melebihi sepertiga. 22
ijma ini dinukilkan oleh Ibnu Rusyd8, Ibnu Qudâmah Disunnahkan kurang dari sepertiga dalam
9
dan an-Nawawi10. wasiat baik ahli waris kaya atau fakir. Ini adalah
kesepakatan empat madzhab; Hanafiyah 23, as-
Namun, para ulama berbeda pendapat tentang
Syafi’iyah 24 dan Hanâbilah 25 yang menyatakan
hukum wasiat melebihi sepertiga bagi orang yang
bahwa yang disunnahkan adalah seperlima dan
tidak memiliki ahli waris dalam dua pendapat:
seperlima kurang dari sepertiga).
1. Pendapat yang membolehkan wasiat lebih
Berdalil dengan hadits Sa’ad bin Abi Waqqâsh
dari sepertiga bagi yang tidak memiliki ahli
di atas yang berisi anjuran untuk memberi kurang
waris. Inilah pendapat madzhab Hanafiyah11,
dari sepertiga. 26 . Ibnu Abbas berkata, “Seandainya
Hambali 12 dan satu pendapat dalam Mâlikiyah
orang mengurangi sampai seperempat karena
13
dan pendapat sebagian salaf 14. Pendapat ini
Rasûlullâh n bersabda, Sepertiga dan sepertiga
berdalil dengan hadits Sa’ad bin Abi Waqqâsh
itu banyak”.27
di atas dengan mengambil dalil bahwa Nabi
n melarang wasiat melebihi sepertiga karena
berhubungan dengan hak waris. Apabila tidak 15 al-Hâwi karya al-Mawardi 8/195 dan al-Mubdi’ 6/10
16 al-Hâwi 8/195
ada ahli waris maka diperbolehkan berwasiat
17 at-Tâj wa al-Iklîl 5/244
dengan seluruh hartanya karena hilangnya 18 Mughni al-Muhtâj asy-Syarbini 2/41
19 al-Mubdi’ 6/10 dan al-Inshâf 7/145
20 lihat al-Banâyah 13/391
21 Syarh Shahih Muslim an-Nawawi 11/77
7 al-Muntaqâ Syarh al-Muwaththa` karya al-Bâji 6/156 dan Tuhfat 22 al-Mumti’ Fi Syarh al-Muqni’ at-Tanûkhi 3/223
al-Ahwadzi karya al-Mubârakfûri 4/43
23 al-Hidâyah al-Marghînâni 4/515 dan al-Fatâwa al-Hindiyah
8 Bidâyat al-Mujtahid 4/120 6/90), Mâlikiyah (al-Kâfi 2/1023)
9 al-Kâfi Fi Fiqhi al-Imam Ahmad 2/266 24 Tuhfat al-Muhtâj 7/21
10 Syarh Shahih Muslim 11/77 25 lihat al-Inshâf al-Mirdawi 7/143
11 lihat al-Mabsûth karya as-Sarkhosi 17/29 26 Subulus Salâm 2/154 dan Syarh Riyâdh ash-Shâlihîn ibnu
12 al-Mubdi’ Ibnu Muflih 6/10 Utsaimîn 1/56
13 at-Tâj wa al-Iklîl 5/244 27 lihat Fathul Bâri 5/370 dan Irsyâd as-Sâri karya al-Qasthalâni
14 al-Banâyah 13/391 5/6

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 57


Hal ini karena kurang dari sepertiga ada RUKUN WASIAT
menyambung kerabat dengan menyisakan yang
Jumhur ulama mengatakan, ada empat rukun
menjadi haknya berbeda dengan disempurnakan
wasiat, yaitu
sepertiganya karena menyempurnakan seluruh
1. Adanya Mushî (pemberi wasiat). Para ulama
haknya sehingga tidak ada menyambung kerabat
mensyaratkan bahwa Mushî harus:
dan tidak ada memberi jasa baik. 28
a. Bâligh baik laki-laki maupun perempuan.
Inilah pendapat al-Hanafiyah 39 dan asy-
WAKTU PELAKSANAAN WASIAT Syafi’iyah40. Mereka memandang tidak sah
Para ulama berbeda pendapat tentang waktu wasiat anak-anak walaupun sudah mumayyiz.
pelaksanaan wasiat dalam dua pendapat: Namun Mâlikiyah41 dan Hanâbilah42. tidak
1. Yang dilihat adalah setelah kematian. Inilah mensyaratkan hal ini, sehingga sah wasiyat
madzhab asy-Syafi’iyah29 dan Hanâbilah30 serta dari anak kecil dengan izin dari walinya.
pendapat Ali bin Abi Thâlib dan sejumlah Tabîn Namun anak kecil yang belum mumayyiz tidak
31
. Asy-Syaukâni merajihkan pendapat ini 32 disahkan wasiatnya menurut kesepakatan
dan Komisi tetap untuk fatwa ulama besar KSA empat madzhab43 dan pendapat mayoritas
berfatwa dengan ini 33. ulama. Sehingga Ibnu Qudamah berkata,
“Anak kecil yang dibawah tujuh tahun dan
Dalilnya karena wasiat adalah kepemilikan
orang gila tidak sah wasiatnya, Ini pendapat
setelah kematian, seandainya berwasiat dengan
umumnya ulama, diantara mereka Humaid bin
bebaskan budak dan tidak ada budaknya
Abdurrahman, Malik, al-Auza’i, asy-Syafi’i, Ash-
kemudian memilikinya ketika wafat maka
hab ar-Ra’i dan yang mengikuti mereka. Kami
wasiat berhubungan dengannya. Seandainya
tidak mengetahui seorangpun yang menyelisih
hartanya tambah, maka wasiat berhubungan
mereka kecuali Iyâs bin Mu’âwiyah44”.
dengannya. 34Juga karena kematian adalah
keadaan permanennya wasiat sehingga dilihat Hal ini berdasarkan sabda Rasûlullâh n :
jumlah nilai harta ketika itu. 35
‫ ﻋﻦ اﺠﺎﺋِ ِﻢ ﺣ‬:‫ﻼث‬
َ َُ َ َ ُ
2. Yang diihat adalah waktu pembagian warisan. ٍ ‫رﻓِﻊ اﻟﻘﻠﻢ ﻋﻦ ﺛ‬
Inilah madzhab Hanafiyah 36 dan Mâlikiyah َ َ َ‫ وﻋﻦ اﻟﺼﻐﺮﻴ ﺣ ﻳ‬،‫ﻳَﺴﺘﻴﻘ َﻆ‬
،‫ﻜﺮﺒ‬
37
dan itu karena hak yang diberi wasiat ِ ِ
sepertiga kedudukannya seperti ahli waris yang َ ُ‫اﻟﻤﺠﻨﻮن ﺣ ﻳَﻌﻘ َﻞ أو ﻳ‬
‫ﻔﻴﻖ‬ َ ‫وﻋﻦ‬
mendapatkan dua pertiga harta yang ditinggal. ِ ِ
Keutuhan dua pertiga tersebut bisa dipastikan Diangkat pena dosa dari tiga orang; dari
ketika pembagian. Demikian juga yang sepertiga orang tidur hingga bangun, dari anak kecil
untuk yang mendapatkan wasiat. 38 hingga besar dan dari orang gila hingga
sadar (HR. An-Nasâ`i no. 34232, Ibnu Majah
28 al-Hidâyah 4/515
no. 2041dan dishahihkan al-Albâni dalam
29 Tuhfat al-Muhtâj 7/22-23
30 al-Mubdi` 6/61 dan Kasyâf al-Qina’ 4/377
Shahih an-Nasâ`i no. 3432). Dan karena
31 lihat Fathul Bâri 5/369
32 as-Sail al-Jarrâr hlm 1/927 39 Badâ`i’ ash-Shanâ`i’ 7/334
33 Fatâwa Lajnah Dâ`imah 16/268 40 al-Majmû’ Syarhu al-Muhadzdzab 16/387
34 Nihâyat al-Muhtâj karya ar-Ramli 6/55 41 asy-Syarhu al-Kabîr 6/323
35 Kasyâf al-Qina’ 4/377 42 al-Mughni 8/508
36 al-Mabsûth 13/29 43 lihat Tabyîn al-Haqâ`iq 6/185, Mawâhib al-Jalîl karya al-Hathâb
37 Hâsyiyah al-‘Adawi ‘Ala Kifâyat ath-Thâlib 2/227 8/514, Minhâj ath-Thâlibîn hlm 189, al-Inshâf 7/140
38 Badâ`i’ ash-Shanâ`i’ 7/393 44 al-Mughni 6/216

58 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


wasiat aktifitas yang membutuhkan ijab dan Bakar ini sudah wafat baik pewasiat
dan qabul sehingga tidak sah dari mereka45. ini mengetahui atau tidak. 51Para ulama
b. Berakal sehat sehingga tidak sah wasiat berbeda pendapat dalam persyaratan ini
dari orang gila. 46Sedangkan orang dalam dua pendapat:
yang hilang akal karena mabuk, maka 1. Disyaratkan penerima wasiat itu ada
wasiatnya tidak sah menurut Mâlikiyah dan hidup. Apabila tidak ada maka
dan Hanâbilah. Asy-Syafi’iyah berpendapat tidak sah wasiatnya. Inilah pendapat
sebaliknya karena orang yang mabuk Hanafiyah 52 dan Syafi’iyah 53 dan
masih dikategorikan mukalaf sehingga sah Hanâbilah54.
seluruh akadnya. Namun yang rajih adalah 2. Tidak disyaratkan demikian. Inilah
tidak sah wasiatnya karena ini aktifitas pendapat Mâlikiyah55, Salah satu
yang dapat merugikan ahli warisnya47. pendapat dalam asy-Syafi’iyah 56 dan
c. Dalam keadaan rela dengan kehendak satu riwayat dari Ahmad57. Berdasarkan
sendiri, karena wasiat adalah penyerahan hal ini maka sah wasiat kepada orang
kepemilikan, maka harus dengan kerelaan. 48 yang akan lahir dari kehamilan atau
d. Merdeka bukan budak. Para ulama yang akan ada sehingga akan berhak
fikih bersepakat tentang persyaratan mendapatkan wasiat tersebut apabila
ini sehingga tidak sah wasiat seorang lahir hidup.
budak, karena ini adalah pemberian dan c. Tidak membunuh orang yang berwasiat,
ia bukalah orang yang punya kompetensi baik sengaja atau tidak sengaja. Para ulama
untuk memberi, dikarenakan budak tidak berbeda pendapat tentang syarat ini
memiliki sesuatu dan bila memiliki maka 1. Wasiat batal apabila penerima wasiat
itu bukan miliknya tapi milik tuannya. 49 membunuh orang yang berwasiat. Inilah
pendapat Hanafiyah58, al-Hanâbilah59,
2. Adanya Musha lahu (penerima wasiat) dengan satu pendapat dalam madzhab Syafi’iyah
syarat-syarat berikut:
60
dan dirajihkan Ibnul Qayyim61. Dengan
dasar bahwa pembunuhan menghalangi
a. Harus berkompeten menerima hak milik
warisan yang lenih tegas dari wasiat,
dan kepemilikan. Tidak sah wasiat bagi
maka wasiat lebih utama terhalangi dan
orang yang tidak memiliki hak memiliki.
kedua hal ini ada dengan kematian62.
Tidak ada khilaf diantara ahli fikih tentang
Juga karena diperlakukan dengan lawan
persyaratan penerima wasiat adalah
dari tujuannya sehingga dihalangi dari
tertentu ketika diwasiatkan berkompetensi
memiliki. 50
b. Harus ada (hidup) ketika ada wasiat, 51 al-Fatâwa al-Hindiyah 6/105
seperti orang yang berwasiat dengan 52 Badâ`i’ ash-Shana`i’ 7/335
53 Mughni al-Muhtâj 3/40
sepertiga hartanya kepada Zaid dan bakar
54 al-Inshâf 7/231
55 asy-Syarhu al-Kabîr 4/581-582)
45 al-Mughni 6/216 56 Raudhat ath-Thâlibîn 6/100
46 al-Fiqhu al-Muyassar 6/281 57 al-Inshâf 7/231
47 al-Mughni 8/508 58 Hâsyiyah Ibnu ‘Âbidîn 6/649
48 Badâ`i’ ash-Shanâ`i’ 7/335 59 al-Mubdi’ 6/34
49 Hâsyiyah ad-Dasûqi 4/422 dan al-Hâwi karya al-Mawardi 10/10 60 Raudhat ath-Thâlibîn 6/107 dan Tuhfat al-Muhtâj 7/13
serta Mughni al-Muhtâj 3/39 61 I’lâm al-Muwaqqi’în 5/519
50 al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah 43/239 62 Mukhtashar Ikhtilâf al-‘Ulamâ` karya ath-Thahâwi 5/20.

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 59


wasiat. 63 vutsrqpon
2. Wasiat tidak disyaratkan hal ini.
Inilah pendapat Mâlikiyah 64 dan asy- Sesungguhnya Allâh hanya melarang
Syafi’iyah 65 dan satu riwayat dari kamu menjadikan sebagai kawanmu
Ahmad yang dirojihkan Ibnu Hâmid66. orang-orang yang memerangi kamu
Dasarnya adalah wasiat itu pemberian karena agama dan mengusir kamu dari
kepemilikan dengan satu akad negerimu dan membantu (orang lain)
sehingga mirip dengan hibah dan tidak untuk mengusirmu. Dan barangsiapa
sama dengan warisan. menjadikan mereka sebagai kawan, maka
mereka itulah orang-orang yang zalim.
d. Harus diketahui/ma’lum dan cukup
(QS. Mumtahanah/60:9)
diketahui dengan sifat seperti orang
miskin dan fakir sehingga sah wasiatnya Ayat ini berisikan keterangan bahwa
bila menyatakan, Aku berwasiat untuk Allâh  melarang kita berbuat
orang-orang fakir dan miskin. Adapun bila baik orang yang memerangi kita dan
menyatakan, saya berwasiat untuk Zaid dari wasiat adalah satu bentuk kebaikan 73
manusia dan tidak ditentukan orangnya dan syariat memerintahkan kita untuk
maka wasiatnya tidak sah. 67 memeranginya sehingga tidak ada
pentingnya berwasiat kepadanya74.
e. Tidak sah wasiat kepada seorang Kafir Harbi
Ditambah juga wasiat kepada orang
yaitu orang kafir yang memerangi Islam
kafir harbi itu menguatkannya. 75
yang tidak masuk dalam akad Dzimmah
dan tidak memiliki keamanan dari kaum 2. Ini bukan syarat. Inilah pendapat
muslimin dan tidak ada perjanjian yang sebagian ulama Hanafiyah76, asy-
mu’tabar.68. Para ulama berbeda pendapat Syafi’iyah 77 dan Hanâbilah78.
dalam masalah ini dalam dua pendapat: Yang rajih adalah pendapat pertama
1. Wasiat tidak sah kepada orang kafir karena kuatnya dalil dan itu menjadikan
harbi ini adalah pendapat Hanafiyah69, sarana menolong dan menguatkan
Mâlikiyah70, satu pendapat dalam mereka.
madzhab Syafi’iyah 71 dan satu f. Tidak termasuk ahli waris ketika waktu
pendapat dalam Hanâbilah72. Mereka wafatnya pemberi wasiat bukan ketika
berdalil dengan firman Allâh: waktu wasiatnya menurut kesepakatan
ulama fikih sebagaimana di nukilkan
gf edcb a` oleh Ibnu Abdilbarr79, Ibnu Rusyd80, Ibnu
Qudâmah81, Ibnu Hajar82, Ibnu Muflih83.
mlkji h Wasiat adalah pemberian kepemilikan

63 al-Mubdi’ 6/34 73 al-Mubdi’ 6/29


64 asy-Syarh al-Kabîr 4/426 74 Mughni al-Muhtâj 3/43
65 Mughni al-Muhtâj 3/43 75 Minah al-Jalîl 9/511
66 al-Inshâf 7/232-233 76 Fathu al-Qadîr 9/355
67 al-Fiqh al-muyassar 6/283 dan lihat Badâ`i’ ash-Shanâ`i’ 7/342 77 Raudhat ath-Thâlibîn 6/107
dan al-Muhadzdzab 3/713 78 al-Furû’ 4/678
68 asy-Syarhu al-Mumti’ 11/22 79 al-Istidzkâr 7/280
69 Hâsyiyah ibnu ‘Âbidîn 6/655 80 Bidâyat al-Mujtahid 2/336
70 Minah al-Jalîl 9/511 81 al-Mughni 6/148
71 Mughni al-Muhtâj 3/43 82 Fathu al-Bâri 5/373
72 al-Inshâf 7/166 83 al-Mubdi’ 6/15

60 EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


setelah kematian sehingga yang dilihat jika barang tersebut berujud/ sudah jelas
adalah waktu kepemilikan yaitu waktu (mu’ayyan).
wafat pemberi wasiat. 84 e. Tidak dengan sesuatu yang haram dan
maksiat, karena tujuan dari wasiat adalah
3. Adanya Musha bih (sesuatu/ barang yang
mendapatkan kebaikan yang belum
diwasiatkan) diantara syarat-syaratnya adalah:
didapatkan ketika masa hidupnya, sehingga
a. Hendaknya berupa harta benda, karena
tidak boleh obyek wasiat itu maksiat atau
wasiat adalah tamlik (kepemilikan) dan
terlarang secara syariat. 88
selain harta tidak dimiliki. Hal ini karena
pemberi wasiat ketika memilikinya dalam 4. Adanya shigat (ucapan serah terima) dengan
masa hidupnya dengan akad ijarah dan adanya ijab dari mushii, misalnya “Aku berwasiat
peminjaman maka memilikinya dengan untuk fulan akan sesuatu itu.” Sedang qabul
akad wasiat lebih pas karena wasiat adalah berasal dari pihak mushaa lah yang sudah jelas
akad yang lebih luas. Tidakkan kamu lihat ditentukan. Dengan demikian ucapan serah
bahwa wasiat dibolehkan pada hal-hal terima ini terdiri dari ijab dan qabul dan sah dan
yang tidak diperbolehkan pada akad- sempurna ijab nya dengan semua lafazh yang
akad lainnya berupa tidak adanya media, menunjukkan kepemilikan setelah kematian
spekulasi dan ketidak jelasan. Kemudian pemberi wasiat menurut madzhab Hanafiyah89,
ketika pemilikannya dengan sebagian akad Mâlikiyah90, Syafi’iyah 91dan Hanâbilah92. Hal
diperbolehkan maka diperbolehkan pada ini berdasarkan hadits Abdullâh bin Umar z
akad ini lebih pas. 85 bahwa Rasûlullâh n bersabda:
َ َ ْ ُّ َ َ
‫ئ ُﻣ ْﺴ ِﻠ ٍﻢ ُ ْ ٌء ﻳُﻮ ِ ِﻓﻴْ ِﻪ‬
b. Memiliki nilai dan dapat dinilai secara
kebiasaan dan pandangan syariat. Tidak ٍ ‫ﻣﺎ ﺣﻖ اﻣ ِﺮ‬
ْ ٌَ ُْ َ ُُ ََ َََْْ ُ ْ َ
‫ﻮﺑﺔ ِﻋﻨ َﺪ ُه‬
sah wasiat dengan harta yang tidak bernilai
dalam pandangan syariat seperti Narkoba, ‫ﻦﻴ ِإﻻ وو ِﺻﻴﺘﻪ ﻣﻜﺘ‬
ِ ‫ﻳ ِﺒﻴﺖ ﻠﺘ‬
Babi, Hewan buas (harimau dan sejenisnya)
“Tidak pantas bagi seorang muslim yang memiliki
yang tidak dapat digunakan untuk berburu,
sesuatu yang ingin ia wasiatkan untuk melewati
karena tidak bermanfaat dan tidak bisa
dua malamnya melainkan wasiatnya itu tertulis
diberikan nilai barangnya. 86
di sisinya.” (Mutafaqun ‘alaihi). Lafazh apabila
c. Bisa diberikan dan dipindahkan terpahami denngan Bahasa atau indikator
kepemilikannya setelah kematian pemberi yang mencukupkan untuk itu cukup. 93
wasiat dengan sebuah akad baik berupa
Masuk dalam ucapan serah terima ini semua
harta atau manfaat yang ada ketika wasiat
yang tertulis dan isyarat94.
atau belum ada. Wasiat dengan buah yang
aka nada pada pohon kurma tahun ini Dengan demikian jelaslah rukun dan syarat
atau selamanya diperbolehkan walaupun wasiat ini. Semoga bermanfaat. [ ]
barang yang menjadi obyek wasiat Redaksi
belum ada karena ia dapat dipindahkan
88 Badâ`i’ ash-Shanâ`i’ 7/341, Hâsyiyah ad-Dasûqi 4/427, Mughni al-
kepemilikannya. 87 Muhtâj 3/40 dan Kasyâf al-Qinâ’ 4/371.
d. Merupakan milik mushii (pemberi wasiat), 89 al-Fatâwa al-Hindiyah 6/90
90 Minah al-Jalîl 9/506
84 Hâsyiyah al-‘Adawi 2/227. 91 Nihâyat al-Muhtâj 6/64
85 Badâ`i’ ash-Shanâ`i’ 7/352. 92 al-Iqnâ’ karya al-Hijâwi 3/52
86 al-Mausu’ah al-Kuwaitiyah 43/255. 93 Majmu al-Fatâwa 29/16 dan Minah al-Jalîl 9/501
87 al-Mausu’ah al-Kuwaitiyah 43/256. 94 lihat at-Tâj wa al-Iklîl 6/366

EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M 61


Tegar Di Atas Agama
َ ّ َ ْ َ َ ُ ْ َ ْ ُ ُ ْ ّٰ ُ ُ َ َ ُ ُ ْ َ ْ َ َ ُ ُ ْ َ ْ َ َ ُ ُ َ ْ َ ّٰ َ ْ َ ْ
‫ات‬
ِ ‫ وﻏﻌﻮذ ﺑِﺎ ِ ِﻣﻦ ﺮﺷو ِر أﻏﻔ ِﺴﻨﺎ و ِﻣﻦ سي ِئ‬،‫ِإن اﺤﻟﻤﺪ ِ ِ ﻧـﺤﻤﺪه وﻧﺴﺘ ِﻌﻴﻨﻪ وﻧﺴﺘﻐ ِﻔﺮه‬
ُ، َ ‫ َو َﻣ ْﻦ ﻳُ ْﻀﻠ ْﻞ ﻓَ َﻼ َﻫﺎ ِد َي‬،ُ َ ‫ـﻬ ِﺪهِ ا ّٰ ُ ﻓَ َﻼ ُﻣﻀﻞ‬ْ َ ْ َ َ َ ْ َ
ِ ِ ‫ ﻣﻦ ﻳ‬،‫أﻗﻤ ِﺎﺠﺎ‬
ُ. ُ ‫ـﺤﻤ ًﺪا َﻗﺒْ ُﺪ ُه َو َر ُﺳ ْﻮ‬ َ َ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ ُ ّٰ َّ َ ٰ َ َ ُ َ ْ َ َ
َ ‫ﻚ َ ُ َوأ ْﺷ َﻬ ُﺪ أن ُﻣ‬
ِ ‫وأﺷﻬﺪ أن إِل إ ِ ا وﺣﺪه ﻻ‬
‫ﺮﺷﻳ‬
َ.‫ﻤﺟﻌ ْﻦﻴ‬ َ ْ َ‫ﺤﺎﺑﻪ أ‬
َ ‫ﺒﻟ آ َوأَ ْﺻ‬ َ َُ َ َ ََ ّ ّ َ ُ ّٰ َ
ِ ِِ ِ ِ َ ‫اﻟﻠﻬﻢ ص ِل َو َسل ِْم ﺒﻟ نب ِ ّيِنا ﺤﻣﻤ ٍﺪ َو‬
.? > = < ; : 9 8 7 6 5 4
21 0 / . - , + * ) ( ' & % $ # " !
> = < ; : 98 7 6 5 4 3
¥¤ £ ¢ ¡ ‫ { | ~ ﮯ‬z y x w v u
®¬ «ª ©¨§¦
َ ُ َ َُْ ْ ُُ ْ َ َ َ ُ ْ َ ْ ْ َ ْ َ َ ّٰ ُ َ ْ َْ َ َ
،‫ وﺮﺷ اﻷﻣﻮ ِر ﺤﻣﺪﺛﺎﻳﻬﺎ‬،‫ﺮﻴ اﻟ َﻬﺪ ِي ﻫﺪ ُي ﺤﻣﻤ ٍﺪ‬ ‫ وﺧ‬،ِ ‫ﻳﺚ ِﻛﺘﺎب ا‬ َ
ِ ِ ‫ﻓ ِﺈن ﺧﺮﻴ‬
‫ﺪ‬ ‫اﺤﻟ‬
ْ َ ٌََ ْ ُ ٌ ْ َ ُْ ُ
‫ أ َّﻣﺎ َﻧﻌ ُﺪ‬، ،‫ َو ﺑِﺪ َﻋ ٍﺔ َﺿﻼﻟﺔ‬،‫َو ﺤﻣ َﺪﺛ ٍﺔ ﺑِﺪ َﻋﺔ‬
Kaum Muslimin Rahimakumullah 7 6 5 43 2 1 0 / .
Bertakwalah kepada Allâh, karena takwa adalah
keselamatan dan bahtera kemenangan. Seorang > = < ; : 98
yang cerdik adalah yang senantiasa bertakwa
kepada Allâh Ta’ala. Hai manusia, Sesungguhnya janji Allâh adalah
Seorang Muslim menghadapi banyak cobaan benar, Maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia
dan tantangan. Godaan dunia, goncangan jiwa, memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah
juga gencarnya berbagai pemikiran menyimpang, syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu
dan berbagai ujian lainnya. Itu semua tak jarang tentang Allâh. (QS. Fathir/ 35: 5).
membuat jiwa Muslim menjadi goncang, ketahanan Bahkan godaan-godaan ini pun bisa saja
iman menjadi terkikis. Jurang nafsu semakin dalam, membayangi orang yang tampaknya baik. Sampai-
syubhat dan keraguan pun semakin menjadi-jadi. sampai pun Rasul n pernah bersabda:
َ‫اﺠﻟَﻨﺔ َﺣ ﻣﺎ‬ ْ ْ َ َ َ ُ َ ْ ََ َ ُ
‫َو ِن اﻟﺮﺟﻞ ﻌﻤﻞ ﺑِﻌﻤ ِﻞ أﻫ ِﻞ‬
Dan itu adalah ancaman yang cukup serius yang
harus ditanggulangi. ِ
Orang yang tadinya giat beramal, kadang
َْ َ َْ َ ‫ﺮﻴ ذ‬ ُ ْ ‫ﻮن ﺑَﻴْﻨَ ُﻪ َو َﺑﻴْﻨَ َﻬﺎ َﻟ‬ ُ ُ َ
menjadi hilang semangat. Yang dulunya terlihat ‫ﻦﻴ‬ِ ‫اﻗ‬‫ر‬ ‫ذ‬
ِ ‫و‬ ‫أ‬ ٍ
‫اع‬‫ر‬ ِ ‫ﻳﻜ‬
taat, kadang pun menjadi lesu. Derasnya bujuk rayu َْ َ َ ُ َ ْ َ َ ُ َ ْ ْ َ َ ُ ْ َ َ
dunia dan semakin larisnya pemikiran menyesatkan, ‫ﺎر‬
ِ ‫ﻜﺘﺎب ﻓﻴﻌﻤﻞ ﺑِﻌﻤ ِﻞ أﻫ ِﻞ اﺠ‬ ِ ‫ﻓﻴﺴ ِﺒﻖ ﻋﻠﻴ ِﻪ اﻟ‬
semakin membuat seseorang mudah goyah. Allâh
ُ ُ ْ َ
Ta’ala berfirman:
‫ﻓﻴَﺪﺧﻠ َﻬﺎ‬

62 MAJALAH ASSUNNAH EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


Sungguh, seseorang benar-benar beramal dengan َ ََ َ َ ْ َ َ َ ََ َ َ ْ َ َ
amalan penduduk surga, hingga jarak antara dirinya ‫ﻓﻤﻦ ﺷﺎء أﻗﺎم وﻣﻦ ﺷﺎء أزاغ‬
dengan surga tinggal satu atau dua hasta, lalu
Dari Syahr bin Hausyab berkata: aku bertanya
catatan takdir pun mendahuluinya, sehingga ia pun
kepada Ummu Salamah: “Wahai Ummal Mukminin!
beramal dengan amalan penduduk neraka, hingga ia
Doa apakah yang sering dipanjatkan Rasûlullâh n
pun masuk ke neraka. (HR. al-Bukhari).
kala berada di sisimu?” Ummu Salamah menjawab:
Sungguh, sangat mengenaskan dan mengerikan. “Kebanyakan doa beliau adalah: Ya Muqallibal
Jaraknya dengan surga tinggal sehasta, namun quluub, tsabbit qalbi ‘ala diinik (Wahai Dzat Yang
akhirnya iapun beramal dengan amalan neraka, membolak-balikkan hati! Teguhkanlah hatiku di atas
wal iyâdzu billâh. Ini karena amalan itu dilihat dari agama-Mu).”Ummu Salamah berkata: “Aku bertanya:
akhir pungkasannya. Dalam diri orang tersebut ‘Ya Rasûlallâh! Begitu seringnya engkau berdoa
terdapat penyakit tersembunyi. Bukan penyakit dengan doa [Ya Muqallibal qulûb, tsabbit qalbi ‘ala
jasmani, namun penyakit menyangkut hatinya.
diinik]. Nabi n menjawab: “Wahai Ummu Salamah!
Dan itu membuatnya terpuruk di akhir hayatnya,
Tidak ada seorang anak Adam pun melainkan hatinya
padahal saat itu adalah waktu di mana ia paling
ada di antara dua jari dari jari-jari Allâh. Bila Allâh
membutuhkan imannya. Kalau dalam hatinya tidak
mau, Dia teguhkan yang Dia kehendaki. Bila Allâh
ada penyakit yang mengkhianati imannya, Allâh
kehendaki, Dia sesatkan (yang Dia kehendaki).’
pun tidak membalikkan imannya.
Lalu Muadz (salah seorang perawi hadits
Imam al-Qurthubi z berkata: “Su’ul khatimah tersebut) membaca:
itu –semoga Allâh melindungi kita darinya-
tidaklah menimpa orang yang zahirnya istiqamah
dan hatinya shalih. Belum pernah kita mendengar
ÇÆÅ Äà ÂÁÀ¿¾½
Í Ì Ë Ê ÉÈ
dan mengetahui hal seperti ini. Wal hamdu lillâh.
Su’ul khatimah itu tidak lain adalah bagi orang
yang pola akalnya rusak, atau yang terus-menerus (Mereka berdoa): “Wahai Rabb kami, janganlah
melakukan dosa besar dan lancang menerjangnya. Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan
Bisa saja hal-hal itu mendominasi dirinya, hingga sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan
kematian pun datang menjemput sebelum sempat karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau;
bertaubat.” karena sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi
Rasul n telah memberi peringatan kepada (karunia)”. (QS. Ali Imran/ 3: 8).
umat ini. Memperingatkan kepada mereka jangan
sampai imannya terpuruk, yang menyebabkan
Kaum Muslimin Rahimakumullâh
dirinya melenceng sesat dari agama.
َ‫ﺖ ِلُ ِ ّم َﺳﻠَ َﻤ َﺔ ﻳﺎ‬ ُ ْ‫ َﻗ ْﻦ َﺷ ْﻬﺮ ﺑْﻦ َﺣ ْﻮ َﺷﺐ ﻗَ َﺎل ﻗُﻠ‬kekuatan yang selalu terbarukan. Bahkan itu
Teguh di atas kebenaran, merupakan sumber

ٍ ِ ِ
ّٰ ُ َ َ ْ َ
ُ ُ َ َ َ َ َ ْ ُ ْ ُ dalam jurang keterpurukan dan kesesatan. Bila
adalah benteng yang menjaga seseorang dari jatuh
b ِ ‫ﻮل ا‬ ِ ‫ أم اﻟﻤﺆ ِﻣ ِﻨﻦﻴ ﻣﺎ ﺎﻛن أﻛﺮﺜ دﺨ ِء رﺳ‬telah banyak muncul kerusakan dalam kehidupan,
َ ِّ‫ﺮﺜ ُد َﺨﺋﻪ ﻳَﺎ ُﻣ َﻘﻠ‬ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ maka seorang Muslim lebih perlu lagi untuk tegar
‫ﺐ‬ ِِ ‫ ِإذا ﺎﻛن ِﻋﻨﺪ ِك ﻗﺎﻟﺖ ﺎﻛن أﻛ‬di atas agama; dengan mengerjakan perintah
ُ ْ‫ﺖ َﻓ ُﻘﻠ‬ ْ َ‫ﻚ ﻗَﺎﻟ‬ َ ََ َْ ْ َّ ُ ُ ْ dan menjauhi larangan. Juga membentengi diri
‫ﺖ ﻳَﺎ‬ ‫ت ﻗﻠ ِﻲﺒ ﺒﻟ ِدﻳ ِﻨ‬ ‫ﻮب ث ِب‬
ِ ‫ اﻟﻘﻠ‬dari syubhat yang menghadang, juga nafsu yang
ُ ُ ْ َ ّ َ ُ َ َ َ َ ُ َ َ ْ َ َ ّٰ َ ُ َ mengekang. Keteguhan agama adalah benteng
‫ﻮب‬ ِ ‫ رﺳﻮل ا ِ ﻣﺎ أﻛﺮﺜ دﺨءك ﻳﺎ مقل ِب اﻟﻘﻠ‬yang harus senantiasa dipegang setiap hamba.
َْ ُ َ َ ُ َ َ َ ََ َْ ْ َّ
‫ت ﻗﻠ ِﻲﺒ ﺒﻟ ِدﻳ ِﻨﻚ ﻗﺎل ﻳَﺎ أم َﺳﻠ َﻤﺔ ِإﻧﻪ ﻟﻴ َﺲ‬
Semoga Allâh tegarkan kita di atas jalan-Nya,
‫ ث ِب‬sehingga kita bisa meraih ridha-Nya.
ّٰ َ
ِ ‫ﻦﻴ ِﻣ ْﻦ أ َﺻﺎﺑِ ِﻊ ا‬
َُْ ْ ُ ََْ ُُْ َ َ
‫ﻌ‬ ‫ﺒ‬ ‫ﺻ‬ ‫أ‬ ‫ﻦﻴ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺒ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﻗ‬ ‫و‬ ‫ﻻ‬ ‫إ‬ ‫ﻲﻣ‬
َ ْ ُ ََ
‫آد‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻜ‬ ‫ﻟ‬ ‫و‬ ‫ﻲﻟ‬ َ ‫ـﻮ َﻫ َﺬا أَ ْﺳﺘَ ْﻐﻔ ُﺮ‬
‫اﷲ‬ ْ ُ‫أَﻗ‬
ْ ‫ــﻮ ُل ﻗَـ‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
MAJALAH ASSUNNAH EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M
63
ُ ُْ ُ ْ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َْ ْ ُْ َ َ luas adalah kesabaran. Seperti pesan Nabi
‫ﺎت ﻓﺎﺳﺘﻐ ِﻔﺮوه إِﻧﻪ‬
ِ ‫وﻟِﺴﺎﺋِ ِﺮ اﻟﻤﺴ ِﻠ ِﻤﻦﻴ واﻟﻤﺴ ِﻠﻤ‬ n kepada keluarga Yasir: “Bersabarlah wahai
َ ْ َُ
ُ‫ﻟﻐ ُﻔ ْﻮ ُر اﻟﺮ ِﺣﻴْﻢ‬ keluarga Yasir! Karena kesudahan kalian adalah
‫ﻫﻮ ا‬ surga.” (HR. al-Hakim).
Menjauhi hal-hal yang menjadi sumber fitnah
[ KHUTBAH KEDUA ]
ُ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ ّ َ ّٰ ُ ْ ْ yang merusak agama. Menjauhi forum-forum

‫ي أ ُم ْو ِر‬ ‫ وبِهِ نست ِع‬،‫ب العال ِمي‬ِ ‫المد ِ ِ ر‬


َ yang menjajakan syubhat, syahwat, dan hal-hal

َ yang merusak agama.

‫ش ِف‬ َ ْ ‫الس َ ُم َ َ أ‬ َّ ‫الص َةُ َو‬


َّ ‫ َو‬،‫ليْن‬
ِ ّ ‫النْ َيا َوا‬ُّ Bergaul dengan orang-orang shalih. Bila dirasa
ِ
ْ‫ أَ َّما َبعد‬، َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ِ ِ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ
ada futur atau lemah gairah agamanya, maka

‫المرسل ِي و آل وصحبِهِ أج ِعي‬


mereka pun akan segera membimbing dan
menguatkannya, untuk memupuk nilai-nilai
keimanan dalam hati.
Agar seorang Muslim bisa tegar di atas jalan Semoga Allâh selalu membimbing kita menuju
Allâh, maka ia perlu meniti jalan dan cara untuk agama-Nya dan teguh di atasnya. Aamiin Ya Rabbal
merealisasikannya. Di antaranya adalah: âlamiin.
Al-Quran adalah wasilah pertama untuk
َ ْ‫ﺒﻟ آل ُﺤﻣَﻤﺪ َﻛ َﻤﺎ َﺻﻠﻴ‬ َ َ َ َ ُ َ َ ّ َ ُ ّٰ َ
tegar di jalan Allâh. Ketika seorang Muslim ‫ﺖ‬ ٍ ِ ‫اﻟﻠﻬﻢ ﺻ ِﻞ ﺒﻟ ﺤﻣﻤ ٍﺪ و‬
mencurahkan perhatiannya terhadap Al-Quran,
ٌ َ ٌْ َ َ ََ َ َْ َْ ََ
dengan segenap jiwa dan perasaannya, dengan
keyakinan, ucapan dan amalannya, dengan
.‫ﺠﻣﻴْﺪ‬ ِ ‫ﺪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻤﺣ‬
ِ ‫ﻚ‬ ‫ﻧ‬ ‫إ‬
ِ ، ‫ﻢ‬ َ ْ‫ﺒﻟ آل إﺑ ْ َﺮا ِﻫﻴ‬
ِ ِ ‫ﺒﻟ ِإﺑﺮا ِﻫﻴﻢ و‬
mempelajari dan mengajarkannya, tilawah ََ َ َْ َ َ َ َُ ََ َ َُ ََ ْ ََ
dan mentadabburinya, maka itu akan menjaga ‫ﺖ ﺒﻟ‬ ‫آل ﺤﻣﻤ ٍﺪ ﻛﻤﺎ ﺑﺎر‬ ِ ‫ﺎرك ﺒﻟ ﺤﻣﻤ ٍﺪ وﺒﻟ‬ ِ ‫وﺑ‬
ٌ َ ٌْ َ َ َْ َْ ََ َ َْ َْ
.‫ﺠﻣﻴْﺪ‬
dirinya dan akan membawanya pada ketegaran.
Ilmu yang disertai keikhlasan, yang dijadikan ِ ‫ﺪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻤﺣ‬
ِ ‫ﻚ‬ ‫ﻧ‬ ‫إ‬
ِ ، ‫ﻢ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻫ‬ِ ‫ا‬‫ﺮ‬ ‫ﺑ‬ ‫إ‬
ِ ِ‫آل‬ ‫ﺒﻟ‬ ‫ِإﺑﺮا ِﻫﻴﻢ و‬
sebagai jalan untuk takwa kepada-Nya. Karena
،‫ﺎت‬ ‫ﻤ‬َ ‫ـﻤ ْﺴﻠ‬ ُ ْ‫ﻦﻴ َواﻟ‬ َ ْ ‫اﻏﻔ ْﺮ ﻟﻠْ ُﻤ ْﺴﻠﻤ‬ ْ
‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ُ ّٰ‫اَﻟﻠ‬
ilmu yang didasari keikhlasan, akan membuat ِ ِ ِِ ِ ِ
hamba bertakwa dan takut kepada Allâh. َ
َ ْ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ ْ َ‫ﻦﻴ َواﻟ ْ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨ‬ َ َ ْ ‫َواﻟ ْ ُﻤ ْﺆﻣﻨ‬
Bukankah yang takut kepada Allâh hanyalah
orang-orang yang berilmu?!
،‫ات‬ ِ ‫ﺎت اﻷﺣﻴﺎ ِء ِﻣﻨﻬﻢ واﻷﻣﻮ‬ ِ ِِ
ٌ ْ َ ٌْ َ َ
‫ﺍﳊ ﱠﻖ ﹶﺣﻘﺎ ﹶﻭ ﹾﺍﺭ ﹸﺯ ﹾﻗﻨﹶﺎ‬ ‫ ﺍﻟ ﱣﻠ ﹸﻬ ﱠﻢ ﹶﺃ ﹺﺭﻧﹶﺎ ﹾ ﹶ‬.‫ِإﻧﻚ ﺳ ِﻤﻴﻊ ﻗ ِﺮﻳﺐ‬
Doa memohon agar Allâh selalu menjaganya,
dan berdoa agar ditegarkan dalam agama-Nya.

.‫ﺍﺟﺘﹺﻨﹶﺎ ﹶﺑ ﹸﻪ‬ ‫ ﹶﻭ ﹶﺃ ﹺﺭﻧﹶﺎ ﺍ ﹾﻟ ﹶﺒﺎﻃﹺ ﹶﻞ ﺑ ﹶﺎﻃﹺ ﹰ‬،‫اع ُه‬ َ ‫ّات َِب‬


‫ﻼ ﹶﻭ ﹾﺍﺭ ﹸﺯ ﹾﻗﻨﹶﺎ ﹾ‬
Seperti dalam doa: Allâhumma ya muqallibal
qulub, tsabbit qalbi ala dinik. Ya Allâh, Dzat Yang
Membolak-balikkan hati, tegarkanlah hatiku di ُ‫ﺐ َﺠَﺎ ﻣ ْﻦ أَ ْز َواﺟﻨَﺎ َو ُذ ّرﻳﺎﺗﻨَﺎ ﻗُﺮ َة أَ ْﻗﻦﻴ‬ ْ ‫َرﺑﻨَﺎ َﻫ‬
atas agama-Mu. ٍ ِ ِ ِ ِ
Banyak beramal shalih. Karena orang-orang ْ
‫ َرﺑﻨَﺎ آﺗِﻨَﺎ ِﻲﻓ ا ُّ ﻏﻴَﺎ‬.‫ﺎﻣﺎ‬ ً ‫ﻦﻴ إ َﻣ‬ َ ‫اﺟ َﻌﻠْﻨَﺎ ﻟﻠْ ُﻤﺘﻘ‬ ْ َ
‫و‬
yang beriman dan beramal shalih, maka dengan ِ ِ ِ
َ ‫َﺣ َﺴﻨَ ًﺔ َو اﻵﺧ َﺮة َﺣ َﺴﻨَ ًﺔ َوﻗﻨَﺎ َﻋ َﺬ‬
iman tersebut, Allâh pun akan menunjuki
mereka pada jalan yang lurus. .‫ﺎر‬ ِ ‫اﺠ‬ ‫اب‬ ِ ِ ِ ِ
Mentadabburi kisah-kisah para nabi, untuk
َ َ ُ َ ْ َ َ َ ْ ُ
meneladani mereka. Allâh menegaskan bahwa
kisah-kisah para rasul akan meneguhkan hati
‫ َو َﺳﻼ ٌم‬،‫ﺤﺎن َر ّﺑِﻚ َر ِّب اﻟ ِﻌﺰ ِة ﻗﻤﺎ ﻳَ ِﺼﻔ ْﻮن‬ ‫ﺳﺒ‬
.‫ﻦﻴ‬ َ ْ ‫ـﺤ ْﻤ ُﺪ ﷲ َر ّب اﻟْ َﻌﺎﻟَﻤ‬ َ ْ‫ﻦﻴ َواﻟ‬ َ ْ ‫ـﻤ ْﺮ َﺳﻠ‬ ُ ْ‫ﺒﻟ اﻟ‬ ََ
Berperilaku dengan akhlak baik yang akan
ِ ِ ِ ِ ِ
menopang sikap ketegaran. Dan akhlak yang
ََ َ
.‫َوأ ِﻗ ِﻢ اﻟﺼﻼة‬
paling ampuh untuk tegar adalah kesabaran.
Karena pemberian yang paling baik dan paling

64 MAJALAH ASSUNNAH EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M


EDI
SI 0
144 6/X
4H XVI
/ 20
22 M

S
esungguhnya Allâh k telah
memerintahkan hamba-hamba-Nya
untuk beribadah kepada-Nya, tiada
sekutu bagi-Nya. Kemudian, Allâh k
menekankan maksud ini dengan penekanan
yang banyak. Setelah itu, Allâh k
memerintahkan perintah-perintah agung Allâh k berfirman:
lainnya. Barang siapa mematuhinya, niscaya
akan selamat dan beruntung. Sedangkan ‫ﮗ ﮘ ﮙ ﮚ ﮛ ﮜﮝ ﮞ ﮟ‬
orang yang kurang memperhatikannya, akan Sembahlah Allâh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dihisab dan disiksa, kecuali Allâh k hendak dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang
merahmatinya. ibu-bapak. (QS. An-Nisâ/4:36)

Kedudukan Tinggi Birrul Walidain Allâh k berfirman:


Allâh k menyandingkan perintah untuk
beribadah kepada-Nya dengan perintah untuk ‫ﮗﮘﮙﮚﮛﮜ ﮝﮞ‬
birrul walidan (berbakti kepada kedua orang Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
tua). menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik
pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (QS. Al-Isrâ/17:23)

1 Diadaptasi dari Khutbah Jum’at Prof. DR. ‘Adil as-Subai’i


Arti qadhâ adalah memerintahkan dan mengharuskan.
pada tanggal 7 Oktober 2022 di Masjid Jami Pesantren Maka kewajiban seorang Muslim untuk mengagungkan
Imam Bukhari Solo. perkara yang diagungkan oleh Allâh dan Rasul-Nya, dan
BJ
mengamalkan apa yang diperintahkan Allâh dan Rasul- kebaikan-kebaikan, pelayanan, ucapan yang halus,
Nya n. hadiah, pemberian dan sikap yang baik dari seorang
Allâh k telah memerintahkan birrul walidain pada anak.
sejumlah ayat. Bahkan Allâh k berfirman:
Fenomena Memprihatinkan
‫ﮈﮉﮊﮋﮌﮍﮎﮏ ﮐﮑﮒ‬ Namun, realita yang aneh dan memprihatinkan,

‫ﮓ ﮔﮕ ﮖ ﮗ ﮘ ﮙ‬
banyak orang, terutama para pemuda bersikap baik
dan berbicara lembut kepada istri, serta menyimak
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan ucapannya. Akan tetapi, jika bersama kedua orang
dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tuanya, ia tidak memiliki antusias sebagaimana
tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, saat bersama istrinya. Ada juga orang-orang bila
dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. (QS. bersama kawan-kawannya, mereka menyetujui
Luqmân/31:15) apa yang dilakukan oleh kawan-kawannya meski ia
tidak menyukainya, demi menyenangkan kawan-
Allâh k tidak memperbolehkan bagi anak untuk kawan dan sahabat-sahabatnya.
bersikap keras dan berbuat kasar, berkata kasar dan Tidak diragukan lagi, ini termasuk akhlak yang
berbuat kasar kepada keduanya, meski orang tuanya baik. Tapi, yang harus diperhatikan, hak orang
kufur kepada Allâh k dan berusaha kuat untuk tua mesti diunggulkan dan diutamakan daripada
menyesatkannya serta menjerumuskannya ke dalam mereka, dengan berbuat baik kepada kedua orang
kesyirikan. Justru, Allâh k tetap memerintahkannya tua, menyenangkan orang tua.
untuk mempergaulinya dengan baik. Pernah datang seorang pemuda kepada
Rasûlullâh n. Ia datang untuk memohon izin
‫ﮕﮖﮗﮘﮙ‬ berjihad. Beliau n bertanya, “Apakah kedua orang
dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. (QS. tuamu masih hidup?”. Ia menjawab, “Ya”. Kemudian
Luqmân/31:15) Beliau n berkata, “Berjihadlah (bersungguh-
sungguhlah( dalam berbuat baik kepada mereka
Ini termasuk dalil yang paling agung dan paling berdua”.
jelas tentang betapa besarnya hak kedua orang tua atas Dalam riwayat lain, “Aku tinggalkan mereka
anak-anak. berdua dalam keadaan menangis”. Lalu Nabi
Maka, orang yang masih menjumpai kedua n bersabda: “Kembalilah kepada mereka.
orang tuanya masih hidup, ia sedang mendapatkan Buatlah mereka tertawa sebagaimana engkau
kelapangan dalam berbuat baik kepada mereka. Maka, telah menyebabkan keduanya menangis”. Hadits
kewajibannya adalah berbakti kepada kedua orang diriwayatkan dalam Shahihain.
tuanya dan bertakwa kepada Allâh dalam mempergauli Sesungguhnya birrul walidain bukanlah aktifitas
mereka. Sebab, mereka berdua merupakan pintu di yang bersifat pilihan. Maksudnya, seseorang
antara pintu-pintu Surga. Barang siapa menempuh berkata, “Saya akan berbakti kepada kedua orang
dua jalan ini dan memasuki Surga melaluinya, maka tua bila Allâh memberiku taufik dan aku mau
ia telah beruntung dan selamat. Barang siapa yang melakukannya”. Tidak. Ini pemahaman yang keliru.
telah tertutup baginya salah satu pintu, maka masih Birrul walidain merupakan kewajiban anak,
ada satu pintu yang terbuka. Barang siapa telah bagaimanapun keadaan anak: dalam keadaan sulit,
terutup semua pintu tersebut, maka hendaknya ia miskin, sakit maupun lapar.
menyambung hubungan dengan kedua orang tuanya Oleh karena itu, Rasûlullâh n telah berpesan
dengan perkara-perkara yang diperintahkan, seperti kepada para Sahabat wasiat yang agung berkaitan
mendoakan mereka, bersedekah untuk mereka dan dengan berbuat baik kepada kedua orang tua,
lain-lainnya. sampai para Sahabat memahaminya.
Sesungguhnya orang yang paling utama Ada seorang lelaki datang kepada Rasûlullâh n
mendapatkan kebaikan dari seseorang adalah orang . Ia berkata, “Siapakah orang yang paling berhak
tuanya. Mereka orang yang paling berhak memperoleh
BJ
dengan sikap baikku?”. Beliau n menjawab, penyakit kulit belang. Lalu ia berdoa kepada Allâh
“Ibumu”. Ia berkata, “Kemudian siapa?”. Beliau n k untuk kesembuhannya. Kemudian Allâh k
menjawab, “Ibumu”. Ia berkata, “Kemudian siapa?”. menyembuhkannya dari penyakit itu dari tubuhnya
Beliau menjawab, “Ibumu”. Ia berkata, “Kemudian kecuali pada tempat yang sebesar uang dirham saja,
siapa?”. Beliau n menjawab, “Ayahmu”. (HR. Al- berkat baktinya kepada sang ibu.
Bukhari dan Muslim) Rasûlullâh n tidak pernah mengabarkan kedatangan
Rasûlullâh n tidak mengatakan, “Istrimu, seseorang sepeninggal Beliau selain kedatangan Uwais
kawan-kawanmu”. Beliau menjawab, “Ibumu, al-Qarni. Tidak itu saja. Beliau juga berkata kepada
kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian para Sahabat, “Barang siapa dari kalian menjumpainya,
ayahmu”. hendaknya memintanya untuk memohonkan ampunan
(kepada Allâh) baginya. Sesungguhnya doanya mustajab”.
Keutamaan Birrul Walidain Jadi, birrul walidain termasuk sebab penting dalam
Keutamaan-keutaman birrul walidain sangat pengabulan doa. Maka, seseorang mengharapkan
banyak, baik di dunia sebelum di akhirat. Di Surga Allâh memberimu rezki, taufik dan kebahagiaan,
nanti ada pintu namanya Pintu al-Birru. Akan memberimu tambahan ilmu dan harta dan kebaikan-
memasukinya orang-orang bararah (orang-orang kebaikan lain di dunia dan akhirat, maka bersungguh-
yang berbuat baik) yang telah berbuat baik kepada sungguhlah dalam melakukan birrul walidain, sampai
ayah-ayah mereka dan ibu-ibu mereka. engkau layaknya menjadi budak yang hina yang
majikannya berkata kepadanya,”Kalau kamu tidak baik
Disebutkan dalam riwayat, ketika Nabi n
dalam melayaniku, aku akan potong lehermu”. Maka, ia
memasuki Surga dalam mimpi yang Beliau lihat,
pun bersungguh-sungguh dalam melayani majikannya,
Beliau mendengar suara bacaan. Lalu Beliau
dengan penuh rasa takut dan hina.
bertanya, “Bacaan siapakah itu?”. Dijawab, “Hâritsah
bin Nu’mân”. Kemudian Beliau berkata, “Demikianlah Demikian pula seorang anak yang menginginkan
balasan kebaikan. Demikianlah balasan kebaikan”. menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang
tuanya. Hendaknya ia mencium tangan ibu ayahnya,
Rasûlullâh n mendengar suara bacaan Al-
duduk di bawah mereka, tidak mendahului mereka
Qur`an Hâritsah bin Nu’mân di Surga, sebagaimana
dalam berjalan, , tidak mendahului mereka dalam
Beliau n telah mendengar suara alas kaki
keluar dan masuk, kecuali akan membukakan pintu
Bilal z. Ini tidak lain menunjukkan agungnya
bagi mereka, tidak berbicara di hadapan mereka, tidak
amalan tersebut di sisi Allâh k, karena Allâh
mengangkat suara di depan mereka, tidak melakukan
k menjadikan Nabi n mendengar bacaan itu
hal-hal yang menyakiti hati mereka dengan bertikai
secara khusus, padahal amalan-amalan kebaikan itu
dengan saudara-saudaranya. Ia tidak menuntut haknya
banyak.
dari saudaranya itu, demi tidak menyakiti kedua orang
Ketika telah sampai berita Uwais al-Qarni kepada tuanya. Sebab, orang tua itu akan sedih ketika melihat
Nabi n, bahwa ia ingin berhijrah ke Madinah, namun anak-anak mereka saling berselisih dan bertengkar
ibunya telah sangat tua, tidak ada pembantu yang di hadapan mereka, walau pertengkaran itu sekedar
melayaninya. Maka, Uwais al-Qarni mengurungkan dalam ucapan saja. Maka, hendaknya anak benar-benar
langkahnya untuk berhijrah menjumpai Rasûlullâh bertindak yang sangat lembut dan halus kepada kedua
n, karena ingin berbuat baik kepada ibunya. Ia orang tua, sampai-sampai orang lain menyebutnya
tidak mampu membawa ibunya ke Madinah dan sebagai orang gila.
tidak pula tega meninggalkannya.
Diriwayatkan dari Zainal Abidin Ali bin Husan bin
Rasûlullâh n mengabarkan kondisi Uwais al- Ali bin Abi Thalib, ia tidak pernah makan bersama
Qarni kepada para Sahabat dan berkata kepada ibunya dalam satu piring. Kemudian ada yang bertanya,
para Sahabat, termasuk kepada Abu Bakar, Umar, “Mengapa kamu tidak mau makan bersama ibumu,
Utsman dan ‘Ali, “Akan datang kepada kalian padahal engkau sangat berbakti kepada ibumu?”. Ia
seorang lelaki dari negeri Yaman”. Kemudian Beliau menjawab, “Saya takut kalau makan bersama ibu dalam
n menerangkan sifat dan keadaan. Ia dari suku satu piring lalu tanganku mengambil sesuatu yang
Murad, dari kabilah al-Qarn. Ia mempunyai ibu. diingini oleh ibuku, akibatnya aku durhaka kepada
Ia sangat berbakti kepadanya. Ia dulu menderita beliau”.
BJ

Beliau melakukan birrul walidain sampai pada Tidak berapa lama, datanglah seorang wanita
hal-hal tersebut, agar tidak terjatuh pada durhaka pezina menggodanya, tapi ia menolak. Akhirnya,
kepada orang tua. wanita itu berzina dengan penggembala kambing
Namun, jika ibu suka anaknya makan bersamanya dan hamil.
dalam satu wadah, hendaknya makan bersama ibu. Setelah melahirkan, wanita pezina itu ingin
Suapilah ibu. Hidangkan bagi ibu makanan yang membalas Juraij yang tidak mau berzina dengannya.
paling lezat. Sesungguhnya di situ ada pahala besar Orang-orang bertanya, “Anak siapa ini?”. Wanita
dari Allâh k. menjawab, “Juraij”. Maka, Bani Israil mendatangi
Mintalah doa-doa dari kedua orang tua. Sebab, Juraij dan mencelanya. Mereka mengeluarkannya
Rasûlullâh n bersabda: dari tempat ibadah dan menghancurkannya.
َّ َ َ َ َ َ ْ ُ ََ َ ُ ََ
‫ات ل شك ِفيْ ِه َّن‬
Mereka memukuli Juraij. Juraij bertanya: “Ada apa
ٍ ‫ات مستجاب‬
ٍ ‫ثلث دعو‬ kalian?”. Mereka menjawab, “Kami telah berzina
dengan wanita ini dan melahirkan anak darimu”. “
“Ada tiga doa yang mustajab, tidak diragukan lagi”. Mana anak kecil itu?”, kata Juraij. Lalu ia menekan
Rasûlulullâh n menyebutkan salah satunya adalah perut bayi itu, dengan berkata, “Wahai anak kecil,
doa orang tua bagi anaknya. siapakah bapakmu?”. Anak kecil itu menjawab,
“Penggembala kambing”.
Bila ibu berkata, “Berangkatlah. Semoga Allâh
memberkahimu, memberimu taufik, memudahkan Allâh k membersihkan kehormatan Juraij dari
kebaikan bagimu. memberimu rezki dari arah yang tuduhan zina dengan kejadian luar biasa ini, yang
tidak engkau sangka-sangka”, maka ini adalah doa- terjadi pada sedikit manusia, biasanya terjadi pada
doa yang mustajab. Baik akan dikabulkan segera para nabi. Bayi itu berbicara untuk menyebutkan
oleh Allâh k atau setelah waktu tertentu. bahwa Juraij bukan pelakunya. Tidaklah kejadian
luaar biasa ini terjadi, kecuali karena Juraij seorang
yang baik, yang berbakti kepada orang tuanya.
Bahaya Durhaka Namun, ketika ia durhaka kepada ibunya sekali
Di antara perbuatan maksiat yang paling besar saja, ia harus menghadapi dampak buruknya.
adalah durhaka kepada kedua orang tua. Maka, Maka, janganlah kita mengabaikan birrul
hendaknya seseorang menghindari perbuatan walidain. Janganlah kita mengatakan ucapan yang
durhaka kepada kedua orang tua. Ia menghindari menyakiti mereka. Sesungguhnya itu termasuk
dari membuat kedua orang tuanya marah, atau dosa besar dan permusuhan yang besar.
berdoa keburukan kepadanya. Doa buruk orang tua
sangatlah berbahaya bagi anak. Karena itu, Allâh k berfirman:
Disebutkan dalam Shahih Muslim, ada seorang
lelaki bernama Juraij. Ia seorang pemuda yang
‫ﭡﭢ ﭣﭤ ﭥ ﭦﭧﭨﭩﭪ‬
ahli ibadah. Ia sangat suka beribadah. Ia sangat
menyukai untuk memanjangkan shalat.
‫ﭫﭬﭭﭮﭯ ﭰﭱﭲﭳ‬
Suatu hari, ibunya datang memanggilnya saat ‫ﭴ ﭵ ﭶ ﭷ ﭸ ﭹ ﭺﭻ‬
sang anak sedang mengerjakan shalat, “Wahai
Juraij”. Juraij mendengarnya. Ia berkata dalam Apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai
hati, “Ya Allâh, ibuku atau shalatku”. Kemudian ia empat puluh tahun, ia berdoa, ‘Ya Rabbku,
lebih memilih shalatnya. Panggilan ibunya sampai tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau
tiga kali, namun Juraij lebih memilih melanjutkan yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada
shalat. Akhirnya, ibunya marah dan berkata, “Ya ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat
Allâh, Juraij, putraku ini, aku telah memanggilya, amal shalih yang Engkau ridhai; berilah kebaikan
namun ia enggan menjawabku. Ya Allâh, janganlah kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada
engkau matikan dia sebelum engkau perlihatkan anak cucuku. (QS. Al-Ahqaf/46:15)
kepada dia wanita-wanita pezina”.
Juraij seorang yang shalih, tidak melakukan
maksiat dan tidak mendekati para pelaku maksiat. BERSAMBUNG KE HAL. ..................................... 07
USW

1. Membangun masjid dan berkumpul di


dalamnya
Langkah pertama yang ditempuh Nabi n

K
etika Rasûlullâh n sampai Madinah, di sana untuk melakukan perbaikan dan membangun
ada beragam komunitas yang mendiaminya, masyarakat yang kokoh adalah membangun
yang memiliki keyakinan yang saling bertolak- masjid. Pada proses pembangunannya, semua
belakang, tujuan yang berbeda dan bercerai-berai kaum Muslimin terlibat, termasuk Nabi n . Itulah
dalam kehidupan sosial mereka. Pertikaian yang kegiatan kerja sama umum yang menyatukan hati
panjang dan lama telah terjadi antara sebagian dan menampakkan tujuan umum bagi semua.
mereka. Komunitas yang heterogen tersebut ialah: Dulu, sebelum kedatangan Nabi n ke Madinah,
1. Kaum Muslimin yang terdiri dari suku Aus, Khazraj masing-masing memiliki tempat tersendiri untuk
dan kaum Muhajirin. berkumpul dan berbincang-bincang di malam
hari. Keadaan tersebut menunjukkan mereka
2. Kaum musyrikin, dari dua suku tersebut yang
tercerai-berai dan tidak bersatu. Setelah masjid
belum memeluk Islam.
berdiri, maka menjadi tempat bagi semua kaum
3. Dan orang-orang Yahudi yang terdiri dari Bani Muslimin. Tempat yang menyatukan mereka.
Qainuqa’ yang berkoalisi dengan suku Khazraj; Mereka saling berjumpa di sana setiap waktu.
Banu Nadhir, Banu Quraidhah yang koalisi dengan Mereka juga bertanya kepada Rasûlullâh n, lalu
suku Aus. Beliau mengajarkan kepada mereka ilmu dan
Sejak dulu, telah terjadi pertikaian kuat antara mengarahkan serta memberi petunjuk.
suku Aus dan Khazraj, sampai terjadi antara keduanya Dengan demikian, seluruh tempat pertemuan
peperangan-peperangan pada masa Jahiliyyah. sudah menyatu di masjid, semua suku saling
Peperangan antar mereka yang terakhir adalah mendekat. Keadaan berubah menuju kesatuan.
Perang Bu’ats yang masih menyisakan rasa dendam. Orang-orang Islam menjadi satu jamaah, yang
Rasûlullâh n mengambil langkah-langkah untuk dipimpin Nabi n .
mengatasi problematika-problematika itu dengan Pada waktu itu, masjid juga berfungsi sebagai
penuh hikmah dan strategi yang baik. Cara-cara yang tempat belajar kaum Muslimin, selain sebagai
Beliau n tempuh adalah: tempat pelaksanaan shalat lima waktu.
USW
2. Mendakwahi kaum Yahudi dengan kalimat n ketika menghadapi orang-orang Yahudi
bijaksana ketika Beliau baru datang ke Madinah. Kemudian
Imam al-Bukhari t telah meriwatkan Rasûlullâh n mengikat mereka dengan
tentang keislaman Abdullah bin Salam, perjanjian-perjanjian.
seorang tokoh Yahudi. Kemudian Rasûlullâh n
meminta kaum Yahudi untuk datang menemui 3. Menjalin Persaudaraan antara Muhajirin dan
Beliau. Mereka pun menemui Beliau n . Lalu Anshar
Rasûlullâh n berkata: Rasûlullâh n menjalin persaudaraan
antara kaum Muhajirin dan Anshar. Ini termasuk
ُ َّ ُ َّ َ ٰ َ ْ َّ َ َ ُ َّ ْ ُ َ ْ ُ ْ َ َ ‫يَا َم ْع‬
‫ إنك ْم‬.‫إل إل ه َو‬ ‫الي ل‬ ِ ‫هلل‬ِ ‫ فوا‬.‫ش الَهو ِد َويلكم! ِاتقوا اهلل‬ langkah lurus, strategi matang dan hikmah dari
Nabi n .
ُ ْ ّ َ ًّ ُْ َُ َّ َ َُْ َ
. ‫ وأ ِن ِجئتُك ْم ِبَ ٍّق‬.‫هلل َحقا‬
ِ ‫َلعلمون أ ِن رسول ا‬ Rasûlullâh n mengadakan ikatan
“Wahai orang-orang Yahudi. Bertakwalah persaudaraan antara kaum Muhajirin yang
kalian kepada Allâh. Bertakwalah kalian kepada merupakan orang-orang pendatang di kota
Allâh. Demi Allâh yang tidak ada sesembahan Madinah dan Anshar di rumah Anas bin Mâlik.
yang berhak disembah selain-Nya, sungguh Waktu itu, mereka berjumlah 90 orang. Setengah
kalian itu benar-benar tahu bahwa aku adalah dari mereka adalah kaum Muhajirin, dan setengah
utusan Allâh, aku datang kepada kalian dengan dari mereka merupakan kaum Anshar. Ikatan
membawa kebenaran. Peluklah agama Islam”. persaudaraan ini ditujukan untuk berempati dan
saling mewarisi setelah meninggal. Keluarga
Mereka menjawab, “Kami tidak tahu”. dekat tidak berhak mendapatkan warisan.
Lalu Rasulullah n bertanya, “Bagaimana Ketetapan ini berlangsung hingga Perang Badar.
kedudukan Abdullah bin Salam di tengah Ketika Allâh menurunkan firman-Nya:
kalian?”. Mereka menjawab, “Ia pemimpin kami
dan putra pemimpin kami. Orang yang paling ‫ﯹ ﯺ ﯻ ﯼ ﯽ ﯾ ﯿ ﰀﰁ‬
berilmu dari kami putra orang yang paling “Orang-orang yang mempunyai hubungan
berilmu dari kami”. Rasûlullâh n bertanya, kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap
“Apa komentar kalian kalau ia memeluk Islam?”. sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di
Mereka menjawab, “Tidak mungkin ia memeluk dalam kitab Allâh”. (QS. Al-Anfâl/8:75).
Islam”. Kemudian Rasûlullâh n mengulang
pertanyaan ini kepada mereka tiga kali. Mereka Setelah ayat ini turun, hak waris dikembalikan
pun menjawab dengan jawaban yang sama. kepada keluarga, bukan kepada hubungan
Kemudian Rasûlullâh n bersabda: “Wahai persaudaraan di atas.
Ibnu Salam, keluar dan temuilah mereka”. Lalu Dengan ini, fanatisme-fanatisme ala Jahiliyyah
Abdullah bin Salam berkata, “Wahai orang- menjadi lenyap. Tidak ada kebanggaan kecuali
orang Yahudi. Bertakwalah kalian kepada karena Islam. Sirnalah perbedaan-perbedaan
Allâh. Bertakwalah kalian kepada Allâh. Demi karena nasab, warna kulit dan kampung
Allâh yang tidak ada sesembahan yang berhak halaman. Tidak ada orang yang lebih baik kecuali
disembah selain-Nya, sungguh kalian itu benar- karena ketakwaannya. Perasaan-perasaan
benar tahu bahwa ia adalah utusan Allâh dan sebagai saudara, lebih mengutamakan orang
sesungguhnya ia datang dengan membawa lain, berempati dan sikap akrab menyatu pada
kebenaran.”. ikatan persaudaraan tersebut dan memenuhi
Mereka menjawab, “Kamu dusta. Engkau masyarakat yang baru dengan karakter yang
orang buruk dan anak dari orang buruk dari istimewa. Dalam ikatan persaudaraan ini tampak
kami. Mereka mencelanya. (HR. al-Bukhari) tanda keadilan Islam bagi manusia dan akhlak
Ini adalah pengalaman pertama Rasûlullâh yang tinggi.
USW
4. Tarbiyah Penuh Hikmah sehingga tidak ada lagi tempat bagi kebiasaan
Rasûlullâh n menjaga para Sahabat Jahiliyyah. Perjanjian itu ditetapkan oleh
dengan taklim, tarbiyah, tazkiyatun nufus, Rasûlullâh n bagi kaum Muhajirin dan
dan anjuran untuk berakhlak mulia, dan Anshar, sekaligus juga memuat butir-butir
membina mereka dengan adab-adab kasih- perjanjian dengan Yahudi yang tinggal di
sayang, persaudaraan, kemuliaan, ibadah dan Madinah.
ketaatan. Ini merupakan langkah-langkah paling
Beliau n bersabda: menonjol untuk memperbaiki keadaan dan
ْ‫الم َوأَ ْطع ُموا‬ َّ ‫اس أَفْ ُش ْوا‬
َ ‫الس‬ ُ ‫انل‬َّ َ‫يَا َأ ُّيها‬ membangun masyarakat yang baik.
ِ
ُْ ُ ْ َ ٌ َ ُ َّ َ ْ َّ ُّ َ ‫الط َع‬
‫ام َو َصل ْوا بِاللي ِل وانلاس ِنيام تدخلوا‬ َّ Diadaptasi dengan ringkas dari Rahmatul lil
‘Aalimin Muhammad Rasûlullâh n, DR. Said al-
َ َّ ْ
ٍ‫الَنة ب ِ َسالم‬
Qahthani, 254-272

“Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salah,


berilah makan, kerjakanlah shalat malam ketika
manusia tidur, niscaya kalian masuk Surga
dengan selamat”. (HR. at-Tirmidzi)
BERLAKU LAYAKNYA .... Sambungan dari hal. 04
Beliau n bersabda:
َ َّ ُ َّ َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ َ
َ‫لخيْه ما‬
Allâh k telah mengabarkan Nabi Nuh, Nabi

ِ ِ ِ ‫يب‬ ِ ‫ل يؤ ِمن أحدكم حت‬


Ibrahim mendoakan ampunan bagi orang tua
mereka. Mari kita banyak-banyak mendoakan kedua
ْ َّ ُ
‫ب ِلَف ِس ِه‬
orang tua. Sebaik-baik doa yang kita ucapkan
‫ي‬ِ untuk orang tua adalah: “Wahai Rabbku, kasihilah
“Tidak beriman salah seorang dari kalian mereka sebagaimana mereka berdua telah
(dengan sempurna) hingga ia mencintai bagi mendidik aku waktu kecil” (QS. Al-Isrâ/17:24)
saudaranya apa yang ia sukai bagi dirinya”. (HR.
Al-Bukhari dan Muslim) Ulang-ulanglah doa ini, sesungguhnya ia
merupakan sebaik-baik doa untuk berbakti
Masih banyak lagi petunjuk yang kepada kedua orang tua.
diajarkan Beliau n kepada para Sahabat ‘Ya Allâh, ampunilah orang tua kami’. ‘Ya Allâh,
untuk membangun masyarakat Muslim terbaik kasihilah mereka sebagaimana telah mendidik
dalam sejarah, setelah mereka hidup dalam kami waktu kecil’. ‘Ya Allâh, mudahkanlah orang
jeratan kebodohan, khurafat dan perpecahan. tua kami yang masih hidup untuk melakukan
Semua itu karena karunia dari Allâh k, lalu kebaikan-kebaikan, dan anugerahkanlah
disebabkan oleh strategi yang dipraktekkan kepada mereka kesehatan jasmani dan rohani,
Nabi yang bijaksana. dan ketakwaan. Tambahkanlah kepada mereka
kebaikan demi kebaikan. Tutuplah hidup mereka
5. Mengadakan Pemufakatan dengan kaum dengan husnul khatimah’.
Muhajirin dan Anshari dan Perjanjian ‘Ya Allâh, ampunilah orang tua kami yang
Damai dengan Yahudi telah wafat, rahmatilah mereka, lapangkanlah
Setelah mengadakan ikatan persaudaraan kubur mereka. Jadikanlah kubur mereka taman
antara kaum Muhajirin dan Anshar, Rasûlullâh Surga, dan kumpulkanlah kami bersama mereka
n mengikat mereka dengan pemufakatan di Jannah’.
yang akan mengikis habis sisa pengaruh
dendam Jahiliyyah dan fanatik kesukuan, Ustadz Ashim, Lc
FDL

َّ ُ َُ َ َ َ َ َ َُْ ْ َ
‫هلل َصل‬
ِ ‫ا‬ ‫ول‬ ‫عن عثمان قال قال رس‬
َ
ُ َّ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ْ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ
‫اهلل علي ِه وسلم من مات وهو يعلم أنه‬
َ َّ ْ َ َ َ ُ َّ َ َ َ
‫اهلل دخل الَنة‬ ‫ل ِإل ِإل‬
Dari Utsman berkata: Rasûlullâh n bersabda:
“Barangsiapa yang meninggal sedangkan ia
mengetahui bahwa tiada sesembahan yang berhak
disembah selain Allâh, maka ia akan masuk surga.”
(HR. Muslim).

Mentauhidkan Allâh dan mengesakan ibadah


untuk-Nya adalah tujuan dari diciptakannya jin
dan manusia. Tauhid merupakan jalan keselamatan
dari dahsyatnya siksa neraka, sekaligus meraih
kemenangan surga. Karena itulah sudah seyogyanya
bagi setiap Muslim untuk selalu memperhatikan dan
mengutamakan masalah tauhid. Karena ia adalah
asas yang utama dari agamanya. Bila tauhidnya
rusak, maka rusak pula amal dan perbuatannya,
bagaimanapun baik amal zahirnya.
Nabi n di sini menjelaskan keutamaan dan
fadhilah dari tauhid bagi orang yang meninggal
dalam keadaan bertauhid. Begitu agung kedudukan
tauhid ini. Dan itu memberi satu penekanan,
bahwa mentauhidkan Allâh tidak boleh dianggap Adapun bila ia memiliki dosa-dosa, maka
sepele, karena keselamatan dan binasanya manusia ia akan mendapatkan hisab (perhitungan
tergantung dengan tauhid ini. Karena pentingnya, amal) atas dosa-dosa tersebut, sesuai dengan
Rasul n memberitakan bahwa orang yang yang dikehendaki Allâh. Bila berkehendak,
meninggal, sedangkan ia beriman kepada Allâh, Allâh pun akan mengampuninya. Atau Allâh
mengetahui (mempunyai ilmu) tentang tauhid ini, akan membalas dosa-dosa tersebut dengan
bahwa Allâh adalah satu-satunya Sesembahan yang siksa, untuk kemudian setelah itu Allâh akan
hak, dan bahwa beribadah kepada selain-Nya adalah memasukkannya ke surga. Ini karena ada iman
batil, juga ia beramal sesuai dengan konsekuensi dan tauhid dalam dirinya. Inilah yang menjadi
dari ilmu tersebut, dengan mendirikan rukun-rukun pegangan ahlus Sunnah, bahwa orang yang
agama serta amalan-amalan ketaatan dan kebajikan, meninggal dalam keadaan mentauhidkan Allâh,
juga menjauh dari hal yang diharamkan, maka ia akan masuk surga.
dengan rahmat Allâh ia pun akan dimasukkan dalam Ini di antara keutamaan kalimat tauhid ini,
surga Allâh. bahwa orang yang masih ada secercah iman di
hatinya, bila Allâh membersihkannya di neraka,
namun ia tidak kekal di dalamnya. Mengenai hal
ini Nabi n bersabda:
FDL
َ َ َّ ‫ال ُ ْدري َعن‬ ْ َ
‫ع ْن أيب َس ِعيد‬
kepada-Nya, takut kepada-Nya, bertawakkal kepada-
« :‫ قال‬n ‫انل ِب‬ ِ َ ِْ Nya, dengan berdoa kepada-Nya.
ُ َ َّ َّ ‫وأه ُل‬ْ َّ َ َّ َ ْ ُ ْ ُ ُ ْ َ
‫ ث َّم‬،‫ار‬ ‫ار انل‬ ِ ‫انل‬ ، ‫ة‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ة‬
ِ ‫يدخل أهل ال‬
‫ن‬ Hati hamba tidak akan merasa senang dan
َ َْ ْ َ َ َ ْ َ ُ َ ََ ُ ُ َُ bahagia, kecuali dengan merealisasikan makna la
‫أخرجوا من كن يف قل ِب ِه ِمثقال‬ ِ ‫يقول اهلل تعال‬
ilaha illallâh. Karena kebahagiaan yang sempurna,
kehidupan yang baik, kenikmatan hakiki, hanya ada
َ ‫َح َّبة َخ ْر َدل م ْن‬
،‫إيمان‬ ِ ِ pada mengesakan (mentauhidkan) Allâh dengan
beribadah kepada-Nya semata, tidak menyekutukan-
Dari Abu Sa’id al-Khudri dari Nabi n bersabda: Nya dengan apapun juga.1
Penduduk surga masuk ke surga, sedangkan penduduk
neraka masuk ke neraka. Kemudian Allâh berfirman: Al-Ilmu Salah Satu Syarat Kalimat Tauhid
“Keluarkanlah orang yang di hatinya ada iman walau Namun perlu diketahui, bahwa untuk bisa
hanya seberat biji sawi. (HR. al-Bukhari). merealisasikan keutamaan dari kalimat tauhid
ini, seperti dinyatakan dalam hadits, tidak cukup
Maknanya adalah, bahwa kaum Mukminin dari hanya sekedar dengan menghafal kalimat tauhid
kalangan penduduk surga masuk ke surga, atas ini semata. Harus terpenuhi syarat-syarat untuk bisa
dasar rahmat Allâh dan anugerah-Nya, kemudian mendulang keutamaan agung tersebut. Seperti
juga disebabkan amalan shalih mereka. Begitu pula dikatakan oleh Wahb bin Munabbih ketika ditanya
ada kalangan Mukminin yang masuk neraka, untuk dengan pertanyaan: “Bukankah la ilaha illallâh
diberi balasan atas perbuatan buruk mereka. Namun adalah kunci surga?” Wahb menjawab: “Benar! Akan
kemudian, bagi mereka yang masih ada iman di tetapi setiap kunci pasti ada giginya. Kalau engkau
hatinya, maka Allâh akan mengentaskannya dari datang membawa kunci yang bergigi tersebut,
neraka. Ia tidak kekal dalam siksa neraka dikarenakan maka pintu pun akan terbuka. Kalau tidak, maka
ada tauhid dalam hatinya. tidak akan dibukakan untukmu!” Dan gigi-gigi dari
kunci La ilaha illallâh adalah syarat-syarat yang telah
Hal Wajib Yang Pertama Kali dan Yang disarikan oleh para ulama. Di antara syarat tersebut
Paling Terakhir adalah: al-ilmu, yaitu mengetahui makna yang
dimaksudkan dari kalimat ini, dalam hal menafikan
Inilah pentingnya kalimat tauhid , yaitu kalimat la ilaha (meniadakan uluhiyyah dari semuanya selain Allâh
illallâh: tidak ada sesembahan yang disembah secara hak, l saja) dan itsbat (menetapkan uluhiyyah hanya
selain Allâh l. Kalimat yang agung ini merupakan hal untuk Allâh saja, tidak ada sekutu bagi-Nya). Ilmu
wajib yang pertama kali atas setiap hamba, sebagaimana yang meniadakan jahl (tidak tahu) tentang hal
kalimat ini juga hal wajib yang paling akhir atas setiap tersebut. 2 Jahil akan makna la ilaha illallâh inilah
Muslim. Oleh karena itu, orang yang mati di atas kalimat yang membuat manusia jatuh dalam praktik-praktik
ini, iapun termasuk penghuni surga. yang bertentangan dengan makna kalimat tauhid.
Kewajiban mengetahui la ilaha illallâh adalah Sehingga orang yang jahil tentang maknanya, ia pun
kewajiban yang paling agung dan paling penting. akan menggugurkan makna kalimat tauhid ini, entah
Inilah kewajiban yang paling ditekankan: mengetahui itu dengan keyakinan, ucapan, ataupun amalan.
makna la ilaha illallâh. Dan bahwa kebodohan yang Maka sudah sepantasnya bagi setiap hamba
paling besar adalah ketika seseorang tidak mengetahui untuk mengetahui kalimat ini dan maknanya,
makna la ilaha illallâh. sehingga ia punya ilmu tentang hal tersebut. Dengan
Makna kalimat ini: la ilaha illallâh adalah: tidak ada demikian, sirnalah kejahilan tentang makna kalimat
sesembahan yang boleh disembah secara hak, kecuali tersebut. Untuk kemudian ia mengamalkan segala
Allâh semata. Ini merupakan bentuk nafy (menafikan) konsekuensinya dengan penuh ikhlas mengharap
uluhiyyah dari semua sesembahan selain Allâh l ridha-Nya. Sehingga iapun akan menggapai fadhilah
saja. Dan sekaligus itsbat (menetapkan) uluhiyyah dari kalimat tauhid ini. [Redaksi]
hanya untuk Allâh saja, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Allâh l adalah Ilah Yang disembah oleh hati, dengan
1 Lihat at-Tauhid lin Nasyi’ah wal Mubtadi’in 26.
mencintai-Nya, mengagungkan-Nya, tunduk dan patuh 2 Lihat al-Wala’ wa al-Bara’ 28.
TA

A
da beberapa pokok yang harus dipahamkan “Maka pada keduanya, hendaklah engkau berjihad
kepada anak, agar dia bisa berbaki kepada orang (berbakti).’” 1
tuanya, dan juga harus dicontohkan agar anak
bisa mempraktekkannya. Dengan contoh dari orang Dalam lafadz hadits yang lain, Beliau n bersabda:
tua, maka anak akan belajar bagaimana dia harus ْ ُ ْ ْ ََ َ ْ َ َ َ ْ ْ َ
َ.‫حبَتَ ُهما‬
berbakti kepada orang tuanya. ‫فار ِجع إِل و ِاليك فأح ِسن ص‬
“Kembalilah kepada kedua orang tuamu, lalu pergaulilah
Ajarkan anak agar lebih mendahulukan mereka dengan baik” 2
berbakti kepada orang tua daripada
Dari dua hadits di atas, Nabi n mengajarkan agar
ibadah-ibadah sunnah atau fardhu kifayah seorang anak mendahulukan berbakti kepada orang tua
Dengan mengetahui ini anak akan mempunyai daripada berjihad.
skala prioritas. Dia akan tahu, mana yang harus lebih
Dan sebagaimana dalam kisah tentang Uwais al-Qarni
didahulukan antara ibadah sunnah atau fardhu kifayah
z, orang yang sudah beriman pada masa Nabi n,
dengan kewajibannya berbakti kepada orang tua.
sudah berangan-angan untuk berhijrah ke Madinah agar
Dalam beberapa hadits disebutkan, sebagaimana dalam
bisa bertemu dengan Nabi n. Dalam Shahîh Muslim,
hadits dari ‘Abdullâh bin ‘Amr, dia berkata, “Ada seorang
dari Usair bin Jabir, ia berkata, “Bila datang rombongan
laki-laki yang meminta izin kepada Nabi n untuk
dari Yaman, Umar bin Khaththab bertanya kepada
berjihad, maka Rasûlullâh n bertanya kepadanya:
َ َ َ َ َ َ ٌّ َ َ
mereka, ‘Apakah Uwais bin ‘Amir bersama kalian?’ Sampai
‫ ن َع ْم‬:‫اك؟ قال‬‫أح و ِال‬ akhirnya menemui Uwais. Umar bertanya, ‘Engkau Uwais
bin ‘Amir?’ Ia menjawab, ‘Benar.’ ‘Umar bertanya, ‘Engkau
“Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ Dia dari Murad kemudian beralih ke Qarn?’ Ia menjawab,
menjawab, ‘Ya, masih.” ‘Benar.’ Umar bertanya, ‘Apakah engkau dulu pernah sakit
Beliau pun bersabda kulit belang dan sembuh, kecuali kulit yang sebesar uang
ْ َ َ َ َ
‫جا ِهد‬ ‫يهماف‬
ِ ‫ف ِف‬ 1 HR. Al-Bukhari dan Muslim
2 HR. Muslim
TA
dirham?’ Ia menjawab, ‘Benar.’ ‘Umar bertanya, ‘Engkau berbuat baik dan bermuamalah dengan, sekalipun
punya ibu?’ Ia menjawab, ‘Benar.’ Lalu Umar z mulai keduanya menyimpang dari syariat.
bercerita, ‘Aku mendengar Rasûlullâh n bersabda, Allâh k berfirman:
’Akan datang pada kalian Uwais bin ‘Amir bersama
rombongan penduduk Yaman yang berasal dari Murad
lalu dari Qarn. Ia pernah tertimpa lepra dan sembuh total,
‫ﭞ ﭟ ﭠ ﭡﭢ ﭣ ﭤ ﭥ‬
‫ﭦ ﭧ ﭨ ﭩ ﭪ ﭫ ﭬ ﭭﭮ ﭯ ﭰ‬
kecuali kulit yang sebesar logam dirham. Ia mempunyai
ibu yang sangat dihormatinya. Seandainya ia bersumpah

‫ﭱﭲﭳ ﭴﭵ‬
atas nama Allâh, niscaya aku hormati sumpahnya.
Mintalah ia beristighfar untukmu jika bertemu’.” (Umar
berkata), ‘Tolong mintakan ampun (kepada Allâh) Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada
untukku,” Maka ia memohonkan ampunan untukku. dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu
Umar bertanya, ‘Kemana engkau akan pergi?’ Ia untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak
menjawab, ‘Kufah.’ Umar berkata, ‘Maukah engkau jika ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
aku menulis (rekomendasi) untukmu ke gubernurnya mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu,
(Kufah)?’ Ia menjawab, ‘Aku lebih suka bersama orang lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang Telah kamu
yang tidak dikenal.’ kerjakan. (QS. Al-Ankabut/29: 8)
Uwais al-Qarni lebih mendahulukan berbakti kepada
ibunya daripada tekadnya untuk berhijrah. Ia ingin bisa Dan Allâh k berfirman yang artinya:
meraih surga dengan baktinya kepada ibunya, kendati Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat
harus kehilangan kemuliaan menjadi Sahabat Beliau n baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah
di dunia. mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah
Ajarkan anak untuk tidak mematuhi kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
orang tua yang menyuruh bermaksiat Hanya kepada-Ku-lah kembalimu. Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
kepada Allâh namun tetap berlaku baik sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka
kepada orang tuanya janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
Anak harus mengetahui bahwa tidak ada ketaatan keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang
kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allâh yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Ku-lah
k. Dengan ini, anak punya sikap yang jelas terkait kembalimu, Maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah
kemaksiatan yang mungkin bisa saja diperintahkan oleh kamu kerjakan. (QS. Lukman/ :14-15)
orang tuanya. Namun, anak juga harus tahu bahwa dia
harus tetap mempergauli orang tuanya dengan cara yang Rasûlullâh n telah bersabda:
ْ َ ْ ُ َ َّ َ َّ َ ْ َ َ َ َ َ
ِ ‫ل طاعة ِف مع ِصي ٍة إِنما الطاعة ِف المع ُر‬
baik, sehingga dia bisa mengingkari kemaksiatan itu,
namun tetap berbakti kepada orang tuanya. Atau bahkan ‫وف‬
mungkin bisa mengajak orang tuanya kepada kebaikan Tidak ada ketaatan dalam perkara maksiat, taat itu hanya
dengan sebab sikap tegas yang diselimuti kasih sayang. dalam perkara yang ma’ruf 3
Allâh k mewajibkan seorang anak untuk
Beliau n juga bersabda:
taat kepada orang tuanya, namun jika orang tua
ْ ْ ُ ْ َ َ َ َ ُ َّ
‫اعة ل ِ َمخل ْو ٍق ِف َمع ِصيَ ِة الَا ِل ِق‬ ‫ِإنه ال ط‬
memanfaatkan hal ini kepada selain yang diperintahkan
oleh Allâh k, maka Allâh k mengizinkan orang
Muslim untuk tidak patuh kepada keduanya. Hal Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat
itu justru merupakan bentuk bakti kepada mereka, kepada Khaliq. 4
agar mereka kembali kepada perintah Allâh k.
Jika keduanya masih terus saja berbuat maksiat atau BERSAMBUNG ….INSYAALLAH
berbuat kekufuran, sang anak tetap berbuat kebaikan
kepada keduanya dalam hal selain kemaksiatan.
3 HR Muslim
Ini merupakan akhlak Islam yang sangat luhur dalam 4 HR. Ahmad
FU

P
Keberadaan orang-orang embahasan ini mengangkat tentang problem
pernikahan orang yang mengalami gangguan
yang memiliki gangguan mental yang dikutip dari kitab al-Fiqhil
atau keterbelakangan mental, Muyassari (11/53-55)
tidak dipungkiri, menjadi
Maksud Orang Yang Memiliki Gangguan
bagian anggota masyarakat
Mental.
yang hidup di tengah mereka. Menurut perspektif ilmu kedokteran,
Mereka juga beraktifitas, tapi keterbelakangan mental adalah suatu keadaan
jelas berbeda dengan orang- berhenti atau tidak sempurnanya perkembangan
otak, akibat sakit, atau musibah yang menimpanya
orang yang normal. Bahkan sebelum usia remaja atau karena faktor genetik.
sebagian dari mereka mengikuti Sedangkan dalam pandangan hukum, seseorang
proses belajar-mengajar pula disebut mengalami keterbelakangan mental
ketika ia tidak mampu mandiri dalam mengurus
pada sekolah-sekolah khusus. kebutuhannya, disebabkan oleh kondisi cacat
Salah satu problem yang permanen atau berhentinya perkembangan akal
berhubungan dengan mereka pada usia dini.
adalah tentang pernikahan
Hukum Syar’i Pernikahan Orang Yang
mereka. Bagaimana pandangan Memiliki Gangguan Mental
Ulama tentang itu?. Pertama: Sesungguhnya pernikahan orang-
FU
orang yang mengalami gangguan mental atau Kedua; Cacat pada manusia bertingkat-tingkat.
kekurangan fisik mencakup beberapa hal. Namun, cacat itu berdasar pandangan umum
Berikut ini penjelasannya secara global: bahwa cacat yang tidak menyebabkan akal hilang,
Dibolehkan pernikahan orang-orang yang seperti tuli, bisu, tangan atau kaki yang lumpuh.
mengalami orang cacat dan yang mengalami Dalam kondisi-kondisi ini, orang tersebut boleh
keterbelakangan mental. Memenuhi menikah. Orang itu dihukumi seperti orang sehat.
kebutuhan biologis dan mental bagi mereka Hanya saja, disyaratkan bagi calon pasangannya
merupakan hak yang terjamin bagi mereka, mengetahui hal tersebut dan ridha dengannya,
sebagaimana bagi orang lain. Ini termasuk meskipun ia juga mengalami cacat yang sama. Jika
pedoman pokok dalam menangani orang ia mengalami hal yang sama, tidak cukup dimintai
yang mengalami kekurangan fisik atau mental pendapatnya saja terkait pernikahannya dengan
dan membantunya menjalani aktifitas dalam orang yang cacat.
hidupnya dengan cara-cara yang mendekati Sedangkan orang yang mengalami
aktifitas umumnya orang. Hal itu dilaksanakan keterbelakangan akal dan cacat yang
berdasarkan syarat-syarat berikut dan sesuai menyebabkan akalnya hilang, orang ini hukumnya
syarat-syarat pernikahan yang telah dimaklumi: seperti orang gila. Orang gila boleh menikah,
a. Pihak (calon pasangan) lain mengetahui akan tetapi dengan dengan syarat yang telah
keadaannya dan tahu kondisinya dengan disebutkan sebelumnya.
baik. Sebab, ketidaktahuan tentang itu
bentuk penipuan dan khianat. Ketiga; Pada pernikahan orang yang cacat,
b. Hendaknya pihak lain (calon pasangannya) apapun jenisnya, ada unsur mewujudkan maslahat
bukanlah orang gila atau akalnya hilang. penting.
Maknanya, orang yang mengalami Yaitu, keberadaan orang yang memperhatikan
kekurangan dalam akalnya menikah dengan keadaannya, menangani urusan-urusannya dan
wanita yang berakal sehat. Sebaliknya, memperhatikannya. Sesungguhnya akad nikah
wanita yang mengalami kekurangan dalam Islam bertujuan mewujudkan maksud yang
dalam akalnya menikah dengan lelaki yang lebih besar dari hubungan biologis yang termasuk
berakal sehat. Sebab, berkumpulnya dua tujuan penting pernikahan. Tujuan lainnya juga
orang yang kekurangan akal (dalam rumah untuk mewujudkan ri’ayah (merawat) saling
tangga) tidak mewujudkan kemaslahatan mendukung dan saling menyayangi antara suami-
apapun. Di samping itu, menjadi sebab istri.
timbulnya madharat bagi mereka berdua.
c. Orang yang mengalami kekurangan akal Keempat; Sesungguhnya orang menikahkan
tersebut aman bagi orang lain, bukan sosok dua orang yang mengalami kelemahan akal
yang bersifat memusuhi orang lain dengan adalah wali mereka.
memukul atau melakukan kerusakan. Sebab, dialah orang yang akan memperhatikan
Bila orang itu berkarakter memusuhi kemaslahatan mereka, karena mereka tidak
orang, maka tidak boleh menikah. Sebab, mampu mengurus urusan-urusan mereka dan
pernikahannya akan menjadi sebab mengatur keadaan-keadaan mereka. Sementara
timbulnya madharat. Sementara madharat mengurus orang cacat hukumnya fardhu kifayah
dalam syariat Islam. atas masyarakat untuk membantunya bisa menjadi
d. Para wali wanita ridha dengan pernikahan komponen yang memiliki peran baik di tengah
tersebut, sebab pada pernikahan wanita itu masyarakat, dan supaya ia bebas dari pengaruh-
dengan lelaki yang mengalami kekurangan pengaruh kejiwaan yang kadang muncul pada
dalam akal bisa menimbulkan madharat dirinya.
pada mereka. Ustadz Abu Minhal, Lc
SYKH

U
lama-ulama telah berkontribusi besar dalam Lahir di distrik Jammâ’ili, di daerah Nablus pada
menyebarluaskan ilmu kepada umat Islam. bulan Rabiul akhir tahun 541 H. Ia dikenal dengan
Sumbangan-sumbangan ilmiah mereka al-Maqdisi karena distrik Jammâ’il tempat ia lahir
pada disiplin ilmu yang berbeda-beda. Umat sangat terletak dekat dengan Baitul Maqdis.
membutuhkan karya-karya ilmiah para Ulama tersebut Keluarganya merupakan keluarga mulia,
demi mempelajari dan memahami ajaran-ajaran Islam. sangat mencintai ilmu dan bertekad kuat untuk
Semoga Allâh k senantiasa memberikan balasan mendedikasikan diri untuk ilmu agama. Berdomisili
terbaik bagi mereka. di Baitul Maqdis. Kemudian pindah bersama anak-
Dalam bidang hadits, fokus Ulama berhubungan anak ke Damaskus dan tinggal di dekat Masjid Abu
dengan riwayat hadits, dirayah hadits, gharibil hadits Shalih di luar pintu Timur, lalu pindah di kaki Gunung
dan juga keadaan para perawi hadits. Tentang hal Qosioun.
terakhir, para Ulama menulis nama para perawi Dari keluarga inilah, terlahir sejumlah Ulama.
dan garis nasabnya, guru-guru dan murid-murid Yang paling populer ada dua orang. Pertama, tokoh
mereka, pujian terhadap mereka atau catatan-catatan kita sekarang, Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid
tentang kekurangan pada tingkat hafalan dan ‘adâlah al-Maqdisi t dan Imam Muwaffaquddin Ibnu
(keshalihan) mereka, dan masih banyak lagi. Semua Qudâmah al-Maqdisi t , putra dari bibinya,
itu mereka lakukan demi menjaga dan memelihara penulis kitab al-Mughni dalam Madzhab Hambali.
hadits-hadits Rasûlullâh n . Imam ‘Abdul Ghani
bin ‘Abdul Wahid al-Maqdisi t satu dari deretan Imam Abdul Ghani bin Abdul Wahid al-
nama-nama populer dari kalangan Ulama hadits yang
berkecimpung dalam hal-hal tersebut. Maqdisi t Menimba Ilmu
Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid al-Maqdisi
Lahir dari Keluarga Cinta Ilmu t memulai belajar ilmu agama bersama al-
‘Allamah Syaikh Muhammad bin Ahmad bin
Tokoh kita sekarang ini bernama lengkap ‘Abdul Qudamah al-Maqdisi t yang merupakan
Ghani bin ‘Abdul Wahid bin ‘Ali bin Surûr bin Rafi’ bin pemimpin keluarga besarnya. Kemudian ia belajar
Hasan bin Ja’far Taqiyyuddin Abu Muhammad al- kepada para Ulama kota Damaskus. Di antara
Jammâ’ili ad-Dimasyqi ash-Shâlihi al-Hanbali. 1 gurunya di kota tersebut adalah Abul Makârim bin
1 Al-Bidayatu wan Nihâyah 13/38, Siyaru A’lâmin Nubala 21/444. Hilâl
SYKH

Setelah itu, sebagaimana kebiasaan Ulama, ia yang bertakwa, zuhud, ahli ibadah.
melakukan rihlah (perjalanan jauh) dalam menuntut Dari pernikahan itu, mereka berdua mendapatkan
ilmu. Banyak kota ia datangi. Bahkan sebagian kota ia 4 anak: Muhammad, ‘Abdullah, ‘Abdur Rahman dan
kunjungi lebih dari sekali. Fathimah.
Ia pergi ke kota Mesir, Baghdad, Harrân, Mosul, Tiga putranya kemudian menjadi ulama-ulama
Ashbahan dan Hamadzan. Di kota-kota itu, ia besar dalam bidang Ilmu Fiqih dan Ilmu Hadits.
mendengar dan menulis banyak riwayat hadits dan
Dengan demikian, keluarga ini merupakan keluarga
ilmu.
yang memiliki sejarah yang baik, kedudukan tinggi
Ia menimba ilmu dari Syaikh Abdul Qadir al-Jîli, dalam keilmuan Islam, yang kemudian berpengaruh
Abu Zur’ah al-Maqdisi, Abu Thahir as-Silafi, Abul Fath pada anak-anak keturunan mereka sehingga menjadi
Ibnu al-Biththi, Abul Hasan ‘Ali bin Rabah al-Fara, dan orang-orang yang berilmu dan menaruh perhatian
lain-lain. yang besar terhadap urusan agama.
Negeri Mesir dan Baghdad ia datangi sampai
dua kali. Dalam perjalanan menuju Baghdad untuk Aqidah Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul
thalabul ilmi, Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid Wahid al-Maqdisi
al-Maqdisi ditemani oleh Ibnu Qudamah al-Maqdisi.
Di sana mereka tinggal selama 4 tahun. Orang-orang Aqidah Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid al-
mencintai mereka. Maqdisi merupakan aqidah Salafus Shalih. Beliau
menyebutkan sifat-sifat Allâh k sebagaimana
Di Baghdad, mereka menginap di tempat Syaikh Allâh sebutkan bagi Dzat-Nya dalam Al-Qur`an atau
Abdul Qadir al-Jîli yang memperlakukan mereka menurut penjelasan dari lisan Nabi n, tanpa takyîf,
dengan baik. Selama kurang lebih 40 hari mereka tamtsîl, takwil dan tanpa ta’thîl, sejalan dengan firman
belajar hadits dan fiqih kepada Syaikh Abdul Qadir al- Allâh k:
Jîli hingga akhirnya sang guru wafat.
Imam Ibnu Qudâmah berkata, “Ia (Imam ‘Abdul ‫ﭡ ﭢ ﭣﭤ ﭥ ﭦ ﭧ ﭨ‬
Ghani al-Maqdisi) adalah kawanku waktu kecil dan
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan
dalam mencari ilmu”.
Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS.
Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid al-Maqdisi Asy-Syura/42:11)
t lebih condong kepada Ilmu Hadits, sementara
Ibnu Qudamah lebih cenderung kepada Ilmu Fiqih. Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid al-Maqdisi
Saat akan pergi ke Asbahan, ia tidak memiliki uang t menulis beberapa kitab dalam aqidah. Kitab-
yang cukup. Namun, Allâh k memudahkannya kitab tersebut sudah sangat cukup menjelaskan
untuk pergi ke sana, karena ada orang yang aqidah yang beliau yakini terutama terkait dengan
membawanya dan mencukupi kebutuhannya di Asma dan Sifat Allâh k.
sana, hingga bisa mendapatkan ilmu dan buku Kitab beliau yang berjudul al-I’qtishâdu fil I’tiqâd,
banyak dari negeri itu. yang merupakan salah satu dari buah salah satu bukti
Demikian uraian singkat tentang perjalanan lurusnya aqidah beliau dalam masalah Asma dan Sifat
Imam ‘Abdul Ghani al-Maqdisi dalam mencari ilmu. Allâh k.

Putra-putri Imam ‘Abdul Ghani bin Tingginya Keilmuan Imam Abdul Ghani
‘Abdul Wahid al-Maqdisi bin Abdul Wahid al-Maqdisi t
Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid al-Maqdisi Keilmuan Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid al-
menikah dengan putri pamannya dari garis ayah Maqdisi t terutama dalam bidang hadits diakui
yang bernama Rabi’ah binti Ahmad bin Muhammad oleh Ulama.
bin Qudâmah al-Maqdasi. Sang istri juga dikenal Imam adz-Dzahabi t memuji Imam ‘Abdul
sebagai orang yang mendalami ilmu hadits, wanita Ghani bin ‘Abdul Wahid al-Maqdisi t dengan
SYKH

deretan pujian-pujian: imam, alim, al-hâfizh yang olah ada orang yang membangunkannya. Kemudian
besar, ash-shâdiq, teladan yang baik, ahli ibadah, ia mengerjakan shalat malam beberapa saat. Lalu
al-atsari (komitmen dengan Sunnah), sosok yang mengambil air wudhu lagi dan mengerjakan shalat
diikuti, ulama terdepan dari para ahli hadits.2 hingga mendekati waktu fajar. Dalam satu malam, ia
At-Tâj al-Kindi t berkata, “Tidak ada setelah bisa berwudhu beberapa kali atau sampai delapan
ad-Daruquthni ahli hadits seperti al-Hâfizh ‘Abdul kali. Alasannya, “Aku tidak suka mengerjakan shalat
Ghani”. kecuali anggota tubuhku masih basah (dengan air
Adh-Dhiya al-Maqdisi t, salah seorang murid wudhu). Selanjutnya, ia tidur sejenak hingga waktu
Imam ‘Abdul Ghani al-Maqdisi pernah berkata, “Dulu fajar. Itulah kebiasaan Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul
guru kami al-Hâfizh (‘Abdul Ghani al-Maqdisi) ketika Wahid al-Maqdisi.
ditaya tentang hadits, hampir-hampir selalu tahu Syaikh al-‘Imâd, saudara sang imam pernah
dan menerangkannya, serta menyebutkan shahih berkata, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang
tidaknya hadits tersebut. Tidaklah ia ditanya tentang lebih menjaga waktunya daripada saudaraku”.
seorang perawi hadits kecuali ia akan menjawab, Selain dikenal sebagai orang yang sangat
‘Ia adalah Fulan bin Fulan al-Fulani, dengan memelihara waktunya, ia juga dikenal sebagai sosok
menyebutkan nasabnya. Ia memang seorang Amirul yang dermawan, zuhud, banyak bersedekah secara
Mukminin dalam Hadits”. sembunyi-sembunyi kepada anak-anak yatim dan
Karya-karya ilmiah Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul janda-janda.
Wahid al-Maqdisi t juga menjadi petunjuk Pandangannya melemah karena banyak menangis
betapa tinggi dan luas ilmu beliau. Beliau menulis dan membaca.
banyak kitab pada aspek keilmuan yang bermacam-
macam. Beliau menulis al-Kamâl fî Asmâir Rijâl, buku Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid al-
besar yang memuat biografi para perawi Kutubus Maqdisi t Wafat
Sittah beserta derajat-derajat mereka dalam hadits.
Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid al-Maqdisi
terus menulis, menyalin dan mengajarkan hadits
Aktifitas Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul serta memberikan ilmu kepada kaum muslimin dan
Wahid al-Maqdisi t Sehari-hari beribadah kepada Allâh k. Fitnah-fitnah dari orang-
Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid al-Maqdisi orang yang dengki sempat menguji beliau. Namun,
t sosok yang sangat menjaga waktunya dengan Allâh k meninggikan namanya dan menjadikan
baik. Ia tidak pernah menyia-nyiakannya. Seusai buku-bukunya bermanfaat bagi kaum Muslimin.
mengerjakan shalaf Subuh, beliau mengajarkan al- Beliau wafat pada hari Senin 23 Rabiul Awal tahu
Qur`an dengan talqin. Kadang juga mengajarkan 600 H dalam usia 57 tahun. Dimakamkan di Qarafah
beberapa hadits dengan cara talqin juga. Setelah itu, di Mesir pada hari Selasa. Banyak ulama dan pejabat
ia bangkit untuk berwudhu. Kemudian mengerjakan yang mengantarkan jenazah beliau ke pemakaman.
shalat 300 rakaat dengan membaca al-Fâtihah dan Semoga Allâh k senantiasa merahmati beliau.
Mu’awwidzatain hingga menjelang Dhuhur. Lalu Amin.
ia tidur sebentar untuk istirahat. Selanjutnya, ia
mengerjakan shalat Dhuhur, dilanjutkan dengan Ustadz Abu Minhal, Lc
menyampaikan hadits, atau menyalin hingga
waktu Maghrib. Jika berpuasa, maka ia buka puasa
dahulu. Bila tidak, maka ia mengerjakan shalat
sunnah (mutlak) dari Maghrib sampai Isya. Seusai
mengerjakan shalat Isya, ia tidur hingga pertengahan
malam atau setelah itu. Lalu ia terbangun seolah-

2 Siyaru A’lâmin Nubala 21/442-443.

Anda mungkin juga menyukai