َ ْ ْ ُ َ ُ َ َ ْ ُّ َ َ َ َ ُ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ ُ َ َ ِّ
اﻟﺮﺷ ِﺪ َوأ ْﺳﺄﻟﻚ ﺷﻜ َﺮ ﻧِﻌ َﻤ ِﺘﻚ َو ُﺣ ْﺴ َﻦ اﻟﻠ ُﻬﻢ ِإ أ ْﺳﺄﻟﻚ اﺨﻛﺒَﺎت ِﻲﻓ اﻷﻣ ِﺮ وأﺳﺄﻟﻚ ﻋ ِﺰﻳﻤﺔ
ْ ﻚ ﻣ ْﻦ َﺧ َ َُ ْ ََ ُ َ ْ َ َ َ ُ ْ َ ْ ََ ً َ ً َ َ ً َ ًْ َ َ َُ ْ ََ َ َ َ
ﺮﻴ َﻣﺎ
ِ ِ ِﻋﺒﺎدﺗِﻚ وأﺳﺄﻟﻚ ﻗﻠﺒﺎ ﺳ ِﻠﻴﻤﺎ وﻟِﺴﺎﻧﺎ ﺻﺎ ِدﻗﺎ وأﺳﺘﻐ ِﻔﺮك ﻟِﻤﺎ ﻳﻌﻠﻢ وأﺳﺄﻟ
َ ْ َ ّ َ ْ َ ُ ُ ََ ُ َ ْ َ
ش َﻣﺎ ﻳﻌﻠ ُﻢ
ِ ﻳﻌﻠﻢ وأﻋﻮذ ﺑِﻚ ِﻣﻦ
“Ya Allâh, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu keteguhan dalam semua perkara. Aku meminta
kepada-Mu ketetapan dalam petunjuk. Aku meminta kepada-Mu untuk bisa mensyukuri nikmat-
Mu dan agar bisa beribadah kepada-Mu dengan baik. Dan aku meminta kepada-Mu hati yang
bersih dan lisan yang jujur. Juga aku meminta ampun kepada-Mu dari hal yang Engkau ketahui.
Aku meminta kepada-Mu yang terbaik dari apa yang Engkau ketahui, dan aku berlindung kepada-
Mu dari keburukan yang Engkau ketahui. (HR. Ahmad)
Dari Syaddad bin Aus berkata: “Adalah Rasûlullâh n mengajarkan kepada kita doa-doa
yang kami baca di shalat kami, [atau perawi berkata]: ‘di penghujung shalat kami’: Allahumma
inni as’aluka … “ (al-Hadits).
Mengenai letak doa ini, al-Qari berkata: “yaitu setelah tasyahhud”. Sedangkan Ibnu Hajar
berkata:” di akhir shalat”. Adapun Asy-Syaukani berkata: “Doa ini datang secara mutlak dalam
shalat, tidak dikhususkan pada tempat tertentu”. Syaikh Ubaidullah ar-Rahmani berkata:
“Dalam riwayat Ahmad disebutkan bahwa doa tersebut dibaca di shalat kami, atau di
penghujung shalat kami”.
Tegar di atas semua urusan:
Yaitu terus-menerus dalam melakukan semua urusan agama dan tetap istiqamah di
atasnya. Asy-Syaukani berkata: “Meminta ketegaran di atas semua urusan merupakan di
antara jawami’ul kalim dari Nabi n , yaitu yang redaksi kalimatnya singkat, namun memuat
makna yang padat dan luas. Karena orang yang diteguhkan Allâh dalam urusannya, maka
ia terjaga dari ketergelinciran dalam kebinasaan. Dan tidak muncul darinya sesuatu
perkara yang bertentangan dengan ridha Allâh”.
Ketetapan dalam petunjuk:
Artinya mempunyai perbuatan dan perilaku yang baik dan teguh selalu di atasnya. Ia kuat
hati untuk selalu menetapi jalan keshalihan dan ketakwaan. Ia selalu istiqamah di atas
jalan kebenaran. Semua perkara yang itu adalah sesuai dengan petunjuk agama, iapun
selalu menjalankan dan menetapinya.
Bersyukur atas nikmat-Mu:
Artinya diberi taufiq oleh Allâh untuk selalu mensyukuri segala nikmat Allâh.
Beribadah dengan baik:
Yaitu menjalankannya sesuai dengan tuntunan dan cara yang baik dan diridhai-Nya.
Meminta hati yang selamat:
Yaitu selamat dari segala keyakinan yang rusak, dan tidak cenderung pada hawa nafsu,
hati yang mengarah pada amalan-amalan yang shalih.
Meminta lisan yang jujur:
Yaitu terjaga dari dusta. Sehingga yang muncul dari lisannya adalah kebenaran.
Aku meminta kepada-Mu yang terbaik dari apa yang Engkau ketahui.
Asy-Syaukani berkata: “Yaitu meminta hal yang teraik secara mutlak. Karena ilmu Allâh
mencakup semua perkara. Demikian pula dengan meminta perlindungan dari kejahatan
yang Allâh ketahui. Pun juga dengan meminta ampun dari apa yang Allâh ketahui. Seakan
ia berdoa: ‘Aku memohon kepada-Mu yang terbaik dari segala sesuatu’. ‘Aku berlindung
kepada-Mu dari yang terburuk dari segala hal’. Dan aku meminta ampun kepada-Mu dari
segala dosa’ “.
Mengenai derajat hadits di atas, dalam al-Musnad dengan hukum derajat hadits oleh
Syaikh Syu’aib al-Arna’uth disebutkan: “Hadits hasan dengan jalur-jalur periwayatannya,
sedangkan isnadnya sendiri dha’if”. [Lihat Mir’atul Mafâtih 3/ 310]
Ridha Allah Melebihi Segalanya
Allahberfirman:
«ª©¨§¦ ¥¤£¢¡}~ﮯ
º ¹ ¸ ¶ μ ´³ ² ± ° ¯® ¬
Allâh menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir
sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. Dan keridhaan Allâh
adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar. (QS. at-Taubah/9: 72)
Dalam ayat di atas, Allâh menyebutkan dengan jelas, “Ridhwân dari Allâh itu lebih besar “. Di sini, tidak disebutkan
ridhwân Allâh itu lebih besar dari apa? Tidak disebutkan pembandingnya. Ini menunjukkan bahwa ridhwân Allâh
itu merupakan anugerah terbesar, mengalahkan semua anugerah lainnya. Sekaligus menjelaskan betapa besar dan
agungnya ridhwân Allâh. Ridhwân Allâh itu lebih besar dari semua kenikmatan dan karunia lainnya. Karena ridhwân
Allâh merupakan salah satu dari sifat Allâh. Sedangkan surga dan semua kenikmatannya, itu tidak lain adalah satu
makhluk di antara makhluk-makhluk Allâh yang ada. Maka ridhwân Allâh lebih besar dari surga, lebih besar dari
semua kenikmatan di dalamnya. Ini didukung oleh hadits-hadits dari Nabi n . Diantaranya:
َ َ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ َّ َ ْ َ
َِّالنة َ ْ ول ِل ْهل
َ ْ ال َّنةِ يَا أ ْه َل ّٰ ُ ُ َ َ َ َ َ ّ ْ ُ ْ
إِن ا تبارك وتعا يقb ِ يد الدرِ ِي قال قال رسول ا َ
ٍ ِعن أ ِب سع
َ ِ
ُ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ُ ُ َ ُ َ ْ َ ُ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َّ َ َ ْ َّ َ َ ُ ُ َ َ
يت ْم ف َيقولون َو َما لَا ن ْرض َوق ْد أع َطيْت َنا َما ل ْم ت ْع ِط ضِ فيقولون ليك ربنا وسعديك فيقول هل ر
ُ ُ َ َ َ َ ْ ُ َ ْ ْ َ ُّ َ ّ َ َ ُ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ُ
َ َ ْ ُ ََ ُ ََُ َ ْ َ ْ ً َ َ
ب وأي ش ٍء أفضل مِن ذل ِك فيقول ِ أحدا مِن خلقِك فيقول أنا أع ِطيكم أفضل مِن ذل ِك قالوا يا ر
ًك ْم َب ْع َدهُ َأبَدا
ُ ْ َ َ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ ُ ْ َ َ ُّ ُ
أحِل عليكم رِضو ِان ف أسخط علي
Dari Abu Sa’id al-Khudri z berkata, “Rasûlullâh n bersabda, ‘Sesungguhnya Allâh -Tabaraka wa Ta’ala- berfirman
kepada penghuni surga: ‘Wahai penghuni surga!’ Mereka pun menjawab: “Kami penuhi panggilan-Mu selalu dengan
penuh suka cita selalu’. Lalu Allâh berfirman: ‘Apakah kalian telah ridha dan puas?’ Mereka menjawab:’Mengapa pula
kami tidak ridha? Padahal Engkau telah memberikan kepada kami segala yang belum pernah Engkau berikan kepada
seorang pun dari makhluk-Mu?’ Allâh pun berfirman: ‘Aku berikan kepada kalian sesuatu yang lebih bagus dari itu
semua.’ ‘Mereka menjawab: ‘Wahai Rabbi! Apakah sesuatu itu yang lebih utama dari itu semua?’ Allâh berfirman: ‘Aku
tempatkan ridha-Ku untuk kalian semua, sehingga Aku tidak akan pernah murka kepada kalian setelah itu selama-
lamanya!’” (HR. Al-Bukhâri dan Muslim).
Rasul n juga bersabda dalam hadits riwayat al-Hakim dari Jabir bin Abdullah z :
َ ُ ُ َ َ ْ ُ َ َ َ ً ْ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ ُ ّٰ ُ ُ َ َ َ َ َ ْ
َ َو َﻣﺎ ﻓَ ْﻮ َق ﻣﺎ، َرﺑﻨَﺎ:ﻮن َ ْ َُْ ََ َ َ
ﻫﻞ ﺗﺸﺘﻬﻮن ﺷﻴﺌﺎ ﻓﺄ ِزﻳﺪﻛﻢ؟ ﻓﻴﻘﻮﻟ: ﻗﺎل ﻓﻘﻮل ا،إِذا دﺧﻞ أﻫﻞ اﺠﻟﻨ ِﺔ اﺠﻟﻨﺔ
ُ ََُ َ َ ََْ َ ْ َ
ُ ر ْﺿ َﻮا أَ ْﻛ َﺮﺒ:ﻮل ﻓﻴﻘ:أﻗﻄﻴﺘﻨﺎ؟ ﻗﺎل
ِ ِ
Bila penduduk surga telah masuk surga, Nabi bersabda: Allâh berfirman: “Apakah kalian menginginkan sesuatu sehingga
Aku tambahkan untuk kalian?” Mereka menjawab: “Wahai Rabb kami! Apakah gerangan sesuatu yang lebih agung
daripada apa yang telah Engkau berikan kepada kami?” Allâh berfirman: “Ridha-Ku itu lebih besar lagi.” (HR. Al-Hakim).
Artinya ridha Allâh itu lebih besar daripada surga dan seisinya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah t berkata, “Aku amat-amati apakah gerangan doa yang paling bermanfaat?
Ternyata itu ada pada memohon pertolongan untuk mendapatkan ridha Allâh. Lalu aku dapatkan itu ada pada Surat
al-Fâtihah dalam ayat, “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in” (hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-mu
kami meminta pertolongan)”.
Jadi, meminta tolong kepada Allâh dalam rangka untuk menggapai ridha-Nya , itu adalah tujuan dan
maksud yang paling agung, tujuan yang paling mulia dan tinggi.
Wahai Allâh! Bantulah kami dan bimbinglah kami dalam usaha menggapai ridha-Mu serta jauhkanlah kami
dari murka-Mu. [ ]
EDISI 06 / TAHUN XXVI
1444 H / 2022 M
www.majalahassunnah.net
ْ َ َ ْ َ َ ﺒﻟ َر ُﺳ ْﻮ ِل ا ّٰ ِ َو َ
َ َ ﻼ ُم َُ ّٰ ْ
أﻣﺎ َﻧﻌ ُﺪ،ﺒﻟ آ ِ ِ َو َﺻﺤ ِﺒ ِﻪ َو َﻣ ْﻦ َواﻻ ُه اﺤﻟ َ ْﻤ ُﺪ ِ ِ َواﻟﺼﻼة َواﻟﺴ
Alhamdulillâh alladzi bi ni’matihi tatimmus shalihat
Alhamdulillâh, kita bersyukur kepada Allâhatas semua kenikmatan yang Allâh karuniakan kepada kita.
Semoga syukur kita kepada-Nya menghantarkan kita menggapai ridha-Nya.
Pembaca, rahimakumullâh!
Dalam salah satu ayat-Nya, Allâh menyebutkan dengan tegas bahwa keridhaan Allâh itu lebih
besar. Ini disebutkan setelah menjelaskan tentang berbagai kenikmatan yang diproleh oleh penghuni syurga-Nya
lalu dilanjutkan bahwa keridhaan Allâhitu lebih besar.
Pemahaman seperti ini juga dipertegas oleh Rasûlullâh n dalam beberapa hadits.
Apakah yang dimaksud ridha Allâh? Bagaimanakah meraih kenikmatan teragung ini?
Inilah yang berusaha kami hadirkan di majalah kesayangan kita ini. Pembahasan ini kami angkat dari kitab
yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al-Badr hafizhahumallâh, salah seorang Ulama Madinah,
dengan judul Ta’ammulât fi Qaulihi “Wa Ridhwânum Minallâhi Akbar”. Semoga pembahasan ini bermanfaat bagi
kita semua.
Pembaca, rahimakumullâh!
Pada edisi ini juga, kami hadirkan penjelasan Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimint terkait firman
Allâh dalam Surat an-Nisa’ ayat ke-114, yang menjelaskan tentang bisikan-bisikan yang seringnya tidak
mengandung kebaikan. Belasan faidah, beliau simpulkan dari firman Allâh tersebut. Untuk mengetahui
faidah-faidah yang beliau simpulkan, kami persilahkan para pembaca untuk menelaah sajian kami para rubrik
Tafsir. Sementara dalam rubrik Hadits, kami menyuguhkan pembahasan tentang tawakkal yang sebenarnya.
Bagaimana penjelasannya? Kami mengajak para pembaca yang budiman menelaah sajian kami pada rubrik
Hadits edisi ini.
Pembaca, rahimakumullâh!
Masih ada pembahasan-pembahasan lain yang insya Allâh bermanfaat pada edisi keenam ini.
Akhirnya, kami mengucapkan selamat menelaah!
Semoga Allâh menjadikan semua aktifitas kita ini sebagai pemberat kebaikan kita saat amalan kita
ditimbang oleh Allâh.
Saran dan kritik yang membangun senantiasa kami tunggu dari para pembaca yang budiman. [ ]
RQPON MLKJI
sedangkan ia ada menginginkan (pemberian
dariku). Apakah aku boleh menyambung hubungan
\ [ ZY X W V U T S
dengannya (dengan memberi pemberian)?” Nabi
n bersabda: “Sambunglah hubungan dengannya.”
_ ^]
(HR. Al-Bukhari).
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik Di sini, Nabi n memerintahkan Asma’ untuk
dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada menyambung hubungan dengannya (dengan
memerangimu karena agama dan tidak (pula) memberinya pemberian), padahal ia seorang yang
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah kafir.
menyukai orang-orang yang Berlaku adil. (QS. Al- Ringkasnya, boleh bagi seorang Muslim untuk
Mumtahanah/60: 8). menyambung hubungan dengan kerabatnya
yang kafir, dan juga orang kafir lain yang bukan
Telah datang dalam hadits secara sah dari Asma’ kerabatnya, dengan memberi mereka sebagian
Binti Abu Bakr sbahwa sang ibunda datang harta atau dengan berbuat baik kepada mereka.
kepadanya pada waktu Shulhul Hudaibiyah. Yaitu Yaitu bila mereka bukan orang yang tengah
ketika Nabi membuat perjanjian damai dengan memerangi kita pada saat gencaran senjata
penduduk Mekkah. Sang ibu datang kepada Asma’ (damai). Adapun bila mereka tengah memerangi
kita, dalam kondisi perang, itu tidak dibolehkan.
di Madinah, meminta pemberian darinya.
ْ َ َ ْ َ َ َْ ْ َ
Tidak boleh menyambung hubungan dengan
َﻜﺮ َر ِ َ ا ّٰ ُ َﻗﻨْ ُﻬﻤﺎ
ٍ ﺖ أِ ُ ﺑ
ِ ﻗﻦ أﺳﻤﺎء ﺑِﻨ mereka dengan memberikan apapun. Mereka tidak
432 10
Akan tetapi masih ada sesuatu yang mengganjal
di hati saya. Saya pun pernah mendengar tentang
shalat taubat. Saya mohon penjelasannnya tentang Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada
masalah ini. semoga Allâh membalas dengan Allâh dengan taubatan nasuhâ (taubat yang semurni-
balasan yang terbaik. murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke
Jawab:
dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-
Taubat itu menutup dan menghapus dosa sungai, (QS. at-Tahrim/ 66: 8).
yang telah lalu, wal hamdu lillah. Maka dari itu,
Kata ‘asa (semoga, mudah-mudahan)’ untuk
tidak seyogyanya kalau masih ada sesuatu yang
Allâhmempunyai makna wajib.
mengganjal di hati tentang masalah tersebut.
Jadi, engkau harus berbaik sangka kepada Allâh
Wajib atasmu untuk berbaik sangka kepada
, bahwa Allâh menerima taubatmu, bila
Allâh; dan agar engkau berkeyakinan bahwa Allâh
engkau jujur dalam taubatmu, menyesal atas apa
menerima taubatmu, bila memang engkau benar
yang telah engkau lakukan, telah meninggalkan
dan jujur dalam taubatmu. Karena Allâhtelah
perbuatan tersebut, dan bertekad untuk tidak
berfirman:
kembali mengerjakannya lagi. Dan jauhilah
ÓÒÑÐÏ Î Í bisikan-bisikan syetan. Allâh telah berfirman
dalam hadits qudsi:
ÕÔ ْ َ ّ َ َ ْ ََ
ِ أﻧﺎ ِﻋﻨﺪ ظ ِن ﻗﺒ ِﺪي
dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allâh, Hai
Aku sesuai dengan sangkaan hamba terhadap-Ku.
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
(Muttafaq ‘alaih).
(QS. an-Nur/ 24: 31).
Sudah seharusnya engkau mempunyai
Allâh menggantungkan keberuntungan
persangkaan baik kepada Allâh. Rasul n bersabda:
ُ ُ َ َ َ َُ
dengan taubat, dalam ayat di atas, "Bertaubatlah
ُ ُْ ََُ ْ َ
supaya kalian beruntung." Maka barangsiapa yang
bertaubat, sungguh ia telah beruntung. Allâh
ﻓﻤﻮﻳﻦ أﺣﺪﻛﻢ ِإﻻ وﻫﻮ ﺤﻳ ِﺴﻦ اﻟﻈﻦ ﻻ
ّ ّٰ
berfirman:
َِﻋﺰ َو َﺟﻞ ﺑِﺎ
mlkji h gfe Janganlah sekali-kali salah seorang dari kalian
n
meninggal dunia melainkan ia berbaik sangka kepada
Allah. (HR. Muslim, Ibnu Majah).
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang
yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian Adapun mengenai shalat taubat, telah datang
tetap di jalan yang benar. (QS. Thaha/ 20: 82). secara sah dari Nabi n dari Abu Bakr ash-Shiddiq
َُ ْ َ
Bisa jadi juga itu adalah bentuk hukuman
ﺎن َ
yang Allâh segerakan untuknya, disebabkan
maksiat-maksiat yang dilakukan dan tidak
ِ اﻹﻳﻤ ِ أﺿﻌﻒ
bersegera bertaubat. Ini seperti dalam hadits Barangsiapa diantara kalian yang melihat
Nabi n : kemungkaran, maka hendaklah dia merubahnya
َ َ ُ ُ ْ ُ َ َ َ َ ْ َْ ْ َ ُ ّٰ َ َ َ َ dengan tangannya! Jika dia tidak bisa, maka
إِذا أراد ا ﺑِﻌﺒ ِﺪهِ اﺨﻟﺮﻴ ﻋﺠﻞ اﻟﻌﻘﻮﺑﺔ ِﻲﻓ dengan lisannya! Jika dia tidak bisa, maka dengan
543
mencakup dua makna tersebut.
Sedekah di sini, dalam ayat datang secara
nakirah yaitu shadaqah tanpa tambahan alif lam. Dan barangsiapa yang berbuat demikian
Penyebutannya secara nakirah di sini menunjukkan
bahwa maknanya mutlak. Artinya sedekah ini Kata dzalika (itu) mengisyaratkan pada hal yang
mencakup semua sedekah, baik yang sedikit telah disebut sebelumnya, yaitu memerintahkan
maupun banyak. bersedekah, berbuat yang ma’ruf dan mendamaikan
Sedangkan ma’ruf adalah sesuatu yang bukan antara manusia.
kemungkaran. Yang ma’ruf itu lebih umum daripada Firman Allâhberikutnya:
sedekah. Karena sedekah itu adalah bentuk berbuat
baik (ihsan), sedangkan ma’ruf adalah sesuatu yang 876
diketahui atau dikenali orang banyak sebagai
sesuatu yang baik, meskipun bukan berbentuk karena mencari keridhaan Allâh,
sedekah. Contoh dari memerintahkan yang ma’ruf
Yaitu orang yang melakukan hal-hal tersebut di
adalah memerintahkan untuk berbuat tepo sliro
(toleran dan mudah dalam berinteraksi), atau atas, dengan motivasi mencari ridha Allâh. Artinya,
menyuruh untuk menyambung hubungan, atau ia melakukannya agar Allâhridha kepadanya.
menyuruh berbuat kebajikan, dan semacamnya. Ini Dan Allâh tidak memberi balasan dan pahala
semua tidak masuk dalam cakupan sedekah, bila dari suatu amalan, kecuali bila ada ridha Allâh
kita khususkan sedekah untuk sedekah harta. dalam amalan tersebut, dan ikhlas karena Allâh,
tanpa ada riya’ dan sum’ah.
Firman Allâh:
Firman Allâh:
21 0 / .
atau mengadakan perdamaian di antara manusia.
=<;:9
Maka kelak Kami memberi kepadanya
Ishlâh (mendamaikan) adalah menghilangkan
pahala yang besar.
kerusakan yang terjadi di antara sesama manusia,
misalnya,permusuhan diantara dua orang atau lebih, Di sini, Allâh menegaskan bahwa
lalu seseorang berusaha untuk menghilangkan kelak di akhirat, Allâh akan memberikan
permusuhan tersebut. Inilah bentuk mendamaikan; kepadanya pahala yang sungguh sangat
al-ishlâh. Ini di antara amalan paling utama yang agung. Pahala yang akan diberikan Allâh
mendekatkan kepada Allâh. sungguh sangat besar dan agung, tak ada yang
mengetahui kadar besarnya selain Allâh .
543
Allâh masih dan terus menerus berbuat (fa’’âl).
Akan tetapi yang terus baru adalah macam-macam
Dan barangsiapa yang berbuat demikian … perbuatan tersebut atau perbuatan secara satu-
persatunya. Contohnya adalah: istiwa’ di atas arsy,
Padahal yang terjadi adalah (seseorang yang)
itu adalah di antara perbuatan yang dilihat dari
menyuruh orang lain untuk bersedekah, atau
macam perbuatan tersebut adalah baru. Karena
berbuat kebajikan, atau mendamaikan orang-orang.
kita tidak tahu ada suatu perbuatan –dalam hal ini
Pemahaman seperti ini adalah bila kata isyarat
istiwa’-, melainkan bahwa itu khusus terkait dengan
dzalika (yang demikian itu) kembali pada kata
arsy. Dan sesuatu yang terkait khusus dengan arsy,
amara : memerintahkan (menyuruh). Namun bila
pastilah itu terjadi setelah diciptakannya arsy.
kata isyarat tersebut menunjuk pada sedekah itu
sendiri, juga perbuatan ma’ruf dan mendamaikan Adapun turun ke langit dunia, itu adalah
orang, maka ini adalah jelas perbuatan (fi’il), jadi saat macam perbuatan yang baru; dan juga satu dari
itu tak ada hal yang janggal. Karena yang ditunjuk perbuatan-perbuatan yang baru. Karena Allâh
oleh kata dzalika memang ada diperselisihkan. turun ke langit dunia setiap malam. Sedangkan
istiwa’ di atas arsy adalah bersifat mutlak dan
umum; tidak dibatasi dengan waktu tertentu:
9. Menetapkan sifat ridha bagi Allâh.
tidak dibatasi dengan satu malam, satu hari,
Ini berdasarkan firman Allâh: satu pekan, bulan, dan seterusnya. Adapun nuzul
876
(turun) itu terus terbarukan. Karena Allâh turun
setiap malam. Dari itu jelaslah, bahwa sifat-
sifat af ’al (sifat perbuatan) asalnya adalah sifat
karena mencari keridhaan Allâh,
dzatiyyah. Karena Allâh masih dan terus menerus
Ridha adalah sifat fi’liyyah (terkait perbuatan). berbuat (fa’’al). Yang menunjukkan hal itu adalah
Karena setiap sifat yang terkait dengan masyi’ah karena perbuatan adalah bentuk kesempurnaan.
Allâh (kehendak Allâh), bila Allâh berkehendak, Sekiranya ada yang mengatakan: ‘ada rentang
maka Allâh pun melakukannya; dan bila Allâh waktu di mana Allâh tidak berbuat’, tentulah
mau, Allâh pun bisa juga tidak melakukannya, itu merupakan bentuk kekurangan bagi Allâh –
maka ini adalah sifat fi’liyyah. Inilah acuan dari Maha Suci Allâh-. Sebab, bila kita mengatakan:
yang dinamakan dengan sifat fi’liyyah. Sedangkan ‘ada rentang waktu di mana Allâh tidak berbuat,
ridha itu terkait dengan berbagai hal. Karena dikarenakan Dia tidak mampu (tidak kuasa)’, maka
sebab dari ridha adalah perbuatan yang diridhai ini tentu hal yang janggal (dan mustahil). Kalau
=<;:9
laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
Maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang kehidupan yang baik. (QS. an-Nahl/ 16: 97).
besar. (QS. an-Nisa’/ 4: 114). Maka bila engkau beramal dalam rangka agar
Allâh memberikan untukmu kehidupan yang baik,
tidak disangsikan ini adalah sesuatu yang baik.
11. Tidak seharusnya seorang manusia tergesa dan
Namun yang lebih baik darinya adalah bila engkau
terburu-buru dengan datangnya pahala, karena
meniatkan pahala akhirat; dan pahala duniapun
bisa saja Allâh mengakhirkan pahala dan
akan datang pula kepadamu.
ganjaran karena suatu hikmah. Ini diambil dari
firman-Nya: fasaufa yang artinya maka akan… Bila seseorang menginginkan pahala dunia
yang itu menunjukkan makna taswif (akan atau dan akhirat, ini tidak mengapa. Karena Allâh
nanti, bukan sekarang). Itu menunjukkan makna tidaklah menyebut pahala dunia secara sia-sia,
diwujudkannya hal tersebut (kelak; tahqiq), akan tetapi untuk membangkitkan semangat dan
akan tetapi menunjukkan bahwa hal tersebut gelora jiwa untuk beramal. Bila tidak demikian,
bukanlah sesuatu yang akan segera terwujud. maka tentulah setiap pahala yang Allâh sebutkan
Namun maknanya meskipun itu mengambil di dunia ini, itu akan dianggap sebagai hal sia-sia
waktu yang lama. Karena itulah, janganlah kita belaka (Namun tentunya tidaklah demikian!). Maka
terburu-buru mengharap terwujudnya pahala dari itu, tidak mengapa bila seseorang meniatkan
Allâh dengan segera. Bahkan, jangan tergesa- pahala dunia dan akhirat. Akan tetapi orang yang
gesa untuk dikabulkannya doa, sebagaimana hanya meniatkan pahala dunia saja, tak ayal lagi, ia
dalam hadits: telah kurang dalam hal ikhlasnya.
ُ َُ ْ َ ْ َ َْ َ ْ ُ َ َ ُ َ َ ُْ
ﻳﺴﺘﺠﺎب ِﻷﺣ ِﺪﻛﻢ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻓﻌﺠﻞ ﻓﻘﻮل 12. Agungnya pahala orang yang melakukan hal
=<;:9
Doa salah seorang dari kalian akan dikabulkan
selama ia tidak tergesa-gesa. Ia berkata: aku
Rasullullah bersabda:
ُ َ َ َ َ ُّ َ َ َ
َ،ﻜ ْﻢ َﻛ َﻤﺎ ﻳَ ْﺮ ُز ُق اﻟﻄ ْﺮﻴ ََ َ ُ َََ ْ ُ َ َْ
ﻟﺮزﻗ،ﷲ ﺣﻖ ﺗﻮ ِ ِﻪ ِ ﻟﻮ ﻛﻧﻜﻢ ﻳﺘﻮ ﻮن ﺒﻟ ا
ً ُ ﺎﺻﺎ َوﺗَ ُﺮ
وح ﺑِ َﻄﺎﻧﺎ َ ِ َﻳ ْﻐ ُﺪو
ً ﻤﺧ
Dari Umar bin al-Khaththab z berkata, bahwa Nabi bersabda:
Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allâh,
sungguh Allâh akan memberikan kalian rezeki sebagaimana Allâh memberikan
rezeki kepada burung. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar
dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.
+ *)( '&%$#"
dia meninggalkan hak tawakkal kepada
Allâh . 5
2 1 0 / .- ,
PENJELASAN HADITS
3 Manhaj seorang Muslim dalam kehidupannya
adalah berserah diri kepada Allâh
Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi
dan bertawakkal pada-Nya serta berusaha
melainkan Allâh-lah yang memberi rezekinya,
menjalankan semua sebab rezeki serta
dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang
memperbagus amalannya. Hal ini bila terwujudkan
itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya
secara sempurna akan diberikan kemudahan
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).
dalam meraih rezeki Allâh.
(QS. Hûd/11:6). 1
Hadits Umar z ini berisi penjelasan Nabi
َ ُّ َ َ ََ n tentang apa yang seharusnya dilakukan
ﷲ ﺣﻖ ﺗﻮ ِ ِﻪ
ِ ﺒﻟ ا: Tawakkal kepada Allâh manusia dalam bersandar kepada Allâh
dengan benar dengan menyakini bahwa tidak dan menyerahkan urusannya kepada-Nya serta
ada yang bisa merealisasikan semuanya kecuali berlindung kepada-Nya dalam mewujudkan yang
Allâh dan semuanya dari Allâh lalu di cari dan keselamatan dari yang tidak diinginkan.
berusaha mencarinya dengan cara yang bagus
Ibnu Rajab t berkata, “Hadits ini adalah
dan benar.
ْ ُُ َْ َ َ ْ ُ ََ َ
َ ﻟ َﺮزﻗﻜﻢ ﻛﻤﺎ ﻳﺮزق اﻟﻄ: Pasti Dia akan dasar dalam tawakkal. Tawakkal adalah sebab
ﺮﻴ terpenting dalam meraih rezeki, sebagaimana
memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana dijelaskan dalam firman Allâh:
Dia memberikan rezeki kepada burung.
Pastilah kalian diberi rezeki setiap hari dengan s r qpo nml kj
rezeki yang baru tanpa butuh untuk menyimpan
harta. Ini semua tidak mengharuskan seorang { |} ~ ﮯz y x w vu t
meninggalkan usaha meraihnya dengan keluar
dan beraktifitas, karena usaha itu adalah ª © ¨ § ¦ ¥ ¤ £¢ ¡
sebuah kebiasaan pada burung. 2
3 lihat an-Nihâyah Fi Gharîb al-Hadits 2/80
1 al-Bahru al-Muhîth atsTsajâj 11/36 4 lihat Fathu al-Bâri 1/95
2 Hâsyiyah as-Sindi 2/541. 5 Hâsyiyah as-Sindi 2/541
z y x w vu t s r q
mengantar kepada hasil.
Keberadaan tawakkal tidak menafikan usaha
§ ¦ ¥ ¤ £¢ ¡ { |} ~ ﮯ
menjalankan sebab yang dijadikan sebab Allâh
menakdirkan sesuatu dan sunah-sunnah-
ª©¨
Nya berlaku pada makhluknya. Karena Allâh
memerintahkan untuk melakukan sebab-sebab
tersebut bersama perintah-Nya untuk bertawakkal. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-
Usaha melakukan sebab dengan anggota tubuh sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal
adalah ketaatan dan tawakkal dengan hati adalah kepada Allâh niscaya Allâh akan mencukupkan
keimanan. Allâhberfirman: (keperluan)nya. Sesungguhnya Allâh melaksanakan
A @ ? > =< ;
urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allâh
telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
(QS. Ath-Thalaq/65:3)
Dan bertakwalah kepada Allâh, dan hanya kepada
Allâh sajalah orang-orang Mukmin itu harus
bertawakkal (QS. Al-Maidah/5:11) Dengan demikian, hadits ini tidak memberikan
pengertian bahwa seorang manusia itu cukup
Allâhjadikan tawakkal bersama ketakwaan
duduk, tidak beramal, tidak berusaha kemudian
yang adalah melaksanakan sebeb-sebab yang
menanti turunnya rezeki dari Allâh . Yang
diperintahkan dan tawakkal tanpa melaksanakan
dimaksud disini adalah seperti dinyatakan oleh
sebab yang diperintahkan adalah murni ketidak
imam al-Baihaqi t bahwa seorang harus
mampuan walaupun ada sedikit tawakkal.
melakukan usaha dan sebab. Burung itu tidak
Tidak semestinya seorang hamba menjadikan
tinggal disangkarnya saja menunggu rezeki Allâh
tawakkalnya sebagai ketidak mampuan dan ketidak
lalu perutnya kenyang. Tapi dia keluar di
mampuan sebagai tawakkal, bahkan seharusnya
waktu pagi, melakukan sebab dan usaha kemudian
menjadikan tawakkalnya termasuk bagian dari
setelah itu kembali ke sarangnya di akhir hari
sebab-sebab yang menjadi sebab sempurnanya
apabila telah gelap10.
yang dimaksudkan.9
Beliau juga menyatakan, Dalam hadits ini
tidak ada petunjuk agar tidak beramal dan tidak
TAWAKKAL berusaha, namun berisikan petunjuk untuk
ANTARA AMALAN HATI DAN BADAN mencari rezeki, karena burung apabila pagi hari
Siapa yang bertawakkal kepada Allâh maka ia berangkat dalam keadaan lapar untuk
dengan benar maka Allâhakan mencukupinya. mencari rezeki. Beliau inginkan -Wallâhu A’lam-
_ ^ ] \[ ZYX
n yang artinya:
َ أَ ْو أُ ْﻃﻠ ُﻘﻬﺎ، ُ ﻮل ا ّٰ ِ أَ ْﻋﻘﻠُ َﻬﺎ َوأَﺗَ َﻮ
َ َُ َ
ﻳﺎ رﺳ
ِ ِ a`
ْ َََ َْ ْ َ َ ُ ََََ
اﻋ ِﻘﻠﻬﺎ وﺗﻮ:وأﺗﻮ ؟ ﻗﺎل Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allâh.
Sesungguhnya Allâh Maha Melihat akan hamba-
“Wahai Rasûlullâh ! Aku ikat ontaku lalu aku
hamba-Nya. (QS. Ghafir/40:44).
bertawakkal, atau aku lepaskan saja lalu aku
bertawakkal?’ Rasûlullâh n menjawab, 2. Tawwakkal yang benar adalah tawakkal yang
“Ikatlah kendaraanmu lalu bertawakkalah disertai amal shalih dan usaha yang baik.
kepada Allâh.” (HR. Tirmidzi no. 2517 dan dinilai Usaha ini ada kalanya untuk mendapatkan
hadits hasan oleh al-Albâni). Orang yang yang sesuatu yang bermanfaat yang belum ada
bertawakkal juga harus memiliki ketetapan seperti bekerja atau untuk menjaga manfaat
hati dalam mentauhidkan (mengesakan) Dzat yang sudah ada seperti menyimpan atau untuk
yang ditawakkali, yaitu Allâh . Karena menolak sesuatu yang berbahaya yang belum
tawakkal memang harus disertai dengan mengenai seorang hamba seperti membela diri
keyakinan akan ketauhidan Allâh dan jauh dari dari orang yang ingin mencelakai dan pencuri
ikatan kesyirikan-kesyirikan. serta hewan buas atau untuk menghilangkan
madharat yang telah menimpa seorang hamba
=< ;:98 seperti berobat dari penyakit. Ini semua tidak
bertentangan dengan tawakkal apabila seorang
DCBA@?> itu mengikhlaskan niatnya dan menyerahkan
urusannya kepada Allâh. 13
Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat)
3. Tawakkal kepada Allâhmemiliki pengaruh
dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk
yang besar dalam kehidupan manusia karena
bagi Bani Israil (dengan firman): “Janganlah
kamu mengambil penolong selain Aku,” (QS al-
13 Kunûz Riyâdh ash-Shâlihîn 2/263-264
adits ini diriwayatkan dari empat dari jalan al-Khathîb dikeluarkan oleh
َﺎﻧﻬﺎ ْ
ٌّ ﺤﻟﻜ َﻤ ِﺔ َو َﻋ
ُ َﻲﻠ ﺑ ُ َ ََ “Ucapan Abi Hatîm di sini Umar bin
ِ ِ ِ اﺤﻟ
ِ أراد pernyataan, “Shadûq banyak
salahnya, hafalannya berubah
Dikeluarkan oleh Abu Muslim setelah menjabat Qadhi di Kufah,
al-Kajji. Hadits ini tidak ada Dahulu beliau seorang yang adil,
ÌË Ê É È Ç Æ Å Ä Ã
Seharusnya :
Ó Ò Ñ Ð Ï Î Í ÌË Ê É È Ç Æ Å Ä Ã
i h g fe d c b a
sr q p o n m l k j
{ | } ~ ﮯz y x wv u t
ª©¨§¦ ¥¤£¢¡
º ¹ ¸ ¶ μ ´³ ² ± ° ¯® ¬ «
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allâh dan Rasul-Nya. Mereka itu akan
ََ ُ ُ َ َ ْ َ َ ُْ َ َ ْ َ
dan kebahagiaan yang menembus hati mereka
أﻗ َﻄﻴْﺘﻨَﺎ َﻣﺎ ﻟ ْﻢ ﻳﻌ ِﻂ أ َﺣ ًﺪا ِﻣ ْﻦ ﺧﻠ ِﻘﻚ ﻓﻴَﻘﻮل أﻧﺎ yang dikarenakan ridhwân dari Allâh, yang itu
َ َ َ َْ ُ ْ ُ
lebih nikmat dan lebih menyejukkan mata mereka
ُ َ َ َ
أﻋ ِﻄﻴﻜ ْﻢ أﻓ َﻀﻞ ِﻣ ْﻦ ذﻟِﻚ ﻗﺎﻟﻮا ﻳَﺎ َر ِّب َوأ ُّي ْ ٍء daripada segala kenikmatan surga apapun yang
ََ ْ ُ َ ُّ ُ ُ ُ َ َ َ ُ َْ
mereka dapatkan.”
أﻓ َﻀﻞ ِﻣ ْﻦ ذﻟِﻚ ﻓﻴَﻘﻮل أ ِﺣﻞ َﻋﻠﻴْﻜ ْﻢ ِرﺿ َﻮا ِ ﻓﻼ Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah t berkata,
َ ْ ُ َ َ َ
أ ْﺳﺨ ُﻂ َﻋﻠﻴْﻜ ْﻢ َﻧﻌ َﺪ ُه أﺑَ ًﺪا
“Aku amat-amati apakah gerangan doa yang paling
bermanfaat? Ternyata itu ada pada memohon
pertolongan untuk mendapatkan ridha Allâh. Lalu
Dari Abu Sa’id al-Khudri z berkata: Rasûlullâh aku dapatkan itu ada pada Surat al-Fâtihah dalam
n bersabda: “Sesungguhnya Allâh -Tabaraka wa ayat: “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in” (hanya
Ta’ala- berfirman kepada penghuni surga: ‘Wahai kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-mu
penghuni surga!’ Mereka pun menjawab: “Kami penuhi kami meminta pertolongan)”.
panggilan-Mu selalu dengan penuh suka cita selalu’.
Jadi, meminta tolong kepada Allâh dalam rangka
Lalu Allâh berfirman: ‘Apakah kalian telah ridha?’ Mereka
untuk menggapai ridha-Nya, itu adalah tujuan
menjawab:’Mengapa pula kami tidak ridha? Padahal
dan maksud yang paling agung, tujuan yang paling
Engkau telah memberikan kepada kami segala yang
mulia dan tinggi; itu adalah hal terbesar, di mana
belum pernah Engkau berikan kepada seorang pun dari
orang yang bertekad kuat benar-benar bersungguh-
makhluk-Mu?’ Allâh pun berfirman: ‘Aku berikan kepada
sungguh dan berusaha untuk menggapai dan
kalian sesuatu yang lebih bagus dari itu semua.’ ‘Mereka
menjawab: ‘Wahai Rabbi! Apakah sesuatu itu yang lebih mewujudkannya. Karena itulah, ridha merupakan
utama dari itu semua?’ Allâh berfirman: ‘Aku tempatkan pintu Allâh yang paling agung; itu juga surganya
ridha-Ku untuk kalian semua, sehingga Aku tidak dunia; rasa nyamannya orang-orang ‘arifin (yang
akan pernah murka kepada kalian setelah itu selama- mengenal Allâh); gerak hidupnya para muhibbin
lamanya!’” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). (pecinta Allâh); kenikmatan para ‘abidin (ahli
ibadah); penyejuk mata musytaqin (perindu Allâh).”
Rasul n juga bersabda dalam hadits riwayat
al-Hakim dari Jabir bin Abdullah z : Maka sudah semestinya setiap Muslim selalu
َ َوﻣﺎ، َرﺑﻨَﺎ:ﻮن َ ُ َُ َ ْ ُ َ ََ ًْ َ َ َُ ْ َ Karena bila ayat ini telah bersemayam dalam hati,
ﺗﺸﺘﻬﻮن ﺷﻴﺌﺎ ﻓﺄ ِزﻳﺪﻛﻢ؟ ﻓﻴﻘﻮﻟ di mana inti dari ayat ini menjadi obsesi dan tujuan
َ ُ ََُ َ َ ََْ َ ْ َ َ َ َْ
ُ ر ْﺿ َﻮا أ ْﻛ َﺮﺒ:ﻮل
seseorang, maka semua keadaan dan urusannya
ِ ِ ﻓﻴﻘ:ﻓﻮق ﻣﺎ أﻗﻄﻴﺘﻨﺎ؟ ﻗﺎل pun akan baik dan indah.
ÑÐÏÎÍÌËÊÉÈ
Baqarah/ 2: 207).
Allâhjuga berfirman (yang artinya) :
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan ÙØ×ÖÕÔÓÒ
mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang
menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat )('&%$# "!
ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara
manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian 10/.-,+*
karena mencari keridhaan Allâh, maka kelak Kami
memberi kepadanya pahala yang besar. (QS. an- (Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allâh dan
Nisa’/ 4: 114). Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang
yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah
Dan banyak ayat lain yang berbicara perihal mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu,
mencari ridhwân Allâh. karena itu takutlah kepada mereka”, Maka perkataan
Mencari ridhwân Allâh sendiri maksudnya itu menambah keimanan mereka dan mereka
adalah ikhlas dalam beramal, dan bertawajjuh menjawab: “Cukuplah Allâh menjadi penolong Kami
menghadap diri kepada Allâh dengan amal dan Allâh adalah Sebaik-baik Pelindung”.Maka
ibadah sebaik mungkin. Kala hamba beramal, mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang
ia mengikhlaskan amalnya untuk Allâh seraya besar) dari Allâh, mereka tidak mendapat bencana
mengharap pahala Allâh dan negeri akhirat- apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allâh. Dan
Nya. Dalam segala amalnya, tidak ada motif yang Allâh mempunyai karunia yang besar. (QS. Ali Imran/
mendorongnya selain menggapai ridhwân Allâh. 3: 173 – 174).
QP ONMLK
berbicara tentang hal ini, semuanya berpangkal
pada dua prinsip agung ini. Mengenai dua pokok
inilah, ketika menafsirkan firman Allâh:
UTSR
Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu
4 32 1 0 / . - , +
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-
Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.
76 5
(QS. Al-Maidah/ 5: 3). Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji
Agama yang Allâh ridhai inilah yang harus kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.
diikuti. Dengan mengikuti agama-Nya, maka dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (QS.
ridhwân Allâh pun akan bisa digapai. Sehingga al-Mulk/ 67: 2).
ayat-ayat yang datang dengan redaksi kalimat Ketika menafsirkan ayat ini, al-Fudhail bin
serupa: Iyadh t berkata, “Yaitu yang paling ikhlas dan
+* )
paling benar.” Lalu ia ditanya, “Wahai Abu Ali! Apa
maksud dari yang paling ikhlas dan paling benar?”
Ia menjawab, “Sesungguhnya suatu amalan itu
Dan mereka mengikuti ridhwân Allâh
bila murni ikhlas namun tidak benar, itu tidak akan
Maka makna yang dimaksudkan adalah
diterima. Begitu pula bila amalan itu benar namun
makna di atas, yaitu: mengikuti agama Islam, yang
tidak murni untuk Allâh, juga tidak diterima, hingga
merupakan agama yang diridhai Allâh. Seorang
amalan itu menjadi amalan yang murni ikhlas
Muslim harus senantiasa mengerjakan amalan yang
dan benar. Yang murni adalah amalan untuk Allâh,
diridhai Allâh , yang dibawa oleh Rasul-Nya.
sedangkan yang benar adalah yang sesuai dengan
Karena itulah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam
sunnah.”2
sebagian kitabnya menukilkan perkataan sebagian
Dua pokok ini terhimpun dalam berbagai ayat
ahli ilmu, “Barangsiapa yang ingin mencapai ridha
al-Quran, di antaranya adalah pungkasan dari
Allâh, maka hendaklah ia senantiasa mengerjakan
Surat al-Kahfi:
apa-apa yang Allâh jadikan sebagai keridhaan-Nya.”
Syaikhul Islam berkata, “Ini adalah ucapan yang
sangat indah. Karena barangsiapa yang melazimi
áà ß Þ Ý Ü Û Ú Ù Ø × Ö
hal-hal yang membuat Allâh ridha, yang berupa
mengerjakan perintah dan menjauhi larangan-
ëêéè çæ å ä ãâ
Nya, terutama lagi bila ia mengerjakan yang wajib
dan juga yang mustahabb, maka Allâh pun ridha
ïîí ì
kepadanya.”1
2 HR. Ibnu Abi Dunya dalam al-Ikhlas wa an-Niyyah halaman 51,
1 Majmu’ Fatawa 10/ 681, 686, al-Istiqamah 2/ 74. Abu Nuaim dalam Hilyatul Auliya’ 8/ 95.
~} |{zyxwv
MENGAMBIL TELADAN DARI SAHABAT
ﮯ Untuk menggapai ridhwân Allâh, tentunya tidak
bisa lepas dari contoh indah dan suri teladan dari
(Musa) Berkata, "Itulah mereka sedang menyusuli aku
orang-orang terbaik. Nabi n merupakan suri
dan aku bersegera kepada-Mu Ya Rabbi, agar supaya
teladan mutlak yang harus menjadi barometer
Engkau ridha (kepadaku)". (QS. 20: 84).
dalam meraih ridhwân Allâh. Semua perilaku,
Dari ayat ini, para ulama –di antaranya Ibnu akhlak dan perjalanan hidup, haruslah ditimbang
Taimiyyah- menyimpulkan bahwa yang menjadi dengan apa-apa yang datang dari Rasul n . Beliau
pokok perkara adalah bahwa seorang hamba
haruslah bersegera untuk meraih ridha Allâh; 3 HR. Ahmad dalam al-Musnad 37/ 87 no 2240. Al-Haitsami
bukan malah menunda-nunda atau melambat- berkata: “Diriwayatkan oleh Ahmad, dan para perawinya adalah
para perawi Kitab ash-Shahih, kecuali Maimun bin ‘Ajlan. Dan ia
lambatkan dan mengakhirkan. Berapa banyak seorang tsiqah. Majma’ az-Zawaid 10/ 202.
£¢¡}~ﮯ
Hadits ini mengandung empat perkara yaitu
ridha terhadap rubûbiyah Allâh, ridha terhadap
ª©¨§¦ ¥¤
ulûhiyah Allâh, ridha terhadap rasul-Nya dan
tunduk kepadanya, ridha terhadap agama yang
´³ ² ± ° ¯® ¬ «
dibawa oleh Rasûlullâh n dan pasrah kepadanya.
Ibnul Qayyim t mengatakan, “Barangsiapa
º¹ ¸ ¶μ terkumpul pada dirinya empat perkara ini, maka
dialah orang jujur yang sebenarnya. Empat perkara
Allâh menjanjikan kepada orang-orang Mukmin, ini adalah perkara yang mudah diakui dan mudah
lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang diucapkan dengan lisan, namun perkara-perkara
dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka ini akan menjadi perkara yang paling sulit ketika
di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang realisasi dan ketika mendapatkan ujian, terutama
bagus di surga ‘Adn. Dan keridhaan Allâh adalah lebih jika ada sesuatu yang bertentangan dengan
besar; itu adalah keberuntungan yang besar. (QS. At- keinginan dan tujuan nafsu. Dengan itu, akan
Taubah/9:72) tampak bahwa ridha yang dia ucapkan dengan
Diantara yang mengundang ridha Allâhini lisannya itu hanya sebatas lisannya, belum
adalah keridhaan seorang hamba terhadap Allâh perbuatannya.
, sehingga keridhaan Allâh terhadap Ridha terhadap ulûhiyah Allâh. Ini mencakup
hamba-nya menjadi sebuah balasan yang sejenis. ridha kepada-Nya dengan mencintai-Nya, takut
Hamba-Nya ridha kepada-Nya, maka balasannya kepada-Nya, berharap kepada-Nya, taubat
adalah Allâhridha kepada hamba tersebut. kepada-Nya, hanya beribadah kepada-Nya, ….
Ridha seorang hamba yang dijadikan jalan untuk Keridhaan ini mencakup ibadah kepada-Nya
beribadah kepada Allâhitu ada dua macam. dan mengikhlaskah ibadah untuk-Nya
Ridha terhadap rubûbiyah Allâh, mencakup
Pertama; Ridha billâh (Ridha terhadap Allâh). ridha terhadap pengaturan Allâh untuk
Hal ini ditunjukkan oleh hadits yang para hamba-Nya. Ridha ini juga mencakup
diriwayatkan oleh al-Abbas ibnu Abdil Muthallib pengesaan Allâh dalam hal tawakkal (artinya
z , dia mendengar Rasûlullâh n bersabda: hanya bertawakkal kepada-Nya-red), hanya
َ ْ ْ َ َ ّٰ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ meminta pertolongan dan hanya bersandar
ِﺎﻹﺳﻼم ِ ِ وﺑ،ﺎن ﻣﻦ ر ِ ﺑِﺎ ِ رﺑﺎ ِ اﻹﻳﻤ ِ ذاق ﻃﻌﻢ kepada-Nya. Dan dia ridha terhadap apa yang
ً َ َوﺑ ُﻤ،دﻳﻨًﺎ
ﺤﻤ ٍﺪ َر ُﺳ ْﻮﻻ
Allâhlakukan pada dirinya.
ِ ِ Jadi yang pertama itu, ridha terhadap semua
Orang yang ridha Allâh sebagai Rabb, ridha 1 HR. Muslim, no. 34
S
esungguhnya diutusnya para Rasul
oleh Allâh merupakan rahmat
dan nikmat yang sangat besar kepada
manusia. Karena para Rasul mengajak kepada
perkara-perkara yang akan membawa kebaikan
di dunia dan di akhirat.
Allâh berfirman:
½¼»º¹¸¶μ´
ÂÁÀ ¿¾
Manusia yang Allâhpilih sebagai
Æ ÅÄÃ Rasul-Nya adalah manusia terbaik, sebab
Allâh Maha Mengetahui dan bijaksana di
Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan Mereka diciptakan dari air mani kedua orang
orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya tuanya, kecuali Nabi Isa bin Maryam q yang
di antara penduduk negeri. (QS. Yusuf/12: 109) Allâh ciptakan secara khusus tanpa ayah, sebagai
tanda kekuasaan-Nya.
Allâhjuga berfirman:
Allâhberfirman:
t sr q p o n m l < ; :9876543
{z y xw v u Maka hendaklah manusia memperhatikan dari
apakah dia diciptakan?Dia diciptakan dari air yang
Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu
terpancar. (QS. Ath-Thariq/86: 5-6)
(Muhammad), melainkan beberapa orang laki-
laki yang Kami beri wahyu kepada mereka,
maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang 2. Tidak Mengetahui Perkara Ghaib
yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui. Yang dimaksud perkara ghoib yaitu perkara
(QS. Al-Anbiya’/21: 7) yang tidak dapat dijangkau oleh panca indra
A@ ? > = < ; : 9 8 7
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS.
Al-An’am/6: 59)
Katakanlah:”Tidak ada seorangpun di langit dan di
bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Lima kunci perkara ghaib ini dijelaskan oleh
Allâh”. (QS. An-Naml/27: 65) Nabi Muhammad n di dalam hadits yang shahih,
sebagai berikut:
َ َ ّٰ َ َ ُ ّٰ َ َ
ﻗﺎلb ِ ﻗ ْﻦ ﻗﺒْ ِﺪ ا ِ ﺑ ْ ِﻦ ﻗ َﻤ َﺮ أن َر ُﺳﻮل ا
Allâh berfirman tentang perkataan Nabi
Muhamamd n :
¿¾ ½ ¼»º¹¸ ¶
malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan
bersama-sama dengan dia? (QS. Al-Furqan/25: 7)
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, Allâh berfirman tentang Nabi Isa bin
pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal Maryam q :
ْ،»ﻏ َﻌﻢَ َ َ َ َ َ َ َْ َ ْ ُ َ َ َ ُ َ َْ
َ sifat para Nabi dan Rasul, semoga menambahkan
: أﻛﻨﺖ ﺗﺮﻰﻋ اﻟﻐﻨﻢ؟ ﻗﺎل:أﻓﻄﺐ« ﻓﻘﺎل kepada kita kecintaan dan keimanan kepada
َ َ َْ
“َوﻫﻞ ِﻣ ْﻦ ﻧ ِﻲﺒ ِإﻻ َر َﺨﻫﺎ
mereka. Sesungguhnya mengikuti jalan para Rasul
adalah kebenaran yang akan menghantarkan
menuju surga.
Dahulu kami bersama Rasulullah n di Marrizh
Zhahran, kami memetik buah kabats (nama buah Wallahul Musta’an. [ ]
ahulu, umat manusia pada mengikuti al-Qur-`an dan Sunnah. Maka, keadaan mereka
anyak orang terpedaya dengan keindahan seorang dari kamu yang mencelupkan jari tangannya
اﻵﺧ َﺮ ِة ﻰﻓ ﺎ َ » َوا ّٰ ِ َﻣﺎ ا ُّ ْﻏﻴb ِ ّٰ ﻮل ا ﻗﺎل رﺳ
ِ ِ
melewati sebuah pasar, Beliau masuk dari ‘Aliyah (nama
ُْ َْ ْ
telinganya, lantas Beliau angkat batang telinga bangkai
َْ
« ِﻰﻓ الَ ِّم ﻓﻠﻴَﻨﻈ ْﺮ ﺑِ َﻢ ﻳَ ْﺮ ِﺟ ُﻊ- ﺤﻳ َﻰﻴ ﺑِﺎﻟﺴﺒﺎﺑَ ِﺔ kambing tersebut seraya berkata; "Siapakah di antara
kalian yang mau membeli kambing ini dengan satu
Rasulullâh b bersabda : "Demi Allâh, tidaklah dirham?" . Para sahabat menjawab; “Kami tidak suka sama
dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah sekali, apa yang bisa kami perbuat dari seekor bangkai
1 0/.-
dalam hadits Abdullah bin Umar bahwa Rasûlullâh
n bersabda:
ُ ْاﻣﺮئ ُﻣ ْﺴﻠﻢ َ ُ َ ْ ٌء ﻳُﻮ ِ ﻓﻴْﻪ ﻳَﺒﻴ
ﺖ
ْ ُّ َ َ
ٍ ِ ﻣﺎ ﺣﻖ
dan nasehat menasehati supaya mentaati
ِ ِ ِ ٍِ kebenaran dan nasihat menasihati supaya
ْ ٌَ ُْ َ ُُ ََ َََْْ
ﻮﺑﺔ ِﻋﻨ َﺪ ُهﻦﻴ ِإﻻ وو ِﺻﻴﺘﻪ ﻣﻜﺘِ ﻠﺘ
menetapi kesabaran. (QS. Al-Ashr/103:3)
ٍ ِ ِ
ّٰ ُ َ َ ْ َ
ُ ُ َ َ َ َ َ ْ ُ ْ ُ dalam jurang keterpurukan dan kesesatan. Bila
adalah benteng yang menjaga seseorang dari jatuh
b ِ ﻮل ا ِ أم اﻟﻤﺆ ِﻣ ِﻨﻦﻴ ﻣﺎ ﺎﻛن أﻛﺮﺜ دﺨ ِء رﺳtelah banyak muncul kerusakan dalam kehidupan,
َ ِّﺮﺜ ُد َﺨﺋﻪ ﻳَﺎ ُﻣ َﻘﻠ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ maka seorang Muslim lebih perlu lagi untuk tegar
ﺐ ِِ ِإذا ﺎﻛن ِﻋﻨﺪ ِك ﻗﺎﻟﺖ ﺎﻛن أﻛdi atas agama; dengan mengerjakan perintah
ُ ْﺖ َﻓ ُﻘﻠ ْ َﻚ ﻗَﺎﻟ َ ََ َْ ْ َّ ُ ُ ْ dan menjauhi larangan. Juga membentengi diri
ﺖ ﻳَﺎ ت ﻗﻠ ِﻲﺒ ﺒﻟ ِدﻳ ِﻨ ﻮب ث ِب
ِ اﻟﻘﻠdari syubhat yang menghadang, juga nafsu yang
ُ ُ ْ َ ّ َ ُ َ َ َ َ ُ َ َ ْ َ َ ّٰ َ ُ َ mengekang. Keteguhan agama adalah benteng
ﻮب ِ رﺳﻮل ا ِ ﻣﺎ أﻛﺮﺜ دﺨءك ﻳﺎ مقل ِب اﻟﻘﻠyang harus senantiasa dipegang setiap hamba.
َْ ُ َ َ ُ َ َ َ ََ َْ ْ َّ
ت ﻗﻠ ِﻲﺒ ﺒﻟ ِدﻳ ِﻨﻚ ﻗﺎل ﻳَﺎ أم َﺳﻠ َﻤﺔ ِإﻧﻪ ﻟﻴ َﺲ
Semoga Allâh tegarkan kita di atas jalan-Nya,
ث ِبsehingga kita bisa meraih ridha-Nya.
ّٰ َ
ِ ﻦﻴ ِﻣ ْﻦ أ َﺻﺎﺑِ ِﻊ ا
َُْ ْ ُ ََْ ُُْ َ َ
ﻌ ﺒ ﺻ أ ﻦﻴ ﻧ ﻪ ﺒ ﻠ ﻗ و ﻻ إ ﻲﻣ
َ ْ ُ ََ
آد ﻢ ﻜ ﻟ و ﻲﻟ َ ـﻮ َﻫ َﺬا أَ ْﺳﺘَ ْﻐﻔ ُﺮ
اﷲ ْ ُأَﻗ
ْ ــﻮ ُل ﻗَـ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
MAJALAH ASSUNNAH EDISI 06 / TAHUN XXVI / 1444 H / 2022 M
63
ُ ُْ ُ ْ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َْ ْ ُْ َ َ luas adalah kesabaran. Seperti pesan Nabi
ﺎت ﻓﺎﺳﺘﻐ ِﻔﺮوه إِﻧﻪ
ِ وﻟِﺴﺎﺋِ ِﺮ اﻟﻤﺴ ِﻠ ِﻤﻦﻴ واﻟﻤﺴ ِﻠﻤ n kepada keluarga Yasir: “Bersabarlah wahai
َ ْ َُ
ُﻟﻐ ُﻔ ْﻮ ُر اﻟﺮ ِﺣﻴْﻢ keluarga Yasir! Karena kesudahan kalian adalah
ﻫﻮ ا surga.” (HR. al-Hakim).
Menjauhi hal-hal yang menjadi sumber fitnah
[ KHUTBAH KEDUA ]
ُ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ ّ َ ّٰ ُ ْ ْ yang merusak agama. Menjauhi forum-forum
S
esungguhnya Allâh k telah
memerintahkan hamba-hamba-Nya
untuk beribadah kepada-Nya, tiada
sekutu bagi-Nya. Kemudian, Allâh k
menekankan maksud ini dengan penekanan
yang banyak. Setelah itu, Allâh k
memerintahkan perintah-perintah agung Allâh k berfirman:
lainnya. Barang siapa mematuhinya, niscaya
akan selamat dan beruntung. Sedangkan ﮗ ﮘ ﮙ ﮚ ﮛ ﮜﮝ ﮞ ﮟ
orang yang kurang memperhatikannya, akan Sembahlah Allâh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dihisab dan disiksa, kecuali Allâh k hendak dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang
merahmatinya. ibu-bapak. (QS. An-Nisâ/4:36)
ﮓ ﮔﮕ ﮖ ﮗ ﮘ ﮙ
banyak orang, terutama para pemuda bersikap baik
dan berbicara lembut kepada istri, serta menyimak
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan ucapannya. Akan tetapi, jika bersama kedua orang
dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tuanya, ia tidak memiliki antusias sebagaimana
tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, saat bersama istrinya. Ada juga orang-orang bila
dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. (QS. bersama kawan-kawannya, mereka menyetujui
Luqmân/31:15) apa yang dilakukan oleh kawan-kawannya meski ia
tidak menyukainya, demi menyenangkan kawan-
Allâh k tidak memperbolehkan bagi anak untuk kawan dan sahabat-sahabatnya.
bersikap keras dan berbuat kasar, berkata kasar dan Tidak diragukan lagi, ini termasuk akhlak yang
berbuat kasar kepada keduanya, meski orang tuanya baik. Tapi, yang harus diperhatikan, hak orang
kufur kepada Allâh k dan berusaha kuat untuk tua mesti diunggulkan dan diutamakan daripada
menyesatkannya serta menjerumuskannya ke dalam mereka, dengan berbuat baik kepada kedua orang
kesyirikan. Justru, Allâh k tetap memerintahkannya tua, menyenangkan orang tua.
untuk mempergaulinya dengan baik. Pernah datang seorang pemuda kepada
Rasûlullâh n. Ia datang untuk memohon izin
ﮕﮖﮗﮘﮙ berjihad. Beliau n bertanya, “Apakah kedua orang
dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. (QS. tuamu masih hidup?”. Ia menjawab, “Ya”. Kemudian
Luqmân/31:15) Beliau n berkata, “Berjihadlah (bersungguh-
sungguhlah( dalam berbuat baik kepada mereka
Ini termasuk dalil yang paling agung dan paling berdua”.
jelas tentang betapa besarnya hak kedua orang tua atas Dalam riwayat lain, “Aku tinggalkan mereka
anak-anak. berdua dalam keadaan menangis”. Lalu Nabi
Maka, orang yang masih menjumpai kedua n bersabda: “Kembalilah kepada mereka.
orang tuanya masih hidup, ia sedang mendapatkan Buatlah mereka tertawa sebagaimana engkau
kelapangan dalam berbuat baik kepada mereka. Maka, telah menyebabkan keduanya menangis”. Hadits
kewajibannya adalah berbakti kepada kedua orang diriwayatkan dalam Shahihain.
tuanya dan bertakwa kepada Allâh dalam mempergauli Sesungguhnya birrul walidain bukanlah aktifitas
mereka. Sebab, mereka berdua merupakan pintu di yang bersifat pilihan. Maksudnya, seseorang
antara pintu-pintu Surga. Barang siapa menempuh berkata, “Saya akan berbakti kepada kedua orang
dua jalan ini dan memasuki Surga melaluinya, maka tua bila Allâh memberiku taufik dan aku mau
ia telah beruntung dan selamat. Barang siapa yang melakukannya”. Tidak. Ini pemahaman yang keliru.
telah tertutup baginya salah satu pintu, maka masih Birrul walidain merupakan kewajiban anak,
ada satu pintu yang terbuka. Barang siapa telah bagaimanapun keadaan anak: dalam keadaan sulit,
terutup semua pintu tersebut, maka hendaknya ia miskin, sakit maupun lapar.
menyambung hubungan dengan kedua orang tuanya Oleh karena itu, Rasûlullâh n telah berpesan
dengan perkara-perkara yang diperintahkan, seperti kepada para Sahabat wasiat yang agung berkaitan
mendoakan mereka, bersedekah untuk mereka dan dengan berbuat baik kepada kedua orang tua,
lain-lainnya. sampai para Sahabat memahaminya.
Sesungguhnya orang yang paling utama Ada seorang lelaki datang kepada Rasûlullâh n
mendapatkan kebaikan dari seseorang adalah orang . Ia berkata, “Siapakah orang yang paling berhak
tuanya. Mereka orang yang paling berhak memperoleh
BJ
dengan sikap baikku?”. Beliau n menjawab, penyakit kulit belang. Lalu ia berdoa kepada Allâh
“Ibumu”. Ia berkata, “Kemudian siapa?”. Beliau n k untuk kesembuhannya. Kemudian Allâh k
menjawab, “Ibumu”. Ia berkata, “Kemudian siapa?”. menyembuhkannya dari penyakit itu dari tubuhnya
Beliau menjawab, “Ibumu”. Ia berkata, “Kemudian kecuali pada tempat yang sebesar uang dirham saja,
siapa?”. Beliau n menjawab, “Ayahmu”. (HR. Al- berkat baktinya kepada sang ibu.
Bukhari dan Muslim) Rasûlullâh n tidak pernah mengabarkan kedatangan
Rasûlullâh n tidak mengatakan, “Istrimu, seseorang sepeninggal Beliau selain kedatangan Uwais
kawan-kawanmu”. Beliau menjawab, “Ibumu, al-Qarni. Tidak itu saja. Beliau juga berkata kepada
kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian para Sahabat, “Barang siapa dari kalian menjumpainya,
ayahmu”. hendaknya memintanya untuk memohonkan ampunan
(kepada Allâh) baginya. Sesungguhnya doanya mustajab”.
Keutamaan Birrul Walidain Jadi, birrul walidain termasuk sebab penting dalam
Keutamaan-keutaman birrul walidain sangat pengabulan doa. Maka, seseorang mengharapkan
banyak, baik di dunia sebelum di akhirat. Di Surga Allâh memberimu rezki, taufik dan kebahagiaan,
nanti ada pintu namanya Pintu al-Birru. Akan memberimu tambahan ilmu dan harta dan kebaikan-
memasukinya orang-orang bararah (orang-orang kebaikan lain di dunia dan akhirat, maka bersungguh-
yang berbuat baik) yang telah berbuat baik kepada sungguhlah dalam melakukan birrul walidain, sampai
ayah-ayah mereka dan ibu-ibu mereka. engkau layaknya menjadi budak yang hina yang
majikannya berkata kepadanya,”Kalau kamu tidak baik
Disebutkan dalam riwayat, ketika Nabi n
dalam melayaniku, aku akan potong lehermu”. Maka, ia
memasuki Surga dalam mimpi yang Beliau lihat,
pun bersungguh-sungguh dalam melayani majikannya,
Beliau mendengar suara bacaan. Lalu Beliau
dengan penuh rasa takut dan hina.
bertanya, “Bacaan siapakah itu?”. Dijawab, “Hâritsah
bin Nu’mân”. Kemudian Beliau berkata, “Demikianlah Demikian pula seorang anak yang menginginkan
balasan kebaikan. Demikianlah balasan kebaikan”. menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang
tuanya. Hendaknya ia mencium tangan ibu ayahnya,
Rasûlullâh n mendengar suara bacaan Al-
duduk di bawah mereka, tidak mendahului mereka
Qur`an Hâritsah bin Nu’mân di Surga, sebagaimana
dalam berjalan, , tidak mendahului mereka dalam
Beliau n telah mendengar suara alas kaki
keluar dan masuk, kecuali akan membukakan pintu
Bilal z. Ini tidak lain menunjukkan agungnya
bagi mereka, tidak berbicara di hadapan mereka, tidak
amalan tersebut di sisi Allâh k, karena Allâh
mengangkat suara di depan mereka, tidak melakukan
k menjadikan Nabi n mendengar bacaan itu
hal-hal yang menyakiti hati mereka dengan bertikai
secara khusus, padahal amalan-amalan kebaikan itu
dengan saudara-saudaranya. Ia tidak menuntut haknya
banyak.
dari saudaranya itu, demi tidak menyakiti kedua orang
Ketika telah sampai berita Uwais al-Qarni kepada tuanya. Sebab, orang tua itu akan sedih ketika melihat
Nabi n, bahwa ia ingin berhijrah ke Madinah, namun anak-anak mereka saling berselisih dan bertengkar
ibunya telah sangat tua, tidak ada pembantu yang di hadapan mereka, walau pertengkaran itu sekedar
melayaninya. Maka, Uwais al-Qarni mengurungkan dalam ucapan saja. Maka, hendaknya anak benar-benar
langkahnya untuk berhijrah menjumpai Rasûlullâh bertindak yang sangat lembut dan halus kepada kedua
n, karena ingin berbuat baik kepada ibunya. Ia orang tua, sampai-sampai orang lain menyebutnya
tidak mampu membawa ibunya ke Madinah dan sebagai orang gila.
tidak pula tega meninggalkannya.
Diriwayatkan dari Zainal Abidin Ali bin Husan bin
Rasûlullâh n mengabarkan kondisi Uwais al- Ali bin Abi Thalib, ia tidak pernah makan bersama
Qarni kepada para Sahabat dan berkata kepada ibunya dalam satu piring. Kemudian ada yang bertanya,
para Sahabat, termasuk kepada Abu Bakar, Umar, “Mengapa kamu tidak mau makan bersama ibumu,
Utsman dan ‘Ali, “Akan datang kepada kalian padahal engkau sangat berbakti kepada ibumu?”. Ia
seorang lelaki dari negeri Yaman”. Kemudian Beliau menjawab, “Saya takut kalau makan bersama ibu dalam
n menerangkan sifat dan keadaan. Ia dari suku satu piring lalu tanganku mengambil sesuatu yang
Murad, dari kabilah al-Qarn. Ia mempunyai ibu. diingini oleh ibuku, akibatnya aku durhaka kepada
Ia sangat berbakti kepadanya. Ia dulu menderita beliau”.
BJ
Beliau melakukan birrul walidain sampai pada Tidak berapa lama, datanglah seorang wanita
hal-hal tersebut, agar tidak terjatuh pada durhaka pezina menggodanya, tapi ia menolak. Akhirnya,
kepada orang tua. wanita itu berzina dengan penggembala kambing
Namun, jika ibu suka anaknya makan bersamanya dan hamil.
dalam satu wadah, hendaknya makan bersama ibu. Setelah melahirkan, wanita pezina itu ingin
Suapilah ibu. Hidangkan bagi ibu makanan yang membalas Juraij yang tidak mau berzina dengannya.
paling lezat. Sesungguhnya di situ ada pahala besar Orang-orang bertanya, “Anak siapa ini?”. Wanita
dari Allâh k. menjawab, “Juraij”. Maka, Bani Israil mendatangi
Mintalah doa-doa dari kedua orang tua. Sebab, Juraij dan mencelanya. Mereka mengeluarkannya
Rasûlullâh n bersabda: dari tempat ibadah dan menghancurkannya.
َّ َ َ َ َ َ ْ ُ ََ َ ُ ََ
ات ل شك ِفيْ ِه َّن
Mereka memukuli Juraij. Juraij bertanya: “Ada apa
ٍ ات مستجاب
ٍ ثلث دعو kalian?”. Mereka menjawab, “Kami telah berzina
dengan wanita ini dan melahirkan anak darimu”. “
“Ada tiga doa yang mustajab, tidak diragukan lagi”. Mana anak kecil itu?”, kata Juraij. Lalu ia menekan
Rasûlulullâh n menyebutkan salah satunya adalah perut bayi itu, dengan berkata, “Wahai anak kecil,
doa orang tua bagi anaknya. siapakah bapakmu?”. Anak kecil itu menjawab,
“Penggembala kambing”.
Bila ibu berkata, “Berangkatlah. Semoga Allâh
memberkahimu, memberimu taufik, memudahkan Allâh k membersihkan kehormatan Juraij dari
kebaikan bagimu. memberimu rezki dari arah yang tuduhan zina dengan kejadian luar biasa ini, yang
tidak engkau sangka-sangka”, maka ini adalah doa- terjadi pada sedikit manusia, biasanya terjadi pada
doa yang mustajab. Baik akan dikabulkan segera para nabi. Bayi itu berbicara untuk menyebutkan
oleh Allâh k atau setelah waktu tertentu. bahwa Juraij bukan pelakunya. Tidaklah kejadian
luaar biasa ini terjadi, kecuali karena Juraij seorang
yang baik, yang berbakti kepada orang tuanya.
Bahaya Durhaka Namun, ketika ia durhaka kepada ibunya sekali
Di antara perbuatan maksiat yang paling besar saja, ia harus menghadapi dampak buruknya.
adalah durhaka kepada kedua orang tua. Maka, Maka, janganlah kita mengabaikan birrul
hendaknya seseorang menghindari perbuatan walidain. Janganlah kita mengatakan ucapan yang
durhaka kepada kedua orang tua. Ia menghindari menyakiti mereka. Sesungguhnya itu termasuk
dari membuat kedua orang tuanya marah, atau dosa besar dan permusuhan yang besar.
berdoa keburukan kepadanya. Doa buruk orang tua
sangatlah berbahaya bagi anak. Karena itu, Allâh k berfirman:
Disebutkan dalam Shahih Muslim, ada seorang
lelaki bernama Juraij. Ia seorang pemuda yang
ﭡﭢ ﭣﭤ ﭥ ﭦﭧﭨﭩﭪ
ahli ibadah. Ia sangat suka beribadah. Ia sangat
menyukai untuk memanjangkan shalat.
ﭫﭬﭭﭮﭯ ﭰﭱﭲﭳ
Suatu hari, ibunya datang memanggilnya saat ﭴ ﭵ ﭶ ﭷ ﭸ ﭹ ﭺﭻ
sang anak sedang mengerjakan shalat, “Wahai
Juraij”. Juraij mendengarnya. Ia berkata dalam Apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai
hati, “Ya Allâh, ibuku atau shalatku”. Kemudian ia empat puluh tahun, ia berdoa, ‘Ya Rabbku,
lebih memilih shalatnya. Panggilan ibunya sampai tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau
tiga kali, namun Juraij lebih memilih melanjutkan yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada
shalat. Akhirnya, ibunya marah dan berkata, “Ya ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat
Allâh, Juraij, putraku ini, aku telah memanggilya, amal shalih yang Engkau ridhai; berilah kebaikan
namun ia enggan menjawabku. Ya Allâh, janganlah kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada
engkau matikan dia sebelum engkau perlihatkan anak cucuku. (QS. Al-Ahqaf/46:15)
kepada dia wanita-wanita pezina”.
Juraij seorang yang shalih, tidak melakukan
maksiat dan tidak mendekati para pelaku maksiat. BERSAMBUNG KE HAL. ..................................... 07
USW
K
etika Rasûlullâh n sampai Madinah, di sana untuk melakukan perbaikan dan membangun
ada beragam komunitas yang mendiaminya, masyarakat yang kokoh adalah membangun
yang memiliki keyakinan yang saling bertolak- masjid. Pada proses pembangunannya, semua
belakang, tujuan yang berbeda dan bercerai-berai kaum Muslimin terlibat, termasuk Nabi n . Itulah
dalam kehidupan sosial mereka. Pertikaian yang kegiatan kerja sama umum yang menyatukan hati
panjang dan lama telah terjadi antara sebagian dan menampakkan tujuan umum bagi semua.
mereka. Komunitas yang heterogen tersebut ialah: Dulu, sebelum kedatangan Nabi n ke Madinah,
1. Kaum Muslimin yang terdiri dari suku Aus, Khazraj masing-masing memiliki tempat tersendiri untuk
dan kaum Muhajirin. berkumpul dan berbincang-bincang di malam
hari. Keadaan tersebut menunjukkan mereka
2. Kaum musyrikin, dari dua suku tersebut yang
tercerai-berai dan tidak bersatu. Setelah masjid
belum memeluk Islam.
berdiri, maka menjadi tempat bagi semua kaum
3. Dan orang-orang Yahudi yang terdiri dari Bani Muslimin. Tempat yang menyatukan mereka.
Qainuqa’ yang berkoalisi dengan suku Khazraj; Mereka saling berjumpa di sana setiap waktu.
Banu Nadhir, Banu Quraidhah yang koalisi dengan Mereka juga bertanya kepada Rasûlullâh n, lalu
suku Aus. Beliau mengajarkan kepada mereka ilmu dan
Sejak dulu, telah terjadi pertikaian kuat antara mengarahkan serta memberi petunjuk.
suku Aus dan Khazraj, sampai terjadi antara keduanya Dengan demikian, seluruh tempat pertemuan
peperangan-peperangan pada masa Jahiliyyah. sudah menyatu di masjid, semua suku saling
Peperangan antar mereka yang terakhir adalah mendekat. Keadaan berubah menuju kesatuan.
Perang Bu’ats yang masih menyisakan rasa dendam. Orang-orang Islam menjadi satu jamaah, yang
Rasûlullâh n mengambil langkah-langkah untuk dipimpin Nabi n .
mengatasi problematika-problematika itu dengan Pada waktu itu, masjid juga berfungsi sebagai
penuh hikmah dan strategi yang baik. Cara-cara yang tempat belajar kaum Muslimin, selain sebagai
Beliau n tempuh adalah: tempat pelaksanaan shalat lima waktu.
USW
2. Mendakwahi kaum Yahudi dengan kalimat n ketika menghadapi orang-orang Yahudi
bijaksana ketika Beliau baru datang ke Madinah. Kemudian
Imam al-Bukhari t telah meriwatkan Rasûlullâh n mengikat mereka dengan
tentang keislaman Abdullah bin Salam, perjanjian-perjanjian.
seorang tokoh Yahudi. Kemudian Rasûlullâh n
meminta kaum Yahudi untuk datang menemui 3. Menjalin Persaudaraan antara Muhajirin dan
Beliau. Mereka pun menemui Beliau n . Lalu Anshar
Rasûlullâh n berkata: Rasûlullâh n menjalin persaudaraan
antara kaum Muhajirin dan Anshar. Ini termasuk
ُ َّ ُ َّ َ ٰ َ ْ َّ َ َ ُ َّ ْ ُ َ ْ ُ ْ َ َ يَا َم ْع
إنك ْم.إل إل ه َو الي ل ِ هللِ فوا.ش الَهو ِد َويلكم! ِاتقوا اهلل langkah lurus, strategi matang dan hikmah dari
Nabi n .
ُ ْ ّ َ ًّ ُْ َُ َّ َ َُْ َ
. وأ ِن ِجئتُك ْم ِبَ ٍّق.هلل َحقا
ِ َلعلمون أ ِن رسول ا Rasûlullâh n mengadakan ikatan
“Wahai orang-orang Yahudi. Bertakwalah persaudaraan antara kaum Muhajirin yang
kalian kepada Allâh. Bertakwalah kalian kepada merupakan orang-orang pendatang di kota
Allâh. Demi Allâh yang tidak ada sesembahan Madinah dan Anshar di rumah Anas bin Mâlik.
yang berhak disembah selain-Nya, sungguh Waktu itu, mereka berjumlah 90 orang. Setengah
kalian itu benar-benar tahu bahwa aku adalah dari mereka adalah kaum Muhajirin, dan setengah
utusan Allâh, aku datang kepada kalian dengan dari mereka merupakan kaum Anshar. Ikatan
membawa kebenaran. Peluklah agama Islam”. persaudaraan ini ditujukan untuk berempati dan
saling mewarisi setelah meninggal. Keluarga
Mereka menjawab, “Kami tidak tahu”. dekat tidak berhak mendapatkan warisan.
Lalu Rasulullah n bertanya, “Bagaimana Ketetapan ini berlangsung hingga Perang Badar.
kedudukan Abdullah bin Salam di tengah Ketika Allâh menurunkan firman-Nya:
kalian?”. Mereka menjawab, “Ia pemimpin kami
dan putra pemimpin kami. Orang yang paling ﯹ ﯺ ﯻ ﯼ ﯽ ﯾ ﯿ ﰀﰁ
berilmu dari kami putra orang yang paling “Orang-orang yang mempunyai hubungan
berilmu dari kami”. Rasûlullâh n bertanya, kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap
“Apa komentar kalian kalau ia memeluk Islam?”. sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di
Mereka menjawab, “Tidak mungkin ia memeluk dalam kitab Allâh”. (QS. Al-Anfâl/8:75).
Islam”. Kemudian Rasûlullâh n mengulang
pertanyaan ini kepada mereka tiga kali. Mereka Setelah ayat ini turun, hak waris dikembalikan
pun menjawab dengan jawaban yang sama. kepada keluarga, bukan kepada hubungan
Kemudian Rasûlullâh n bersabda: “Wahai persaudaraan di atas.
Ibnu Salam, keluar dan temuilah mereka”. Lalu Dengan ini, fanatisme-fanatisme ala Jahiliyyah
Abdullah bin Salam berkata, “Wahai orang- menjadi lenyap. Tidak ada kebanggaan kecuali
orang Yahudi. Bertakwalah kalian kepada karena Islam. Sirnalah perbedaan-perbedaan
Allâh. Bertakwalah kalian kepada Allâh. Demi karena nasab, warna kulit dan kampung
Allâh yang tidak ada sesembahan yang berhak halaman. Tidak ada orang yang lebih baik kecuali
disembah selain-Nya, sungguh kalian itu benar- karena ketakwaannya. Perasaan-perasaan
benar tahu bahwa ia adalah utusan Allâh dan sebagai saudara, lebih mengutamakan orang
sesungguhnya ia datang dengan membawa lain, berempati dan sikap akrab menyatu pada
kebenaran.”. ikatan persaudaraan tersebut dan memenuhi
Mereka menjawab, “Kamu dusta. Engkau masyarakat yang baru dengan karakter yang
orang buruk dan anak dari orang buruk dari istimewa. Dalam ikatan persaudaraan ini tampak
kami. Mereka mencelanya. (HR. al-Bukhari) tanda keadilan Islam bagi manusia dan akhlak
Ini adalah pengalaman pertama Rasûlullâh yang tinggi.
USW
4. Tarbiyah Penuh Hikmah sehingga tidak ada lagi tempat bagi kebiasaan
Rasûlullâh n menjaga para Sahabat Jahiliyyah. Perjanjian itu ditetapkan oleh
dengan taklim, tarbiyah, tazkiyatun nufus, Rasûlullâh n bagi kaum Muhajirin dan
dan anjuran untuk berakhlak mulia, dan Anshar, sekaligus juga memuat butir-butir
membina mereka dengan adab-adab kasih- perjanjian dengan Yahudi yang tinggal di
sayang, persaudaraan, kemuliaan, ibadah dan Madinah.
ketaatan. Ini merupakan langkah-langkah paling
Beliau n bersabda: menonjol untuk memperbaiki keadaan dan
ْالم َوأَ ْطع ُموا َّ اس أَفْ ُش ْوا
َ الس ُ انلَّ َيَا َأ ُّيها membangun masyarakat yang baik.
ِ
ُْ ُ ْ َ ٌ َ ُ َّ َ ْ َّ ُّ َ الط َع
ام َو َصل ْوا بِاللي ِل وانلاس ِنيام تدخلوا َّ Diadaptasi dengan ringkas dari Rahmatul lil
‘Aalimin Muhammad Rasûlullâh n, DR. Said al-
َ َّ ْ
ٍالَنة ب ِ َسالم
Qahthani, 254-272
َّ ُ َُ َ َ َ َ َ َُْ ْ َ
هلل َصل
ِ ا ول عن عثمان قال قال رس
َ
ُ َّ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ْ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ
اهلل علي ِه وسلم من مات وهو يعلم أنه
َ َّ ْ َ َ َ ُ َّ َ َ َ
اهلل دخل الَنة ل ِإل ِإل
Dari Utsman berkata: Rasûlullâh n bersabda:
“Barangsiapa yang meninggal sedangkan ia
mengetahui bahwa tiada sesembahan yang berhak
disembah selain Allâh, maka ia akan masuk surga.”
(HR. Muslim).
A
da beberapa pokok yang harus dipahamkan “Maka pada keduanya, hendaklah engkau berjihad
kepada anak, agar dia bisa berbaki kepada orang (berbakti).’” 1
tuanya, dan juga harus dicontohkan agar anak
bisa mempraktekkannya. Dengan contoh dari orang Dalam lafadz hadits yang lain, Beliau n bersabda:
tua, maka anak akan belajar bagaimana dia harus ْ ُ ْ ْ ََ َ ْ َ َ َ ْ ْ َ
َ.حبَتَ ُهما
berbakti kepada orang tuanya. فار ِجع إِل و ِاليك فأح ِسن ص
“Kembalilah kepada kedua orang tuamu, lalu pergaulilah
Ajarkan anak agar lebih mendahulukan mereka dengan baik” 2
berbakti kepada orang tua daripada
Dari dua hadits di atas, Nabi n mengajarkan agar
ibadah-ibadah sunnah atau fardhu kifayah seorang anak mendahulukan berbakti kepada orang tua
Dengan mengetahui ini anak akan mempunyai daripada berjihad.
skala prioritas. Dia akan tahu, mana yang harus lebih
Dan sebagaimana dalam kisah tentang Uwais al-Qarni
didahulukan antara ibadah sunnah atau fardhu kifayah
z, orang yang sudah beriman pada masa Nabi n,
dengan kewajibannya berbakti kepada orang tua.
sudah berangan-angan untuk berhijrah ke Madinah agar
Dalam beberapa hadits disebutkan, sebagaimana dalam
bisa bertemu dengan Nabi n. Dalam Shahîh Muslim,
hadits dari ‘Abdullâh bin ‘Amr, dia berkata, “Ada seorang
dari Usair bin Jabir, ia berkata, “Bila datang rombongan
laki-laki yang meminta izin kepada Nabi n untuk
dari Yaman, Umar bin Khaththab bertanya kepada
berjihad, maka Rasûlullâh n bertanya kepadanya:
َ َ َ َ َ َ ٌّ َ َ
mereka, ‘Apakah Uwais bin ‘Amir bersama kalian?’ Sampai
ن َع ْم:اك؟ قالأح و ِال akhirnya menemui Uwais. Umar bertanya, ‘Engkau Uwais
bin ‘Amir?’ Ia menjawab, ‘Benar.’ ‘Umar bertanya, ‘Engkau
“Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ Dia dari Murad kemudian beralih ke Qarn?’ Ia menjawab,
menjawab, ‘Ya, masih.” ‘Benar.’ Umar bertanya, ‘Apakah engkau dulu pernah sakit
Beliau pun bersabda kulit belang dan sembuh, kecuali kulit yang sebesar uang
ْ َ َ َ َ
جا ِهد يهماف
ِ ف ِف 1 HR. Al-Bukhari dan Muslim
2 HR. Muslim
TA
dirham?’ Ia menjawab, ‘Benar.’ ‘Umar bertanya, ‘Engkau berbuat baik dan bermuamalah dengan, sekalipun
punya ibu?’ Ia menjawab, ‘Benar.’ Lalu Umar z mulai keduanya menyimpang dari syariat.
bercerita, ‘Aku mendengar Rasûlullâh n bersabda, Allâh k berfirman:
’Akan datang pada kalian Uwais bin ‘Amir bersama
rombongan penduduk Yaman yang berasal dari Murad
lalu dari Qarn. Ia pernah tertimpa lepra dan sembuh total,
ﭞ ﭟ ﭠ ﭡﭢ ﭣ ﭤ ﭥ
ﭦ ﭧ ﭨ ﭩ ﭪ ﭫ ﭬ ﭭﭮ ﭯ ﭰ
kecuali kulit yang sebesar logam dirham. Ia mempunyai
ibu yang sangat dihormatinya. Seandainya ia bersumpah
ﭱﭲﭳ ﭴﭵ
atas nama Allâh, niscaya aku hormati sumpahnya.
Mintalah ia beristighfar untukmu jika bertemu’.” (Umar
berkata), ‘Tolong mintakan ampun (kepada Allâh) Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada
untukku,” Maka ia memohonkan ampunan untukku. dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu
Umar bertanya, ‘Kemana engkau akan pergi?’ Ia untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak
menjawab, ‘Kufah.’ Umar berkata, ‘Maukah engkau jika ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
aku menulis (rekomendasi) untukmu ke gubernurnya mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu,
(Kufah)?’ Ia menjawab, ‘Aku lebih suka bersama orang lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang Telah kamu
yang tidak dikenal.’ kerjakan. (QS. Al-Ankabut/29: 8)
Uwais al-Qarni lebih mendahulukan berbakti kepada
ibunya daripada tekadnya untuk berhijrah. Ia ingin bisa Dan Allâh k berfirman yang artinya:
meraih surga dengan baktinya kepada ibunya, kendati Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat
harus kehilangan kemuliaan menjadi Sahabat Beliau n baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah
di dunia. mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah
Ajarkan anak untuk tidak mematuhi kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
orang tua yang menyuruh bermaksiat Hanya kepada-Ku-lah kembalimu. Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
kepada Allâh namun tetap berlaku baik sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka
kepada orang tuanya janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
Anak harus mengetahui bahwa tidak ada ketaatan keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang
kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allâh yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Ku-lah
k. Dengan ini, anak punya sikap yang jelas terkait kembalimu, Maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah
kemaksiatan yang mungkin bisa saja diperintahkan oleh kamu kerjakan. (QS. Lukman/ :14-15)
orang tuanya. Namun, anak juga harus tahu bahwa dia
harus tetap mempergauli orang tuanya dengan cara yang Rasûlullâh n telah bersabda:
ْ َ ْ ُ َ َّ َ َّ َ ْ َ َ َ َ َ
ِ ل طاعة ِف مع ِصي ٍة إِنما الطاعة ِف المع ُر
baik, sehingga dia bisa mengingkari kemaksiatan itu,
namun tetap berbakti kepada orang tuanya. Atau bahkan وف
mungkin bisa mengajak orang tuanya kepada kebaikan Tidak ada ketaatan dalam perkara maksiat, taat itu hanya
dengan sebab sikap tegas yang diselimuti kasih sayang. dalam perkara yang ma’ruf 3
Allâh k mewajibkan seorang anak untuk
Beliau n juga bersabda:
taat kepada orang tuanya, namun jika orang tua
ْ ْ ُ ْ َ َ َ َ ُ َّ
اعة ل ِ َمخل ْو ٍق ِف َمع ِصيَ ِة الَا ِل ِق ِإنه ال ط
memanfaatkan hal ini kepada selain yang diperintahkan
oleh Allâh k, maka Allâh k mengizinkan orang
Muslim untuk tidak patuh kepada keduanya. Hal Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat
itu justru merupakan bentuk bakti kepada mereka, kepada Khaliq. 4
agar mereka kembali kepada perintah Allâh k.
Jika keduanya masih terus saja berbuat maksiat atau BERSAMBUNG ….INSYAALLAH
berbuat kekufuran, sang anak tetap berbuat kebaikan
kepada keduanya dalam hal selain kemaksiatan.
3 HR Muslim
Ini merupakan akhlak Islam yang sangat luhur dalam 4 HR. Ahmad
FU
P
Keberadaan orang-orang embahasan ini mengangkat tentang problem
pernikahan orang yang mengalami gangguan
yang memiliki gangguan mental yang dikutip dari kitab al-Fiqhil
atau keterbelakangan mental, Muyassari (11/53-55)
tidak dipungkiri, menjadi
Maksud Orang Yang Memiliki Gangguan
bagian anggota masyarakat
Mental.
yang hidup di tengah mereka. Menurut perspektif ilmu kedokteran,
Mereka juga beraktifitas, tapi keterbelakangan mental adalah suatu keadaan
jelas berbeda dengan orang- berhenti atau tidak sempurnanya perkembangan
otak, akibat sakit, atau musibah yang menimpanya
orang yang normal. Bahkan sebelum usia remaja atau karena faktor genetik.
sebagian dari mereka mengikuti Sedangkan dalam pandangan hukum, seseorang
proses belajar-mengajar pula disebut mengalami keterbelakangan mental
ketika ia tidak mampu mandiri dalam mengurus
pada sekolah-sekolah khusus. kebutuhannya, disebabkan oleh kondisi cacat
Salah satu problem yang permanen atau berhentinya perkembangan akal
berhubungan dengan mereka pada usia dini.
adalah tentang pernikahan
Hukum Syar’i Pernikahan Orang Yang
mereka. Bagaimana pandangan Memiliki Gangguan Mental
Ulama tentang itu?. Pertama: Sesungguhnya pernikahan orang-
FU
orang yang mengalami gangguan mental atau Kedua; Cacat pada manusia bertingkat-tingkat.
kekurangan fisik mencakup beberapa hal. Namun, cacat itu berdasar pandangan umum
Berikut ini penjelasannya secara global: bahwa cacat yang tidak menyebabkan akal hilang,
Dibolehkan pernikahan orang-orang yang seperti tuli, bisu, tangan atau kaki yang lumpuh.
mengalami orang cacat dan yang mengalami Dalam kondisi-kondisi ini, orang tersebut boleh
keterbelakangan mental. Memenuhi menikah. Orang itu dihukumi seperti orang sehat.
kebutuhan biologis dan mental bagi mereka Hanya saja, disyaratkan bagi calon pasangannya
merupakan hak yang terjamin bagi mereka, mengetahui hal tersebut dan ridha dengannya,
sebagaimana bagi orang lain. Ini termasuk meskipun ia juga mengalami cacat yang sama. Jika
pedoman pokok dalam menangani orang ia mengalami hal yang sama, tidak cukup dimintai
yang mengalami kekurangan fisik atau mental pendapatnya saja terkait pernikahannya dengan
dan membantunya menjalani aktifitas dalam orang yang cacat.
hidupnya dengan cara-cara yang mendekati Sedangkan orang yang mengalami
aktifitas umumnya orang. Hal itu dilaksanakan keterbelakangan akal dan cacat yang
berdasarkan syarat-syarat berikut dan sesuai menyebabkan akalnya hilang, orang ini hukumnya
syarat-syarat pernikahan yang telah dimaklumi: seperti orang gila. Orang gila boleh menikah,
a. Pihak (calon pasangan) lain mengetahui akan tetapi dengan dengan syarat yang telah
keadaannya dan tahu kondisinya dengan disebutkan sebelumnya.
baik. Sebab, ketidaktahuan tentang itu
bentuk penipuan dan khianat. Ketiga; Pada pernikahan orang yang cacat,
b. Hendaknya pihak lain (calon pasangannya) apapun jenisnya, ada unsur mewujudkan maslahat
bukanlah orang gila atau akalnya hilang. penting.
Maknanya, orang yang mengalami Yaitu, keberadaan orang yang memperhatikan
kekurangan dalam akalnya menikah dengan keadaannya, menangani urusan-urusannya dan
wanita yang berakal sehat. Sebaliknya, memperhatikannya. Sesungguhnya akad nikah
wanita yang mengalami kekurangan dalam Islam bertujuan mewujudkan maksud yang
dalam akalnya menikah dengan lelaki yang lebih besar dari hubungan biologis yang termasuk
berakal sehat. Sebab, berkumpulnya dua tujuan penting pernikahan. Tujuan lainnya juga
orang yang kekurangan akal (dalam rumah untuk mewujudkan ri’ayah (merawat) saling
tangga) tidak mewujudkan kemaslahatan mendukung dan saling menyayangi antara suami-
apapun. Di samping itu, menjadi sebab istri.
timbulnya madharat bagi mereka berdua.
c. Orang yang mengalami kekurangan akal Keempat; Sesungguhnya orang menikahkan
tersebut aman bagi orang lain, bukan sosok dua orang yang mengalami kelemahan akal
yang bersifat memusuhi orang lain dengan adalah wali mereka.
memukul atau melakukan kerusakan. Sebab, dialah orang yang akan memperhatikan
Bila orang itu berkarakter memusuhi kemaslahatan mereka, karena mereka tidak
orang, maka tidak boleh menikah. Sebab, mampu mengurus urusan-urusan mereka dan
pernikahannya akan menjadi sebab mengatur keadaan-keadaan mereka. Sementara
timbulnya madharat. Sementara madharat mengurus orang cacat hukumnya fardhu kifayah
dalam syariat Islam. atas masyarakat untuk membantunya bisa menjadi
d. Para wali wanita ridha dengan pernikahan komponen yang memiliki peran baik di tengah
tersebut, sebab pada pernikahan wanita itu masyarakat, dan supaya ia bebas dari pengaruh-
dengan lelaki yang mengalami kekurangan pengaruh kejiwaan yang kadang muncul pada
dalam akal bisa menimbulkan madharat dirinya.
pada mereka. Ustadz Abu Minhal, Lc
SYKH
U
lama-ulama telah berkontribusi besar dalam Lahir di distrik Jammâ’ili, di daerah Nablus pada
menyebarluaskan ilmu kepada umat Islam. bulan Rabiul akhir tahun 541 H. Ia dikenal dengan
Sumbangan-sumbangan ilmiah mereka al-Maqdisi karena distrik Jammâ’il tempat ia lahir
pada disiplin ilmu yang berbeda-beda. Umat sangat terletak dekat dengan Baitul Maqdis.
membutuhkan karya-karya ilmiah para Ulama tersebut Keluarganya merupakan keluarga mulia,
demi mempelajari dan memahami ajaran-ajaran Islam. sangat mencintai ilmu dan bertekad kuat untuk
Semoga Allâh k senantiasa memberikan balasan mendedikasikan diri untuk ilmu agama. Berdomisili
terbaik bagi mereka. di Baitul Maqdis. Kemudian pindah bersama anak-
Dalam bidang hadits, fokus Ulama berhubungan anak ke Damaskus dan tinggal di dekat Masjid Abu
dengan riwayat hadits, dirayah hadits, gharibil hadits Shalih di luar pintu Timur, lalu pindah di kaki Gunung
dan juga keadaan para perawi hadits. Tentang hal Qosioun.
terakhir, para Ulama menulis nama para perawi Dari keluarga inilah, terlahir sejumlah Ulama.
dan garis nasabnya, guru-guru dan murid-murid Yang paling populer ada dua orang. Pertama, tokoh
mereka, pujian terhadap mereka atau catatan-catatan kita sekarang, Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid
tentang kekurangan pada tingkat hafalan dan ‘adâlah al-Maqdisi t dan Imam Muwaffaquddin Ibnu
(keshalihan) mereka, dan masih banyak lagi. Semua Qudâmah al-Maqdisi t , putra dari bibinya,
itu mereka lakukan demi menjaga dan memelihara penulis kitab al-Mughni dalam Madzhab Hambali.
hadits-hadits Rasûlullâh n . Imam ‘Abdul Ghani
bin ‘Abdul Wahid al-Maqdisi t satu dari deretan Imam Abdul Ghani bin Abdul Wahid al-
nama-nama populer dari kalangan Ulama hadits yang
berkecimpung dalam hal-hal tersebut. Maqdisi t Menimba Ilmu
Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid al-Maqdisi
Lahir dari Keluarga Cinta Ilmu t memulai belajar ilmu agama bersama al-
‘Allamah Syaikh Muhammad bin Ahmad bin
Tokoh kita sekarang ini bernama lengkap ‘Abdul Qudamah al-Maqdisi t yang merupakan
Ghani bin ‘Abdul Wahid bin ‘Ali bin Surûr bin Rafi’ bin pemimpin keluarga besarnya. Kemudian ia belajar
Hasan bin Ja’far Taqiyyuddin Abu Muhammad al- kepada para Ulama kota Damaskus. Di antara
Jammâ’ili ad-Dimasyqi ash-Shâlihi al-Hanbali. 1 gurunya di kota tersebut adalah Abul Makârim bin
1 Al-Bidayatu wan Nihâyah 13/38, Siyaru A’lâmin Nubala 21/444. Hilâl
SYKH
Setelah itu, sebagaimana kebiasaan Ulama, ia yang bertakwa, zuhud, ahli ibadah.
melakukan rihlah (perjalanan jauh) dalam menuntut Dari pernikahan itu, mereka berdua mendapatkan
ilmu. Banyak kota ia datangi. Bahkan sebagian kota ia 4 anak: Muhammad, ‘Abdullah, ‘Abdur Rahman dan
kunjungi lebih dari sekali. Fathimah.
Ia pergi ke kota Mesir, Baghdad, Harrân, Mosul, Tiga putranya kemudian menjadi ulama-ulama
Ashbahan dan Hamadzan. Di kota-kota itu, ia besar dalam bidang Ilmu Fiqih dan Ilmu Hadits.
mendengar dan menulis banyak riwayat hadits dan
Dengan demikian, keluarga ini merupakan keluarga
ilmu.
yang memiliki sejarah yang baik, kedudukan tinggi
Ia menimba ilmu dari Syaikh Abdul Qadir al-Jîli, dalam keilmuan Islam, yang kemudian berpengaruh
Abu Zur’ah al-Maqdisi, Abu Thahir as-Silafi, Abul Fath pada anak-anak keturunan mereka sehingga menjadi
Ibnu al-Biththi, Abul Hasan ‘Ali bin Rabah al-Fara, dan orang-orang yang berilmu dan menaruh perhatian
lain-lain. yang besar terhadap urusan agama.
Negeri Mesir dan Baghdad ia datangi sampai
dua kali. Dalam perjalanan menuju Baghdad untuk Aqidah Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul
thalabul ilmi, Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid Wahid al-Maqdisi
al-Maqdisi ditemani oleh Ibnu Qudamah al-Maqdisi.
Di sana mereka tinggal selama 4 tahun. Orang-orang Aqidah Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid al-
mencintai mereka. Maqdisi merupakan aqidah Salafus Shalih. Beliau
menyebutkan sifat-sifat Allâh k sebagaimana
Di Baghdad, mereka menginap di tempat Syaikh Allâh sebutkan bagi Dzat-Nya dalam Al-Qur`an atau
Abdul Qadir al-Jîli yang memperlakukan mereka menurut penjelasan dari lisan Nabi n, tanpa takyîf,
dengan baik. Selama kurang lebih 40 hari mereka tamtsîl, takwil dan tanpa ta’thîl, sejalan dengan firman
belajar hadits dan fiqih kepada Syaikh Abdul Qadir al- Allâh k:
Jîli hingga akhirnya sang guru wafat.
Imam Ibnu Qudâmah berkata, “Ia (Imam ‘Abdul ﭡ ﭢ ﭣﭤ ﭥ ﭦ ﭧ ﭨ
Ghani al-Maqdisi) adalah kawanku waktu kecil dan
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan
dalam mencari ilmu”.
Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS.
Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid al-Maqdisi Asy-Syura/42:11)
t lebih condong kepada Ilmu Hadits, sementara
Ibnu Qudamah lebih cenderung kepada Ilmu Fiqih. Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid al-Maqdisi
Saat akan pergi ke Asbahan, ia tidak memiliki uang t menulis beberapa kitab dalam aqidah. Kitab-
yang cukup. Namun, Allâh k memudahkannya kitab tersebut sudah sangat cukup menjelaskan
untuk pergi ke sana, karena ada orang yang aqidah yang beliau yakini terutama terkait dengan
membawanya dan mencukupi kebutuhannya di Asma dan Sifat Allâh k.
sana, hingga bisa mendapatkan ilmu dan buku Kitab beliau yang berjudul al-I’qtishâdu fil I’tiqâd,
banyak dari negeri itu. yang merupakan salah satu dari buah salah satu bukti
Demikian uraian singkat tentang perjalanan lurusnya aqidah beliau dalam masalah Asma dan Sifat
Imam ‘Abdul Ghani al-Maqdisi dalam mencari ilmu. Allâh k.
Putra-putri Imam ‘Abdul Ghani bin Tingginya Keilmuan Imam Abdul Ghani
‘Abdul Wahid al-Maqdisi bin Abdul Wahid al-Maqdisi t
Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid al-Maqdisi Keilmuan Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid al-
menikah dengan putri pamannya dari garis ayah Maqdisi t terutama dalam bidang hadits diakui
yang bernama Rabi’ah binti Ahmad bin Muhammad oleh Ulama.
bin Qudâmah al-Maqdasi. Sang istri juga dikenal Imam adz-Dzahabi t memuji Imam ‘Abdul
sebagai orang yang mendalami ilmu hadits, wanita Ghani bin ‘Abdul Wahid al-Maqdisi t dengan
SYKH
deretan pujian-pujian: imam, alim, al-hâfizh yang olah ada orang yang membangunkannya. Kemudian
besar, ash-shâdiq, teladan yang baik, ahli ibadah, ia mengerjakan shalat malam beberapa saat. Lalu
al-atsari (komitmen dengan Sunnah), sosok yang mengambil air wudhu lagi dan mengerjakan shalat
diikuti, ulama terdepan dari para ahli hadits.2 hingga mendekati waktu fajar. Dalam satu malam, ia
At-Tâj al-Kindi t berkata, “Tidak ada setelah bisa berwudhu beberapa kali atau sampai delapan
ad-Daruquthni ahli hadits seperti al-Hâfizh ‘Abdul kali. Alasannya, “Aku tidak suka mengerjakan shalat
Ghani”. kecuali anggota tubuhku masih basah (dengan air
Adh-Dhiya al-Maqdisi t, salah seorang murid wudhu). Selanjutnya, ia tidur sejenak hingga waktu
Imam ‘Abdul Ghani al-Maqdisi pernah berkata, “Dulu fajar. Itulah kebiasaan Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul
guru kami al-Hâfizh (‘Abdul Ghani al-Maqdisi) ketika Wahid al-Maqdisi.
ditaya tentang hadits, hampir-hampir selalu tahu Syaikh al-‘Imâd, saudara sang imam pernah
dan menerangkannya, serta menyebutkan shahih berkata, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang
tidaknya hadits tersebut. Tidaklah ia ditanya tentang lebih menjaga waktunya daripada saudaraku”.
seorang perawi hadits kecuali ia akan menjawab, Selain dikenal sebagai orang yang sangat
‘Ia adalah Fulan bin Fulan al-Fulani, dengan memelihara waktunya, ia juga dikenal sebagai sosok
menyebutkan nasabnya. Ia memang seorang Amirul yang dermawan, zuhud, banyak bersedekah secara
Mukminin dalam Hadits”. sembunyi-sembunyi kepada anak-anak yatim dan
Karya-karya ilmiah Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul janda-janda.
Wahid al-Maqdisi t juga menjadi petunjuk Pandangannya melemah karena banyak menangis
betapa tinggi dan luas ilmu beliau. Beliau menulis dan membaca.
banyak kitab pada aspek keilmuan yang bermacam-
macam. Beliau menulis al-Kamâl fî Asmâir Rijâl, buku Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid al-
besar yang memuat biografi para perawi Kutubus Maqdisi t Wafat
Sittah beserta derajat-derajat mereka dalam hadits.
Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid al-Maqdisi
terus menulis, menyalin dan mengajarkan hadits
Aktifitas Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul serta memberikan ilmu kepada kaum muslimin dan
Wahid al-Maqdisi t Sehari-hari beribadah kepada Allâh k. Fitnah-fitnah dari orang-
Imam ‘Abdul Ghani bin ‘Abdul Wahid al-Maqdisi orang yang dengki sempat menguji beliau. Namun,
t sosok yang sangat menjaga waktunya dengan Allâh k meninggikan namanya dan menjadikan
baik. Ia tidak pernah menyia-nyiakannya. Seusai buku-bukunya bermanfaat bagi kaum Muslimin.
mengerjakan shalaf Subuh, beliau mengajarkan al- Beliau wafat pada hari Senin 23 Rabiul Awal tahu
Qur`an dengan talqin. Kadang juga mengajarkan 600 H dalam usia 57 tahun. Dimakamkan di Qarafah
beberapa hadits dengan cara talqin juga. Setelah itu, di Mesir pada hari Selasa. Banyak ulama dan pejabat
ia bangkit untuk berwudhu. Kemudian mengerjakan yang mengantarkan jenazah beliau ke pemakaman.
shalat 300 rakaat dengan membaca al-Fâtihah dan Semoga Allâh k senantiasa merahmati beliau.
Mu’awwidzatain hingga menjelang Dhuhur. Lalu Amin.
ia tidur sebentar untuk istirahat. Selanjutnya, ia
mengerjakan shalat Dhuhur, dilanjutkan dengan Ustadz Abu Minhal, Lc
menyampaikan hadits, atau menyalin hingga
waktu Maghrib. Jika berpuasa, maka ia buka puasa
dahulu. Bila tidak, maka ia mengerjakan shalat
sunnah (mutlak) dari Maghrib sampai Isya. Seusai
mengerjakan shalat Isya, ia tidur hingga pertengahan
malam atau setelah itu. Lalu ia terbangun seolah-