Anda di halaman 1dari 7

NAMA : LESKA DEVICA

NIM : 2020206203309P

KELAS : 3G KONFERSI

MATAKULIAH : KECERDASAN SPIRITUAL

TUGAS 1

1. Apa anda lakukan ketika memiliki masalah berat dalam hidup anda ?
2. Apa yang terpikir dalam diri anda ?
3. Bagaimana anda memandang diri anda dan lingkungan anda ?
4. Bagaimana anda meminta bantuan ?
5. Apakah anda mengikuti suara hati dalam menyelesaikannya? Bagaimana caranya ?

JAWAB

1. Jika saya memiliki masalah berat dalam hidup ini mangka saya akan lebih
mendekatkan diri kepada ALLAH YME menyerahkan semua kepada ALLAH karna
tidaklah mungkin ALLAH memeberikan cobaan /masalah jika kita tidak mampu
mengatasinya.
2. Yang terpikir dalam diri saya adalah berusaha ,berdoa dan menyerahkan semua
kepada ALLAH YME.
3. Saya melihat diri saya sangat baik dalam berhubungan dengan ALLAH ,sesame
manusia serta lingkungan sekitar.
4. Saya meminta bantuan dengan berdoa kepada ALLAH YME.
5. Terkadang dalam menyelesaikan masalah saya mengikuti kata hati ,keyakinan yang
saya pilih karana pemecahan masalah itu sudah dipikirkan memohon kepada
ALLAH , berdoa sehingga meninbulkana keyakinan dihati bahma inilah cara
menyelesaikan masalahnya atau jalan keluarnya.
NAMA : LESKA DEVICA

NIM : 2020206203309P

KELAS : 3G KONFERSI

MATAKULIAH : KECERDASAN SPIRITUAL

TUGAS 2

Tuliskan visi misi kehidupan anda kemudian buat analisis swotnya untuk menjadi tangguh
tangguh secara pribadi !!!

JAWAB

Visi : dua kalimat syahadat

Misi ; memenuhi perjanjian anatara manusia dan ALLAH YME yang telah
diikrarkan dengan mengucapkan dua kaliamt syahadat.

Analisis swoot :

` Strengths (kekuatan ) : ALLAH YME

` Weaknesses ( kelemahan ) : Masih tergoda dengan bisikan syetan yang lebih memilih
tentang duniawi

` Opportunities ( Peluang ) : Terus belajar dan belajar lagi

` Treats (ancaman ) : Malas

Dengan adanya ALLAH YME mangka saya akan menjadi tangguh tak ada masalah yang
tidak dapat diselesaikan , bismilahirohmannirohim… yakin apa yang sudah digariskan /
ditakdirkan ALLAH tak ada manusia yg bisa merubahnya dan tak ada masalah yang tak ada
jalan keluarnya.
NAMA : LESKA DEVICA

NIM : 2020206203309P

KELAS : 3G KONFERSI

MATAKULIAH : KECERDASAN SPIRITUAL

Tugas 3

Analisa kisah keluarga Abu Dahdah Al Anshoriy dengan aspek ibadah Haji ( insan kamil ).

Jawab :

Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫َمنْ َذا الَّذِي ُي ْق ِرضُ هَّللا َ َقرْ ضًا َح َس ًنا َف ُيضَاعِ َف ُه َل ُه َأضْ َعا ًفا َكث‬
ُ ‫ِير ًة َوهَّللا ُ َي ْق ِبضُ َو َي ْبس‬
‫ُط‬
َ ‫َوِإ َل ْي ِه ُترْ َجع‬
‫ُون‬
“Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan
ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-
Nyalah kalian dikembalikan.” (QS. Al Baqarah: 245)

‫َمنْ َذا الَّذِي ُي ْق ِرضُ هَّللا َ َقرْ ضًا َح َس ًنا َفيُضَاعِ َف ُه َل ُه َو َل ُه َأجْ ٌر َك ِري ٌم‬
“Barang siapa meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan
mengembalikannya berlipat ganda, dan baginya pahala yang mulia.” (QS. Al Hadiid: 11)

‫ِإنْ ُت ْق ِرضُوا هَّللا َ َقرْ ضًا َح َس ًنا يُضَاعِ ْف ُه َل ُك ْم َو َي ْغ ِفرْ َل ُك ْم َوهَّللا ُ َش ُكو ٌر َحلِي ٌم‬
“Jika kalian meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, niscaya Dia melipat
gandakan (balasan) untuk kalian dengan mengampuni kalian. Dan Allah Maha Mensyukuri,
Maha Penyantun.” (Qs. At Taghaabun: 17)
Allah Ta’ala menyebutnya sebagai pinjaman untuk memberitahukan bahwa pahala yang
dijanjikan atas perbuatan tersebut pasti akan mereka dapatkan, sebagaimana orang yang
meminjam pasti akan mengembalikan pinjamannya.
(Lihat Zaadul Masiir fii ‘Ilmit Tafsir karya Imam Ibnul Jauzi)
Ibnu Katsir rahimahullah dalam Tafsir Surat Al Hadid ayat 11 menyebutkan,

“Menurut Umar bin Khathab radhiallahu anhu, makna yang dimaksud ialah membelanjakan
harta untuk keperluan jalan Allah. Menurut pendapat yang lain, nafkah untuk keperluan anak-
anak. Menurut pendapat yang benar, makna ayat ini umum mencakup semuanya. Maka tiap-
tiap orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah dengan niat yang ikhlas dan tekad
yang benar telah termasuk ke dalam makna umum ayat ini.”
Ibnu Katsir menyebutkan,

“Ibnu Abu Hatim mengatakan:

‫َأْل‬
ِ ‫َح َّد َث َنا ْال َح َسنُ بْنُ َع َر َف َة َح َّد َث َنا َخ َلفُ بْنُ َخلِي َف َة َعنْ ُح َم ْي ٍد ا عْ َر ِج َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب‬
‫ْن‬
‫ { َمنْ َذا الَّذِي ُي ْق ِرضُ هَّللا َ َقرْ ضًا‬:‫ت‬ ْ ‫ َلمَّا َن َز َل‬:‫ْن َمسْ عُو ٍد قال‬ ِ ‫ث َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب‬
ِ ‫ار‬ِ ‫ْال َح‬
‫ َيا َرسُو َل هَّللا ِ َوِإنَّ هَّللا َ َلي ُِري ُد ِم َّنا‬: ُّ‫اري‬ ِ ‫ص‬ َ ‫دَاح اَأْل ْن‬ ‫َأ‬
ِ ْ‫َح َسنا َف ُيضَاعِ َف ُه َلهُ} َقا َل بُو ال َّدح‬
ً
ُ‫ َف َن َاو َل ُه َي َده‬:‫ َقا َل‬.ِ ‫َك َيا َرسُو َل هَّللا‬ َ ‫ َأ ِرنِي َيد‬:‫دَاح” َقا َل‬ ‫َأ‬
ِ ْ‫ “ َن َع ْم َيا َبا ال َّدح‬:‫ض؟ َقا َل‬ َ ْ‫ْال َقر‬
‫ُأ‬ ٌ ُ ْ‫ َفِإ ِّني َق ْد َأ ْق َرض‬:‫َقا َل‬
ِ ْ‫ َو َحاِئط َل ُه فِي ِه سِ ُّت ِماَئ ِة َن ْخ َل ٍة َو ُّم ال َّدح‬:‫ َقا َل‬.‫ت َربِّي َحاِئطِ ي‬
‫دَاح‬
:‫ك َقا َل‬ َ ‫ َل َّب ْي‬:‫ت‬ ْ ‫ َقا َل‬.‫دَاح‬ ‫ُأ‬ ‫َأ‬ ُ
ِ ْ‫ َيا َّم ال َّدح‬:‫دَاح َف َنادَا َها‬ ِ ْ‫ َف َجا َء بُو ال َّدح‬:‫ َقا َل‬.‫فِي ِه َوعِ َيال َها‬
‫اخ ُر ِجي َف َق ْد َأ ْق َرضْ ُت ُه َربِّي َع َّز َو َج َّل‬. ْ
telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Arafah, telah menceritakan kepada kami
Khalaf ibnu Khalifah, dari Humaid Al-A’raj, dari Abdullah ibnul Haris, dari Abdullah ibnu
Mas’ud yang menceritakan bahwa ketika ayat berikut diturunkan, yaitu firman-Nya:

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (membelanjakan
hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya.” (Al-
Baqarah: 245)
Maka Abu Dahdah Al-Ansari berkata, “Wahai Rasulullah, apakah memang Allah
menginginkan pinjaman dari kami?” Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam menjawab, “Benar,
Abu Dahdah.” Abu Dahdah berkata, “Wahai Rasulullah, ulurkanlah tanganmu.” Maka
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengulurkan tangannya kepada Abu Dahdah. Lalu
Abu Dahdah berkata, “Sesungguhnya aku meminjamkan kepada Tuhanku kebun milikku.”
Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa di dalam kebun milik Abu Dahdah terdapat enam ratus
pohon kurma, sedangkan istri dan anak-anaknya tinggal di dalam kebun itu. Maka Abu
Dahdah datang ke kebunnya dan memanggil istrinya, “Hai Ummu Dahdah.” Ummu Dahdah
menjawab, “Labbaik.” Abu Dahdah berkata, “Keluarlah kamu dari kebun ini, sesungguhnya
aku telah meminjamkan kebun ini kepada Tuhanku.”
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Murdawaih melalui Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu
Aslam, dari ayahnya, dari Umar radhiallahu anhu secara marfu’ dengan lafaz yang semisal.”
(Tafsir Ibnu Katsir Surat Al Baqarah 245)
Allah Akbar, betapa lembut hati Abu Dahdah radhiallahu anhu! Beliau langsung terkesan
dengan Ayat Al Quran yang baru turun dan langsung mempraktekkannya. Saat memanggil
istrinya agar keluar dari kebun, Abu Dahdah memanggil dari luar kebun dan tidak
memasukinya karena kebun tersebut sudah bukan miliknya.

Imam Ahmad meriwayatkan,

ِ ‫س َأنَّ َر ُجاًل َقا َل َيا َرسُو َل هَّللا‬ ٍ ‫ت َعنْ َأ َن‬ ٍ ‫َح َّد َث َنا َح َسنٌ َح َّد َث َنا َحمَّا ُد بْنُ َس َل َم َة َعنْ َث ِاب‬
‫ِإنَّ لِفُاَل ٍن َن ْخ َل ًة َوَأ َنا ُأقِي ُم َحاِئطِ ي ِب َها َفْأمُرْ هُ َأنْ يُعْ طِ َينِي َح َّتى ُأقِي َم َحاِئطِ ي ِب َها َف َقا َل َل ُه‬
‫َأ َأ َأ‬ ْ ‫َّ َأ‬ ‫ال َّن ِبيُّ َ َّ هَّللا‬
ِ ‫صلى ُ َع َل ْي ِه َو َسل َم عْ طِ َها ِإيَّاهُ ِب َن ْخ َل ٍة فِي ال َج َّن ِة َف َبى َف َتاهُ بُو ال َّدحْ د‬
‫َاح َف َقا َل‬
‫صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َف َقا َل َيا َرسُو َل هَّللا ِ ِإ ِّني‬َ َّ‫ك ِب َحاِئطِ ي َف َف َع َل َفَأ َتى ال َّن ِبي‬ َ ‫ِبعْ نِي َن ْخ َل َت‬
ُ ‫صلَّى هَّللا‬ َ ِ ‫ت ال َّن ْخ َل َة ِب َحاِئطِ ي َقا َل َفاجْ َع ْل َها َل ُه َف َق ْد َأعْ َط ْي ُت َك َها َف َقا َل َرسُو ُل هَّللا‬ ُ ْ‫َق ْد ا ْب َتع‬
‫َاح فِي ْال َج َّن ِة َقا َل َها م َِرارً ا َقا َل َفَأ َتى ا ْم َرَأ َت ُه‬ ‫َأِل‬ ْ َّ
ِ ‫َع َل ْي ِه َو َسل َم َك ْم ِمنْ َعذ ٍق َرا َح ِبي ال َّدحْ د‬
ْ ‫اخ ُر ِجي ِمنْ ْال َحاِئطِ َفِإ ِّني َق ْد ِبعْ ُت ُه ِب َن ْخ َل ٍة فِي ْال َج َّن ِة َف َقا َل‬
ْ ‫دَاح‬ ‫ُأ‬
‫ت َر ِب َح‬ ِ ْ‫َف َقا َل َيا َّم ال َّدح‬
‫ْال َب ْي ُع َأ ْو َكلِ َم ًة ُت ْش ِب ُه َها‬
“Telah menceritakan kepada kami Hasan telah menceritakan kepada kami Hammad bin
Salamah dari Tsabit Al-Bunani dari Anas, ada seseorang laki laki berkata: “Wahai
Rasulullah, si Fulan memiliki pohon kurma yang tumbuh dikebunku yang aku tinggali.
Tolong, perintahkan dia agar memberikannya padaku sehingga aku bisa bertempat tinggal di
kebunku itu.” Maka Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam berkata (kepada si Fulan), “Berikan
saja pohonmu, dan bagimu pohon kurma di surga.” Sayang ia menolaknya. Lalu Abu
Dahdah mendatangi pemilik pohon dan berujar, “Tukarlah pohon kurmamu dengan
kebunku”, maka orang itu menyetujuinya. Lalu Abu Dahdah mendatangi Nabi Shallallahu
Alaihi Wasallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, telah kutukar pohon kurmanya dengan
kebunku.” Rasulullah lantas bersabda, ” Dan sekarang berikan pohon kurmamu kepadanya
karena aku telah memberikan pohon kurma surga padamu.” Lantas Rasul Shallallahu Alaihi
Wasallam bersabda, “Berapa banyak pohon korma yang Abu Dahdah nikmati di surga
kelak.” Rasul mengucapkannya berulangkali.
Anas berkata, “Kontan Abu Dahdah mendatangi istrinya dengan berujar ‘wahai Ummu
Dahdah keluarlah dari kebun ini. Aku telah menukarnya dengan pohon kurma di surga’.
Ummu Dahdah lantas berkomentar, “Beruntunglah perniagaan ini”, atau dengan kalimat
yang semisalnya.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan dimuat dalam kitab Silsilah Al Ahadits
Ash Shahihah no 2964)
Dr. Raghib Sirjani mengatakan,
“Dalam riwayat lain, tatkala istrinya mendengar ucapan suaminya, ia keluarkan kurma dari
mulut anaknya. Dan menumpahkan yang sudah ada di kantong mereka. Mengomentari hal
itu, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Alangkah banyak tandan besar kurma di
surga milik Abu Dahdah.”
Pemilik pohon kurma yang menolak memberikan satu pohon miliknya kepada tetangganya
adalah seorang muslim. Perintah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kepadanya
merupakan anjuran. Tapi orang tersebut menolaknya. Maka Abu Dahdah yang mendengar
percakapan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tersebut berharap untuk mendapatkan
pohon kurma di Jannah yang otomatis pemiliknya akan masuk Jannah. Abu Dahdah segera
memanfaatkan peluang emas ini untuk mendapatkan Jannah, dan menawarkan kepada
pemilik pohon kurma tadi agar menjual padanya dengan harga yang menggiurkan, yaitu
kebun kurmanya yang berisikan enam ratus pohon kurma.

Kekaguman kita tidak hanya kepada kedermawanan Abu Dahdah radhiallahu anhu yang rela
menginfakkan enam ratus pohon kurma untuk mendamaikan dua orang yang berselisih.

Kekaguman kita juga tertuju kepada ketaatan Ummu Dahdah radhiallahu anha kepada
suaminya dan dukungan kepada suaminya untuk mendapatkan ridha Allah.
Ummu Dahdah tidak menegur suaminya mengapa tidak menginfakkan tiga ratus pohon
kurma saja dan menyisakan tiga ratus pohon kurma untuk masa depan anak-anaknya. Tapi
beliau langsung memotivasi suaminya dengan mengatakan bahwa suaminya telah beruntung
dengan perdagangan tersebut.
Dr. Raghib Sirjani mengatakan,
“Abu Dahdah gugur di Perang Uhud pada tahun 3 H. Ada pula yang mengatakan ia wafat di
rumahnya. Sepulang Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dari Perjanjian Hudaibiyah
tahun 6 H. Ada pula yang mengatakan ia wafat beberapa saat setelah Perang Uhud. Inilah
pendapat yang kuat.”

ُ ‫ َوَأع‬،‫ِمْت ِم ْن ُه َو َما َل ْم َأعْ َل ْم‬


‫ُوذ‬ ُ ‫ َما َعل‬،ِ‫ك م َِن ْال َخي ِْر ُكلِّ ِه َعا ِجلِ ِه َوآ ِجلِه‬ َ ُ‫اللَّ ُه َّم ِإ ِّني َأسْ َأل‬
ْ‫ك ِمن‬ َ ُ‫ اللَّ ُه َّم ِإ ِّني َأسْ َأل‬،‫ِمْت ِم ْن ُه َو َما َل ْم َأعْ َل ْم‬
ُ ‫ َما َعل‬،ِ‫ك م َِن ال َّشرِّ ُكلِّ ِه َعا ِجلِ ِه َوآ ِجلِه‬ َ ‫ِب‬
‫ اللَّ ُه َّم ِإ ِّني‬،‫ُّك‬
َ ‫ك َو َن ِبي‬ َ ‫ك ِمنْ َشرِّ َما َعا َذ ِب ِه َع ْب ُد‬ ُ ‫ َوَأع‬،‫ُّك‬
َ ‫ُوذ ِب‬ َ ‫ك َو َن ِبي‬َ ‫ك َع ْب ُد‬ َ ‫َخي ِْر َما َسَأ َل‬
‫ب ِإ َل ْي َها‬ ُ ‫ َوَأع‬،‫ب ِإ َل ْي َها ِمنْ َق ْو ٍل َأ ْو َع َم ٍل‬ َ َّ‫ك ْال َج َّن َة َو َما َقر‬ َ ُ‫َأسْ َأل‬
َ َّ‫ار َو َما َقر‬ ِ ‫ك م َِن ال َّن‬ َ ‫ُوذ ِب‬
‫ض ْي َت ُه لِي َخيْرً ا‬ َ ‫ضا ٍء َق‬ َ ‫ك َأنْ َتجْ َع َل ُك َّل َق‬ َ ُ‫ َوَأسْ َأل‬،‫ِمنْ َق ْو ٍل َأ ْو َع َم ٍل‬
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu seluruh kebaikan yang segera (dunia) dan
yang tertunda (akhirat), kebaikan yang aku ketahui dan yang tidak aku ketahui.
Dan aku berlindung kepadaMu dari segala keburukan yang segera (dunia) dan yang tertunda
(akhirat), yang aku ketahui dan yang tidak aku ketahui.

Aku meminta kepada-Mu kebaikan semua doa yang pernah diminta oleh hamba dan nabi-
Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan, yang hamba dan nabi-Mu pernah
berlindung darinya.

Aku memohon surga kepadaMu dan segala perkataan dan perbuatan yang mendekatkan
kepadanya. Aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan segala perkataan dan perbuatan yang
mendekatkan kepadanya.

Aku memohon kepada-Mu agar menjadikan segala sesuatu yang telah Engkau takdirkan
untukku sebagai kebaikan bagiku.”

(HR. Ahmad 25019, Ibnu Majah 3846 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Dari kisah keluarga Abu Dahdah Al Anshoriy dapat dianalisa dengan aspek ibadah Haji
( insan kamil ) yaitu ,

- Haji merupakan suatu lambang dari puncak ketangguhan pribadi dan puncak
ketangguhan social.
- Haji adalah sublimasi dari seluruh kecerdasan emosi dan spiritual berdasar nilai ihsan
rukun imamn dan rukun islam sehingga menghasilkan ketangguhan jiwa yang luar
biasa.
- Secara social haji merupakan symbol kolaborasi tertinggi , yaitu suatu pertemuan
pada skala tertinggi, dimana semua islam melaksanakan langkah sama dengan
landasan prinsip sama (contoh ketangguhan social yang sesungguhnya ).
- Insan kamil secara bahasa adalah manusia yang sempurna. Manusia yang sempurna
ditunjukan pada pengembangan potensi intelektual , ruhaniah , intuisi , kata hati ,
akal sehat , fitrah , dan yang bersifat batiniah .

Dilihat dari kisah keluarga Abu Dahdah Al Anshoriy maka keluarga Abu Dahdah Al
Anshoriy adalah keluarga yg sudah mencapai puncak ketangguhan pribadi dan ketangguhan
social. Keluarga yang sudah memiliki ketangguhan jiwa yang luar biasa , bisa disimpulkan
bahwa keluarga Abu Dahdah Al Anshoriy adalah manusia yang sempurna.

Anda mungkin juga menyukai