PNEUMONIA
OLEH
LESKA DEVICA
NIM :2022207209049
1. Definisi/Pengertian
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agen infeksisus ( Brunner & Suddarth, 2012). Pneumonia adalah peradangan paru yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, maupun jamur (Medicastore).
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya
dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA). Dengan gejala batuk dan disertai
dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma
(fungi) dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologis (Nursalam, 2015).
2. Etiologi
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet atau sering disebabkan oleh streptoccus
pneumonia, melalui slang infuse oleh staphylococcus aureus sedangkan pada pemakaian
ventilator oleh p. Aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan
keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan
antibiotik yang tidak tepat.
Setelah masuk ke paru paru organism bermultiplikasi dan, jika telah berhasil
mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pneumonia. Selain di atas penyebab
terjadinya pneumonia sesuai penggolongannya yaitu :
1. Bacteria : diploccus pneumonia, pneumocaccus, streptokokus hemolyticus,
streptokoccus aureus, hemophilus influenzae, mycobacterium tuberkulosis,
bacillus friedlander.
2. Virus : respiratory syncytial virus, adeno virus, V.Ssitomegalitik,
V.Influenza.
3. Mycoplasma pneumonia
4. Jamur : histoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans, blastomyces
dermatitides, coccidodies immtis, aspergillus, species, candida albicans.
5. Aspirasi : makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda
asing
6. Pneumonia hipostatik
7. Sindrom loeffler
(Nursalam, 2015)
3. Patofisiologi
Pneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh bakteri yang
masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan paru. Bakteri pneumokok ini dapat
masuk melalui infeksi pada daerah mulut dan tenggorokkan, menembus jaringan mukosa lalu
masuk ke pembuluh darah mengikuti aliran darah sampai ke paru-paru dan selaput otak.
Akibatnya timbul peradangan pada paru dan daerah selaput otak. Inflamasi bronkus ditandai
adanya penumpukan sekret sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual.
Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps
alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan
jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru
dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi untuk melembabkan
rongga pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak
lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi nafas, hipoksemia,
asidosis respiratorik, sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya
gagal napas. ( Misnadiarly, 2018 ).
4. Manifestasi Klinis
a. Dispnea a. Demam
b. Takipnea (laju pernafasan >60 b. Membebat hemotoraks yang sakit
kali/menit). c. Hipoksemia
c. Nyeri dada pleuritik d. Bunyi pekak saat perkusi
d. Demam tinggi (suhu 39-40’C) e. Krakles
e. Menggigil f. Tidak ada bunyi napas pada bidang paru
f. Hemoptisis yang dakit
g. Batuk produktif dengan sputum berbusa g. Rongent dada mungkin menunjukkan
atau purulen infiltrat, konsolidasi, atau opasifikasi
(Asih, Niluh., 2013)
Kelompok umur Criteria pneumonia Gejala klinis
Batuk bukan pneumonia Tidak ada napas cepat dan tidak ada
tarikan dinding dada bagian bawah
pneumonia Adanya napas cepat dan tidak ada
2 bulan - < 5 tahun tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam
Pneumonia berat Adanya tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam
Bukan pneumonia Tidak ada napas cepat dan tidak ada
tarikan dinding dada bagian bawah
< 2 bulan kedalam yang kuat
Pneumonia berat Adanya napas cepat dan adanya tarikan
dinding bawah kedalam yang kuat
Rontegen dada
Ketidak normalan mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada. Foto thorax bronkopeumonia terdapat bercak-bercak infiltrat
pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi
pada satu atau beberapa lobus.
Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah.
Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV),
karakteristik sel raksasa (rubella).
6. Komplikasi
Komplikasi Berdasarkan Jenis Pneumonia (Smeltzer, 2012)
JENIS KOMPLIKASI
PNEUMONIA BAKTERIAL
Pneumonia streptokokus Syok
Efusi pleura
Superinfeksi
Perikarditis
Otitis media
Pneumonia stafilokokus Pneumotoraks/efusi pleural
Abses paru
Empiema
Meningitis
Pneumonia klebsiella Abses paru multiple dengan pembentukan kista
Empiema
Perikarditis
Efusi pleura.
Pneumonia pseudomonas Mencakup peronggaan paru
hemoragi dan infark paru
Haemophilus influenza Abses paru
Efusi pleura
PNEUMONIA ATIPIKAL
Penyakit Legionnaires Hipotensi
Syok
Gagal ginjal akut
Pneumonia mikoplasma Meningitis aseptic
Menigoensefalitis
Perikarditis
Miokarditis
Pneumonia virus Infeksi bacterial
Superimposed
Bronkopenia
Pneumonia pneumosistis carinii (PCP) Gagal nafas
Pneumonia klamidia (Pneumonia TWAR) Infeksi
ARDS
Tuberkulosis ARDS
7. Penatalaksanaan Pneumonia
a. Tindakan suportif (Setyoningrum,2016)
Pemberian oksigen yang adekuat untuk mempertahankan PaO2> 8 kPa (SaO2<
90%) melalui kateter hidung atau masker. Jika penyakitnya berat dan sarana
tersedia, alat bantu nafas mungkin diperlukan terutama bila terdapat tanda gagal
nafas.
Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat. Resusitasi cairan intravena untuk
memastikan stabilitas hemodinamik. Cairan rumatan yang diberikan mengandung
gula dan elektrolit yang cukup. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu
dan status hidrasi. Pasien yang mengalami sesak yang berat dapat dipuasakan,
tetapi bila sesak sudah berkurang asupan oral dapat segera diberikan. Pemberian
asupan oral dapat diberikan bertahap melalui NGT drip susu atau makanan cair.
Dapat dibenarkan pemberian retriksi cairan 2/3 dari kebutuhan rumatan, untuk
mencegah edema paru dan edema otak akibat SIADH (Syndrome of Inappropriate
Anti Diuretic Hormone)
Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan normal salin untuk
memperbaiki transpor mukosiliar.
Koreksi kelainan elektrolit / metabolik yang terjadi misalnya hipoglikemia dan
asidosis metabolik.
Mengatasi penyakit penyerta seperti kejang, demam, diare dan lainnya serta
komplikasi bila ada.
Bantuan ventilasi: ventilasi non invasif (misalnya tekanan jalan napas positif
kontinu (continous positive airway pressure), atau ventilasi mekanis mungkin
diperlukan pada gagal napas.
Fisioterapi dada dengan drainage postural, bronkoskopi & suction dapat diberikan
untuk membantu pasien mengeluarkan sekret di saluran pernafasan. Dan hidrasi
untuk mengencerkan sekresi sekret.
Terapi antibiotika(Setyoningrum,2016)
Sesuai dengan kebijakan Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (P2ISPA), antibiotika yang dipakai untuk pengobatan
pneumonia adalah kotrimoksasol (480 mg dan 120 mg) dengan pemberian selama
5 hari. Antibiotika yang dapat dipakai sebagai pengganti kotrimoksasol ialah
ampisilin, amoksisilin, dan prokain penisilin. Kotrimoksasol adalah antibiotika
yang diprioritaskan oleh WHO dengan pertimbangan sebagai berikut :
Resistensinya belum pernah dilaporkan.
Harganya murah dan mudah didapat.
Sangat mudah cara pemberiannya yaitu cukup dua kali sehari selama 5 hari
(bila dibandingkan dengan antibiotika lain pemberiannya harus empat kali
sehari).
a. Golongan beta-laktam (Penisilin, Sefalosporin, Karbapenem dan monobaktam)
digunakan untuk terapi pneumonia karena bakteri seperti Streptococcus pneumoniae,
Haemophillus influenzae dan Staphyloccocus aereus.
b. Golongan Sefalosporin digunakan untuk pneumonia berat, terutama bila penyebabnya
belum diketahui.
c. Golongan penisilin digunakan pada pneumonia ringan – sedang.
d. Ampisilin digunakan pada pneumonia karena Streptococcus dan Pneumococcus dsb.
(bakteri gram +)
e. Ampisilin dan Kloramfenikol digunakan pada pneumonia karena Hemofilus dsb.
(bakteri gram -)
f. Pada keadaan imunokompromais (gizi buruk, penyakit jantung bawaan, gangguan
neuromuskular, keganasan, pengobatan kortikosteroid jangka panjang, fibrosis kistik
dan infeksi HIV), pemberian antibiotik harus segera dimulai saat tanda awal
pneumonia didapatkan dengan pilihan antibiotik : sefalosporin generasi 3. Dapat
dipertimbangkan juga pemberian :
Kotrimaksasol pada Pneumonia Pneumokistik Karinii
Anti viral (Asiklovir, gansiklovir) pada pneumonia karena sitomegalovirus
Anti jamur (amphotericin B, ketokenazol, flukonazol) pada pneumonia karena
jamur
g. British Thoracic Society (BTS) merekomendasikan bahwa antibiotik secara parental
diberikan pada anak-anak dengan pneumonia berat / anak yang tidak bisa menerima
antibiotika oral
h. Pemberian antibiotik biasanya diberikan sesuai jenis infeksius pneumonia, jika pada
pneumonia selain bekteri maka pemberian antibiotik bertujuan untuk mengurangi
resiko infeksi bakteri sekunder.
i. Sedangkan untuk pengobatan simptomatik demam yang muncul dapat diberikan
parasetamol (500 mg), pemberian setiap 6 jam selama 2 hari, dengandosis :
1
2 bulan - <6 bulan tablet 500mg
8
1
6 bulan - < 3 tahun tablet 500mg
4
1
3 tahun - < 5 tahun tablet 500mg
2
A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang dirasakan klien
Usaha yang dilakukan klien untuk mengatasi keluhan
b. Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita ISPA
Riwayat terjadi aspirasi
Sistem imun anak yang mengalami penurunan
c. Riwayat penyakit keluarga
Ada anggota keluarga yang sakit ISPA
Ada anggota keluarga yang sakit Pneumonia
2. Pemeriksaan fisik keperawatan
Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang biasanya muncul,
yaitu:
a. Keadaan umum : tampak lemah dan sesak nafas
b. Kesadaran : tergantung tingkat keparahan bisa somnolent
c. Tanda-tanda vital
TD : hipertensi
Nadi : takikardi
RR : takipnea, dispnea, nafas dangkal
Suhu : hipertermi
d. Kepala : tidak ada kelainan
e. Mata : konjungtiva bisa anemis
f. Hidung : jika sesak akan terdengar nafas cuping hidung
g. Paru
Inspeksi : pengembangan paru berat, tidak simetris kiri
dan kanan, ada penggunaan otot bantu nafas
Palpasi : adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus
pada daerah yang terkena.
Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan,
normalnya timpani.
Auskultasi : bisa terdengar ronki
h. Jantung : jika tidak ada kelainan jantung, pemeriksaan jantung
tidak ada kelemahan.
i. Ekstremitas : sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi.
3. Diagnostik test
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah menunjukkan leukosistosis dengan predominan PMN
atau dapat ditemukan leucopenia yang menandakan prognosis buruk.
Dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
b. Pemeriksaan radiologis
Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia
Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris
C. Intervensi Keperawatan
8.Ajarkan teknik
batukefektif
4.Fasilitasi mengubah
posisi senyaman mungkin
5.Berikan oksigenasi
sesuai kebutuhan
6.Ajarkan melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam
7.Ajarkan mengubah
posisi secara mandiri
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2012
Khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/03/askep-bronchopneumonia
Khairuddin. 2009. Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Kasus Pneumonia yang
Dirawat pada Bangsal Penyakit Dalam di RSUP dr. Kariadi Semarang Tahun 2008.
Semarang: FKUNDIP
Misnadiarly. 2018. Penyakit Infeksi Saluran Nafas Pneumonia pada Anak,Orang Dewasa,
Usia Lanjut. Jakarta: Pustaka Obor Populer
Nursecerdas.wordpress.com/2009/05/02/askep-anak-dengan-pneumonia/)
http://medicastore.com/penyakit/441/Pneumonia_radang_paru.html
Setyoningrum, R.A. 2016. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak XXXVI : Pneumonia.
FK Unair RSUD Dr. Soetomo. Surabaya)
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia . Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia . Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.