Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

Disusun Oleh :
Karimah (1440119030)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PRODI D III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2021

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi saya kekuatan dan petunjuk untuk
menyelesaikan tugas makalah ini Tanpa pertolongannya saya tidak bisa menyelesaikan tugas
makalah “Makalah Asuhan Keperawatan Anak Dengan Pneumonia” ini dengan baik.

Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan nak . Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Anak dengan
Pneumonia bagi para pemabaca dan juga bagi penulis.
Saya menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 4 Desember 2021


Penyusun

DAFTAR ISI

BAB 1
PENDAHULUAN

• Latar Belakang

Pneumonia merupakan penyakit paru-paru yang terjadi karena adanya infeksi akut
pada jaringan paru-paru yang membuat nafas menjadi sesak dan asupan oksigen sedikit
dengan tanda gejala seperti batuk,demam, hingga sesak nafas(LIPI, Research Center for
Biotechnology & Invasif, 2013).

Insiden kejadian pneumonia paling sering terjadi pada anak usia kurang dari5
tahun dan orang dewasa yang berusia lebih dari 75 tahun, pada anak usia di bawah 5
tahun khususnya di negara berkembang, pneumonia diperkirakan menjadi pembunuh
lebih dari 2 juta anak-anak setiap tahunnya (Kusnugroho & Pardede, 2013). Menurut
(WHO, 2015) pneumonia adalah salah satu penyakit pernafasan yang banyak menyerang
anak-anak dan menjadi penyebab kematian terbesar pada anak-anak di dunia , hal ini
dibuktikan masih tinggiya angka kematian anak-anak dengan pneumonia diseluruh dunia
yang mencapai 920.136 anak di bawah usia 5 tahun pada tahun 2015. Indonesia adalah
salah satu negara berkembang yang memiliki angka kejadian pneumonia yang cukup
tinggi.

• Batasan Masalah

Pada pembahasan ini hanya membatasi konsep teori penyakit dan konsep asuhan
keperawatan pada pasien pneumonia.

• Rumusan Masalah

• Bagaimana konsep teori dari pneumonia?

• Bagaimana konsep askep pasien dengan pneumonia ?

• Tujuan

• Tujuan umum

Untuk memahami tentang asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia

• Tujuan khusus

• Untuk memahami tentang konsep teori dari pneumonia

• Untuk memahami tentang konsep askep pneumonia


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

• KONSEP PENYAKIT
• Definisi

Pneumonia merupakan radang parenkim paru. Pneumonia dapat disebabkan


oleh virus, bakteri, myoplasma, atau jamur. Virus pernafasan paling sering
menyebabkan pneumonia pada anak yang lebih kecil dan paling jarang menyebabkan
pneumonia pada anak yang lebih besar. Pneumonia virus biasanya lebih dapat
ditoleransi oleh anak semua usia. Anak yang mengalami pnemonia bakteri cenderung
menunjukkan penampilan toksik, tetapi mereka secara umum cepat pulih jika terapi
antibiotik yang tepat segera dimulai.
Pneumonia biasanya merupakan penyakit yang sembuh sendiri. Anak yang
mengalami pneumonia berulang harus menjalani evaluasi penyakit paru kronik,
seperti asma atau fibrosis kistik.

Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus tensi dengan cairan,


dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang kedalam dinding alveol dan rongga
interstisium.

Pneumonia adalah radang parenkim paru. Dalam keadaaan normal, paru


dilindungi terhadap infeksi berbagai mekanisme. Infeksi paru bisa terjadi bila salah
satu atau lebih dari mekanisme pertahanan terganggu dan organisme secara aspirasi
atau melalui penyebaran hematogen. Aspirasi adalah cara yabg sering terjadi.

Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau peradangan parencgyma paru


yang terjadi pada anak. Pneumonia adalah radang parenkim paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme tetapi kadang juga sejumlah penyebab non infeksi. (Ngastiyah,
2014 : 57).

• Etiologi

Infeksi

• Virus pernafasan yang paling sering dan lazim yaitu mycoplasma pneumonia yang
terjadi pada usia beberapa tahun pertama dan anak sekolah dan anak yang lebih
tua.

• Bakteri streptococcus pneumoniae, S pyogene, dan staphylococcus aueus yang


lazim terjadi pada anak normal.

• Haemophilus influenzae tipe b menyebabkan pneumonia bakteri pada anak muda,


dan kondisi akan jauh berkurang dengan penggunaan vaksin efektif rutin

• virus non-respirasik, bakteri interik gram negatif, mikobakteri, Coxiella,


pneumocytis carinil, dan sejumlah jamur

• virus penyebab pneumonia yang paling lazim adalah virus sinsitial pernafan,
prainfluenzae, influezae dan adenovirus. (Manurung & kk, 2013: 94).

• Manifestasi Klinis

Pneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratori bagian atas selama
beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat celcius
dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dyspnea,
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar
hidung dan mulut. Kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak
ditemuakan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering
kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi
dengan adanya napas dangkal dan cepat, pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar
hidung dan mulut dapat diduga adanay pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung
daripada luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan
kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus
dana tau sedang. Bila seorang bronchopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin
pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernapasan pada auskultasi terdenar
mengeras. Pada stadium resolusi, ronki terdengar lagi (Ngastiyah, 2014 ; 58-59).

• Keluhan utama berupa batuk (80%)

• Nyeri dada (tampak sangat sakit dan berkeringat)

• Demam tinggi pada 5-10 hari pertama

• Sesak nafas (lebih-lebih bila ada komplikasi)

• Produksi sputum mukoid, purulen, warna seperti karat

• Pusing, anoreksia, malaise, mual sampai muntah.

• Patofisiologi

Kuman masuk kedalam jaringan paru-paru melalui saluran nafas bagian atas
menuju ke bronkiolus dan alveolus. Setelah bakteri masuk dapat menimbulkan reaksi
peradangan dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein.

Kuman pneuomokokus dapat meluas dari alveoli keseluruh segmen atau lobus.
Eritrosit dan leukosit mengalami peningkatan, sehingga alveoli penuh dengan cairan
edema yang berisi eritrosit, fibrin dan eritrosit menjadi sedikit.

Setelah itu baru tampak berwarna abu-abu kekuningan. Perlahan sel darah merah
yang akan amsuk ke alveoli menjadi mati dan terdapat eksudat pada alveolus
sehingga membran dari alveolus akan mengalami kerusakan yang dapat
mengakibatkan gangguan proses defusi osmosis oksigen dan berdampak pada
penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh darah.
Secara klinis penderita mengalami pucat sampai sianosis. Terdapatnya cairan
purulent pada alveolus menyebabkan peningkatan tekanan pada paru, dan dapat
menurunkan kemampuan mengambil oksigen dari luar serta mengakibatkan
berkurangnya kapasitas paru. Sehingga penderita akan menggunakan otot bantu
pernafasan yang dapat menimbulkan retraksi dada.

Secara hematogen maupun lewat penyebaran sel, mikroorganisme yang ada


diparunakan menyebar ke bronkus sehingga terjadi fase peradangan lumen bronkus.
Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan produksi mukosa dan peningkatan
gerakan silia sehingga timbul reflek batuk. (Manrung & kk, 2013: 94).
Pathway

Streptocococus, staphylocococus,dll

Saluran nafas bagian atas

Bronchiolus

Alveoli
Reaksi radang pada
bronchus dan alveolus
akumulasi sekret mengganggu kerja

obstruksi jalan nafas fibrosis dan pelebaran


makrofag

gangguuan ventilasi atelektasis infeksi


gangguan difusi peradangan/ inflamasi
oedema
kapasitas transportas o2
dispnea
peningkatan
prekuensi nafas

merangsang RAS
batuk
sulit tidur reseptor peradangan
penekanan difragma
hipotalamus
tekanan intra abdomen
saraf pusat suhu tubuh meningkat

anoreksia

nutrisi berkurang

peningkatan metabolisme

• Klasifikasi

• Berdasarkan klinis dan epidemiologi

• Pneumonia yang didapat dimasyarakat (CAP) disebabkan pneumokokus

• Pneuomonia yang didapat di RS (Hospital Acquaired Pneumonia/Nosokomial


Pneumonia ) biasanya disebabkan bakteri gram negatif dan angka kematian
lebih tinggi.

• Berdasarkan kuman penyebab

• Phneumonia bakterialis/topikal, dapat terjadi pada semua usia, beberapa


kuman tendensi menyerang seseorang yang peka, misal :

• Klebsiela pada orang alkoholik

• Stapilokokus pada influenza


• Pneumonia atipikal, sering mengenai anak dan dewasa muda dan disebabkan
oleh mycoplasma, clamidia dan coxlella.

• Pneumonia karena virus, sering pada bayi dan anak

• Pneumonia karena jamur, sering disertai infeksi sekunder terutama pada orang
dengan daya tahan ,lemah dan pengobatanya lebih sulit.

• Berdasarkan prediksi infeksi

• Pneumonia lobaris, mengenal satu lobus atau lebih, disebabkan karena


obstruksi bronkus, misalnya aspirasi benda asing, proses keganasan.

• Bronkopneumonia, adanya bercak-bercak infiltrat pada paru dan disebabkan


oleh virus atau bakteri.

• Komplikasi

• Efusi pleura dan emfiema

• Komplikasi sistemik

• Hipoksemia

• Pneumonia kronik

• Bronkietasis.

• KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

• Pengkajian

• Identitas

Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak, terbanyak pada usia dibawah tiga
tahun dan kematian terbanyak pada bayi kurang dari 2 bulan.
• Status kesehatan saat ini

• Keluhan utama

Keluhan utama klien dengan pneumonia adalah sesak nafas, batuk, dan
peningkatan suhu tubuh atau demam.

• Alasan Masuk Rumah Sakit

Klien mengalami demam (39º-40º C) kadang-kadang disertai kejang Karena


demam yang tinggi, anak sangat gelisah, dan adanya nyeri dada yang terasa
seperti ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk, pernafasan
cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar
hidung dan mulut.
• Riwayat penyakit sekarang

Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Apabiila klien


mengatakan batuk, maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama, dan
lama keluhan batuk muncl. Keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan
tidak berkurang setelah minum obat. Pada awalnya keluhan batuk non
produktif,lama kelamaan menjadi batukproduktif dengan mukus purulent
kekuningan, kehijauan, kecoklatan, atau kemerahan dans ering kali berbau
busuk. Klien biasanay mengeluh mengalami demam tinggi dan mengigil serta
sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan, dan lemas.

• Riwayat kesehatan terdahulu

• Riwayat penyakit sebelumnya

Sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas dan riwayat


penyakit fertusis.

• Riwayat penyakit keluarga

Anggota keluarga yang pernah mengalami TBC, pneumonia, atau penyakit


saluran pernafasan lainya dapat menularkan pada keturunanya.

• Riwayat lingkungan
• Pemeriksaan fisik

• Kesadaran umum

• Kesadaran

Keadaan umum klien dengan pneumonia dapat dilakukan dengan menilai


keadaan fisik bagian tubuh. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien
dengan pneumonia biasanya mengalami peningkatan suhu rubuh yaitu
lebih dari 40 C, frekuensi nafas meningkat.

• Tanda-tanda vital

menurut Riyadi (2019:73)


Tekanan darah : Meningkat (sistolik > 75-115, diastolik > 45-80)
Nadi : Meningkat (takikardia relatif) > 100x/ menit
Respirasi : Meningkat (30-40 x/ menit)
Suhu : Meningkat (39º - 40ºC)
• Body sistem
• Sistem pernafasan
Peningkatan kecepatan respirasi, retraksi, nyeri dada, krekel, penurunan
suara nafas, pelebaran nasal, sianosis, batuk produktik, ronchi.
• Sistem kardiovaskuler

Takikardi

• Sistem persyarafan

Sakit kepala, iritabilitas, kesulitan tidur

• Sistem pencernaan

Penurunan nafsu makan, nyeri abdomen

• Sistem integumen

Perubahan temperatur tubuh, sianosis sirkumoral

• Sistem muskuluskeletal

Kegelisahan, fatigue
• Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menegakkan diagnosa

• Kultur darah, leukosit, led

• Pemeriksaan sputum gram dan kultur sputum dengan sempel adekuat

• Sekresi respirasi

• Radiologi dada menunjukkan infiltrat mungki lobus tunggal paru (pneumonia


lobus) atau mungkin lebih difus (bronkho pneumonia )

• Penatalaksanaan

• Antibiotika diberikan sesuai penyebabnya

• Ekspektoran yang dapat dibantu dengan postural drainase

• Rehidrasi yang cukup dan adekuat

• Latihan nafas dalam dan batuk efektif sangat membantu

• Oksigenasi sesuai dengan kebutuhan dan sangat adekuat

• Isolasi pernafasan sesuai dengan kebutuhan

• Diet tinggi kalori dan tinggi protein

• Terapi lain sesuai dengan komplikasi.

• Diagnosa Keperawatan

• Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk


mempertahankan jalan nafas tetap paten.

Penyebab :

• Spasme jalan nafas

• Hipersekresi jalan nafas

• Disfungsi neuromuskuler
• Benda asing dalam jalan nafas

• Adanya jalan nafas buatan

• Sekresi yang tertahan

• Hiperplasia dinding jalan nafas

• Proses infeksi

• Respon alergi

• Efek agen farmakologis

Gejala dan tanda mayor

• Subjektif

• Objektif

• Batuk efektif

• Tidak mampu batuk

• Sputum berlebih

• Mengi, wheezing dan atau ronkhi kering

• Mekonium dijalan nafas (pada neonatus)

Gejala dan tanda minor

• Subjektif

• Dispnea

• Sulit bicara

• Ortopnea

• Objektif

• Gelisa

• Sianosis
• Bunyi nafas menurun

• Frekuensi nafas berubah

• Pola nafas berubah

Kondisi klinis terkait

• Bullian barre syndrome

• Sklerosis multiple

• Myasthenia gravis

• Prosedur diagnostik

• Depresi sistem saraf pusat

• Cedera kepala

• Infeksi saluran nafas

• Gangguan Pertukaran Gas

Definisi : kelebihan atau kekurangan oksigenasi da atau eliminasi karbondioksida


pada membran alveolus-kapiler

Penyebab :

• Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

• Perubahan membran alveolus-kapiler

Gejala dan tanda mayor

• Subjektif

• Dispnea

• Objektif
• PCO2 meningkat

• PCO2 menurun

• Takikardia

• Ph arteri meningkat/menurun

• Bunyi nafas tambahan

Gejala dan tanda minor

• Subjektif

• Pusing

• Penglihatan kabur

• Ojektif

• Sianosis

• Diaforesis

• Gelisah

• Pola nafas abnormal (cepat/lambat, regural/iregural, dalam/dangkal)

• Kesadaran menurun

Kondisi klinis terkait

• Penyakit paru obstruktif kronis

• Gagal jantung kongesif

• Asma

• Pneumonia

• Tuberkolosis paru

• Infeksi saluran nafas

• Pola Nafas Tidak Efektif


Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.

Penyebab :

• Depresi pusat pernafasan

• Hambatan upaya nafas (nyeri saat bernafas, kelemahan otot pernafasan)

• Deformitas dinding dada

• Deformitas tulang dada

• Gangguan neuromuscular

• Penurunan energi

• Obesitas

• Posisi tubuh yanng menghambat ekspansi paru

• Syndrom hipoventilasi

Gejala dan tanda mayor

• Subjektif

• Dispnea

• Objektif

• Penggunaan otot bantu

• Fase ekspirasi memanjang

• Pola nafas abnormal (takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul)

Gejala dan tanda minor

• Subjektif

• Ortopnea

• Objektif

• Pernafasan pursed-lip
• Pernafasan cuping hidung

• Ventilasi semenit

• Tekanan ekspirasi/inspirasi menurun

• Ekskursi dada berubah

Kondisi klinis terkait

• Depresi sistem saraf

• Cedera kepala

• Trauma thorak

• Gullian barre syndrome

• Myasthenia gravis

• Intervensi

• Bersihan jalan nafas tidak efekif

• Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien


menunjukkan bersihan jalan anafs yang efektif, kepatenan jalan anfas, dapat
mengeluarkan sekret, batuk efektif, suara nafas vesikuler.

• Kriteria hasil : pasien akan abtuk efektif, mengeluarkan secret secara efektif,
memiliki jalan nafas yang paten, suara nafas jernih, fungsi paru dalam batas
normal

• Intervensi SIKI

Tindakan

• Observasi

Identifikasi kemampuan batuk

Monitor adanya retensi sputum


Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas

Monitor input dan output cairan

• Terapeuptik

Atur posisi semi-Fowler atau fowler

Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien

Buang skret pada tempat sputum

• Edukasi

Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama
2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan mulut mencucu selama 8
detik

Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali

Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalama yang ke-
3

• Kolaborasi

Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran jika perlu.

• Gangguan pertukaran gas

• Tujuan : bersihan jalan nafas efektif, kepatenan jalan nafas, dapat


mengeluarkan sceret, dan batuk efektif, suara nafas vesikuler.

• Kriteria hasil:

• Mempunyai fungsi paru dalam batas normal

• Memounyai ekspansi

• Menjelaskan rencana perawatan dirumah


• Tidak memakai pernafasan bibir mencucu

• Tidak mengalami nafas dangkal/ortopnea

• Intervenasi

• Observasi

Monitor frekuensi, irama, kedalam dan upaya nafas

Monitor pola nafas

Monitor kemampuan batuk efektif

Monitor adanya produksi sputum

Monitor adanya sumbatan jalan nafas

Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

Auskultasi bunyi nafas

Monitor saturasi oksigen

Monitor hasil x-ray toraks

• Terapuptik

Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien

Dokumentasi hasil pemantauan

• Edukasi

Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

• Pola nafas tidak efektif

• Tujuan : setelah melakuakn tindakan keperawatan diharapakan pasien akan


menunjukkan gangguan pertukaran gas yang berkurang yang akan dibuktikan
oleh tidak terganggunya respon alergi.

• Kriteria hasil :
• Memiliki fungsi paru dalam batas normal

• Mempunyai ekspansi paru yang simetris

• Menjelaskan rencana perawatan dirumah

• Tidak mengalami ortopnea

• Tidak menggunakan otot tambahan pernafasan

• Intervensi SIKI

• Observasi

Monitor posisi selang endotrakeal (ETT) terutama setelah mengubah


posisi

Monitor tekanan balon (ETT) setiap 4-8 jam

Monitor area stoma trakeostomin

• Terapeuptik

Kurangi tekanan balon secara periodik tiap shift

Pasang oropharingeal airway (OPA) untuk mencegah ETT tergigit

Cegah ETT terlipat (kinking)

Berikan pre-oksigenasi 1000% selama 30 detik(3-6kali) sebelum dan


setelah pengisapan

Berikan volume pre-oksigenasi

Ganti fiksasi ETT setiap 24 jam

Ubah posisi ETT secara bergantian

Lakukan perawatan mulut

Lakukan perawatan stoma

• Edukasi

Jelaskan pasien dan/atau keluarga tujuan da prosedur pemasangan jalan


nafas buatan

• Kolaboasi

Kolaborasi intubasi ulang jika terbentuk mucous plug yang dapat


dilakukan pengisapan

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai