Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN PENYAKIT MIOMA UTERI

RSD dr. SOEBANDI

Disusun oleh:
Indah kuni zakiya
14.401.19.028

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2022
A. KONSEP MIOMA UTERI
1. Pengertian

Mioma Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari


otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga
dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leimioma,
atau pun fibroid.Mioma uteri adalah tumor benigna yang
berhubungan dengan otot polos uterus[ CITATION Ami15 \l 1057 ].
Mioma uteri merupakan tumor kandungan yang
terbanyak pada organ reproduksi wanita. Kejadiannya lebih
tinggi antara 20% – 25 % terjadi pada wanita diatas umur 35
tahun, tepatnya pada usia produktif seorang wanita,
menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen
[ CITATION Sja10 \l 1057 ].
Mioma uteri adalah tumor jinak berasal dari
miometrium.Mioma uteri belum pernah tumbuh pada wanita
yang belum mengalami menstruasi.Setelah menopause hanya
kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh.Mioma uteri belum
pernah ditemukan sebelum terjadinya mentruasi.Sebagian besar
mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi oleh karena
adanya rangsangan estrogen.
2. Etiologi
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun
ada 2 teori yang berpendapat
1) Faktor Stimulasi
a. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa
hamil
b. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum
monarche
c. Omioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah
menopause
d. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama
dengan mioma uteri
2) Teori Cellnest atau genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot
imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat
dirangsang terus menerus oleh estrogen. Ada beberapa
faktor yang diduga kuta merupakan faktor predisposisi
terjadinya mioma, yaitu :

a. Umur
Mioma uetri jarang terjadi pada usia kurang dari 20
tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih
dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala
klinis antara 35-45 tahun.
b. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau wanita yang
relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui
apakah infertilitas menyebabkna mioma uteri atau
sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas,
atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
c. Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit
hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi.Terlepas dari
faktor ras, kejadin tumor ini tinggi pada wanita dengan
riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
d. Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengn
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah
menarcha, berkembang setelah kehamilan dengan
mengalami regersi setelah menopause[ CITATION Ami15 \l
1057 ].
3. Klasifikasi Mioma Uteri
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uerus hanya 1
– 3%,sisanya adalah dari korpus uterus.
Menurut letaknya, mioma terdiri dari :
a. Mioma submukosum : berada dibawah endometrium dan
menonjol ke dalam rongga uterus.
b. Mioma intramural : mioma terdapat di dinding uterus di
antara serabut miometrium.
c. Mioma subserosum : apabila tumbuh keluar dinding uterus
sehingga menonjol pada permukaan uterus,diliputi oleh
serosa.
Mioma submukosum dapat tumbuh menjadi polip, kemudian
dilahirkan melalui saluran serviks (myomgeburt) . Mioma
suserosum dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum
latum menjadi mioma intra ligamenter. Mioma subserosum
dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lainn misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diridari
uterus, sehingga disebut wandering/parasitic fibroid.Jarang
sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu
uterus.Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam saluran
serviks sehigga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri atas
berkas otot polos dan jaringsn ikat yang tersusun seperti
konde/pusaran air (whorl like pattern) , dengan pseudocapsule
yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena
pertumbuhan sarag mioma ini. Pernah ditemukan 200 sarang
mioma dalam satu uterus, namun biasanya hanya 5 – 20 sarang
saja.Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih
dari 5 kg.Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur
20 tahun, paling banyak pada umur 35-45 tahun (kurang lebih
25%). Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3
tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi
beberapa kasus ternyata tumnuh cepat. Setelah monopouse
bayak mioma menjadi lisut, hanya 10 % saja yang masih dapat
tumbuh lebih lanjut .
4. Manifestasi Klinis
Umumnya gejala yang ditemukan berganung pada lokasi,
ukuran, dan perubahan pada mioma tersebut meliputi :
1) Perdarahan abnormal : hiperminore, menoragia, metrogia,
sebabnya :
a. Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi
endometrium
b. Permukaan endometrium yang lebih luas daripada
biasanya
c. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena
adanya sarang mioma diantara serabut miometrum
sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang
melaluinya dengan baik.
2) Nyeri dapat timbul karena adanya gangguan sirkulasi yang
disertai nekrosis setempat dan peradangan.
3) Gejala penekanan yaitu terjadi penekanan pada vesika
urinaria, pada ureter menyebabkan hidrouter dan
hidronefrosis.
4) Pada rectum menyebabkan obstipasi dan tanesmia.
5) Pada pembuluh darah dan limfe menyebabkan edema tungkai
dan nyeri panggul.
6) Disfungsi reproduksi seperti gangguan transportasi gamet
dan embrio, pengurangan kemampuan bagi pertumbuhan
uterus, perubahan aliran darah vaskular, dan perubahan
histologi endometrium[ CITATION Ami15 \l 1057 ].
5. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam
miometrium dan lambat laun  membesar karena pertumbuhan itu
miometrium terdesak menyusun semacam pseudekapsula atau
simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin
terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika
ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri
maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila
terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma dapat menonjol
ke depan sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke
atas sehingga sering  menimbulkan keluhan miksi. [ CITATION
Ami15 \l 1033 ].
Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma dapat
menonjol ke depan sehingga sering menimbulkan keluhan
keluhan miksi tetapi masalah akan timbul jika terjadi:
berkurangnya pemberian darah pada mioma uteri yang
menyebbakan tumor membesar, sehingga menimbulkan rasa
nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi
perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga
terjadi naemia. Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik,
kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak
dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa
mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan volume cairan
[ CITATION Ami15 \l 1057 ].
Tetapi masalah akan timbul jika terjadi: berkurangnya
pemberian darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor
membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain
itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal
pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini
bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah,
sehingga  kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi.Selain
itu dengan perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan
seseorang mengalami kekurangan volume cairan .
Pathway [ CITATION Ami15 \l 1057 ].

a.
Herediter, Pola Hidup, Mioma Uteri
Hormonal

Mioma Intramular Mioma Submukosum Mioma Subserosum

Imun tubuh turun Resiko Infeksi Muncul tanda / gejala

Pendarahan pervagina Tindakan Pembesaran uterus


pembedahan

Hb Turun Resiko Kekurangan Penekanan organ


Vol.Cairan sekitar

Tak tertangani dengan Resiko Syok


cepat

Kurang informasi
tentang penyakit

Ansietas

Menekan vesika urinaria Penekanan saraf


dan rektum

Nyeri
6. Komplikasi Mioma Uteri
Komplikasi mioma uteri terdiri dari : [ CITATION Ami15 \l 1033 ].
1) Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan
hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50-
75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru
ditemukan yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan
uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila
terjadi pembesaran sarang mioma dalam menoupase.
2) Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi,
timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami
nekrosis.Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen
akut.Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak
terjadi.Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan
dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga
peritoneum.
3) Nekrosis dan infksi pada mioma submukosum, yang
menjadi polip, ujung tumor kadang-kadang dapat melalui
kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam hal ini
ada kemungkinan gangguan sirkulasi dengan akibat
nekrosis dan infeksi sekunder.
7. Pemeriksaan Penunjang Mioma Uteri
Pemeriksaan penunjang mioma uteri : [ CITATION Ami15 \l 1033 ].
1) Tes laboratorium : hitung darah lengkap dan apusan darah.
Leukositosis dapat disebkan oleh nekrosis akibat torsi atau
degenerasi. Menurunnya kadar hemoglobin dan hematokrit
menunjukkan adanya kehilangan darah yang kronik.
2) Pap smear serviks : untuk menyingkap neoplasia serviks
sebelum histerektomi.
3) Laporosopi : untuk mengetahui ukuran dan lokasi tumor
4) USG abdominali dan transvaginal
5) Biopsi : untuk mengetahui adanya keganasan
8. Penatalaksanaan Mioma Uteri
Pada mioma kecil dan tidak menimbulkan keluhan, tidak diberikan
terapi hanya diobservasi tiap 3-6 bulan untuk menilai
pembesarannya. Mioma akan lisut setelah menopause.
1) Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga
penderita mengalami menopause. Radioterapi ini umumnya hanya
dikerjakan kalau terdapat kontraindikasi untuk tindakan operatif.
2) Pemberian GnRH agonis selama 6 minggu.
3) Pengobatan operatif.
a) Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa
pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya
pada mioma submukosum pada myom geburt dengan cara
ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserum
dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila
miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh
anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-
50%.
b) Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya
merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan
per abdominam atau per vagina. Yang akhir ini jarang
dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan
tidak ada pelektaan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri
akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total
umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya
karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya
dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat
uterus keseluruhannya [ CITATION Ami15 \l 1057 ].
B. Konsep Asuhan Keperawatan Mioma Uteri
1. Pengkajian
a. Identitas
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun,
ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40
tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala kliis
antara 35 – 45 tahun (Mansjoer Arif, 2000:367).Mioma
uteri ini lebih sering didapati pada wanita nulipara atau
yang kurang subur
b. Keluhan utama
Biasanya pada pasien mioma uteri gejala yang muncul
gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah
hipermenore, menoragia.Rasa Nyeri disebabkan oleh
gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai
nekrosis setempat dan peradangan. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra
dapat menyebabkan retensio urine. Pada rektum dapat
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah
dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema
tungkai dan nyeri panggul
c. Riwayat kesehatan keluarga
Faktor keturunan juga memegang peran.Perubahan
sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar
bersifat degenerasi.Perubahan sekunder pada mioma uteri
yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi.Hal ini oleh
karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma .
d. Riwayat obstetri
1) Haid, Pada riwayat haid sering ditemukan adanya
hipermenore, menoragia, dan dysmenorea.
2) Mioma uteri tidak terjadi sebelum menarche.
3) Mioma uteri akan mengecil pada saat monopouse dan
pengangkatan ovarium.
e. Riwayat KB
KB hormonal dengan kadar estrogen yang tinggi merupakan
pencetus terjadinya mioma karena estrogen lebih tinggi
kadarnya daripada wanita yang menggunakan KB hormonal
dan KB dengan kandungan Progesteron yang tinggi dapat
menghambat pertumbuhan tumor.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Saat masuk pasien tampak sakit sedang, kompos
mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 99x/menit,
suhu 36,7°C, pernapasan 20x/menit [ CITATION Erv17 \l
1057 ].
2) Head To toe
a) Kepala
Biasanya tidak ada kelainan pada bagian kepala.
b) Kulit
Biasanya kulit tampak pucat, CRT < 2 detik , Akral
hangat, Turgor kulit < 2 detik.
c) Mata
Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, serta
penglihatan baik.
d) Hidung
Tidak ada kelainan pada daerah hidung.
e) Mulut
Mukosa bibir kering dan pucat, serta bau aseton
bisa terjadi bila telah terjadi asidosis akibat
dehidrasi atau syok hipolemik yang hebat.
f) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
pembengkakan vena jugularis.
g) Dada
Gerakan nafas cepat karena adanya usaha nafas
untuk memenuhi O2 akibat sesak nafas.serta
Pemeriksaan fisik toraks dalam batas normal.
h) Payudara
Biasanya tidak ada kelainan pada daerah payudara
dan biasanya juga bentuk dada simetris, tidak terba
massa.
i) Abdomen
Abdomen terlihat membesar, simetris, teraba
massa 3 jari di atas umbilikus (tinggi fundus uteri
25 cm), terfiksasi, batas tegas, tanpa undulasi,
nyeri tekan, perkusi pekak. Pada pemeriksaan
dalam, teraba massa padat diameter sekitar 8-9 cm
sejajar Hodge III [ CITATION Erv17 \l 1057 ].
j) Genetalia
Penekanan pada kandung kemih akan
menyebabkan poliuri, pada uretra dapat
menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat
menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis,
Perubahan bentuk kavum uteri karena adanya
mioma, biasanya terjadi pendarahan hipermenore,
menoragia dan dysmenorea. Serta Vulva, adneksa,
dan parametrium dalam batas normal. Terdapat
fluor bening yang berbau, fluksus tidak ada.
k) Anus
Pada rektum terjadi penekanan akibat dari mioma
uteri.
l) Ekstremitas
Dapat terjadi penekanan edema tungkai akibat
penekanan pada pembuluh darah dan pembuluh
limfe .
2. Diagnosa
a. Hepovelemia
Definisi : penurunan cairan intravaskuler, interstisial, atau
intrasel. Diagnosis ini merujuk pada dehidrasi yang
merupakan kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar
natrium
Batasan karakteristik :
Subjektif: Haus
Objektif:idah penuruna haluaran urine

Faktor yang berhubungan :

1) Kehilangan volume cairan


2) Konsumsi alkohol yang berlebihan secara terus menerus
3) Kegagalan mekanisme pengaturan (seperti dalam
diabetes insipidus, hiperaldosterisme)
4) Asupan cairan yang tidak adekuat sekunder
akibat[ CITATION PPN17 \l 1057 ].
b. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab :
1) Agen pencedera fisiologis (misal :
inflamasi,iskemia,neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (misal : terbakar,bahan kimia
iritan)
3) Agen pencedera fisik (Misal : abses, amputasi, terbakar,t
erpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,
latihan fisik berlebihan)

Gejala dan tanda mayor

Subjektif : Mengeluh nyeri

Objektif
1) Tampak meringis
2) Bersikap protetif
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur

Gejala dan tanda minor

Subjektif : (tida tersedia)

Objetif

1) Tekanan darah meningkat


2) Pola nafas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berfikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Diaforesis

Kondisi klinis terkait :

1) Kondisi pembedahan
2) Cidera traumatis
3) Infeksi
4) Syndrome koroner akut
5) Glaukoma[ CITATION PPN17 \l 1057 ].
c. Resiko Infeksi
Definisi : Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap
Penyebab :
Peningkatan tekanan uretra, kerusakan arkus refleks, blok
spingter, disfungi neurologis(mis. Trauma, penyakit saraf),
efek agen farmakologis (mis. Atrapine, belladonna,
psikotropik, antihistamin, opiate).
Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
1) Sensasi penuh kandung kemih

Objektif:

1) Disuria/anuria
2) Distensi kandung kemih

Gejala dan minor

Subjektif:

1) Dribbling

Objektif:

1) Inkontinensia berlebih
2) Residu urin 150 ml atau lebih

Kondisi klinis terkait

1) Benigna prostat hyperplasia


2) Pembengkakan perineal
3) Cedera medulla spinalis
4) Rektokel
5) Tumor disaluran kemih [CITATION Per16 \p 115
\t \l 14345 ]
d. Ansietas
Defisini: emosi dan pengalaman subjektif indifidu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahya
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman.
Penyebab :
1) Krisis situasional
2) Kebutuhan tidak terpenuhi
3) Krisis maturasional
4) Ancaman terhadap konsep diri
5) Anacaman terhadap keatian
6) Kehawatiran mengalami kegagalan
7) Disfungsi sistem keluarga
8) Hubungan orangtua/anak tidak memuaskan
9) Faktor keturunan (tenperamen mudah teragitasi sejak
lahir)
10) Penyalahgunaan
11) Terpapar bahaya lingkungan (misalnya toksin, polutan,
dll)
12) Kurang terpapar informasi

Gejala dan tanda mayor

Subjektif

1) Merasa bingung
2) Merasa hawatir dengan akibat dari kondisi yang di hadapi
3) Sulit berkonsentrasi

Objektif

1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur

Gejala dan tanda minor

Subjektif

1) Mengeluh pusing
2) Anoreksia
3) Palpitasi
4) Merasa tidak berdaya

Objektif

1) Frekuensi napas meningkat


2) Frekuensi nadi meningkat
3) Tekanan darah meningkat
4) Diaforesis
5) Tremor
6) Muka tampak pucat
7) Suara bergetar
8) Kontak mata buruk
9) Sering berkemih
10) Berorientasi pada masa lalu

Kondisi klinis terkait :

1) Penyakit kronis progresif (mis kanker, penyakit


autoimun)
2) Penyakit akut
2. Intervensi
a. Hepovolemia
Kriteria hasil:
1) Menyatakan secara verbal pemahaman tentang
pembatasan cairan dan diet
2) Menyatakan secara verbal pemahaman tentang obat yang
diprogramkan
3) Mempertahankan tanda vital dalam batas normal
4) Tidak mengalami pendek napas

Observasi

a. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.


frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit,turgor kulit menurun, membrane
mukosa kering, volume urine menurun,
hematokrit meningkat, haus dan lemah)
b. Monitor intake dan output cairan

Terapeutik

c. Hitung kebutuhan cairan


d. Berikan posisi modified trendelenburg
e. Berikan asupan cairan oral

Edukasi

f. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral


g. Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak

Kolaborasi

h. Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis (mis.


cairan NaCl, RL)
i. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
j. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
albumin, plasmanate)
k. Kolaborasi pemberian produk darah

b. Nyeri Akut
1) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24 jam diharapkan nyeri akut diminimalisir.
2) Kriteria hasil :
a) Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual
yang efektif untuk mencapai kenyamanan
b) Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
c) Melaporkan nyeri pada penyedia tenaga kesehatan
d) Mempertahankan pola tidur yang baik
e) Mempertahankan selera makan yang baik

Observasi

a. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,


intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
i. Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
b. Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri

Edukasi

a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu


nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

c. Ansietas
1) Tujuan :
a) Ansietas kematian mereda, yang dibuktikan oleh
selalu mendemonstrasikan tingkat ansietas
terkendali, pengakhiran kehidupan yang
bermartabat, tingkat ketakutan terkendali, dan
harapan ; kematian yang damai dan kesehatan
spiritual tidak terganggu dan tingkat depresi ringan.
b) Mendemostrasikan tingkat ansietas, yang dibuktikan
oleh indikator berikut (sebutkan 1-5 : tidak pernah,
jarang, kadang-kadang sering.
c) Mendemostrasikan pengakhiran kehidupan yang
bermartabat, yang dibuktikan oleh indikator berikut
(sebutkan 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang,
sering atau selalu ditampilakan : mengungkapkan
sikap penuh harapan.

Observasi

 Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu,


stressor)

 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan


 Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)

Terapeutik

 Ciptakan suasana  terapeutik untuk menumbuhkan


kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika
memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat anxietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan  realistis tentang peristiwa yang
akan datang

Edukasi

 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami


 Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
 Latih teknik relaksasi

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu


DAFTAR PUSTAKA

Arif, M. (2015). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-3 Cetakan Ke-1.


Jakarta: EGC.
IBG, M. (2017). Penuntun Kepanitreaan Klinik Obstertic dan Ginekologi.
Jakarta: EGC.
Musrah, E. d. (2017). Laporan Kasus Mioma Servikal.
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan indonesia: Definisi dan
indikator Diagnostik.Edisi 1. jakarta DPP PPNI

Sastrawinata. (2018). Ginekologi. Bandung: Elstar Offiset.


Sjamsuhidajat. (2017). Buku Ajaran Ilmu Bedah . Jakarta : EGC.
o.

Anda mungkin juga menyukai