MIOMA UTERI
Disusun Oleh :
Muhammad Izza Nuril Hilmy
2211102412187
MIOMA UTERI
4. Faktor Predisposisi
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga
kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
a. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan
sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling
sering memberikan gejala klinis antara 35 – 45 tahun.
b. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang relatif infertil,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan
mioma uteri atau
sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua
keadaan ini saling mempengaruhi.
Mioma Uteri
Penekanan
Gangguan
Eliminasi
Urin
6. Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang
terkena, dibagi menjadi:
a. Lokasi
- Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
- Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan
traktus urinarius.
- Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
b. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi
tiga jenis yaitu :
- Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan
saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus
melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam
ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma
yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa.
Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya
menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke
omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga
mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas
dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis
parasitik.
- Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila
masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan
menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan
berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang
berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah
perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma
subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam
otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan
otot rahim dominan).
- Mioma Uteri Submukosa
Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak.
Mioma bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada
keadaan ini mudah terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini memperluas
permukaan ruangan rahim. Dari sudut klinik mioma uteri submukosa
mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang
lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun
ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang
tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil
selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan
sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan
histerektomi.
7. Gejala Klinis
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan
apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor
dalam uterus. Faktor- faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik
meliputi :
a. Besarnya mioma uteri.
b. Lokalisasi mioma uteri.
c. Perubahan-perubahan pada mioma uteri.
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % – 50% dari pasien yang
terkena. Adapun gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:
- Perdarahan abnormal, merupakan gejala klinik yang sering ditemukan
(30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa: menoragi, metroragi,
dan hipermenorrhea. Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi
Fe. Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya
area permukaaan dari endometrium yang menyebabkan gangguan
kontraksi otot rahim, distorsi dan kongesti dari pembuluh darah di
sekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.
- Penekanan rahim yang membesar, terasa berat di abdomen bagian bawah,
gejala traktus urinarius: urine frequency, retensi urine, obstruksi ureter dan
hidronefrosis, gejala intestinal: konstipasi dan obstruksi intestinal, dan
terasa nyeri karena tertekannya saraf.
- Nyeri, dapat disebabkan oleh,: penekanan saraf, submukosa mioma
terlahir, infeksi pada mioma.
- Infertilitas, akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di
cornu. Perdarahan kontinyu pada pasien dengan mioma submukosa dapat
menghalangi implantasi. Terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran
prematur pada pasien dengan mioma intramural dan submukosa.
- Sulit BAK dan BAB
- Kongesti vena, disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan
edema ekstremitas bawah, hemorrhoid, nyeri dan dyspareunia.
- Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.
8. Pemeriksaan Fisik
Adapun pemeriksaan fisik yang difokuskan ialah :
a. Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.
b. Pemeriksaan ginekologik dengan rahim pemeriksaan bimanual
didapatkan tumor tersebut menyatu dengan rahim atau megisi kavum
douglasi.
c. Konsultasi padat, kenyal, permukaan tumor umumnya rata.
d. Pemeriksaan Luar Teraba masa tumor pada abdomen bagian bawah
serta pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas.
e. Pemeriksaan Dalam Tumor teraba yang berasal dari rahim dan
pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas dan ini biasanya
ditemukan secara kebetulan.
9. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan ini ditemukan adanya anemia. Anemia disebabkan
perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Namun
pada kebanyakkan pasien akan terjadi mekanisme eritrositosis. Pada
kasus dengan komplikasi menjadi degenerasi akut atau infeksi akan
ditemukan leukositosis.
b. USG
Mioma uteri yang besar paling bagus didiagnosis dengan kombinasi
transabdominal dan transvaginal sonografi. Gambaran sonografi mioma
kebiasaanya adalah simetrikal, berbatas tegas, hypoechoic dan degenerasi
kistik menunjukkan anechoic. USG menunjukkan gambaran massa padat
dan homogen pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai
massa pada abdomen bawah dan pelvis, dan kadang terlihat tumor dengan
kalsifikasi (Howard, 2000).
c. Magnetic Resonance Imagine (MRI)
Lebih baik daripada USG tetapi mahal. MRI mampu menentukan saiz,
lokasi dan bilangan mioma uteri serta bisa mengevaluasi jarak
penembusan mioma submukosa di dalam dinding miometrium. MRI akan
menghasilkan gambaran dengan menyerap energy dari suatu gelombang
radio berfrekuensi tinggi yang menunjukkan adanya mioma
d. Histerosalfingografi (HSG)
Digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh kearah k avum
uteri pada pasien infertil. Merupakan suatu prosedur yang me nghasilkan
gambaran foto rontgen bagian dalam lavitas uterus dan u ntuk mengetahui
keadaan tuba falopii. Sejumlah cairan yang menga ndung iodine
diinjeksikan melalui cervix ke dalam uterus dan tuba falopii, hasil foto
rontgen didapatkan.
e. Urografi Intravena
Digunakan pada kasus massa di pelvis sebab pada kasus tersebut sering
terjadi deviasi ureter atau penekanan dan anomali sistem urinarius. Cara
ini baik untuk mengetahui posisi, jumlah massa pada ureter dan ginjal.
f. Computed Tomography (CT)
CT merupakan salah satu tipe rontgen yang menggunakan komputer untuk
menghasilkan gambaran struktur tubuh seperti uterus. Walapun jarang
dibutuhkan, hasil gambaran CT dapat memperlihatkan adanya mioma
g. Sonohistografi
Suatu prosedur ultrasonic di mana kavitas uterus dibatasi oleh sejumlah
kecil cairan. Cairan ini ditempatkan pada uterus melalui suatu selang
plastik kecil. Pasien bisa
merasakan kram yang ringan. Sonohistografi meningkatkan kemampuan
pemeriksa untuk mengidentifikasi mioma yang masuk ke dalam kavum uteri
(Stuti, 2011) .
10. Therapy
a. Terapi Emergensi
Transfusi darah mungkin diperlukan untuk memperbaiki anemia.
Transfusi dikemas sel darah merah lebih digunakan daripada whole
blood. Operasi biasa diindikasikan untuk pasien ketika mereka menjadi
secara hemodinamik stabil. Operasi emergensi diindikasikan untuk infeksi
mioma, torsi akut, atau obstruksi usus yang disebabkan oleh pedunkulata
atau parisitik mioma.
b. Terapi Medikasi
Tujuan daripada perawatan medis adalah untuk meringankan atau
mengurangi gejala. Meskipun tidak ada terapi medikasi yang pasti ada
pada saat ini tersedia untuk mioma uteri, gonadotropinreleasing
hormone(GnRH) agonis membuktikan bahwa GnRH adalah sangat
berguna untuk membatasi pertumbuhan atau membantu mengurangi
ukuran tumor. GnRH agonis dapat menyebabkan hypogonadism melalui
hipofisis desensitisasi, mengatur turun reseptor, dan penghambatan
gonadotropin. Terapi gonadotropin yang dilakukan untuk mioma uteri
untuk 3 bulan akan mencapai penyusutan maksimum mioma uteri untuk
lebih kurang 35%-60% daripada volumnya dan hasil amenorrhea akan
membaiki dalam parameter hematologik. Terapi GnRH dilimitasi oleh efek
samping hipopoestrogenik dan keropos tulang, terutama dengan terapi
yang dilakukan untuk lebih 6 bulan. Ada kembalinya cepat volume uterus
dan menstruasi pada penghentian terapi GnRH agonis mungkin berguna
untuk perdarahan control untuk
mioma uteri; tingkat preoperatif hematokrit, bertindak sebagai ukuran
raguan sampai operasi dapat dijadwalkan atau menopause diantisipasi
atau penyusutan mioma akan mengizinkan histerektomi vagina. Pil
kontrasepsi oral umumnya diresepkan untuk mengontrol perdarahan
uterus abnormal tetapi terapinya tidak efektif dalam pengobatan mioma.
Pil kontrasepsi oral dapat membantu dalam mengobati kondisi hidup
bersama perdarahan anovulasi yang mungkin memberikan kontribusi
untuk mioma. Suatu penelitian menunjukkan hasil yang baik dengan
penggunaan levonorgestrel-releasing intrauterine alat untuk terapi
menorrhagia terkait dengan beberapa mioma kecil (Tinelli, 2014).
11. Penatalaksanaan
a. Penanganan konservatif
Penanganan konservatif sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2) Bila anemia , Hb < 8 g% tranfusi PRC.
3) Pemberian zat besi.
4) Pengunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada 1-3
menstruasi setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat ini
mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat
ini menekan sekresi gonadotropin dan menciptakan keadaan
hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada periode
postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor
diobservasi dalam 12 minggu. Tetapi agonis GnRH ini dapat pula
diberikan sebelum pembedahan, karena memberikan beberapa
keuntungan : mengurangi kebutuhan akan tranfusi darah. Namun
obat ini menimbulkan kehilangan masa tulang meningkat dan
osteoporosis pada wanita tersebut. (Mansyoer, 2001)
b. Operasi
Operasi adalah terapi yang paling penting untuk mioma. Pemeriksaan
Imaging paling sering harus disertai dengan evaluasi untuk
menyingkirkan proses neoplastik panggul lainnya. Semua pasien harus
mengikuti serviks Papanicolaou smear test dan endometrium evaluasi
jikalau perdarahannya irregular. Sebelum operasi definitive, volume darah
yang diperlukan harus disediakan terlebih dahulu.
b. Histerektomi
Mioma uteri adalah indikasi paling sering untuk histerektomi dengan
resiko kumulatif sebanyak 7% untuk semua wanita yang berusia dalam
lingkungan 25 tahun - 45 tahun. Lebih dari 50% histerektomi dilakukan
pada wanita yang kulit hitam disebabkan oleh mioma, dengan resiko
kumulatif sebanyak 20% sehingga umur 45 tahun. Histerektomi
menyingkirkan gejala dan rekuren. Uterus dengan mioma kecil
mungkin dapat dieliminasikan dengan tindakan histerektomi vagina
total, terutamanya jika relaksasi vagina membutuhkan perbaikan
cystocele, rectocele, atau entrocele. Bila tumor yang besar ditemukan
banyak, histerektomi abdomen total diindikasikan. Ovari umumnya
dipelihara pada wanita premenopausal. Tidak ada komplikasi dalam
mengangkat ovary daripada wanita yang pasca menopause.
c. Embolisasi Mioma Uteri
Okulasi emboli arteri uterus adalah suatu alternatif untuk operasi
major pada wanita premenopausal yang tidak menginginkan fertilitas
tetapi menginginkan untuk terus memelihara uterus atau mengelakkan
efek samping daripada terapi medikasi. Dalam prosedur ini,
arteriogram akan dilaksanakan untuk mengidentifikasikan suplai darah
ke mioma. Selepas itu satu kateter akan dimasukkan ke dalam bagian
distal arteri uterus, biasanya melalui arteri femoris sebelah kanan.
Arteri tersebut akan diinfusi dengan agen embolisasi (polyvinyl alcohol
particles atau tris-acryl gelatine microspheres) sehingga alirannya
terhenti. Prosedur ini akan bertahan selama 1 jam secara menyeluruh.
Studi observasi menunujukkan bahwa terapinya sama efektif seperti
histeretomi dan miomektomi, dengan banyak komplikasi minor dan
dengan komplikasi major yang sikit. Frekuensi mioma rekuren adalah
sedikit dengan embolisasi dibandingkan dengan miomektomi.
d. Ablasi Endometrium
Untuk wanita yang tidak menginginkan fertilitas, ablasi endometrium
dapat mengkontrol gejala perdarahan. Prosedur ini lebih efektif jika
dikombinasikan dengan miolisis.
e. Miolisis
Prosedur ini adalah teknik laparascopic thermal coagulation tidak
membutuhkan penjahitan dan senang untuk dilaksanakan. Destruksi
jaringan lokal mungkin akan mengakibatkan kerusakan pada masa
kehamilan.
1. Pengkajian
3. Pola Eliminasi
Pasien menjelaskan bagaimana proses eliminasi BAB dan BAK ketika
sebelum sakit dan sudah sakit. Lengkap dengan berapa kali BAB/BAK
dalam sehari, jumlahnya, warna, dan konsistensi.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pasien atau keluarga menjelaskan tentang bagaimana klien
melakukan aktivitasnya atau melakukan pergerakan sebelum sakit
maupun sesudah sakit. Apakah pasien dapat melakukannya dengan
mandiri, dibantu oleh orang lain, dibantu orang lain dan alat, atau
bergantung total.
5. Pola Kognitif dan Persepsi
Pasien menjelaskan mengenai apakah fungsi panca inderanya masih
bagus dan pengetahuannya tentang kesehatan selama ini
6. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pasien menjelaskan mengenai konsep dirinya, bagaimana ideal
dirinya, pandangannya terhadap dirinya sendiri dan apakah ia telah
mampu memahami dirinya sendiri
7. Pola Tidur dan Istirahat
Pasien menjelaskan mengenai kondisi tidurnya sebelum sakit dan saat
sakit. Apakah tidurnya nyenyak, berapa lama ia tertidur, apakah ada
kendala ketika ia tertidur.
8. Pola Peran dan Hubungan
Pasien menjelaskan mengenai perannya dalam kehidupan sehari-hari,
bagaimana kehidupan sosialnya/ bagaimana ia berhubungan atau
berinteraksi dengan orang lain
9. Pola Seksual dan Reproduksi
Pasien menjelaskan mengenai apakah ia memiliki gangguan atau
kendala dalam seksualitas dan system reproduksinya baik sebelum
sakit maupun saat sakit.
10. Pola Toleransi Stress dan Koping
Pasien menjelaskan bagaimana kondisi psikisnya ketika ia mengidap
penyakit ini. Apakah ia terlalu berpikir tentang penyakitnya dana pa
yang dilakukannya untuk tetap tenang dalam menghadapi masalah
penyakitnya.
E. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran komposmestis, gelisah, dan
lelah. GCS : Verbal: …. Psikomotor: …..
Mata: …..
Tanda-Tanda Vital : TD ….. Nadi …. Suhu …. RR….
2) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan Leher
Pengkajian melalui inspeksi dan palpasi pada daerah kepala
dan leher pasien. Periksa apakah ada peningkatan tekanan
vena jugularis.
b. Mata
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai
kesimetrisan, kondisi konjungtiva, pupil dan sklera apakah ada
nyeri tekan atau tidak.
c. Hidung
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai
kesimetrisan, kondisi bulu hidung dan apakah ada nyeri tekan
atau tidak
d. Telinga
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai
kesimetrisan, apakah ada benjola atau tidak.
e. Mulut
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai kondisi
daerah mulut apakah ada stomatitis, bau mulut, kondisi mukosa
bibir, dan lain sebagainya.
f. Dada
Paru-Paru dan jantung : dilakukan pemeriksaan inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi
g. Abdomen
• Inspeksi : Abdomen terlihat membesar
• Auskultasi : didengarkan menggunakan stetoskop
• Perkusi : sonor
• Palpasi : Teraba tumor pada abdomen
2. Diagnosa Keperawatan
• Nyeri Kronis berhubungan dengan Penekanan syaraf
• Resiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
• Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan kelemahan otot pelvis
• Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
NO SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri Kronis b/d SLKI: Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri
Penekanan syaraf Setelah dilakukan tindakan (I.08238)
keperawatan …x 24 jam 1.1 Identifikasi lokasi, karakteristik,
diharapkan Nyeri dapat berkurang durasi, frekuensi, kualitas, itensitas
dengan kriteria hasil: nyeri
Meringis (5) 1.2 Identifikasi skala nyeri
Gelisah (5) 1.3 Berikan Teknik non farmakologis
Sikap Proktektif (5) untuk mengurangi rasa nyeri
Keterangan : 1.4 Kontrol lingkungan yang
1 : meningkat memperberat rasa nyeri
2 : cukup meningkat 1.5 Jelaskan penyebab, periode dan
3 : sedang pemicu nyeri
4 : cukup menurun 1.6 Kolaborasi pemberian analgetik
5 : menurun
3 Gangguan eliminasi urin Eliminasi urine (L.04034) Dukungan Perawatan Diri BAB/BAK
b/d kelemahan otot pelvis Setelah dilakukan tindakan (I.11349)
keperawatan …x 24 jam Observasi
diharapkan Eliminasi urine 3.1 Monitor Integritas kulit pasien
membaik dengan kriteria hasil: 3.2 Sediakan alat bantu mis, kateter
- Desakan berkemih (5) eksternal, urinal)
- Distensi kandung kemih (5) 3.3 Bersihkan alat bantu BAK/BAB
setelah digunakan
Keterangan : 3.4 Anjurkan Ke kamar mandi/toilet,
1 : meningkat jika perlu
2 : cukup meningkat
3 : sedang
4 : cukup menurun
5 : menurun
4 Intoleransi aktivitas b/d Toleransi aktivitas (L.05047) Manajemen Energi (L.05178)
kelemahan Setelah dilakukan tindakan 4.1 Identifikasi gangguan fungsi
keperawatan …x 24 jam tubuh yang mengakibatkan
diharapkan masalah Toleransi kelelahan
Aktivitas dapat meningkat 4.2 Monitor kelelahan fisik
dengan kriteria hasil: 4.3 Lakukan Latihan rentang gerak
- Frekuensi nadi (5) pasif dan aktif
- Kemudahan dalam melakukan 4.4 berikan aktivitas distraksi yang
aktivitas sehari-hari (5) menenangkan
Ket : 4.5 anjurkan tirah baring
1. menurun 4.6 anjurkan melakukan aktivitas
5.Meningkat secara bertahap