Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Mioma uteri adalah tumor jinak yang tumbuh pada rahim. Dalam istilah

kedokterannya disebut fibromioma uteri, leiomyoma, atau uterine fibroid. Mioma

uteri terjadi pada wanita usia 45 tahun, tepatnya pada usia reproduktif seorang

wanita, hal ini menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen.

Wanita yang sering melahirkan, sedikit kemungkinan untuk perkembangan mioma

ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya satu kali hamil.

Menurut WHO, insiden mioma uteri sekitar 20-30% dari seluruh wanita di

dunia. Jumlah kejadian penyakit mioma uteri di Indonesia menempati urutan

kedua setelah kanker serviks.

Mioma uteri menimbulkan masalah besar dalam kesehatan. Morbiditas

yang ditimbulkan oleh mioma uteri cukup tinggi karena dapat menyebabkan nyeri

perut dan perdarahan abnormal yang berlebihan dapat menyebabkan anemia,

penekanan pada kandung kemih yang menyebabkan sering berkemih dan urgensi,

potensial untuk terjadinya sistitis dan penekanan padarektum.

Sampai saat ini, penyebab pasti terjadinya mioma uteri masih belum dapat

diketahui secara pasti. Stimulasi estrogen diduga sangat berperan untuk terjadinya

mioma uteri. Hormon ovarium dipercaya menstimulasi pertumbuhan mioma uteri

karena adanya peningkatan setelah menarke. Pada kehamilan, pertumbuhan tumor

ini semakin besar tetapi menurun setelah menopause.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mioma Uteri

1. Definisi

Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid, atau

leiomyoma merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos

uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya. Mioma uteri berbatas

tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari otot polos jaringan fibrous

sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya

dominan, dan berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang dominan.

2. Epidemiologi

Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke,

sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih

tumbuh. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua

penderita ginekologi yang dirawat. Selain itu, dilaporkan juga

ditemukan pada 20-25% wanita usia reproduksi dan meningkat 40%

pada usia lebih dari 35 tahun.

3. Etiologi

Etiologi pasti mioma uteri belum diketahui, tetapi terdapat korelasi

antara pertumbuhan tumor dengan peningkatan reseptor estrogen-

progesteron pada jaringan mioma uteri.

2
Faktor predisposisi :

a. Usia

Frekuensi kejadian mioma uteri paling tiinggi antara usia 35-50

tahun dan sangat jarang ditemukan pada usia dibawah 20 tahun.

Sedangkan pada usia menopause hamper tidak pernah

ditemukan.

b. Paritas

Peningkatan jumlah paritas akan menurunkan resiko terjadinya

mioma uteri.

c. Obesitas

d. Kehamilan

Kehamilan dapat mempengaruhi terjadinya mioma uteri karena

tingginya kadar estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya

vaskularisasi ke uterus.

4. Klasifikasi

3
Mioma uteri dibagi 4 jenis, yaitu :

a. Mioma submukosa

Berada di bawah endometrium dan menonjol kedalam rongga

uterus.

b. Mioma intramural

Terdapat di dinding uterus di antara serabut myometrium.

c. Mioma subserosa

Mioma tumbuh keluar dinding uterus hingga menonjol pada

permukaan uterus yang diliputi oleh serosa.

d. Mioma intraligamenter

Mioma submukosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain,

misalnya keligamentum atau omentum dan membebaskan diri

dari uterus sehingga disebut mondering/parasitic fibroid.

5. Patofisiologi

4
Penyebab mioma uteri tidak diketahui. Glukosa-6-fosfat

menunjukkan bahwa masing-masing mioma individu unisellular

berasal (monoclonal). Meskipun tidak ada bukti menunjukkan bahwa

penyebab mioma adalah estrogen terlibat dalam pertumbuhan mioma.

Mioma mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi tinggi dari

miometrium sekitarnya tetapi dalam konsentrasi lebih rendah dari

endometrium. Progesterone meningkatkan aktivitas mitosis dari

mioma pada wanita muda. Progestrone memungkinkan untuk

pembesaran tumor dengan penurunan apoptosis dalam tumor. Estrogen

dapat berkontribusi untuk pembesaran tumor dengan meningkatkan

produksi matriks ekstrasellular. Mioma bertambah besar dengan terapi

estrogen dan selama kehamilan. Ada spekulasi bahwa pertumbuhan

mioma pada kehamilan berkaitan dengan sinergis estradiol dan

laktogen plasenta (hPL). Biasanya ukuran akan menurun setelah

menopause.2

Teori cell n estatau teori genitoblast membuktikan dengan

pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang

berasal dari sel imatur.

6. Manifestasi Klinis

Gejala klinik hanya terjadi pada 35-50% penderita mioma. Keluhan

sangat bergantung dari lokasi dan jenis mioma yang diderita. Semakin

besar ukuran mioma uteri, semakin tampak gejala klinis pasien.

Gambaran klinis mioma uteri, yaitu :

5
a. Perdarahan abnormal uterus

Diperkirakan 30% wanita dengan mioma uteri mengalami

kelainan menstruasi, menoragia atau menstruasi yang lebih

sering.

b. Rasa nyeri

Dismenore, nyeri perut akibat oklusi pembuluh darah dan

kontraksi uterus untuk mengeluarkan mioma, nyeri pinggang

bila mioma menekan nervus yang berjalan di atas permukaan

tulang pelvis.

c. Efek penekanan mioma pada organ pelvis

Sering berkemih, gejala overflow, kesulitan buang air besar.

d. Infertilitas

Dapat terjadi pada beberapa kasus terutama bila mioma mengisi

rongga uterus sehingga menyebabkan oklusi tuba, mengganggu

kontraksi uterus, dan mengganggu proses implantasi.4

7. Penegakkan Diagnosis

a. Anamnesis

Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma,

faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.

b. Pemeriksaan Fisik

6
Pemeriksaan palpasi abdomen dan palpasi bimanual dapat teraba

massa abdomen padat dengan permukaaan halus dan dapat

berbentuk tidak teratur.

c. Pemeriksaan penunjang

Ultrasonografi (transvaginasi dan transabdominal), MRI.5

8. Penatalaksanaan

a. Penanganan konservatif

Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak

memerlukan pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan

tumornya. Jika mioma lebih besar dari kehamilan 10-12

minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada

tangkai, perlu diambil tindakan operasi.

b. Penanganan medikamentosa

1) NSAID : untuk mengurangi dismenorea

2) GnRh agonis, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin,

antiprostaglandin, gossypol dan amantadine.

c. Penanganan bedah

1) Miomektomi : tindakan pengangkatan mioma namun tetap

mempertahankan uterus. Tindakan ini dilakukan pada

pasien yang masih ingin memiliki anak.

2) Histerektomi : tindakan pengangkatan uterus dan mioma.

9. Komplikasi

7
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya

0,32-0,6% dari seluruh mioma. Sarangmioma yang bertangkai dapat

mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut hingga mengalami

nekrosis gangguan sirkulasi darah.5

10. Prognosis

Histerektomi dengan eliminasi semua mioma adalah

penyembuhan sempurna. Miomektomi yang berlanjutan akan

menyebabkan uterus dan kavitasnya kembali ke keadaan normal.

Salah satu keprihatinan major adalah resiko rekuren selepas

miomektomi. Studi yang dilakukan menunjukkan 2% - 3% per tahun

mengalami simptomatik mioma selepas miomektomi.

BAB III

KESIMPULAN

8
Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid, atau leiomyoma

merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus dan jaringan ikat

yang menumpanginya.

Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan

setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh. Di Indonesia,

mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi yang

dirawat. Selain itu, dilaporkan juga ditemukan pada 20-25% wanita usia

reproduksi dan meningkat 40% pada usia lebih dari 35 tahun.

Etiologi pasti mioma uteri belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara

pertumbuhan tumor dengan peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada

jaringan mioma uteri. Faktor predisposisi : usia, paritas, obesitas, kehamilan.

Mioma ada 4 jenis, yaitu : Miomasubmukosa, mioma intramural, mioma

subserosa, mioma intraligamenter. Gejala mioma uteri adalah : perdarahan

abnormal uterus, dismenorea, nyeri abdomen, nyeri pinggang, sering berkemih,

retensi urin, sulit BAB, infertilitas. Pada pemeriksaan palpasi abdomen dan

palpasi bimanual dapat teraba massa abdomen padat dengan permukaan halus dan

dapat berbentuk tidak teratur.

Tatalaksana yaitu dengan pemberian NSAID, GnRh agonis, tindakan operasi

yaitu miomektomi dan histerektomi. Histerektomi dengan eliminasi semua mioma

adalah penyembuhan sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

9
1. Cunningham, et all .PelvicMass in Williams Gynecology, 23rd edition,
McGraw Hill, UnitedStates, 2008.
2. DeCherney A, Nathan L, Laufer N, Roman A. Leiomyomas of the cervix in
Current Diagnosis and Treatment Obstetrics & Gynecology, 11th edition,
McGraw Hill ; 2013:pg 660.
3. Douglas L Laube, et all. Uterine Leiomyoma and Neoplasia in Obstetrics and
Gynecology. 6th ed, Wolters Kluwer Health, The American College of
Obstetricians and Gynecologist, Philadephia; 2010 : pg.389-92.
4. Goodwin T, Laufer N, Nathan L, DeCherney A. Leiomyoma of the uterus in
Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology, 10th edition,
McGraw Hill, United States,2007.
5. Krishna U, Tank DK, Daftary S. Pregnancy at Risk Current Concept, 4th
edition, Federation of Obstetric and Gynecological Societies of India : 2001;
pg 400-403.
6. Lumsden MA. The role of oestrogen and growth factors in the control of the
growth of uterine leiomiomata. In : R.W. Shaw, eds. Advances in reproductive
endocrinology uterine fibroids. England-New Jersey: The Parthenon
Publishing Group, 1992; 9 – 20. Diakses 19 Juni 2019..
http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/
7. Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu
Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta.338-
345

STATUS PASIEN

10
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E
Umur : 39 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jl. Ara Condong Kab. Langkat
NamaSuami : Tn. KN
Tgl. Masuk : 19 September 2019

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan dengan autoanamnesis pada Ny. J dilakukan pada saat Os
datang.
1.Keluhanutama
Keluhan utama : Perdarahan Pervaginam
Telaah : Keluhan ini dirasakan os sejak ±10 hari ini, darah
banyak, os ganti pembalut setiap 2 jam, perdarahan
berbentuk cair kadang-kandang bergumpal-gumpal.
OS juga mengalami keputihan (+) yang sudah
dialami dalam 1 bulan ini, namun 2 hari ini keputihan
semakin banyak. Haid tidak teratur dalam 1 tahun ini.
Mual (+), muntah (-), penurunan nafsu makan (-).

2. Riwayat perjalanan penyakit


Keluhan ini dirasakan os sejak ±10 hari ini. Perdarahan berbentuk cair kadang-
kandang bergumpal-gumpal.
3. Riwayathaid: Haid pertama umur: 13tahun
Siklus : Tidak teratur
Lamanya :12hari

11
4. Riwayatperkawinan: Kawin : Sudah
Kawin : 1 kali

5. Riwayatobstetrik: G3P3A0, Anak 1: normal, Anak 2: sc, Anak 3: sc

6. Riwayat KB: Tidak pakai KB, tubectomi

7. Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidakada

8. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada

9. Hal-hal lain :Tidakada

III. PEMERIKSAAN JASMANI


1. Pemeriksaanumum
Status Present
1) KeadaanUmum
 Sensorium : Compos Mentis
 Keadaan umum : tampak baik
 Tekanandarah : 130/80 mmHg
 FrekuensiNapas : 24x/menit
 Frekuensi Nadi : 83x/menit
 Suhu : 37,50 C
 Berat Badan : 65 kg
 Tinggi Badan : 157 cm

12
Status Lokalisata
1. Kepala
 Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-),
refleks pupil isokor (+/+)
 Telinga : Tidak ditemukan kelainan
 Hidung : Tidak ditemukan kelainan
 Mulut/gigi : bibir kering (+/+), anemis (+/+)
 Leher : Pembesarankelenjargetah bening (-/-)
2. Thorax
 Inspeksi : Simetris
 Palpasi : Stem fremitus kanandankirikesan normal
 Perkusi : Sonor (+/+)
 Auskultasi : Vesikuler (+/+),suaratambahan (-/-)
3. Abdomen
 Inspeksi : Massa (-), bekas operasi (+)
 Auskultasi : Peristaltik usus normal
 Palpasi : Hati/Lien tidak teraba, nyeri tekan abdomen (-)
 Perkusi : Timpani
4. Genitalia Ekterna
 Inspeksi :Dalam batas normal
Genetalian : perdarahan aktif (+)
5. Ekstremitas : akral dingin, nadi kuat
Edema Sensitibiltas
- - + +
- - + +

Pertumbuhan rambut :
Ketiak : distribusi normal
Pubis : distribusi normal
Betis : distribusi normal

13
2. Pemeriksaan Obstetri dan Ginekologi
1. Abdomen
Inspeksi : sawo matang, buncit, ada bekas luka operasi, tidak ada
kelainan kulit
Auskultasi : Denyut jantung janin dan His (-)
Palpasi : Supel, tidak ada nyeri tekan, teraba massa pada region
suprapubik dengan konsistensi keras, immobile, tidak
berbenjol-benjol
Perkusi : Timpani
2. Genitalia Eksterna
Inspeksi : Perdarahan (+) Massa (-)Lesi (-)
3. Genitalia Interna
VT : tampak mioma keluar OUI ± 5X5 cm

IV. PEMERIKSAAN GINEKOLOGIK


1. Inspeksi
tidak aktif.
2. Pemeriksaan Bimanual
Portioretraksi (+), serviks digerakan tumor ikut bergerak
3. Pemeriksaan USG
Tampak massa padat ukuran 6x7x8cm berasal dari uterus

V. LABORATORIUM
Tanggal 19/09/2019
Darahlengkap
Hb :*5,9g/dl
Eritrosit :*2,97 juta/ul
Hematokrit :*18,6 %
Leukosi : 10.14ribu/mm3
Trombosit :249,9ribu/mm3
MCV : *62,8fl

14
MCH : *19,8pg
MCHC :31,5 g/dl
Basofil : 0,69 %
Eusinofil : *0,26 %
Neutrophile : *86,33 %
Lymphosyte : *7,98 %
Monosyte : 4,75 %

Tanggal 19/09/2019
Urin lengkap
Makroskopik
Warna : Kuning
Kejernihan urin : Jernih
Kimia urin
Glukose :Negative
Bilirubin : Negative
Urobilinogen :Negative
Mikroskopik
Eritrosit :0-1 plp
Lekosit : 1-2plp
SelEpithel : *2-4plp
Kristal :Negative
SelRagi :Negative
Cast :Negative
VI. PEMERIKSAAN LAIN :USG, LABORATORIUM

VII DIAGNOSIS KERJA : Myoma Uteri

VIII. DIAGNOSIS BANDING : Adenomyosis

IX. TERAPI
1. Rencana diagnostik:
Pemeriksaan laboratorium  darah lengkap, KGD, urine rutin
2. Rencana terapi
‐ IVFD RL20 gtt/i

15
‐ Inj. Transamin 500 g / 8 jam
‐ Inj cefotaxime 1 gr / 8 jam
‐ Inj ranitidin 1 gr / 12 jam
‐ Etabion 2x1
‐ Tansfusi PRC 2 bag
3. Rencana pendidikan:
- Menjelaskan kepada Os tentang kondisi yang sedang dialami
- Menjelaskan kepada Os komplikasi yang mungkin terjadi sekiranya
tidak dioperasi segera

X. PROGNOSIS
Dubia ad bonam.

Hasil setelah transfusi PRC 2 bag


Tanggal 20/9/2019 jam 10:44
Darah lengkap
Hb :*9.6g/dl
Eritrosit : 4,62juta/ul
Hematokrit :*30,8 %
Leukosi : *27,94ribu/mm3
Trombosit :350ribu/mm3
MCV : *66,6fl
MCH : *20,7pg
MCHC : 31,1g/dl
Basofil : 0,05 %
Eusinofil : 0,00 %
Neutrophile : *93,58 %
Lymphosyte : *4,86%
Monosyte : *1,51 %

16

Anda mungkin juga menyukai