Anda di halaman 1dari 8

Tugas CBD

Mioma Uteri

Mioma uteri merupakan tumor jinak monoklonal dari sel-sel otot polos yang ditemukan pada
rahim manusia. Tumor ini berbatas tegas dan terdiri dari sel- sel jaringan otot polos, jaringan pengikat
fibroid, dan kolagen. Mioma uteri berbentuk padat karena jaringan ikat dan otot rahimnya lebih
dominan. Mioma berwarna lebih pucat, relatif bulat, kenyal, berdinding licin, dan apabila dibelah
bagian dalamnya akan menonjol keluar sehingga mengesankan bahwa permukaan luarnya adalah
kapsul.

ETIOLOGI
Etiologi pasti penyebab mioma uteri belum diketahui, dan diduga merupakan penyakit
multifaktorial. Beberapa faktor yang diduga sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu:
1. Pengaruh Hormonal
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat
selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause
dan pada pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi
ovarium dan wanita dengan sterilitas. Selama fase sekretorik, siklus menstruasi dan kehamilan,
jumlah reseptor estrogen di miometrium normal berkurang. Pada mioma reseptor estrogen dapat
ditemukan sepanjang siklus menstruasi, tetapi ekskresi reseptor tersebut tertekan selama
kehamilan.
b. Progesteron
Reseptor progesteron terdapat di miometrium. Pada mioma reseptor ditemukan sepanjang siklus
menstruasi dan kehamilan. Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan mioma dengan dua cara yaitu: Mengaktifkan 17-Beta
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada mioma.

Faktor Predisposisi Mioma Uteri


a. Umur
Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50 tahun yaitu mendekati angka 40%,
sangat jarang ditemukan pada usia dibawah 20 tahun. Sedangkan pada usia menopause hampir
tidak pernah ditemukan. Pada usia sebelum menarche kadar estrogen rendah, dan meningkat pada
usia reproduksi, serta akan turun pada usia menopause. Pada wanita menopause mioma uteri
ditemukan sebesar 10%.
b. Riwayat Keluarga

1
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali
kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri.
c. Obesitas
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin berhubungan dengan
konversi hormon androgen menjadi estrogen oleh enzim aromatase di jaringan lemak. Hasilnya
terjadi peningkatan jumlah estrogen tubuh, dimana hal ini dapat menerangkan hubungannya
dengan peningkatan prevalensi dan pertumbuhan mioma uteri.
d. Paritas
Wanita yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinannya untuk terjadinya perkembangan
mioma ini dibandingkan wanita yang tidak pernah hamil atau satu kali hamil. Statistik
menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tidak pernah hamil atau hanya
hamil satu kali.
e. Kehamilan
Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian yang pernah dilakukan ditemukan
sebesar 0,3%-7,2% selama kehamilan. Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena
tingginya kadar estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Kedua
keadaan ini ada kemungkinan dapat mempercepat pembesaran mioma uteri. Kehamilan dapat juga
mengurangi resiko mioma karena pada kehamilan hormon progesteron lebih dominan.

KLASIFIKASI

2
Mioma uteri diklasifikasikan berdasarkan lokasinya di uterus, meskipun pada banyak kasus
mioma uteri dapat berlokasi di lebih dari 1 tempat. International Federation of Gynecology and
Obstetrics (FIGO) mengklasifikasikan mioma uteri menjadi 4 subtipe.

a. Mioma Submukosa
Mioma tipe ini berasal dari sel-sel miometrium tepat di bawah endometrium. Neoplasma tipe ini
menonjol ke dalam kavum uteri.

b. Mioma Intramural
Mioma tipe ini berlokasi di dalam dinding uterus dan dapat membesar dengan cukup sehingga
mendistorsi kavum uteri atau permukaan serosa uterus. Beberapa mioma dapat berlokasi transmural
yang lokasinya melewati permukaan serosa dan mukosa uterus.

c. Mioma Subserosa
Mioma ini berasal dari miometrium yang berada di permukaan serosa dari uterus. Mioma tipe ini
dapat memiliki dasar yang lebar atau bertangkai, dan juga dapat bersifat intraligamen (membesar
hingga mencapai lipatan broad ligament).

Selain berdasarkan klasifikasi dari WHO, mioma uteri berdasarkan letaknya juga bisa ditemukan pada
mioma serviks serta mioma intraligamenter. Dimana mioma serviks berada pada serviks, sedangkan
mioma intraligamenter berada pada connective tissue next to the uterus.

DIAGNOSIS
Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditemukan antara lain:
a. Faktor-faktor risiko terjadinya mioma uteri, seperti:

3
1) Umur
2) Menarche dini (<10 tahun)
3) Ras
4) Riwayat keluarga
5) Kehamilan
6) Kebiasaan merokok
b. Gejala dan tanda, seperti:
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat
sarang mioma ini berada, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang
mungkin timbul yaitu:
1) Perdarahan abnormal yaitu dapat berupa hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi
metroragia merupakan yang paling banyak terjadi.
2) Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang
disertai nekrosis setempat dan peradangan. Namun gejala-gejala tersebut bukanlah gejala khas
pada mioma uteri.
3) Gejala dan tanda penekanan (Pressure Effects) yang tergantung pada besar dan tempat mioma
uteri. Gejala yang timbul dapat berupa poliuri, retention urine, obstipasi serta edema tungkai dan
nyeri panggul.
4) Pada penderita dengan uterus fibroid tidak dapat dipastikan apakah akan mempengaruhi tingkat
kesuburan atau tidak. Fibroid hanya akan mempengaruhi fertilitas hanya berkisar 2-3% kasus.
Seberapa besar pengaruh fibroid terhadap kehamilan atau kejadian abortus tergantung dari
luasnya fibroid yang menyebabkab distorsi dinding uterus. Dengan adanya fibroid akan
mencegah proses implantasi pada dinding uterus.

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan abdomen uterus yang membesar dapat dipalpasi pada abdomen. Tumor
teraba sebagai nodul ireguler dan tetap, area perlunakan memberi kesan adanya perubahan-perubahan
degeneratif. Mioma lebih terpalpasi pada abdomen selama kehamilan. Perlunakan pada abdomen yang
disertai nyeri lepas dapat disebabkan oleh perdarahan intraperitoneal dari ruptur vena pada permukaan
tumor.
Pada pemeriksaan pelvis, serviks biasanya normal. Namun pada keadaan tertentu, mioma
submukosa yang bertangkai dapat mengawali dilatasi serviks dan terlihat pada osteum servikalis. Bila
serviks digerakkan, seluruh massa yang padat bergerak. Mioma uteri mudah ditemukan melalui
pemeriksaan bimanual rutin uterus. Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan
kontur uterus oleh satu atau lebih massa yang licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa

4
seperti ini adalah bagian dari uterus. Pada kasus yang lain pembesaran yang licin mungkin disebabkan
oleh kehamilan atau massa ovarium.
Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus. Mioma
intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan pemeriksaan
menggunakan sonde uterus. Mioma submukosum kadang- kala dapat teraba dengan jari yang masuk
kedalam kanalis servikalis, dan terasanya benjolan pada pada permukaan kavum uteri.

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan uterus yang
banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang- kadang menghasilkan eritropoetin yang pada
beberapa kasus menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit
ginjal diduga akibat penekanan mioma terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan
balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan eritropoietin ginjal.
b. Imaging
1) USG ( Ultrasonografi )
Untuk menghindari kesalahan sebaiknya dilakukan pemeriksaan USG pada wanita dengan
gangguan perdarahan atau dengan nyeri perut bawah yang hebat. Pemeriksaan transvaginal
sonography dapat dilakukan untuk lebih memastikan gambaran uterus fibroid.
2) Histeroskopi
Histeroskopi digunakan untuk melihat adanya mioma uteri submukosa, jika mioma kecil serta
bertangkai. dapat diangkat.
3) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah dan ukuran mioma tetapi jarang diperlukan.
Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari
miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan
jelas, termasuk mioma.

TATALAKSANA
Sebanyak 55% dari semua kasus mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam
bentuk apa pun, terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan. Walaupun
demikian mioma uteri memerlukan pemantauan setiap 3-6 bulan. Tatalaksana mioma uteri harus
memperhatikan usia, paritas, kehamilan, konservasi fungsi reproduksi, keadaan umum, gejala yang
ditimbulkan, lokasi, dan ukuran tumor. Pada keadaan gawat darurat akibat infeksi atau gejala
abdomen akut, perlu disiapkan tindakan bedah cito untuk menyelamatkan pasien.

a. Terapi Hormonal

5
Saat ini pemakaian Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonis memberikan hasil yang
baik dalam memperbaiki gejala klinis mioma uteri. Tujuan pemberian GnRH agonis adalah
mengurangi ukuran mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium. Pemberian
GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan mengurangi vaskularisasi pada tumor
sehingga akan memudahkan tindakan pembedahan. Terapi hormonal yang lainnya seperti kontrasepsi
oral dan preparat progesteron akan mengurangi gejala pendarahan tetapi tidak mengurangi ukuran
mioma uteri.

b. Terapi Pembedahan
Indikasi terapi bedah untuk mioma uteri menurut American College of obstetricians and
Gyneclogist (ACOG) dan American Society of Reproductive Medicine (ASRM) adalah:
a. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif.
b. Sangkaan adanya keganasan.
c. Pertumbuhan mioma pada masa menopause.
d. Infertilitas kerana ganggaun pada cavum uteri maupun kerana oklusi tuba.
e. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu.
f. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius.
g. Anemia akibat perdarahan.
Tindakan pembedahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus.
Miomektomi ini dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi reproduksinya dan
tidak ingin dilakukan histerektomi. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma
submukosum dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena
keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%.
b. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya adalah tindakan terpilih.11
Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh kasus. Histerektomi dilakukan
apabila didapati keluhan menorhagia, metrorhagia, keluhan obstruksi pada traktus urinarius dan
ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu. 6 Tindakan histerektomi dapat dilakukan
secara abdominal (laparotomi), vaginal dan pada beberapa kasus dilakukan laparoskopi.

KOMPLIKASI
a. Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma, serta
merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada
pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila
mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.

6
b. Torsi (Putaran Tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga
mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi
perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi, hal ini harus dibedakan dengan suatu keadaan di mana
terdapat banyak mioma dalam rongga peritoneum.
c. Komplikasi lain
Anemia akibat perdarahan, perlekatan pasca miomektomi, dan dapat terjadinya ruptur uteri
(apabila pasien hamil post miomektomi).

PROGNOSIS
Histerektomi merupakan upaya kuratif karena dapat mengangkat seluruh masa mioma.
Tindakan miomektomi yang extensif dan secara signifikan melibatkan miometrium atau menembus
endometrium, perlu dilakukan SC (sectio caesaria) pada persalinan berikutnya. Mioma yang kambuh
kembali (rekurens) setelah miomektomi terjadi pada 15-40% pasien dan 2/3nya memerlukan tindakan
lebih lanjut.

UTERUS dan JANTUNG


Berdasarkan literatur, ssuatu jurnal menyebutkan bahwa peran fungsi dari uterus adalah dapat
menurunkan angka kejadian komplikasi dari penyakit cardiovascular. Disebutkan juga didalam jurnal
ini bahwa uterus memiliki regenerative cells terhadap pencegehan menipisnya scar infarct jantung
serta mencegah dilatasi, serta dapat memperbaiki fungsi dari ventrikel. Hal tersebut dipengaruhi oleh
multipel mekanisme terkait proses angiogenesis, termasuk didalamnya preservation of the matrix and
modulation of ventricular remodelling.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuwantono, T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi. Mioma:Farmacia. Vol.3: 38-
41.
2. E, Serdar. 2013. Uterine Fibroids. The New England Jaournal of Medicine. 1344-1355.
3. Hart, MD dan McKay, D. 2000. Fibroids in Gynecology Ilustrated. London: Churchill
Livingstone.
4. Parker WH. 2007. Etiology, Syptomatology and Diagnosis of Uterin Myomas.87: 725-733.
5. Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
6. Stewart, Faur, and Wise. 2002. Predictors of Subsequent Surgery for Uterin Leiomiomata After
Abdominal Myomectomi. 99: 426-432.

7
7. Zimmermann, Bernuit, Gerlinger, et al. 2012. “Prevalence, Symtoms and Management of Uterine
Fibroids: an International Internet-Based Survey.
8. Xaymardan, M., Sun, Z., Hatta, K., Tsukashita, M., Konecny, F., Weisel, R. D., & Li, R.-K.
(2012). Uterine cells are recruited to the infarcted heart and improve cardiac outcomes in female
rats. Journal of Molecular and Cellular Cardiology, 52(6), 1265–
1273.doi:10.1016/j.yjmcc.2012.03.002 

Anda mungkin juga menyukai