Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

            Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul,

yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut

fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan

neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia wanita.

Ukurannya bervariasi mulai dari sebesar kepala jarum hingga sebesar melon,

sedangkan beratnya pernah dilaporkan mencapai 20 pon. Walaupun tidak sering,

disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas, abortus

spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi.

Mioma uteri pada korpus uteri dibagi menjadi 3 berdasarkan posisi mioma

terhadap lapisan uterus, salah satunya adalah mioma uteri submukosa. Mioma

uteri submukosa yg sering bertumbuh besar, tangkai yang panjang sehingga

menonjol keluar dari serviks disebut mioma geburt.

1
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Mioma Uteri

Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul,

yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut

fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid.

2.2 Epidemiologi

            Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun

mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih

banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke,

sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih

bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua

penderita ginekologik yang dirawat. Selain itu dilaporkan juga ditemukan pada

kurang lebih 20-25% wanita usia reproduksi dan meningkat 40% pada usia lebih

dari 35 tahun.

2.3 Etiologi

            Etiologi pasti belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara pertumbuhan

tumor dengan peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma

uteri, serta adanya faktor predisposisi yang bersifat herediter dan faktor hormone

pertumbuhan dan Human Placental Lactogen. Pada ilmuwan telah

2
mengidentifikasi kromosom yang membawa 145 gen yang diperkirakan

berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Beberapa ahli mengatakan bahwa fibroid

uteri diwariskan dari gen sisi paternal. Mioma biasanya membesar pada saat

kehamilan dan mengecil setelah menopause, sehingga diperkirakan dipengaruhi

juga oleh hormon-hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron. Selain itu,

sangat jarang ditemukan sebelum menarke, dapat tumbuh dengan cepat selama

kehamilan dan kadang mengecil setelah menopause.

2.4 Patofisiologi 

Meskipun mioma cukup umum ditemukan, tidak begitu banyak yang

bergejala. Timbulnya gejala tergantung terutama pada kombinasi ukuran, jumlah

dan letak mioma. Secara umum, pertumbuhan mioma merupakan akibat stimulasi

estrogen, yang ada hingga menopause. Seiring berjalannya waktu, mioma yang

awalnya asimtomatik dapat tumbuh dan menjadi bergejala. Sebaliknya, banyak

mioma yang menyusut seiring menopause dimana stimulasi estrogen menghilang

dan banyak gejala yang berkaitan dengan mioma hilang segera setelah

menopause.

Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast.

Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan

ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada

tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan

pemberian preparat progesteron atau testosteron. Puukka dan kawan-kawan

menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati daripada

3
miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari

selaput otot yang matur. Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor

merupakan hasil dari penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk

di dalamnya perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari

transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang

persisten. 

            Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana

mereka tumbuh. Mioma memiliki pseudokapsul yang berasal dari sel otot polos

uterus yang terkompresi dan hanya memiliki beberapa permbuluh darah dan

pembuluh limfe. Mioma intramural merupakan mioma yang paling banyak

ditemukan. Jenis mioma ini seluruhnya atau sebagian besar tumbuh di antara

lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah yaitu miometrium. Mioma

subserosa tumbuh keluar dari lapisan tipis uterus yang paling luar yaitu serosa.

Jenis mioma ini dapat bertangkai (pedunculated) atau memiliki dasar lebar. Jenis

mioma ini perupakan kedua terbanyak ditemukan. Jenis mioma ketiga yaitu

mioma submukosa yang tumbuh dari dinding uterus paling dalam sehingga

menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasar lebar. 

            Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian

dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapaat

menyebabkan dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari serviks dan

menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah yang tidak regular dan

4
dapat disalahartikan dengan kanker serviks. Peningkatan jumlah perdarahan

menstrual pada penderita mioma dihubungkan dengan:

-         Peningkatan luas permukaan endometrium

-         Produksi prostaglandin

2.5 Gejala dan Tanda

            Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada

pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul

sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada, besarnya tumor,

perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul yaitu:

-         Perdarahan abnormal yaitu dapat berupa hipermenore, menoragia dan

dapat juga terjadi metroragia merupakan yang paling banyak terjadi.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah:

o   Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium

sampai adenokarsinoma endometrium

o    Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa

o    Atrofi endometrium di atas mioma submukosum

o    Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya

sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat

menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik

5
-         Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada

sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada

mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang

menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.

Namun gejala-gejala tersebut bukanlah gejala khas pada mioma uteri.

-         Gejala dan tanda penekanan yang tergantung pada besar dan tempat

mioma uteri. Gejala yang timbul dapat berupa poliuri, retention urine,

obstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.

               Pada Mioma Geburt gejala yang menonjol berupa perdarahan per

vaginam di antara siklus haid yang bervariasi mulai dari perdarahan bercak hingga

perdarahan masif. Darah yang keluar berupa darah segar dan kadang disertai nyeri

sehingga dapat diduga sebagai haid yang memanjang. Selain itu, mioma

submukosa juga dapat menyebabkan perdarahan intermenstrual, perdarahan post

coital, perdarahan vaginal terus-menerus atau dismenore.

               Faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian mioma yaitu:

-         Faktor yang meningkatkan angka kejadian: wanita afrika-karibia,

peningkatan usia, nuligravida, obesitas.

-         Faktor yang menurunkan angka kejadian: merokok, penggunaan pil

kombinasi kontrasepsi oral, kehamilan aterm.

6
2.6  Diagnosis

               Diagnosis Mioma Geburt ditegakkan atas beberapa hal, yaitu:

1. Anamnesis, teraba massa menonjol keluar dari jalan lahir yang dirasakan

bertambah panjang serta adanya riwayat perdarahan per vaginam terutama

pada perempuan di usia 40an, kadang dikeluhkan juga perdarahan kontak.

2. Pemeriksaan Fisis

a. Pada pemeriksaan abdomen luar kemungkinan tidak didapatkan

kelainan, namun dapat juga ditemukan pada palpasi bimanual

uterus yang bentuknya tidak regular, tidak lunak atau penonjolan

yang berbenjol-benjol yang keras pada palpasi.

b. Pada pemeriksaan Ginekologik (PDV) teraba massa yang keluar

dari OUE (kanalis servikalis), lunak, mudah digerakkan, bertangkai

serta mudah berdarah. Melalui pemeriksaan inspekulo

terlihat massa keluar OUE (kanalis servikalis) berwarna pucat

3. Pemeriksaan Penunjang

a. USG Ginekologik untuk menentukan jenis tumor dalam rongga

pelvis

b. Histerografi untuk menilai pasien mioma submukosa dengan

infertilitas

c. Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, tes kehamilan

7
2.6 Diagnosis Banding

               Mioma Geburt dapat didiagnosis banding dengan polip serviks. Polip

serviks merupakan suatu adenoma ataupun adenofibroma yang berasal dari

mukosa endoserviks. Tangkainya dapat panjang hingga keluar dari OUE. Epitel

yang melapisi biasanya adalah epitel endoserviks yang dapat juga mengalami

metaplasia menjadi semakin kompleks. Bagian ujung polip dapat mengalami

nekrosis sehingga membuatnya mudah berdarah. Hal inilah yang membedakannya

dari Mioma Geburt dimana bagian yang mudah berdarah bukan merupakan ujung

mioma tapi merupakan endometrium yang mengalami hyperplasia akibat

pengaruh ovarium, selain itu juga terjadi atropi endometrium di atas mioma

submukosa.

2.7 Penatalaksanaan

               Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas,

lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang

membesar secara cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan

fertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan

konservatif dan operatif.

               Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post

menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut:

-         Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan

8
-         Bila anemi (Hb < 8gr/dl) à transfusi PRC

-         Pemberian zat besi

-         Pemberian agonis hormon pelepas gonadotropin (GnRHa) yaitu

Leuprolid asetat 3,75 mg intramuscular pada hari 1-3 menstruasi setiap

minggu sebanyak 3 kali

               Manajemen simtomatik mioma uteri biasanya diberikan demi

kenyamanan pasien dan menunda pengobatan bisa dimengerti pada pasien yang

tidak bergejala atau dengan gejala ringan yang dapat ditoleransi. Meskipun

pengobatan non-operatif biasanya tidak memberikan kesembuhan permanen,

namun terapi dengan obat-obatan seperti NSAID, pil kontrasepsi oral, progestin,

androgen dan analog GnRH biasanya diberikan.

               Analog GnRH menyebabkan keadaan hipogonadotropik-hipogonadal;

jadi obat-obatan ini menghasilkan menopause kimiawi yang temporer dan

reversibel yang dapat mengecilkan volume mioma hingga 50% dengan cara

menurunkan konsentrasi estrogen yang beredar dalam darah dengan hasil

maksimal setelah tiga bulan terapi. Analog GnRH juga memiliki beberapa

kegunaan sebelum tindakan operatif dilakukan:

-         Mengurangi jumlah darah yang terbuang pada saat operasi dan perlunya

transfusi darah

9
-         Meningkatkan kemungkinan operasi dengan cara insisi suprapubik

transversal dibandingkan insisi midline

-         Mengurangi resiko histerektomi ketika miomektomi direncanakan

               Penanganan operatif bila:

-         Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus pada kehamilan 12-14

minggu

-         Pertumbuhan tumor cepat

-         Mioma subserosa bertangkai dan torsi

-         Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya

-         Hipermenorea pada mioma submukosa

-         Penekanan pada organ sekitarnya

Jenis operasi yang dilakukan berupa:

1. Miomektomi, dilakukan pada penderita infertil atau yang masih

menginginkan anak. Pendekatan pada tumor dilakukan melalui dinding

uterus dimana mioma dibuka dengan diseksi tajam dan tumpul,

pseudokapsul dapat mengakibatkan diseksi sulit untuk dilakukan. Mioma

diangkat dengan bantuan obeng mioma, rongga yang terbentuk akibat

mioma kemudian dijahit dan dinding uterus dilipat untuk membawa garis

10
jahitan serendah mungkin sehingga mengurangi resiko perlekatan dengan

vesika urinaria.

2. Histerektomi, dilakukan pada pasien yang tidak menginginkan anak lagi,

terbagi atas 2 macam, yaitu:

a. Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama

mioma intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi

b. Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus

gravid 12 minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina

misalnya rektokel, sistokel atau enterokel

               Embolisasi arteri uterus kini emakin banyak digunakan untuk menangani

mioma dengan pendekatan yang kurang invasif. Tujuannya adalah untuk

mengurangi suplai darah ke mioma sehingga menyebabkan degenerasi dan

nekrosis.

2.8 Komplikasi

               Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:

1. Degenerasi ganas

Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6%

dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarcoma uterus.

Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histopatologi

uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila

11
mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang

mioma dalam menopause.

2. Torsi (putaran tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan

sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi

sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut

tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana

terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum. Sarang mioma

dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan

sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan

hingga perdarahan berupa metroragia atau menoragia disertai leukore dan

gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.

2.9 Prognosis

               Terapi bedah bersifat kuratif. Kehamilan di masa yang akan datang tidak

akan dibahayakan oleh miomektomi, walaupun seksio sesarea akan diperlukan

setelah diseksi lebar untuk masuk ke dalam rongga uterus.

12
DAFTAR PUSTAKA

1.            Karim A, IMS Murah Manoe, SpOG, Mioma Uteri, dalam : Pedoman

Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, Ujung Pandang,

Bagian/SMF OBstetri dan Ginekologi FK Unhas RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo, 1999.

2.            Anonymous, Uterine Fibroids and Hysterectomy, available

from www.wallgreens.com. Accessed on February 15 2007.

3.            Sutoto, MS Joedosepoetro, Tumor Jinak pada Alat-alat Genital,

dalam: Ilmu Kandungan Edisi Kedua Cetakan Ketiga, Jakarta,

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999.

4.            Anonymous, Uterine Fibroids and Hysterectomy, available

from www.mercy.org. Accessed on october 15 2017.

5.            Chelmow MD, David, Gynecologic Myomectomy, available

from www.emedicine.com. Accessed on october 15 2017.

6.            Anonymous, Leiomyoma of the Uteri, available from www.health.am.

Accessed on February 15 2012.

13
LAPORAN KASUS GINEKOLOGI

STATUS KEBIDANAN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Y J

Umur : 46 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMA

Alamat : Jalan Pukat III No 61

Tanggal Masuk :17 Oktober 2017

Pukul : 16.00 WIB

Nama : Tn J

Umur : 48 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SMA

Alamat : Jalan Pukat III No 61

14
II. ANAMNESA

Ny. YJ, 46 th, P1A0, Islam, IRT, SMA i/d Tn. J, 48 th, Islam, Wiraswasta,

SMA, datang ke RS Haji Medan pada tanggal 17 Oktober 2017 pada pukul

16.00 WIB dengan :

Keluhan Utama : Benjolan di perut bagian bawah

Telaah : Pasien datang ke IGD RS Haji Medan dengan keluhan

Benjolan dari perut bagian bawah. Hal ini diketahui

pasien sejak 10 tahun yang lalu. awalnya terasa terdapat

benjolan kecil dalam perut dan semakin membesar

disertai nyeri perut yang hilang timbul seperti ditusuk

tusuk. Nyeri perut dirasakan semakin berat sejak 7 hari

yang lalu. 5 bulan terakhir, keluarnya darah menstruasi

lebih banyak dan disertai rasa nyeri, haid tidak teratur

(+), Keputihan (-) ,Perut terasa penuh, mual (-), muntah

(-), flek-flek perdarahan (+),lemas (+). BAB dan BAK

dalam batas normal.

RPT/RPO : -/-

a. Riwayat Persalinan

1. Laki-laki, 3200 gram, aterm, PSP, di Klinik, Bidan, 16 tahun, sehat

15
III. PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA

Anemia :-

Hipertensi :-

Peny. Ginjal :-

Diabetes Melitus :-

Tuberculosis :-

IV. HASIL PEMERIKSAAN UMUM

Berat Badan : 59 Kg
Anemia :-
Tinggi badan : 155 cm Ikterus :-
Edema :-
Kesadaran : Compos Mentis
Sianosis :-
Nadi : 92 x /i
Dispnea :-
Tekanan Darah : 130/90 mmHg

Suhu : 36,7° C

Pernapasan : 20 x/i

V. STATUS LOKALIS

Abdomen

 Inspeksi : Tidak ada tanda-tanda peradangan, bekas operasi (-).

 Palpasi : Teraba massa padat, immobile, kenyal, permukaan licin, nyeri

tekan (-), ukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa.

16
VI. PEMERIKSAAN INSPEKULO

Portio :

- Erosi : - - Polip :-

- Ectropion : - - Bunga kol (exophytik) : -

- Laserasi :- - Leukoplakia : -

- Ovula naboti : - - Schiller test : -

VII. PEMERIKSAAN DALAM (VT)

Uterus

 Posisi : Anteflexi

 Besarnya : Sebesar kepalan tangan orang dewasa

 Mobilitas : Mobile

 Konsistensi : Lunak, permukaan rata

 Nyeri tekan : (-)

Portio

 Bentuk : Licin

 Pembukaan : (-)

 Contact bleeding : (-)

 Sakit sewaktu digerakkan : (-)

17
Parametrium Kanan/Kiri : Lemas

Adnexa Kanan/Kiri : Tidak ditemukan kelainan

Cavum douglas

Douglas crise : (-)

Menonjol/tidak : Tidak menonjol

Vagina

- Dinding : Normal

- tanda-tanda peradangan : (-)

- sekret : (-)

- massa : (-)

VIII. DIAGNOSA BANDING

 Mioma Uteri

 Polip Endoserviks

 Kista Endometrium

IX. DIAGNOSA

MIOMA UTERI

18
X. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Sinar Tembus

Thorax : Dalam Batas Normal

Abdomen : Dalam Batas Normal

BNO-IVP : Dalam Batas Normal

USG-TAS ( 19 September 2017)

 Kandung kencing terisi sedikit

 Uterus anterofleksi , besar biasa ukuran 3,9 cm x 3,4 cm x 4 cm

 Adneksa tampak gambar mix echo ukuran 7,5 cm x 5,7 cm

 Cairan bebas (-)

Kesan : mioma uteri

endometriosis

Hasil laboratorium tanggal 20-10-2017 pukul 14.12 WIB

Hematologi

Darah rutin Nilai Nilai Rujukan Satuan

Hemoglobin 13,2 12 – 16 g/dl

Hitung eritrosit 4,9 3,9 - 5,6 10*6/µl

Hitung leukosit 9.900 4.000- 11.000 /µl

Hematokrit 44,5 36-47 %

Hitung trombosit 241.000 150,000-450,000 /µl

19
Index eritrosit

MCV 89.7 80 – 96 fL

MCH 26.2 26 – 31 pg

MCHC *29.3 30 – 34 %

Hitung jenis leukosit

Eosinofil 1 1–3 %

Basofil 0 0–1 %

N.Stab *0 2– 6 %

N. Seg *84 53–75 %

Limfosit *10 20–45 %

Monosit 5 4–8 %

20
PERIHAL OPERASI

Operator : dr H Muslich Perangin-angin , Sp.OG

 Ibu dibaringkan di meja operasi dengan kateter dan infus yang terpasang

baik.

 Dibawah spinal anestesi, dilakukan aseptik dengan larutan povidon iodine 10% dan

alkohol 70% pada dinding abdomen lalu ditutup dengan duk steril kecuali lapangan

operasi.

 Dilakukan insisi midline mulai dari kutis, sub kutis hingga tampak fasia.

Fasia dibuka ke bawah dan ke atas. Otot dan perineum di kuakkan secara

tumpul, evaluasi cavum abdomen. Tampak uterus miomatous sebesar

kepalan tangan dewasa.

 Dilakukan Total Abdominal Histerektomi (TAH).

 Evaluasi uterus

 Kemudian dilakukan Bilateral salphingo ovorektomi (BSO)

 Evaluasi perdarahan,kesan tidak aktif.

 Peritoneum dijahit, otot dijahit secara simple suture, kemudian fascia

dijahit secara kontinous, sub kutis dijahit secara simple, kutis dijahit secara

sub kutikuler. Kemudian ditutupdengan sufratul, kasa steril dan hypafic.

 Operasi selesai, Keadaan umum ibu post TAH-BSO stabil

Th/ - IVFD RL 20gtt/i

- Inj. Cefotaxim 1gr/ 8 jam

- Inj. Gentamisin 80mg/ 8 jam

21
- Inj. Ketorolac 30mg/ 8 jam

- Inj. Ranitidin 50mg/ 12 jam

XI. Observasi

Jam Nadi Tek.Darah Pernapasan

10.00 WIB 80x/ menit 100/70 mmHg 20 x / menit

10.15 WIB 80x/ menit 120/80 mmHg 20 x / menit

10.30 WIB 80x/ menit 110/70 mmHg 20 x / menit

10.45 WIB 80x/ menit 110/70 mmHg 20 x / menit

11.15 WIB 80x/ menit 120/80 mmHg 20 x / menit

11.45 WIB 80x/ menit 120/80 mmHg 20 x / menit

FOLLOW UP

TANGGAL 19/10/2017 PUKUL 06.00 WIB

S : Nyeri diluka Operasi

O : Sensorium : CM Anemis :-

TD : 120/80 mmHg Ikterik :-

HR : 80 x/i Dispnoe :-

RR : 22 x/i Sianosis :-

Temp : 36.8o C Edema :-

22
SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+)

P/V : Tertutup verban, kesan kering

BAK : (+) Via Kateter 80 cc/ jam

BAB : (-)

Flatus : (+)

A : Post TAH-BSO a/i Mioma Uteri

P : - IVFD RL 20 gtt/i

- Inj. Cefotaxim 1gr / 12 jam

- Inj. Gentamycin 80 mg / 8 jam

- Inj. Ranitidin 50 mg / 12 jam

- Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam

R : Therapy lanjut

FOLLOW UP

TANGGAL 20/10/2017 PUKUL 06.00 WIB

S :-

O : Sensorium : CM Anemis :-

TD : 130/80 mmHg Ikterik :-

HR : 68 x/i Dispnoe :-

RR : 22 x/i Sianosis :-

Temp : 36.8o C Edema :-

SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+)

P/V : Tertutup verban, kesan kering

23
BAK : (+) spontan

BAB : (-)

Flatus : (+)

A : Post TAH-BSO a/i Mioma Uteri

P : - IVFD RL 20 gtt/i

- Inj. Cefotaxim 1gr / 12 jam

- Inj. Gentamycin 80 mg / 8 jam

- Inj. Ranitidin 50 mg / 12 jam

- Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam

R : Therapy lanjut, PBJ tgl 23 Oktober 2017

HASIL PEMERIKSAAN PA

MAKROSKOPIS : Tampak sebuah jaringan uterus yang sudah terbelah

berportio licin, dengan ukuran 9x7x5cm pada lamelasi kanalis cervikalis

dan cavum uteri kosong.

tebal dinding korpus 1-4 cm

MIKROSKOPIS : sediaan uterus tampak serviks terdiri dari ektoserviks,

endoserviks dan kelenjar serviks dalam batas normal, corpus tampak

endometrium terdiri dari kelenjar bentuk tubular sebagian berdilatasi

dilapisi epitel thorak, inti dalam batas normal dengan stroma pdat dan

miometrium terdiri dari sel fibrosit dari sel miosityang diantaranya tampak

kelompokan jaringan endometrium seperti tersebut diatas.

tidak tampak tanda tanda keganasan.

24
KESIMPULAN : Myoma Uteri

25

Anda mungkin juga menyukai