Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN GINEKOLOGI

Di Susun Oleh :
Nabila Nur Ilma
G3A021143

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021
A. Pengertian
Mioma uteri merupakan tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari
sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Dalam
kepustakaan ginekologi mioma uteri terkenal dengan istilah-istilah fibrimioma
uteri, leiomyoma uteri atau uterine fibroid. Mioma ini berbentuk padat karena
jaringan ikat dan otot rahimnya dominan. Mioma uteri merupakan neoplasma
jinak yang paling umum dan sering dialami oleh wanita. Neoplasma ini
memperlihatkan gejala klinis berdasarkan besar dan letak mioma.
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi
cairan atau benda seperti bubur. Kista ovarium merupakan perbesaran
sederhana ovarium normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista
ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium.
B. Klasifikasi
1. Mioma ovari simpleks
Adalah kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral dan dapat menjadi besar.
2. Mioma ovarii musinosum
Asal kista ini belum pasti, namun diduga berasal dari suatu teratoma yang
pertumbuhanya 1 elemen mengalahkan elemen yang lain atau berasal dari
epitel germinativum
3. Mioma ovarii serosum
Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal ovarium).
4. Mioma endrometroid
Kista biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam
terdapat satu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan epitel endometrium
5. Mioma dermoid
Suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-struktur ektoderma
dengan deferensiasi sempurna seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk
glandula sebastea putih menyerupai lemak nampak lebih menonjol dari
pada elemen-elemen aktoderm.
6. Mioma Uteri Subserosum
Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan
saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus
melalui tangkai. Pertumbuhan kearah lateral dapat berada di dalam
ligamentum latum, dan disebut sebagai mioma intraligamen. Mioma yang
cukup besar akan mengisi rongga peritoneum sebagai suatu massa.
Perlekatan dengan ementum di sekitarnya menyebabkan sisten peredaran
darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai semakin
mengecil dan terputus, sehingga mioma terlepas dari uterus sebagai massa
tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal
sebagai mioma jenis parasitik.
7. Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitalial, biasanya multiple. Apabila
masih kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan
menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah
bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti
kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah
bawah.
8. Mioma Uteri Submukosum
Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa uterus/endometrium dan
tumbuh kearah kavun uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan
bentuk dan besar kavum uteri. Bila tumor ini tumbuh dan bertangkai,
maka tumor dapat keluar dan masuk ke dalam vagina yang disebut mioma
geburt. Mioma submukosum walaupun hanya kecil selalu memberikan
keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit dihentikan, sehingga
sebagai terapinya dilakukan histerektomi.
C. Etiologi
1. Gejala Subjektif
Pada umumnya kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Timbulnya
gejala subjektif dipengaruhi oleh: letak mioma uteri, besar mioma uteri,
perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala subjektif pada mioma uteri
yaitu:
a. Perdarahan abnormal, merupakan gejala yang paling umum dijumpai.
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah: menoragia, dan
metrorargia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini
antara lain adalah: pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia
endometrium, permukaan endometrium yang lebih luas dari pada
biasa, atrofi endometrium, dan gangguan kontraksi otot rahim karena
adanya sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak
dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik. Akibat
perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan
darah, pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi.
b. Rasa nyeri, gejala klinik ini bukan merupakan gejala yang khas tetapi
gejala ini dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada
pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan dan
pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat
menyebabkan juga dismenore.
c. Tanda penekanan, Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat
mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan
poliuria, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter
dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan
nyeri panggul.
2. Gejala Objektif
Gejala Objektif merupakan gejala yang ditegakkan melalui diagnosa ahli
medis. Gejala objektif mioma uteri ditegakkan melalui:
a. Pemeriksaan Fisik.
Pemeriksaan fisik dapat berupa pemeriksaan Abdomen dan
pemeriksaan pelvik. Pada pemeriksaan abdomen, uterus yang besar
dapat dipalpasi pada abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler
dan tetap, area perlunakan memberi kesan adanya perubahan
degeneratif. Pada pemeriksaan Pelvis, serviks biasanya normal, namun
pada keadaan tertentu mioma submukosa yang bertangkai dapat
mengakibatkan dilatasi serviks dan terlihat pada ostium servikalis.
Uterus cenderung membesar tidak beraturan dan noduler. Perlunakan
tergantung pada derajat degenerasi dan kerusakan vaskular. Uterus
sering dapat digerakkan, kecuali apabila terdapat keadaan patologik
pada adneksa.
b. Pemeriksaan Penunjang
Apabila keberadaan masa pelvis meragukan maka pemeriksaan dengan
ultrasonografi akan dapat membantu. Selain itu pemeriksaan dengan
laporoskopi juga dapat dilakukan untuk mengetahui ukuran dan lokasi
tumor dan biopsi untuk mengetahui adanya keganasan.
Menurut etiologinya, kista ovarium di sebabkan menrut jenisnya:
1. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen dan
progresterone.
2. Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau
folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus
menstruasi.
3. Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone
setelah ovulasi.
4. Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat
pada mola hidatidosa.
5. Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium.
D. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam
miometriumdan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium
terdesakmenyusun semacam pseudekapsula atau simpai semu yang
mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu mioma, akan tetapi
mioma biasanya banyak.Jika ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam
korpus uteri maka korpus initampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak
pada dinding depan uterus,uterus mioma dapat menonjol ke depan sehingga
menekan dan mendorongkandung kencing ke atas sehingga sering
menimbulkan keluhan miksi Masalah akan timbul jika terjadi berkurangnya
pemberian darahpada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar,
sehingga menimbulkanrasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul
lagi jika terjadi perdarahanabnormal pada uterus yang berlebihan sehingga
terjadi anemia. Anemia ini bisamengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh
lemah, sehingga kebutuhanperawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu
dengan perdarahan yang banyakbisa mengakibatkan seseorang mengalami
kekurangan volume cairan.
E. Manifestasi Klinis
1. Adanya ketidakteraturan menstruasi
2. Nyeri pada perut bawah
3. Rasa sebah pada perut
4. Timbul benjol pada perut
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor
itu.

2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak batas tumor, apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium, atau kadang kencing, apakah tumor kistik
atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut
yang bebas dan yang tidak.

3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam
tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan
bubur barium dalam colon disebut di atas.

4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites.
G. Penatalaksanaan
Terdapat beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada mioma uteri,
diantaranya:

1. Pada mioma kecil dan tidak menimbulkan keluhan, tidak diberikan terapi
hanya diobservasi tiap 3 – 6 bulan untuk menilai pembesarannya. Mioma
akan lisut setelah menopause

2. Radioterapi
3. Pemberian GnRH agonis selama 6 minggu
4. Miomektomi dengan atau tanpa histerektomi bila uterus melebihi seperti
kehamilan 12 – 14 minggu

5. Estrogen untuk pasien setelah menopause dan observasi setiap 6 minggu.


H. Pengkajian
Fokus pengkajian keperawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Bagaimana keadaan saat ini?
b. Bagaimana perasaan setelah operasi?
2. Pola nutrisi dan metabolik
a. Apakah klien merasa kehausan?
b. Apakah klien merasa lapar?
c. Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual?
3. Pola aktivitas setelah melahirkan
a. Apakah klien tampak kelelahan atau keletihan?
b. Apakah klien toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan?
c. Apakah klien tampak mengantuk?
4. Pola eliminasi
a. Apakah ada diuresis setelah operasi?
b. Adakan nyeri dalam BAB/BAK?
5. Neuro sensori
a. Apakah klien merasa tidak nyaman?
b. Apakah klien merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya?
c. Bagaimana nyeri yang diraskan?
d. Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T?
e. Apakah nyerinya menggangu aktivitas dan istirahatnya?
6. Pola persepsi dan konsep diri
a. Bagaimana pandangan klien terhadap dirinya saat ini?
b. Adakah permasalahan yang berhubungan dengan perubahan
penampilan tubuhnya saat ini?
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Pemeriksaan TTV
2) Pengkajian tanda-tanda anemia
3) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
4) Pemeriksaan reflek
5) Kaji adanya varises
6) Kaji CVAT (cortical vertebra area tenderness)
b. Payudara
1) Kaji adanya abses
2) Kaji adanya nyeri tekan
c. Abdomen atau uterus
1) Observasi kesimetrisan
2) Observasi ukuran kandung kemih
d. Vulva atau perineum
1) Observasi pengeluaran lokhea
2) Kaji adanya pembengkakan
3) Kaji adnya luka
4) Kaji adanya hemoroid.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan efek sekunder dari
mioma uteri
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
pervaginam, perdarahan uterus yang berlebihan atau abnormal
3. Gangguan eliminasi : BAK berhubungan dengan adanya penekanan pada
mioma uteri terhadap kandung kemih
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik, keterbatasan
pergerakan.
J. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan efek sekunder dari
mioma uteri, proses penyakit.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri hilang dan
berkurang.
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan nyeri yang dirasakan dapat
berkurang, ekspresi wajah rileks dan tenang
Intervensi :
a. Kaji tingkat dan kerakteristik nyeri, termasuk kualitas, frekuensi,
durasi, lokasi dan intensitasnya
b. Ajarkan pasien latihan teknik relaksasi nafas dalam
c. Berikan pasien posisi yang nyaman
d. Kontrol tanda-tanda vital pasien
e. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam,
perdarahan uterus yang berlebihan / abnormal
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan volume cairan
dalam kondisi seimbang
Kriteria hasil : tidak terjadi hipovelemi (oliguri, kapilarirefil menurun,
turgor jelek), tanda-tanda vital dalam batas normal (TD 120/80 mmHg,
nadi 69 – 100 x/menit, RR 16 – 24 x/menit, suhu 37° C)
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda vital
b. Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran cairan
c. Catat perdarahan baru setelah berhentinya perdarahan awal
d. Catat respon fisiologis individual pasien terhadap perdarahan,
misalperubahan mental, kelemahan, gelisah, pucat, berkeringat,
peningkatansuhu
e. Berikan cairan baik roral maupun parenteral sesuai program
f. Monitor jumlah tetesan infus
3. Gangguan eliminasi : BAK berhubungan dengan adanya penekanan pada
mioma uteri terhadap kandung kemih
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkaneliminasi BAK lancar.
Kriteria hasil : Urine dapat keluar lancar, klien tidak mengeluh sakit,
klien merasa nyaman
Intervensi :
a. Kaji pola BAK pasien
b. Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine
c. Anjurkan pasien untuk minum banyak
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat sesuai dengan
indikasi
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik,
keterbatasanpergerakan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan perawatan
diriterpenuhi
Kriteria hasil : Klien merasa nyaman dan kebutuhan perawatan diri
terpenuhi
Intervensi :
a. Kaji kondisi klien
b. Motivasi klien untuk melakukan perawatan diri
c. Bantu klien untuk kebutuhan personal hygiene
d. Ajarkan pada klien cara untuk perawatan diri.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I. B. (2004). Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekolog.


Jakarta: EGC.
Ompusunggu, M. L. (2011). Mioma Uteri. USU:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25190/4/Chapter%20II.pdf
Bobak, M. I. (2005). Buku ajar keperawatan maternitas, edisi 4. Jakarta: EGC.
Carpenito, L. J. (2001). Diagnosa keperawatan edisi 8. Jakarta: EGC.
Doenges, M.E. (2001). rencana keperawatan maternal/bayi: pedoman untuk
perencanaan dan dokumentasi perawatan klien edisi 2. Jakarta: EGC.
Henderson & Jones. (2006). Buku ajar konsep kebidanan. Jakarta: EGC.
Syaifuddin, A.B. (2002). Buku panduan praktek pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal edisi I. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Waspodo. (2007). Asuhan persalinan normal, buku acuan. Jakarta:
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi.
Wiknjosastro, H. (2002). Ilmu kebidanan edisi III. Jakarta: YBPSP.

Anda mungkin juga menyukai