DISUSUN OLEH :
REVALDI DISTIANTO PUTRA
(G3A021141)
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Stroke merupakan penyebab tertinggi dari kecacatan dan kematian di
seluruh dunia (Smajlović, 2015). Menurut World Heart Organisation (WHO,
2012) definisi stroke adalah suatu kondisi penyakit yang disebabkan oleh
terhentinya aliran darah yang mensuplai otak secara tiba-tiba, baik karena
adanya sumbatan maupun rupturnya pembuluh darah. Kondisi ini
menyebabkan jaringan otak yang tidak terkena aliran darah kekurangan
oksigen dan nutrisi sehingga sel otak mengalami kerusakan (Wijaya &
Yessie Mariza Putri, 2013). Pudiastuti (2011) menyatakan stroke dibagi
menjadi dua kategori yaitu stroke hemoragik dan stroke iskemik atau
stroke non hemoragik. Stroke hemoragik adalah suatu gangguan
peredaran darah otak akibat pecahnya pembuluh darah yang menyebabkan
terjadinya perdarahan sehingga suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak
lainnya menjadi terhambat (Harahap & Siringoringo, 2016).
beberapa masalah yang lazim muncul pada kasus stroke dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien yaitu pola nafas tidak efektif,
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, gangguan menelan,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, nyeri akut, hambatan
mobilitas fisik, defisit perawatan diri, kerusakan integritas kulit, risiko
jatuh,dan hambatan komunikasi verbal. Berdasarkan beberapa masalah
keperawatan tersebut, ketidakefektifan perfusi jaringan serebral merupakan
masalah yang dapat menyebabkan kematian (Nurarif & Kusuma, 2015).
Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral merupakan penurunan sirkulasi
jaringan otak yang dapat mengganggu kesehatan (Herdman & Shigemi
Kamitsuru, 2015).
Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral apabila tidak ditangani dengan
segera akan meningkatkan tekanan intrakranial dan menurunkan suplai
oksigenasi. Sehingga salah satu tindakan keperawatan yang dapat dilakukan
yaitu dengan memposisikan pasien head up 15 – 30º (Bulechek, Butcher,
Dochterman, & Wagner, 2016).
Secara teoritis, posisi telentang dengan disertai head up menunjukkan
aliran balik darah dari bagian inferior menuju ke atrium kanan cukup baik
karena resistensi pembuluh darah dan tekanan atrium kanan tidak terlalu
tinggi, sehingga volume darah yang masuk (venous return) ke atrium kanan
cukup baik dan tekanan pengisian ventrikel kanan (preload) meningkat, yang
dapat mengarah ke peningkatan stroke volume dan cardiac output. Pasien
diposisikan head up 30o akan meningkatkan aliran darah diotak dan
memaksimalkan oksigenasi jaringan serebral (Oktavianus, 2014; Patricia,
2014).
Sehubungan dengan pentingnya peningkatan suplai O2 ke jaringan guna
mencegah kondisi hipoksia pada pasien dengan masalah stroke hemoragik
maka penulis tertarik untuk melakukan “Aplikasi Evidence Based Practice
Nurse Head Up Position 30º Terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen
Pada Pasien Stroke Hemoragik”
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan pemberian intervensi head up position 30o pada
pasien stroke hemoragik untuk meningkatkan perfusi serebral di IGD Dr H
Soewondo Kendal
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui konsep dasar stroke hemoragik
b. Mengetahui konsep asuhan keperawatan stroke hemoragik
c. Mengetahui hasil penerapan aplikasi EBN
C. METODE PENULISAN
Metode penulisan dalam menyusun makalah ini yaitu dengan mengumpulkan
data dan informasi yang mendukung penulisan. kemudian data dan informasi
tersebut dikumpulkan dengan melakukan penelusuran pustaka, pencarian
sumber-sumber yang relevan, pencarian data melalui internet serta melakukan
pengaplikasian EBN pada pasien.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II : KONSEP DASAR
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Tanda dan Gejala
4. Patofisiologi
5. Pemeriksaan Penunjang
6. Pathways
B. Konsep Asuhan Kegawatdaruratan
1. Pengkajian Primer
2. Pengkajian Sekunder
3. Diagnosa Keperawatan
4. Intervensi dan Rasional
BAB III : RESUME ASKEP
A. Pengkajian Fokus
B. Diagnosa Keperawatan
C. Pathways Keperawatan Kasus
D. Fokus Intervensi
BAB IV : APLIKASI JURNAL EVIDANCE BASED NURSING RISET
A. Identitas Klien
B. Data Fokus Klien
C. Diagnosa Keperawatan Yang Berhubungan Dengan Jurnal Evidance Based
Nursing Riset Yang Diaplikasikan
D. Evidance Based Nursing Practice Yang Diterapkan Pada Klien
E. Analisa Sintesa Justifikasi / Alasan Penerapan Evidance Based Nursing
Practice
F. Landasan Teori Terkait Penerapan Evidance Based Nursing Practice
BAB V : PEMBAHASAN
A. Justifikasi Pemilihan Tindakan Berdasarkan Evidance Based Nursing
Practice
B. Mekanisme Penerapan Evidance Based Nursing Practice Pada Kasus
C. Hasil Yang Dicapai
D. Kelebihan Dan Kekurangan Atau Hambatan Yang Ditemui Selama
Aplikasi Evidance Based Nursing
BAB VI : PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
KONSEP DASAR
1. Pengertian
Secara umum stroke adalah serangan akut mendadak dari disfungsi
otak fokal dan global yang disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak,
yang berlangsung lebih dari 24 jam. Menurut penulis, stroke adalah
ensefalopati fungsional fokal dan global yang disebabkan oleh obstruksi
aliran darah otak yang disebabkan oleh perdarahan atau obstruksi, dan
gejala serta tandanya sesuai dengan bagian otak yang terkena. Orang yang
terkena stroke bisa sembuh total, cacat atau bahkan meninggal tergantung
tingkat keparahannya (Goleman et al., 2019).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh
darah di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir.
Penyebab stroke hemoragik antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma,
malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas
atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien
umumnya menurun (Ria Artiani, 2009).
2. Etiologi
a. Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi
1) Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.
2) Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. Atherosklerosis adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah. Dinding arteri menjadi lemah
dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan
3) Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
4) Malformasi arteriovenous, adalah pembuluh darah yang
mempunyai bentuk abnormal, terjadi hubungan persambungan
pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena,
menyebabkan mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak.
5) Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
gangguan
sirkulasi sistemik
peningkatan
sirkulasi sistemik
aneurisma
penurunan kesadaran
merangsang medula
oblogata
apatis/koma
resiko aspirasi
meningkatkan RR
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko perfusi cerebral tidak efektif b/d aneurisma serebri
b. Pola nafas tidak efektif b/d gangguan neurologis
c. Resiko aspirasi b/d penurunan tingkat kesadaran
... INTERVENSI DAN RASIONAL
No. Dx Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan rasional
1. Risiko perfusi Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
cerebral tidak keperawatan diharapkan perfusi a. identifikasi penyebab TIK a. mengetahui faktor
efektif b/d serebral meningkat dengan b. monitor tanda dan gejala TIK penyebab
aneurisma serebri kriteria hasil : c. monitor MAP b. memantau tanda
SDKI (D.0017) a. Tingkat kesadaran meningkat d. monitor CVP gejala mengarah ke
b. sakit kepala menurun e. monitor PAWP TIK
c. gelisah menurun f. monitor ICP c. memantau perubahan
d. tekanan intrakranial menurun g. monitor CPP MAP
e. nilai rata-rata tekanan darah h. monitor status pernafasan d. memantau perubahan
membaik i. monitor intake dan output cairan CVP
SLKI (L.02014) j. monitor cairan LCS e. memantau perubahan
Terapeutik PAWP
a. berikan posisi semifowler f. memantau perubahan
b. cegah terjadinya kejang ICP
c. hindari pemberian cairan IV hipotonik g. memantau perubahan
d. pertahankan suhu tubuh normal CPP
Kolaborasi h. memantau perubahan
a. Kolaborasi pemberian antikonvulsan pola nafas
jika perlu i. memantau
b. kolaborasi pemberian diuretik osmosis keseimbangan cairan
SIKI (I.09325) j. memantau kondisi
LCS
Terapeutik
a. menurunkan TIK
b. menjaga kondisi
pasien tetap stabil
c. mencegah edema
d. menjaga kestabilan
suhu
Kolaborasi
a. mencegah kejang
berulang
b. mencegah
penumpukan cairan
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
efektif b/d keperawatan diharapkan pola a. monitor pola napas (frekuensi, a. memantau perubahan
gangguan nafas membaik dengan kriteria kedalaman, usaha napas) pola nafas
neurologis hasil : b. monitor bunyi napas tambahan (mis. b. memantau bunyi
SDKI(D.0005) a. ventilasi semenit meningkat Gurgling, mengi, weezing, ronkhi nafas
b. dispnea menurun kering) Terapeutik
c. frekuensi nafas membaik Terapeutik a. memaksimalkan
d. kedalaman nafas membaik a. Posisikan semi-Fowler atau Fowler ventilasi
e. pemanjangan fase ekspirasi b. Lakukan penghisapan lendir kurang b. mengurangi sesak
menurun dari 15 detik nafas
SLKI (L.01004) c. Lakukan hiperoksigenasi sebelum c. mencegah hipoksia
Penghisapan endotrakeal d. meningkatkan
d. Berikan oksigen, jika perlu kecukupan O2
a. Kolaborasi Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian bronkodilator, a. melegakan jalan
ekspektoran, mukolitik, jika perlu. nafas apabila
SIKI (I.01026) terdapat sekret
3. Resiko aspirasi Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
b/d penurunan keperawatan diharapkan tingkat a. Monitor tingkat kesadaran, batuk, a. memantau
tingkat kesadaran aspirasi menurun dengan kriteria muntah dan kemampuan menelan perkemabangan
SDKI (D.0005) hasil b. Monitor status pernafasan kesadaran
a. tingkat kesadaran meningkat c. Monitor bunyi nafas, terutama setelah b. memantau
b. kemampuan menelan makan/ minum perubahan status
menurun d. Periksa residu gaster sebelum memberi pernafasan
c. dispnea menurun asupan oral c. memantau bunyi
d. kelemahan otot menurun e. Periksa kepatenan selang nasogastric nafas tamabahan
e. akumulasi sekret menurun sebelum memberi asupan oral d. memantau kondisi
SLKI (L.01006) Terapeutik isi lambung
a. Posisikan semi fowler (30-45 derajat) e. memastikan
30 menit sebelum memberi asupan oral ketepatan
b. Pertahankan posisi semi fowler (30-45 pemasangan NGT
derajat) pada pasien tidak sadar Terapeutik
c. Pertahanakan kepatenan jalan nafas a. membuat jalan nafas
(mis. Tehnik head tilt chin lift, jaw tidak terhalang
trust, in line) b. mencegah pangkal
d. Pertahankan pengembangan balon ETT lidah jatuh
e. Lakukan penghisapan jalan nafas, jika kebelakang
produksi secret meningkat c. mencegah adanya
f. Sediakan suction di ruangan sumbatan jalan nafas
g. Hindari memberi makan melalui selang d. menjaga agar
gastrointestinal jika residu banyak ventilasi adekuat
h. Berikan obat oral dalam bentuk cair e. melancarkan jalan
Edukasi nafas
a. Anjurkan makan secara perlahan f. membantu
b. Ajarkan strategi mencegah aspirasi mengeluarkan sekret
c. Ajarkan teknik mengunyah atau g. resiko muntah
menelan, jika perlu h. menyesuaikan
SIKI (I.03114) dengan kondisi
pasien
Edukasi
a. mencegah tersedak
b. meningkatkan
pemahaman
pencegahan aspirasi
c. meningkatkan
pemahaman
mengunyah dan
menelan
BAB III
RESUME ASKEP
A. Pengkajian Fokus
Nama : Tn.S
Umur : 71 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
No Register : 600783
Tanggal Masuk : 24 Maret 2022
Diagnosa Masuk : Stroke Hemoragik
Primary survey
Airway : tidak ada sumbatan jalan nafas
Breathing : pernafasan cepat dan dangkal, RR 38x/menit,
terdapat retraksi intercosta, SPO2 89%
Circulation : irama nadi teratur, teraba kuat, N :
130x/menit TD
140/90 mmhg
Disability : GCS E1M1V1, refleks pupil anisokor
B. Diagnosa Keperawatan
Pola nafas tidak efektif b.d depresi pernafasan
C. Pathway Keperawatan
Gangguan sirkulasi sistemik
Aneurisma
Perdarahan (Hemoragik)
hipoksia
peningkatan pernafasan
A. Identitas Klien
Nama : Tn.S
Umur : 71 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
No Register : 600783
Tanggal Masuk : 24 Maret 2022
Diagnosa Masuk : Stroke Hemoragik
B. Analisa Data
aneurisma
Perdarahan (Hemoragik)
gangguan suplai O2
hipoksia
peningkatan pernafasan
CO meningkat
perfusi adekuat
suplai O2 meningkat
Kekurangan :
- peningkatan saturasi oksigen pada pasien hanya sebesar 2% saja
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Pemberian posisi Head Up 30º terbukti dapat meningkatkan nilai saturasi
oksigen meskipun peningkatan yang terjadi tidak terlalu signifikan namun
intervensi ini dapat dijadikan salah satu tindakan penunjang dalam
meningkatkan perfusi yang berpengaruh terhadap status oksigenasi pada
pasien dengan stroke hemoragik.
B. Saran
1. Bagi tenaga keperawatan diharapkan dengan adanya aplikasi EBN ini
dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi penunjang dalam
meningkatkan saturasi oksigen pada asien stroke hemoragik
2. Bagi pendidikan keperawatan diharapkan dengan adanya aplikasi EBN ini
dapat dijadikan sebagai kajian dalam bidang keperawatan gawat darurat
DAFTAR PUSTAKA
Artiani, Ria. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta : EGC.
A, Sylvia., M, Lorraine. (2015). Patofisiologi Edisi 6 Vo 2 Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Andra, S.W., & Yessie, M.P., 2013. Keperawatan Medikal Bedah: Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medik
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia