Oleh :
Revaldi Distianto Putra
Nim : G3A021141
Puji dan syukur saya panjatkan Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Telaah jurnal EBN Peningkatan Kemampuan Kognitif dan Perilaku Pada Klien
Dengan Harga Diri Rendah Dengan Cognitive Behavior Therapy” dengan baik
dan tepat pada waktunya.
Makalah ini bertujuan untuk membantu mahasiswa/i Profesi Ners
UNIMUS dalam memahami jurnal EBN yang diterapkan pada pasien dengan
gangguan jiwa serta sebagai salah satu tugas dalam stase keperawatan jiwa
Dalam penyusunan makalah ini, saya juga mengucapkan terimaksih
kepada dosen pembibing saya yang telah mengajari dan mengarahkan saya,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu besar harapan saya makalah ini dapat membantu para
pembaca dalam melakukan tugasnya. Saya menyadari bahwa penyususnan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saya mengharapkan kritikan
dan saran yang membangun dari pembaca agar menjadi perbaikan bagi saya
dimasa yang akan datang. Atas perhatian saudara/i saya mengucapkan terima
kasih
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG............................................................................................3
B. TUJUAN................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI.......................................................................................................5
A. JURNAL KEPERAWATAN JIWA.......................................................................5
B. DASAR TEORI YANG RELEVAN......................................................................7
BAB III............................................................................................................................9
TELAAH JURNAL........................................................................................................9
A. PAPARAN HASIL PENELITIAN.........................................................................9
B. PEMBAHASAN..................................................................................................10
BAB IV..........................................................................................................................12
KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................12
A. SIMPULAN.........................................................................................................12
B. SARAN................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................13
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa menurut The American Psychiatric Association's
Shives (1998) adalah "gangguan psikologis atau manifestasi perilaku dan
atau kerusakan fungsi sosial, psikologik, genetik, fisik atau gangguan
biologik". Menurut Townsend (2003) gangguan jiwa merupakan respon
maladaptive terhadap stressor dari dalam atau luar lingkungan, yang
berhubungan dengan perasaan dan perilaku yang tidak sejalan dengan
budaya/kebiasaan/normal setempat dan mempengaruhi interaksi social
individu, kegiatan dan atau fungsi tubuh.
Salah satu penyebab seseorang yang mengalami gangguan jiwa
adalah harga diri rendah. Harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri, dan gagal mencapai
tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung,
penurunan harga diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau
menahun (Kusumawati dan Hartono, 2010 ). beberapa ciri dari harga diri
rendah adalah perasaan bersalah, menghukum diri sendiri, merasa gagal,
gangguan hubungan interpersonal, mengkritik diri sendiri dan orang lain
(Kusumawati dan Hartono, 2010 ).
Dalam upaya penyembuhan pasien ganguan jiwa dengan masalah
harga diri rendah dapat dilakukan berbagai macam therapy yang focus
utamanya meningkatkan harga diri pasien melalui aspek positif yang
dimilikinya salah satunya dengan cognitive behavior therapy. Terapi
tersebut merupakan satu kegiatan yang bertujuan untuk mengajak klien
menentang kognitif, perilaku dan emosi yang salah dengan menampilkan
bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan mereka tentang masalah
yang dihadapi (Turkington, 2002).
Berdasarkan penerapan evidance based practice “peningkatan
kemampuan kognitif dan perilaku pada klien dengan harga diri rendah
dengan cognitive behavior therapy” diharapkan harga diri pasien dapat
3
meningkat dan mampu mengorientasikan hal – hal positife yang ada dalam
dirinya.
B. TUJUAN
Dalam telaah jurnal EBN ini diharapkan mahasiswa mampu memahami
dan menerapkan practice peningkatan kemampuan kognitif dan perilaku
pada klien dengan harga diri rendah dengan cognitive behavior therapy.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
*Email: heppi_sasmita@yahoo.co.id
Abstrak
Seseorang yang mengalami skizoprenia sering diawali dengan masalah harga diri rendah dengan gejala: konsentrasi dan
perhatian kurang, kepercayaan diri kurang, rasa bersalah, tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan
pesimistis. Tujuan penelitian ini menilai efektivitas cognitive behaviour therapy (CBT) untuk meningkatkan kemampuan
kognitif dan perilaku klien harga diri rendah. Metode penelitian: quasi eksperimen dengan penerapan cognitive behaviour
therapy dengan pendekatan pre-post test. Analisis yang digunakan dependen dan independent sample t-Test, regresi linier
sederhana, chi-square dan Anova. Penelitian dilakukan di salah satu RS Jiwa terhadap 58 klien yaitu 29 orang kelompok
intervensi dan 29 orang kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan cognitive behaviour therapy meningkatkan
kemampuan kognitif dan perilaku klien skizoprenia dengan harga diri rendah secara bermakna (p<0.05, α=0.05).
Efektifitas CBT meningkatkan kemampuan kognitif sebesar 29,31% dan kemampuan perilaku sebesar 22,4%. Penelitian
ini merekomendasikan CBT sebagai salah satu terapi spesialis pada klien skizoprenia dengan masalah harga diri rendah.
Kata kunci: cognitive behaviour therapy, harga diri rendah, kognitif dan perilaku
Abstract
Patient with schizophrenia in the beginning is experiencing low self esteem with the following symptoms: concentration
difficulty, attention deficit, low self confident, guilty and worthless feelings, and pessimistic. Cognitive behavior therapy
is the solutions to enhance cognitive ability as well as to treat behavior of patient with low self esteem. The research aims
to study about the effectiveness of cognitive behavior therapy. Method of the research was quasi experiment with pre and
post- tests design. The analysis of the research was dependent and independent sample t- test, simple linear regression,
chi square, and anova. The research was conducted in mental health hospital with 58 respondents, divided into 29
respondents as intervention group and 29 respondents as control group. The research demonstrated that cognitive
behavior therapy has significantly enhanced cognitive ability and treated behavior of patient with low self esteem (p<
0.05, α=0.05). The research shown the effectiveness to enhance cognitive ability about 29.31 percent, while the
effectiveness to treat behavior about 22.4 percent. This study recommended cognitive behavior therapy as specialty
treatment for patient schizophrenia with low self esteem.
Tabel 1. Analisis Peningkatan Kemampuan Kognitif dan Perilaku Klien Harga Diri Rendah Sebelum - Sesudah Cognitive
Behaviour Therapy
Hasil uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan cognitive behaviour therapy pada kelompok
distribusi kemampuan perilaku berbentuk normal,
dimana pada kelompok intervensi (p> 0,05, α=
0,05) dan kelompok kontrol (p> 0,05, α= 0,05).
Rata-rata kemampuan kognitif sesudah
intervensi pada kelompok
intervensilebihtinggidarikelompok kontrol. Rata-
rata kemampuan perilaku sesudah intervensipada
kelompok intervensi lebih tinggidari kelompok
kontrol.
Tabel 2. Analisis Peningkatan Kemampuan Kognitif dan Perilaku Klien yang Mendapatkan CBT dan yang Tidak
Mendapatkan CBT
pengalaman hidup lainnya. Selain itu, faktor yang
No Kelompok Variabel Mean SD N
berkontribusidenganpenurunan t kemampuankognitif
p
1 Intervensi Kognitif sebelum 31,45 adalah neuroanatomic,
2,923 29 psikologis,
-2,600 lingkungan
0,012 dan
Kontrol intervensi 33,45 2,935 29
faktor laindan kejadian (Laeckenote, 1996).
2 Intervensi Kognitif sesudah 48,59 4,322 29 6,923 0,000
Kontrol intervensi 41,17 3,818 29
3 Intervensi Perilaku sebelum 35,07 1,731 29 1,286 0,204
Kontrol intervensi 34,41 2,130 29
4 Intervensi Perilaku sesudah 48,07 4,259 29 4,734 0,000
Kontrol intervensi 43,21 3,529 29
Pembahasan
Cognitive behaviour therapy meningkatkan
secara bermakna kemampuan kognitif dan
perilaku klien harga diri rendah pada klien yang
mendapatkan cognitive behaviour therapy.
Masalah harga diri rendahpada klienskizoprenia
sering ditemuidengan
gejalapenurunankemampuankognitif.
Contohnya kadar serotonin yang menurundapat Hasil penelitian membuktikan bahwa cognitive
mengakibatkan klien mengalami depresi dan behaviour therapy efektif dalam meningkatkan
pada pasien depresi kecenderungan harga diri
rendah kronis semakin besar karena klien
dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif danmerasa
tidak berdaya.
Kesimpulan
CBT meningkatkansecara bermakna
kemampuan kognitif dan perilaku klien harga
diri rendah. Kemampuan kognitif dan
perilaku klien yang mendapat CBT lebih
tinggi secara bermakna dari klien yang tidak
mendapatkan CBT. Pendidikan
berhubungansecara bermakna terhadap
peningkatan kemampuan kognitif dan perilaku
klien harga diri rendah yang mendapatkan
cognitif behavior therapy (HW, BK, TN).
Referensi
Leuckenote. (1996). Pengkajian gerontologi.
Jakarta: EGC.
Miller, A.C. (1995). Nursing care of older adult,
Peningkatan kemampuan kognitif dan perilaku melalui Cognitive Behaviour Therapy (Heppi Sasmita, Budi A. Keliat, Budiharto) 31
Reasoner, R.W. (2007). Revieu of self esteem Turkington, D & Kingdon, G.(2002). The case study
research. Diperoleh dari http://www.self- guide to cognitive behaviour therapy of
esteem-internasional.org. psychosis. England: John Wiley & Sons, ltd.
Shives, L.R. (1998). Basic concepts of psychiatric- Wikipedia. (2007). Cognitive behaviour therapy.
mental health nursing (4thEditin). Philadelphia: Diperoleh dari http://en.wikipedia.org/wiki/
Lippincott. cognitive_behaviour_therapy.
Stuart, G..W., & Laraia, M.T. (2005). Principles
and practice of psychiatric nursing (8th
Edition). Philadelphia: Elsevier Mosby.
Sullivan, et. al. (2003). Cognitive behaviour
therapy. Diperoleh dari http://
www.health.qld.gov.au/rbwh/inbmhs/factsheets/
cbt.pdf.
B. DASAR TEORI YANG RELEVAN
5
3. Manifestasi klinis
menurut Fajriyah (2012) tanda dan gejala harga diri rendah adalah
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
b. Rasa bersalah terhadap kepada dirinya sendiri
(mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
c. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
d. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
e. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien akan mengakhiri kehidupannya
4. Komplikasi
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi social : menarik
diri, isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak
fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif, mengganggu fungsi
seseorang dalam hubungan sosial (Wijayaningsih, 2015). Isolasi sosial
menarik diri sering ditunjukan dengan perilaku antara lain:
Data Subjektif
a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan ataupun
pembicaraan.
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang
lain.
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain.
Data Objektif:
a. Kurang spontan dalam diajak bicara.
b. Apatis.
c. Ekspresi wajah kosong.
d. Menurun/tidak adanya komunikasi verbal.
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat bicara.
6
5. Pengertian CBT (Cognitive Behavior Therapy)
Cognitive behavior therapy adalah sebuah istilah yang digunakan
untuk menjelaskan intervensi psikoterapeutik yang bertujuan untuk
mengurangi distress psikologis dan perilaku maladaptif dengan
mengubah proses kognitif (Kaplan dalam Stallard, 2004). CBT
memiliki asumsi dasar bahwa afek dan perilaku sebagian besar
merupakan produk kognisi, oleh karena itu intervensi kognitif dan
perilaku dapat membawa perubahan pada pemikiran, perasaan, dan
perilaku (Kendall dalam Stallard, 2004).
6. Tujuan
Tujuan utama dari CBT adalah untuk meningkatkan self
awareness, memfasilitasi pemahaman diri yang lebih baik, dan
meningkatkan kontrol diri dengan mengembangkan kemampuan
kognitif dan perilaku yang lebih tepat (Stallard, 2004). Pengembangan
kemampuan kognitif dapat dilakukan dengan mengubah pemikiran dan
keyakinan disfungsional yang bersifat negatif, bias, dan self critical
(Stallard, 2004).
Terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan kognitif ini, antara lain dengan edukasi,
identifikasi keyakinan disfungsional, thought monitoring, thought
evaluation, dan development of alternative cognitive processes
(Stallard, 2004). Sedangkan pengembangan perilaku yang lebih adaptif
dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain target setting,
activity rescheduling, dan behavioral experiment (Stallard, 2004).
Adanya keterampilan kognitif dan perilaku yang baru membuat
individu menghadapi situasi sulit dengan cara yang lebih tepat
(Stallard, 2004).
7. Karakteristik
Terdapat beberapa karakteristik dasar dalam CBT, yaitu:
a. Memiliki panduan teoritis
CBT didasarkan pada model yang telah terbukti secara empiris dan
memberikan dasar untuk rasional, fokus, dan sifat dari intervensi
ini.
7
Oleh karena itu, CBT bersifat kohesif dan rasional, bukan sekedar
kumpulan teknik- teknik yang terpisah (Stallard, 2004).
b. Melibatkan kolaborasi antara terapis dan klien CBT pada dasarnya
merupakan sebuah proyek kolaborasi antara terapis dan klien.
Kedua pihak memiliki peran aktif dengan keahlian yang
berbeda.Terapis dianggap sebagai pihak yang memiliki keahlian
untuk menemukan cara yang efektif guna menyelesaikan masalah,
sedangkan klien merupakanpihak yang ahli dalam mengenali
masalah berdasarkan pengalamannya selama ini (Westbrook,
Kennerly, & Kirk 2007).
c. Memiliki struktur dan berorientasi pada masalah
CBT merupakan terapi yang terstruktur dan berfokus pada
penyelesaian masalah. Awalnya terapis dan klien harus
mengidentifikasi masalah dan mendeskripsikan masalah dengan
spesifik untuk kemudian fokus dalam memecahkan atau
mengurangi masalah tersebut. Setelah itu terapis dan klien harus
membuat tujuan untuk setiap masalah dan tujuan ini merupakan
focus dari treatment yang diberikan. Tujuan ini dibuat dengan
berdasarkan harapan klien akan akhir dan hasil dari treatment
(Westbrook, Kennerly, & Kirk 2007).
d. Singkat
Westbrook, Kennerly dan Kirk (2007) mengungkapkan bahwa
jumlah sesi dalam CBT terhitung singkat, yaitu antara 5 sampai 20
sesi. Penentuan jumlah sesi dipengaruhi oleh percobaan treatment
sebelumnya dalam mengatasi masalah yang sama tetapi juga
dipengaruhi oleh masalah yang ada saat ini, klien, dan sumber daya
yang tersedia.
8
BAB III
TELAAH JURNAL
9
perilaku klien yang ditemukan lebih tinggi sebesar 4,86 dibandingkan
dengan klien yang tidak mendapatkan terapi.
B. PEMBAHASAN
Penelitian yang dilakukan pada artikel penelitian tersebut
dilakukan dengan metode quasy eksperimen pre-post test control group
dengan pemilihan sampel menggunakan simple random sampling. Peneliti
menerapkan terapi tersebut dalam 5 sesi dengan setiap sesinya
dilaksanakan selama 1 minggu hal ini sesuai dengan konsep teori singkat
yang terdapat pada karakteristik CBT yang menyatakan bahwa jumlah sesi
dalam CBT terhitung singkat, yaitu antara 5 sampai 20 sesi (Westbrook,
Kennerly dan Kirk 2007). Responden yang digunakan dalam penelitian
tersebut cukup beragam dengan memperhatikan karakteristik usia, status
pekerjaan, pendidikan, dan status perkawinan hal ini dimaksudkan oleh
peneliti untuk menentukan ada tidaknya kolerasi yang muncul dari
penerapan terapi dengan karakteristik tersebut.
Dari hasil penerapan CBT pada klien harga diri rendah dapat
diketahui pada hasil tabel uji statistik artikel penelitian tersebut
menunjukkan bahwa CBT meningkatkan secara bermakna kemampuan
kognitif dan perilaku klien, hal tersebut selaras dengan tujuan dari
penerapan CBT yang berorientasi pada perubahan pikiran negative ke arah
positif dan perilaku maladaptive ke arah adaptive.
Keberhasilan penerapan CBT tersebut sebagai salah satu intervensi
keperawatan jiwa dapat dinyatakan efektif dalam mengatasi masalah
utama harga diri rendah dengan memperhatikan karakteristik pasien serta
lamanya waktu penerapan.
10
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Harga diri rendah adalah kurangnya rasa percaya diri yang dapat
mengarah kepada perasaan negatif pada diri sendiri, kemampuan diri
dan orang lain serta dapat mengakibatkan kurangnya komunikasi pada
orang lain. Salah satu terapi individu yang dapat meningkatkan harga
diri adalah dengan melakukan cognitive behavior therapy dimana
terapi ini terfokus pada aspek – aspek positive yang dimiliki oleh
pasien sehingga pasien di dorong untuk mengaktualisasikan hal
positive yang dimilikinya agar dapat terbebas dari pikiran negative
yang menyudutkan dirinya.
2. Hasil penelitian yang terdapat pada artikel penelitian diatas
menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara
penerapan cognitive behavior therapy dengan peningkatan fungsi
kognitif dan perilaku pada pasien harga diri rendah. Hal tersebut
dibuktikan dari hasil uji statistik dengan nilai (p-value < 0,05).
B. SARAN
Penerapan terapi ini dapat dijadikan sebagai rekomendasi pada
tatanan pelayanan keperawatan jiwa untuk mengatasi pasien dengan
masalah utama gangguan konsep diri (Harga Diri Rendah) sehingga pasien
tersebut dapat terhindar dari komplikasi yang beresiko timbul selama
perawatan di rumah sakit jiwa.
11
DAFTAR PUSTAKA
Shives, L.R. (1998). Basic concepts of psychiatric- mental health nursing (4th
Editin). Philadelphia: Lippincott.
Townsend, MC. (2003). Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan &
Medikasi Psikotropik. Jakarta : EGC
Kusumawati F & Hartono, Y, 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa,
Jakarta : Salemba Medika
Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
&Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
12