ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH KRONIS
JURNAL 1
A. Judul Asuhan keperawatan jiwa pasien harga diri rendah
kronis dengan penerapan terapi okupasi berkebun
B. Nama peneliti Arif Ibnu Fathoni, IntanMaharani S.B
C. Nama institusi Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga
Universitas Kusuma Husada Surakarta D. Tahun terbit 2022 E. Pendahuluan Harga diri rendah adalah penilaian tingkat aktualisasi diri dengan menganalisis seberapa baik perilaku sesuai dengan diri ideal. Perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan harga diri yang terus- menerus disebabkan oleh evaluasi diri dan efikasi diri yang negatif (Fajariyah,2012). Jika harga diri rendah berlanjut, kita berbicara tentang harga diri kronis (HDRK). Harga diri kronis adalah perasaan negatif tentang diri sendiri, termasuk kehilangan kepercayaan diri, ketidakberdayaan, pesimisme, keputusasaan, dan keputusasaan (Alfnuhazi, 2015). Dampak dari masalah harga diri kronis, jika dibiarkan, dapat menyebabkan penurunan produktivitas kerja, hubungan interpersonal yang buruk, perawatan diri yang buruk, dan ketidakpatuhan terhadap pengobatan (Dermawan,2018). Terapi okupasi adalah ilmu dan seni yang mengarahkan keterlibatan seseorang untuk melakukan tugas- tugas tertentu (Rokhima, 2020). Pengaruh yang signifikan terhadap tingkap deprsi rata-rata respon secara keseluruhan pada terapi okupasi berkebun dengan pasien okupasi berkebun sebelum diberikan terapi yaitu 60,92 dan sesudah diberikan terapi 40,17 (Wakhid, 2013). Pemberian terapi okupasi dapat membantu klien mengembangkan mekanisme koping dalam memecahkan masalah terkait masa lalu yang tidak menyenangkan. Klien dilatih untuk mengidentifikasi kemamampan yang masih dapat digunakan yang dapat meningkatkan harga dirinya sehingga tidak akan mengalami hambatan dalam berhubungan sosial. F. Tujuan Studi kasus ini bertujuan untuk melakukan asuhan keperawatan penelitian jiwa pada pasien dengan gangguan harga diri rendah kronis dengan terapi okupasi berkebun. G. Metode Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan penelitian metode pendekatan studi kasus. H. Hasil penelitian Hasil studi kasus didapatkan dengan melakukan strategi pelaksanaan terapi okupasi berkebun yang diberikan dibuktikan dari tanda dan gejala menurun seperti pasien sudah tidak merasa malu, mau berbicara kontak mata sudah muncul, serta merasa dirinya masih mempunyai bakat dan mampu manyebutkan hal positif yang dimilikinya. Rekomendasi rumah sakit dapat menerapkan terapi okupasi untuk meningkatkan kesehatan terutama pasien gangguan jiwa skizofrenia dengan harga diri rendah. I. Kesimpulan Hasil studi kasus didapatkan data objektif bahwa klien tampak sudah mau berinteraksi, sudah mau menatap lawan berbicara ketika diajak berbicara. Dengan melakukan strategi pelaksanaan (SP) 1-2 dan terapi okupasi berkebun yang diberikan dibuktikan dari tanda dan gejala menurun seperti pasien sudah tidak merasa malu, mau berbicara kontak mata sudah muncul, serta merasa dirinya masih mempunyai bakat dan mampu manyebutkan hal positif yang dimilikinya. JURNAL 2
A. Judul Pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) pada klien harga
diri rendah kronis B. Nama peneliti Nofrida Saswati, Isti Harkomah, Era Rahayu, Indah Sari, Riska Asmidar, Rahmayanti, Pina Lestari ,Yuli Kisilowati, Adho Alif Akbar C. Nama institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi D. Tahun terbit 2022 E. Pendahuluan Harga diri merupakan komponen penting dari kesehatan psikologis. Banyak penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa harga diri yang rendah sering kali menyertai gangguan kejiwaan (Pardede, 2020). Terapi aktivitas kelompok (TAK) adalah salah satu terapi modalitas yang dilakukan oleh seorang perawat pada sekelompok klien dengan masalah keperawatan yang sama (Keliat B. A., 2014). TAK stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah. F. Tujuan Intervensi yang dilakukan berupa Terapi Aktivitas Kelompok penelitian (TAK) pada kegiatan ini bertujuan untuk menurunkan tanda dan gejala harga diri rendah dengan cara masing-masing anggota kelompok berbagi pengalaman dalam mengatasi masalah yang dihadapi terkait harga diri rendah. G. Metode Metode pada pengabdian masyarakat ini berupa simulasi dan Small penelitian Group Discussion dimana klien terdiri dari satu kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang, pengukuran pada kegiatan ini dilakukan sebanyak dua kali sebelum diberikan TAK dan setelah diberikan TAK dengan menggunakan instrumen Self- Esteem Inventory dari Townsend MC. H. Hasil penelitian Hasil dari pengabdian masyarakat ini terjadi penurunan pada nilai mean sebelum dilakukan TAK mean 50 dan setelah dilakukan TAK menurun menjadi mean 45 hasil ini menunjukkan adanya penurunan tanda gejala harga diri rendah kronik. Hasil pengabdian ini mampu menurunkan tanda dan gejala harga diri rendah maka direkomendasikan kepada perawat di RSJD Provinsi Jambi untuk mengoptimalkan pemberian TAK pada klien harga diri rendah kronis. I. Kesimpulan Pemberian TAK pada klien harga diri rendah mampu menurunkan tanda dan gejala harga diri rendah sehingga terjadi peningkatan harga diri pada klien yang mengalami harga diri rendah kronis. Kegiatan TAK ini sangat bermanfaat pada klien harga diri rendah kronis dimana belum pernah dilakukan intervensi individu yang dilakukan dengan cara kelompok. Rekomendasi kegiatan berikutnya melakukan terapi cognitif behavior pada klien harga diri rendah kronis.
JURNAL 3
A. Judul Asuhan keperawatan jiwa pasien harga diri rendah
kronis dalam penerapan kreasi seni manik-manik B. Nama peneliti Nur Diyanti, Intan Maharani S. Batubara C. Nama institusi Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Universitas Kusuma Husada Surakarta D. Tahun terbit 2022 E. Pendahuluan Gangguan jiwa yang paling berat adalah skizofrenia (National Institute of Mental Healt, 2018). Skizofrenia adalah penyakit mental kronis yang menyebabkan gangguan pada proses berpikir. Orang dengan skizofrenia tidak dapat membedakan antara kenyataan dan khayalan. Penyakit ini menyebabkan individu tidak memiliki kemampuan untuk berpikir, mengingat, mengontrol emosi ataupun memahami masalah tertentu (Yudhantara, 2018). Terapi okupasi merupakan salah satu dari sekian banyak terapi kreasi seni yang dapat dengan mudah diterapkan. Salah satunya terapi kreasi seni membuat gelang dari manik manik. Dibuktikan bahwa terapi okupasi lebih mudah diterapkan serta dapat mengisi waktu luang pasien (Okhtavianthi, Novianthi, Tobing, 2020). F. Tujuan Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran penelitian pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien harga diri rendah kronis di satu rumah sakit jiwa di Jawa Tengah. G. Metode Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan penelitian metode pendekatan studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah salah satu pasien dengan masalah harga diri rendah kronis. H. Hasil penelitian Salah satu terapi non farmakologis yang akan diberikan yaitu terapi okupasi kreasi seni manik manik. Tindakan terapi okupasi kreasi seni manik manik ini akan dilakukan selama 6 hingga 7 hari dalam waktu 90 menit satu kali tatap muka. Hasil dari pemberian intervensi terapi okupasi kreasi seni menunjukkan tanda dan gejala harga diri rendah kronis menurun yang sebelumnya dilakukan terapi muncul 15 tanda dan gejala dan sesudah dilakukan terapi menjadi 4 tanda dan gejala. Hal tersebut membuktikan bahwa terapi okupasi kreasi seni manik manik efektif menurunkan tanda dan gejala dan direkomendasikan untuk pasien dengan masalah harga diri rendah kronis. Terapi okupasi kreasi seni manik manik juga dapat direkomendasikan sebagai panduan dalam penyusunan prosedur operasional baku pada pasien dengan harga diri rendah kronis. I. Kesimpulan Pemberian terapi okupasi kreasi seni manik manik dilakukan selama 7 kali dalam seminggu, efektif menurunkan tanda dan gejala harga diri rendah kronis, dilihat dari sebelum dan sesudah diberikan terapi dengan hasil dari 22 tanda gejala pasien sebelum dilakukan terapi muncul 15 tanda dan gejala dan sesudah dilakukan terapi tanda dan gejala yang muncul menurun menjadi 4 tanda dan gejala. REFERENSI JURNAL