Anda di halaman 1dari 6

NAMA : REGINA AFRIYANI

NIM : 88200003

88.5C

TUGAS RESSUME JURNAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH KRONIS

JURNAL 1

A. Judul Asuhan keperawatan jiwa pasien harga diri rendah


kronis dengan penerapan terapi okupasi berkebun

B. Nama peneliti Arif Ibnu Fathoni, IntanMaharani S.B

C. Nama institusi Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga


Universitas Kusuma Husada Surakarta
D. Tahun terbit 2022
E. Pendahuluan Harga diri rendah adalah penilaian tingkat aktualisasi diri dengan
menganalisis seberapa baik perilaku sesuai dengan diri ideal.
Perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan harga diri yang terus-
menerus disebabkan oleh evaluasi diri dan efikasi diri yang
negatif (Fajariyah,2012). Jika harga diri rendah berlanjut, kita
berbicara tentang harga diri kronis (HDRK). Harga diri kronis
adalah perasaan negatif tentang diri sendiri, termasuk kehilangan
kepercayaan diri, ketidakberdayaan, pesimisme, keputusasaan, dan
keputusasaan (Alfnuhazi, 2015). Dampak dari masalah harga diri
kronis, jika dibiarkan, dapat menyebabkan penurunan produktivitas
kerja, hubungan interpersonal yang buruk, perawatan diri yang
buruk, dan ketidakpatuhan terhadap pengobatan
(Dermawan,2018).
Terapi okupasi adalah ilmu dan seni yang mengarahkan keterlibatan
seseorang untuk melakukan tugas- tugas tertentu (Rokhima, 2020).
Pengaruh yang signifikan terhadap tingkap deprsi rata-rata respon
secara keseluruhan pada terapi okupasi berkebun dengan pasien
okupasi berkebun sebelum diberikan terapi yaitu 60,92 dan sesudah
diberikan terapi 40,17 (Wakhid, 2013). Pemberian terapi okupasi
dapat membantu klien mengembangkan mekanisme koping dalam
memecahkan masalah terkait masa lalu yang tidak menyenangkan.
Klien dilatih untuk mengidentifikasi kemamampan yang masih
dapat digunakan yang dapat meningkatkan harga dirinya sehingga
tidak akan mengalami hambatan dalam berhubungan sosial.
F. Tujuan Studi kasus ini bertujuan untuk melakukan asuhan keperawatan
penelitian jiwa pada pasien dengan gangguan harga diri rendah kronis dengan
terapi okupasi berkebun.
G. Metode Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan
penelitian metode pendekatan studi kasus.
H. Hasil penelitian Hasil studi kasus didapatkan dengan melakukan strategi
pelaksanaan terapi okupasi berkebun yang diberikan dibuktikan
dari tanda dan gejala menurun seperti pasien sudah tidak merasa
malu, mau berbicara kontak mata sudah muncul, serta merasa
dirinya masih mempunyai bakat dan mampu manyebutkan hal
positif yang dimilikinya. Rekomendasi rumah sakit dapat
menerapkan terapi okupasi untuk meningkatkan kesehatan
terutama pasien gangguan jiwa skizofrenia dengan harga diri
rendah.
I. Kesimpulan Hasil studi kasus didapatkan data objektif bahwa klien tampak
sudah mau berinteraksi, sudah mau menatap lawan berbicara
ketika diajak berbicara. Dengan melakukan strategi pelaksanaan
(SP) 1-2 dan terapi okupasi berkebun yang diberikan dibuktikan
dari tanda dan gejala menurun seperti pasien sudah tidak merasa
malu, mau berbicara kontak mata sudah muncul, serta merasa
dirinya masih mempunyai bakat dan mampu manyebutkan hal
positif yang dimilikinya.
JURNAL 2

A. Judul Pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) pada klien harga


diri rendah kronis
B. Nama peneliti Nofrida Saswati, Isti Harkomah, Era Rahayu, Indah Sari, Riska
Asmidar, Rahmayanti, Pina Lestari ,Yuli Kisilowati, Adho Alif
Akbar
C. Nama institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu
Jambi
D. Tahun terbit 2022
E. Pendahuluan Harga diri merupakan komponen penting dari kesehatan
psikologis. Banyak penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
harga diri yang rendah sering kali menyertai gangguan kejiwaan
(Pardede, 2020). Terapi aktivitas kelompok (TAK) adalah salah
satu terapi modalitas yang dilakukan oleh seorang perawat pada
sekelompok klien dengan masalah keperawatan yang sama
(Keliat B. A., 2014). TAK stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan
pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.
F. Tujuan Intervensi yang dilakukan berupa Terapi Aktivitas Kelompok
penelitian (TAK) pada kegiatan ini bertujuan untuk menurunkan tanda dan
gejala
harga diri rendah dengan cara masing-masing anggota kelompok berbagi
pengalaman dalam mengatasi masalah yang dihadapi terkait harga
diri rendah.
G. Metode Metode pada pengabdian masyarakat ini berupa simulasi dan Small
penelitian Group Discussion dimana klien terdiri dari satu kelompok kecil yang
terdiri dari 5 orang, pengukuran pada kegiatan ini dilakukan sebanyak
dua kali sebelum diberikan TAK dan setelah diberikan TAK dengan
menggunakan instrumen Self- Esteem Inventory dari Townsend MC.
H. Hasil penelitian Hasil dari pengabdian masyarakat ini terjadi penurunan pada nilai
mean sebelum dilakukan TAK mean 50 dan setelah dilakukan TAK
menurun menjadi mean 45 hasil ini menunjukkan adanya penurunan
tanda gejala harga diri rendah kronik. Hasil pengabdian ini mampu
menurunkan tanda dan gejala harga diri rendah maka
direkomendasikan kepada perawat di RSJD Provinsi Jambi untuk
mengoptimalkan pemberian TAK pada klien harga diri rendah kronis.
I. Kesimpulan Pemberian TAK pada klien harga diri rendah mampu
menurunkan tanda dan gejala harga diri rendah sehingga terjadi
peningkatan harga diri pada klien yang mengalami harga diri
rendah kronis. Kegiatan TAK ini sangat bermanfaat pada klien
harga diri rendah kronis dimana belum pernah dilakukan intervensi
individu yang dilakukan dengan cara kelompok. Rekomendasi
kegiatan berikutnya melakukan terapi cognitif behavior pada klien
harga diri rendah kronis.

JURNAL 3

A. Judul Asuhan keperawatan jiwa pasien harga diri rendah


kronis dalam penerapan kreasi seni manik-manik
B. Nama peneliti Nur Diyanti, Intan Maharani S. Batubara
C. Nama institusi Program Studi Keperawatan Program
Diploma Tiga Universitas Kusuma Husada
Surakarta
D. Tahun terbit 2022
E. Pendahuluan Gangguan jiwa yang paling berat adalah skizofrenia (National Institute
of Mental Healt, 2018). Skizofrenia adalah penyakit mental kronis yang
menyebabkan gangguan pada proses berpikir. Orang dengan skizofrenia
tidak dapat membedakan antara kenyataan dan khayalan. Penyakit ini
menyebabkan individu tidak memiliki kemampuan untuk berpikir,
mengingat, mengontrol emosi ataupun memahami masalah tertentu
(Yudhantara, 2018).
Terapi okupasi merupakan salah satu dari sekian banyak terapi kreasi seni
yang dapat dengan mudah diterapkan. Salah satunya terapi kreasi seni
membuat gelang dari manik manik. Dibuktikan bahwa terapi okupasi
lebih mudah diterapkan serta dapat mengisi waktu luang pasien
(Okhtavianthi, Novianthi, Tobing, 2020).
F. Tujuan Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran
penelitian pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien harga diri rendah
kronis di satu rumah sakit jiwa di Jawa Tengah.
G. Metode Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan
penelitian metode pendekatan studi kasus. Subjek dalam penelitian ini
adalah salah satu pasien dengan masalah harga diri rendah kronis.
H. Hasil penelitian Salah satu terapi non farmakologis yang akan diberikan yaitu
terapi okupasi kreasi seni manik manik. Tindakan terapi okupasi
kreasi seni manik manik ini akan dilakukan selama 6 hingga 7
hari dalam waktu 90 menit satu kali tatap muka. Hasil dari
pemberian intervensi terapi okupasi kreasi seni menunjukkan
tanda dan gejala harga diri rendah kronis menurun yang
sebelumnya dilakukan terapi muncul 15 tanda dan gejala dan
sesudah dilakukan terapi menjadi 4 tanda dan gejala. Hal tersebut
membuktikan bahwa terapi okupasi kreasi seni manik manik
efektif menurunkan tanda dan gejala dan direkomendasikan untuk
pasien dengan masalah harga diri rendah kronis. Terapi okupasi
kreasi seni manik manik juga dapat direkomendasikan sebagai
panduan dalam penyusunan prosedur operasional baku pada
pasien dengan harga diri rendah kronis.
I. Kesimpulan Pemberian terapi okupasi kreasi seni manik manik dilakukan selama 7
kali dalam seminggu, efektif menurunkan tanda dan gejala harga diri
rendah kronis, dilihat dari sebelum dan sesudah diberikan terapi dengan
hasil dari 22 tanda gejala pasien sebelum dilakukan terapi muncul 15
tanda dan gejala dan sesudah dilakukan terapi tanda dan gejala yang
muncul menurun menjadi 4 tanda dan gejala.
REFERENSI JURNAL

Anda mungkin juga menyukai